Anda di halaman 1dari 13

Makalah Koloid

Disusun oleh :

1. Andrio Tirta
2. Angeline Aurelia
3. Bianca Chelsea
4. Jocelin Widodo
5. Maureen Sarfia
6. Richi Rusli
7. Shania Leopard
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman dan semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca tentang “koloid”. Serta dengan harapan agar pembaca dapat
memahami nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.
Kami mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan pada
makalah ini karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, Mei 2019

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................................................ 2


BAB 1 ..................................................................................................................................................... 4
Pendahuluan ............................................................................................................................................ 4
BAB 2 ..................................................................................................................................................... 5
Pembahasan............................................................................................................................................. 5
Pembuatan Koloid Secara Kondensasi ......................................................................................... 10
BAB 3 ................................................................................................................................................... 12
Penutup ................................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 13
BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel
zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam medium zat lain.
Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang menjadi
medium mendispersikan partikel disebut medium pendispersi. Secara makroskopis, koloid
terlihat seperti larutan, di mana terbentuk campuran homogen dari zat terlarut dan pelarut.
Namun, secara mikroskopis, terlihat seperti suspensi, yakni campuran heterogen di mana
masing-masing komponen campuran cenderung saling memisah. Seperti warna pada cat yang
berasal dari warna pigmen yang sebenarnya tidak larut dalam air ataupun medium pelarut
lainnya. Namun demikian, cat terlihat seperti campuran yang homogen layaknya larutan
garam dan bukan seperti campuran heterogen layaknya campuran pasir dengan air. Hal ini
terjadi sebagaimana cat merupakan sistem koloid dengan pigmen terdispersi dalam air atau
medium pelarut cat lainnya.

Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan fase


pendispersinya. Berdasarkan fase terdispersi, jenis koloid ada tiga, antara lain sol (fase
tersispersi padat), emulsi (fase terdispersi cair), dan buih (fase terdispersi gas). Koloid dengan
fase pendispersi gas disebut aerosol. Sifat-sifat koloid terdiri dari 7, yaitu efek tyndall,
dialisis, gerak brown, koloid pelindung, koagulasi, elektroforesis, dan adsorpsi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis koloid
2. Untuk mengetahui proses pembuatan koloid
3. Untuk mengetahui kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari
4. Untuk mengetahui perbedaan larusan, koloid, dab suspensi

C. Rumusan Masalah
1. Apa itu koloid?
2. Apa saja jenis-jenis koloid?
3. Bagaimana proses pembuatan koloid?
4. Apa saja kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari
5. Apa perbedaan larutan, koloid, dan suspensi?

BAB 2

Pembahasan

A. Sistem dan Jenis-Jenis Koloid


Pada saat melarutkan gula ke dalam air, gula sebagai zat terlarut akan tersebar dalam
bentuk partikel yang sangat kecil sehingga tidak dapat dibedakan lagi dengan pelarutnya.
Larutan gula merupakan larutan homogen dengan ukuran zat partikel kurang dari 1 nm.
Campuran antara gula dengan air disebut larutan. Sedangkan pada saat mencampurkan air
dengan tanah akan terbentuk campuran heterogen dan ada endapat.Campuran ini disebut
suspensi.

Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi

Ciri Larutan Koloid Suspensi


Diameter < 1 nm 1-100 nm >1 nm

Sifat Homogen Secara makroskopis Heterogen


homogen, tetapi
secara mikroskopis
heterogen.
Fase Satu Fase Dua Fase Dua Fase

Fisik Jernih Keruh Keruh

Pemisahan Tidak memisah jika didiamkan Tidak memisah jika Memisah jika
didiamkan didiamkan
Penyaringan Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring
dengan penyaring dengan penyaring
ultra biasa
Stabilitas Sangat stabil Relatif stabil Tidak stabil

Sistem koloid terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Fase
terdispersi merupakan fase zat yang terlarut. Sementara fase pendispersi merupakan zat yang
melarutkan atau pelarut. Berdasarkan jenis fasenya, sistem koloid dapat dikelompokkan
menjadi aerosol, sol, buih, dan emulsi.

1. Aerosol

Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol.
Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol padat. Contoh aerosol padat : debu
buangan knalpot. Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair. Contoh
aerosol cair : hairspray dan obat semprot.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh
propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.

· 2. Sol

Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Contoh
sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain. Sistem koloid dari partikel padat yang
terdispersi dalam zat padat disebut sol padat. Contoh sol padat : perunggu, kuningan, permata
(gem).

· 3. Emulsi

Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi.
Sedangkan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut emulsi padat
dan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam gas disebut emulsi gas. Syarat
terjadinya emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam
minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh emulsi air dalam
minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun
dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka akan diproleh campuran stabil yang
disebut emulsi.

· 4. Buih

Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih, sedangkan sistem
koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat disebut buih padat.Buih digunakan dalam
proses pengolahan biji logam dan alat pemadam kebakarn. Contoh buih cair : krim kocok
(whipped cream), busa sabun. Contoh buih padat : lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih
dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak dikehendaki, maka
buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.

· 5. Gel

Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan bersifat setengah kaku
disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsropsi medium
dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu,
mutiara, mentega.

Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu larutan sebab semua
gas bercampur baik secara homogen dalam segala perbandingan.

B. Sifat-Sifat Koloid

1. Efek Timbal

Efek timbal yaitu penghamburan partikel koloid oleh cahaya.

-contoh : bioskop

Debu yang ada di bioskop bersifat gas sehingga dapat bergerak bebas di ruangan. Debu yang
dihamburkan maka akan membuat pertikel-partikel menjadi berpendar sehingga gambar
menjadi terlihat lebih terang.

2. Gerak Brown

Merupakan gerak acak partikel koloid. Koloid terdiri dari fase terdispersi & medium
pendispersi yang akan saling bergerak bebas & bertabrakan 1 sama lain. Gerak partikel ini
hanya dapat dilihat melalui mikroskop elektron.

- contoh : susu

susu yang didiamkan tidak akan ada endapan.

3. Absorpsi
Merupakan penyerapan muatan oleh partikel-partikel koloid. Muatan yang dimaksud adalah
muatan dari zat-zat pengotor

- contoh : pemurnian air menggunakan tawas.

tawas sebagai koloid akan pertikel-partikel pengotor dari air.

4. Elektroforesis

Merupakan bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik

- contoh: penggunaan alat cottrell.

5. Koagulasi

Meupakan penggumpalan partikel koloid karena adanya gaya tarik antar partikel terdispersi
dan pendispersi. Koagulasi hanya dapat terjadi dalam suatu keadaan tertentu seperti
dipanaskan, didinginkan, dll.

- contoh: agar-agar, telur yang dipanaskan akan menggumpal.

6. Dialisis

Merupakan teknik pemurnian partikel koloid berdasarkan ukuran dalam membran


semipermeabel.

- contoh : proses cuci darah

proses pemurnian darah yang terikat dengan zat-zat pengotor. Proses ini meggunakan
membran semipermeabel.

7. Koloid Pelindung

Yaitu penambahan koloid kedalam lainnya agar tercapai suatu kestabilan.

- contoh : ice cream

untuk mambuat ice cream lebih kenyal dan taham lama ditambahkan koloid pelindung yaitu
gelatin.

C. Pembuatan Koloid
Pembuatan Koloid Secara Dispersi

a. Dispersi langsung (mekanik)

Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam
medium pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling atau menggerus
partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol belerang dalam air,
serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan menggerus bersama kristal gula secara
berulang – ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk koloid secara langsung
karena partikel – partikel semen sudah digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya
menjadi ukuran koloid.

b. Homogenisasi

Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk
susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel – partikel susu
berubah menjadi seukuran partikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan
proses homogenisasi mengunakan mesin homogenisasi.

c. Peptisasi

Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel – partikel besar, misalnya
suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah tertentu. Sebagai
contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan AlCl3 ke
dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan
NH3 secukupnya. Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air,
nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H2S.

d. Busur Bredig

Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid logam.
Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung
elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga
api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan
menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid logam.

Pembuatan Koloid Secara Kondensasi


Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan dengan mengubah suatu larutan menjadi
koloid. Proses ini umumnya melibatkan reaksi – reaksi kimia yang menghasilkan zat yang
menjadi partikel – partikel terdispersi.
a. Reaksi hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid – koloid basa dari suatu garam yang
dihidrolisis (direaksikan dengan air).
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3.
FeCl(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
b. Reaksi Redoks
Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil
oksidasi atau reduksi.
Contoh:
Pembuatan sol belerang dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.
2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s)
c. Pertukaran Ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat – zat yang sukar
larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.
Contoh:
Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3.
3H2S(g) + As2O3(aq) → As2S3(s) + 3H2O(l)

D. Koloid Liofil dan Liofob


Adanya sifat absorpsi dan zat terdispersi (dengan fase padat) terhadap mediumnya
(dengan fase cair), maka kita mengenal dua jenis sol, yaitu sol liofil dan sal liofob. Sol liofil
ialah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengabsorpsi molekul mediumnya. Sol
liofob ialah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak mengabsorpsi molekul
mediumnya.

Bila sol tersebut menggunakan air sebagai medium, maka kedua jenis koloid tersebut
adalah sol hidrofil dan sot hidrofob. Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-
agar, detergen, dan gelatin. Contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfida, sol-sol logam, sol
belerang, dan sol Fe(OH) 3 .
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit
elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan dengan koloid liofob. Untuk
menggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung molekul-
molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk
memisahkan mediumnya, pada koloid liofil, dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau
penguraian. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi.
Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel . Koloid liofob mempunyai sifat yang berlawanan
dengan koloid liofil.

E. Kegunaan Koloid
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.

Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:

Jenis Industri Contoh Aplikasi


Industri Makanan Keju, mentega, susu
Industri Kosmetika dan Perawatan Tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri Cat Cat
Industri Kebutuhan Rumah Tinggal Sabun, detergen
Industri Pertanian Peptisida, insektisida
Industri Farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Penjelasan mengenai aplikasi koloid :

1. Pemutihan Gula

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel
koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi
zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.

2. Penggumpalan Darah

Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka
luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+
dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga
proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.

3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur,
dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya
layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat
dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang
terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang
bermuatan positif melalui reaksi:

Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema
proses penjernihan air secara lengkap.

BAB 3

Penutup
Kesimpulan
Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui
sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Jika
diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak dengan gerak
patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak simetris
antara molekul medium dengan partikel koloid. Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat
lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid
mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel
koloid menjadi bermuatan listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara
partikel koloid, sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi). Muatan partikel
koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan partikel koloid dalam
medan listrik. Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi
karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan
menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Koloid yang
medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil
mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob
interaksinya tersebut tidak ada. Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi.
Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium
dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul
mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid.

DAFTAR PUSTAKA

Buku cetak Kimia

Ruangguru

http://www.makalah.co.id/2013/04/makalah-koloid.html

https://www.studiobelajar.com/koloid/

Anda mungkin juga menyukai