Asslamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nyalah
saya dapat menyelesaikan makalah tentang Sistem Koloid. Untuk kedua kalinya sholawat
serta salam saya selalu tercurahkan kepada junjungan nabi Muhamad SAW.
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Juni Desti, ST, M.Si selaku guru
kimia yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan makalah ini. Serta ucapan terima
kasih yang tiada habisnya kepada kedua orang tua yang sangat saya sayangi karena ridho
mereka lah saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bagi pembaca. Tiada gading yang tak retak, demikian pula
dengan penyusunan makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak maupun bagi pembaca makalah ini.
Wassalammualaikum Wr. Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................
C. Tujuan...........................................................................................
D. Manfaat........................................................................................
A. Sistem Koloid..............................................................................
B. Sifat-sifat Koloid........................................................................
C. Pembuatan Koloid.......................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................
B. Saran.................................................................................
C. Daftar Pustaka....................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah sistem koloid ini merupakan tugas akhir semester genap yang ditugaskan
oleh ibu Juni Desti, ST, M.Si selaku gurukimia. Dalam penyusunan makalah ini
bertujuan untuk mendapatkan nilai, secara khususnya agar penulis dapat mengetahui
dan memahami materi mengenai sistem koloid. Serta penulis berharap makalah ini
bermanfaat bagi pembacanya. Dalam pengumpulan materi ini penulis menggunakan
Buku Siswa KIMIA kurtilas edisi revisi 2016 sebagai sumber utama, dan dari
berbagai situs referensi yang penulis dapatkan dari internet.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem koloid?
2. Apa saja sifat-sifat koloid itu?
3. Bagaimana cara pembuatan koloid?
4. Bagaimana peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari?
5. Bagaimana pula dampak negatif yang ditimbulkan oleh koloid?
C. Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu sistem koloid.
2. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami berbagai sifat dari koloid.
3. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan koloid.
4. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami peranan koloid dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami dampak negatif yang
ditimbulkan oleh koloid
D. Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu sistem koloid.
2. Pembaca dapat mengetahui dan memahami berbagai sifat dari koloid.
3. Pembaca dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan koloid.
4. Pembaca dapat mengetahui dan memahami peranan koloid dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Pembaca dapat mengetahui dan memahami dampak negatif yang ditimbulkan
oleh Koloid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SISTEM KOLOID
Koloid berasal darikata “kola” yang berarti lem atau perekat.Koloid adalah campuran
dua atau lebih zat yang salah satu fasanya tersuspensi ke dalam fasa kedua. Cat, pasta gigi,
tinta dan obat sirop merupakan contoh-contoh koloid yang banyak dalam kehidupan sehari-
hari.Pembeda antara koloid dengan larutan sejati adalah sistem zat terlarut dan ukuran
partikelnya.Ukuran partikel koloid berkisar antara 10-7m– 10-9 m atau 10– 10.000 A°.
Ukuran ini sangat kecil untuk dapat dilihat denganmata. Koloid tidak bisa berdifusi
melalui kertas perkamen. Sebagai bandingan, ukuran partikel koloid, suspensi,dan larutan
sejati adalah sebagai berikut:
Larutansejati :<10 A°
Suspensi :>10.000 A°
Dalam larutan sejati, seperti larutan gula atau larutan garam, partikel zat terlarut
mengandung ion atau molekul tunggal. Pada sisi lain ada yang disebut dengan suspensi, yang
mana partikelnya mengandung lebih dari satu molekul dan cukup besar untuk dilihat oleh
mata atau di bawah mikroskop .Diantara keduanya akan ditemukan suatu koloid, yang mana
partikelnya mungkin mengandung lebih dari satu molekul tetapi tidak cukup besar untuk
dapat dilihat dengan mikroskop biasa (Laider,1982).
Partikel – partikel yang terletak dalam jarak ukuran koloidal mempunyai luas
permukaan yang sangat besar dibanding dengan luas permukaan partikel – partikel yang lebih
besar dengan volume yang sama(Moechtar,1989). Diameter partikel dalam larutan sejati
lebih kecil dari 1 mµ. Bila diameter partikel – partikel dalam larutan terletak diantara 1- 100
mµ ,sistem disebut campuran kasar atau dispersi kasar (Sukardjo,1997).Koloid adalah suatu
campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran
koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm (10-7–10-5cm ).
Sistem koloid tersusun atas fase terdispersi yang tersebar merata pada medium
pendispersi. Fase terdispersi maupun medium pendispersi dapat berupa gas, cair, atau padat.
Akan tetapi, campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid, sebab semua gas akan
bercampur homogen dalam segala perbandingan. Jadi campuran gas dengan gas merupakan
larutan. Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersi, sistem koloid dapat
dikelompokkan menjadi delapan tipe, yaitu busa, busa padat, aerosol cair, aerosol padat,
emulsi, emulsi padat, sol, dan sol padat. Kedelapan tipe koloid tersebut dapat dicermati dalam
Tabel 1.1
1) Aerosol
Aerosol adalah sebutan untuk koloid yang medium pendispersinya adalah
gas.Aerosol terbentuk karena adanya pendorong/propelan, misalnya
klorofluorkarbon dan CO2.
2) Sol
Sol adalah sebutan untuk partikel padat yang terdispersi dalam partikel cair.
3) Gel
Gel adalah sebutan untuk partikel cair yang terdispersi dalam partikel padat.Gel
terbentuk dari sol liofil yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersi.Gel disebut
juga koloid setengah kaku, karena sifatnya cair namun agak padat.
4) Emulsi
Emulsi adalah sebutan untuk partikel cair yang terdispersi dalam partikel cair.Emulsi
terbentuk apabila partikel cair tidak saling melarutkan. Emulsi terbentuk karena adanya
emulgator/pengemulsi yang menstabilkan campuran.
Contoh pengemulsi:
Emulsi dimana minyak (zat yang tidak bercampur dengan air) terdispersi dalam
air.Contoh: santan, susu, lateks.
Emulsi dimana air terdispersi dalam minyak (zat yang tidak bercampur dengan air).
Contoh: mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi, mentega.
5) Buih
Buih adalah sebutan untuk partikel gas yang terdispersi dalam partikel cair.Buih
terbentuk karena adanya pembuih yang menstabilkan campuran, misalnya sabun, detergen
dan protein.Buih terbentuk dari zat cair yang mengandung pembuih yang dialiri gas.
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak partikel koloid dalam medium
pendispersinya. Gerak Brown pertama kali ditemukan oleh Robert
Brown(1827), seorang ahli biologi dari Inggris.Gerak Brown ini terjadi karena
adanya tumbukan yang tidak seimbang antara partikel-partikel dengan medium
pendispersi secara terus-menerus. Gerak Brown akan semakin cepat apabila
ukuran partikel koloid semakin kecil. Perhatikan Gambar 1.2
c. Koagulasi
Koagulasi atau penggumpalan adalah peristiwa pengendapan
partikel-partikel koloid sehingga fase terdispersi terpisah dari
medium pendispersinya. Koagulasi disebabkan oleh hilangnya
Kestabilan untuk mempertahankan partikel-partikel agar tetap
tersebar di dalam medium pendispersinya.
d. Koloid Pelindung
Koloid Pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi
koloid lain agar tidak mengalami koagulasi. Koloid pelindung
bekerja dengan membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid lain.
Lapisan ini melindungi muatan koloid tersebut sehingga partikel
koloid tidak mudah mengendap atau terpisah dari mediumnya.
e. Dialisis
Kestabilan suatu koloid dapat dipertahankan dengan
menambahkan sedikit elektrolit dengan konsentrasi yang tepat ke
dalam koloid tersebut. Apabila konsentrasi elektrolit tidak tepat,
justru akan terbentuk ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid.
Untuk mencegah adanya ion-ion pengangguran ini di tempuh cara
dialisis menggunakan dialisator. Alat dialisator diterapkan dalam
proses cuci darah pada penderita gagal ginjal.
C. PEMBUATAN KOLOID
a. Cara Kimia
Cara kimia adalah pembuatan partikel koloid dari partikel larutan
sejati melalui reaksi kimia.
1.)Reaksi redoks
Dalam reaksi ini disertai perubahan bilangan oksidasi. Pembuatan koloid melalui reaksi
redoks diterapkan dalam pembuatan sol beneran dan sol emas.
2.)Reaksi hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi yang terjadi antara garam dengan air.
3.)Reaksi substitusi/pemindahan
Sol As2S3 diperoleh dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan asam arsenit
(H3AsO3) melalui reaksi subtitusi. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
4.)Reaksi penggaraman
b. Cara Fisika
1.) Pendinginan
Kelarutan suatu zat pada umumnya berbanding lurus dengan suhu, sehingga proses
pendinginan akan menggumpalkan partikel larutan menjadi suatu koloid.
Misalnya, kita ingin membuat sol belerang dalam air; belerang sukar larut dalam air, tetapi
melarut baik dalam alkohol. Maka larutan jenuh belerang dalam alkohol diteteskan ke
dalam air sambil diaduk. Belerang akan menggumpal menjadi partikel koloid, kemudian
alkohol dipisahkan dengan metode dialisis.
Misalnya, uap raksa dialirkan melalui air dingin, sehingga terbentuk sol raksa. Kemudian
amonium sitrat ditambahkan sebagai penstabil (stabilizer )
2. Cara Dispersi
Selain cara kondensasi, suatu sistem koloid dapat dibuat melalui cara dispersi yaitu
menghaluskan partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel yang berukuran
koloid.
a. Cara mekanik
b. Cara peptisasi
Partikel endapan dipecah dan dihaluskan menjadi partikel koloid dengan menambahkan
suatu elektrolit yang mengandung ion sejenis. Misalnya, sol Fe(OH)3 dibuat dengan
menambahkan FeCl3, dan sol NiS dibuat dengan menambahkan H2S.
Cara ini khusus untuk membuat sol logam dengan cara dispersi. Dua kawat logam yang
berfungsi sebagai elektrode dicelupkan ke dalam air, kemudian kedua ujung kawat diberi
loncatan listrik. Sebagian logam akan mendebu ke dalam air dalam bentuk partikelkoloid.
3. Dokomposisi Rangkap
Sol perak bromida untuk membuat film, kertas atau pelat fotografi. KNO3 dihilangkan
dengan cara dialisis, kemudian ditambahkan gelatin. Emulsi fotografi adalah suspensi
butir-butir perak bromida dalam gel gelatin.
PEMBAHASAN
Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah, air, dan
udara), industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian. Di industri sendiri, aplikasi koloid
untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu
dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara
homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar.
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diafomea atau karbon. Partikel koloid
akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat
warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka
luka tersebut dapat diobati dengan pensil striptis atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+
dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga
proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air dari
mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika
tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat
dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung
partikel-partikel koloid tanah liat, lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan
negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan
beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan
cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidrolisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema
proses penjernihan air secara lengkap:
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif.
Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif.
Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akan menetralkan muatan
pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkaimengandung zat-zat
pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untuk memisahkan pengotor ini, digunakan alat
pengendap elektrostatika yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk
menarik partikel-partikel koloid.
7. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi
koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat
besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah karet.
Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet menggumpal dan
terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengoagulasikan getah karet, biasanya
digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan
merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan
menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran
yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan
lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan
dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah
karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi
partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol tidak
menggumpal.
Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar
bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci
darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput
semipermeabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa koloid saja.
Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun
seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang
telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
9. Sebagai deodoran
Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga
mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.
Ada berbagai bahan kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam bentuk
cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.
Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam
pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator.
Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa
lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air.
Kadang-kadang gulam masih mengandung pengotor sehingga jika dilanturkan tidak jernih,
pada industri pembuatan sirop, untuk menghilangkan pengotor ini biasanya digunakan putih
telur. Setelah gula larut, sambil diaduk ditambahkan putih telur sehingga putih telur tersebut
menggumpal dan mengadsorpsi pengotor. Selain putih telur, dapat juga digunakan zat lain,
seperti tanah diatome atau arang aktif.
Arang aktif merupakan contoh dari adsorben yang dibuat dengan cara memanaskan arang
dalam udara kering. Arang aktif memiliki kemampuan untuk menjerap berbagai zat. Obat
norit (obat sakit perut) mengandung zat arang aktif yang berfungsi menjerap berbagai zat dan
racun dalam usus. Arang aktif ini juga digunakan para topeng gas, lemari es (untuk
menghilangkan bau), dan rokok filter (untuk mengikat asap nikotin dan tar).
15. Perebusan Telur
Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi berupa protein. Jika telur
tersebut direbus akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut menggumpal.
Susu dapat diubah menjadi yoghurt melalui fermentasi. Pada fermentasi susu akan terbentuk
asam laktat yang menggumpal dan berasa asam.
Pada pembuatan tahu dari kedelai, mula-mulai kedelai dihancurkan sehingga terbentuk bubur
kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan larutan elektrolit, yaitu CaSO4.2H2O yang
disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal dan membentuk tahu.
Koloid tidak hanya menguntungkan bagi kehidupan kita, namun koloid juga dapat
menimbulkan hal yang merugikan dalam kehidupan seperti berikut ini :
Pencemaran Lingkungan Oleh Koloid yaitu
a. Asbut , istilah adaptasi dari bahasa Inggris smof ( smoke and fog), adalah kasus
pencemaran udara berat yang bisa terjadi berhari-hari hinggahitungan bulan.
Di bawah keadaan cuaca yang menghalang sirkulasi udara, asbut bisa menutupi suatu
kawasan dalam waktu yang lama, seperti kasus di kota-kota besar di dunia dan terus
menumpuk hingga berakibat membahayakan. Selain itu, asbut mengandung partikel-
partikel yang dapat membahayakan paru-paru dan menyebabkan batuk. Asap yang
mengandung belerang dioksida (SO 2 ) yang dapat bereaksi dengan oksigen dan uap
air membentuk asam sulfat yang turun bersama hujan mengakibatkan hujan asam.
Selain itu , asbut juga mengandung berbagai gas yang terbentuk dari serangkaian
reaksi fotokimia. Reaksi fotokimia adalah reaksi yang berlangsung di bawah sinar
matahari. Gas-gas tersebut adalah ozon, aldehida, dan peroksiasetil nitrat.
b. Debu adalah sistem koloid yang terdiri dari partikel-partikel padat terdispersi dalam
udara. Contoh debu yang menyebabkan pencemaran udara dan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan adalah debu asbes. Asbes merupakan campuran serat silikat
dengan semen. Serat asbeb membentuk sistem koloid dengan udara berupa debu. Debu
yang mengandung serat asbes tersebut disebut debu asbes. Debu asbes in jika terhirup
akan melukai paru-paru.
c. Sol, sol yang dimaksud disini adalah lumpur koloidal yang terbentuk akibat koagulasi
zat pencemar di dalam air. Selain itu sol sabun dan sol detergen pun banyak
mencemari air. Di dalam air sol ini tidak membentuk larutan melainkan membentuk
sistem koloid. Sehingga jika berada dalam air maka akan mengancam kehidupan biota
air yang ada dalam sungai.
BAB IV
PENUTUP
D. Kesimpulan
B. Saran
Budiastuti, Prautami. 2007. Kimia Kelas XI untuk SMA Semester Genap. Surakarta: Mediatama.
Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Erlangga.
Suharsini, Maria dan Dyah Saptarini. 200 7. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta: GanecaExact.
Salirawati, Das, Fitri Meilina K. dan Jamil Suprihatiningrum. 2007. Belajar Kimia Secara Menarik.
Jakarta: Grasindo.
Taufiq, Agus dan Suryana Purawisasta. 2006. Kimia SMA. Jakarta: Widya Utama.