Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

“HIDROLISIS SUKROSA DAN PATI (KANJI)”

Oleh:

Nama : Ni’matul Mukarromah

NIM : 210210103114

Kelompok : 6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
I. IDENTITAS PRAKTIKAN
1.1 Ni’matul Mukarromah
1.2 210210103114
1.3 Pendidikan Biologi
1.4 D/6
1.5 Anggota Kelompok:
1.5.1 Shohibul Kahfi (210210103111)
1.5.2 Ni’matul Mukarromah (210210103114)
1.5.3 Sabrina Laura Agustin (210210103124)
1.5.4 Aldea Anisyafera N. (210210103126)
1.5.5 Nur Kholifah R. (210210103127)
II. PERCOBAAN
2.1 Judul Percobaan : Hidrolisis Sukrosa dan Pati (Kanji)
2.2 Tanggal Percobaan : 31 Maret 2022
2.3 Nama Asisten:
2.3.1 Muhammad Efendi
2.2.2 Dias Mega Utami (180210103092)
2.2.3 Maratun Hasanah (200210103025)
III. TUJUAN PERCOBAAN
3.1 Untuk mempelajari hidrolisis sukrosa dan pati (kanji)
3.2 Untuk mempelajari hidrolisis pati (kanji) oleh amylase air ludah
3.3 Untuk menemukan kondisi optimum pH dan temperature pada
hidrolisis katalis amylase air ludah.
IV. TINJAUAN PUSTAKA
Hidrolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunaka n
air untuk memisahkan ikatan kimia dari substansinya. Hidrolisis sukrosa
(raw sugar) adalah prosess pemecahan molekul disakarida (sukrosa)
menjadi monosakarida (fruktosa dan glukosa) (Waedani dkk. 2021).
Sukrosa mudah terhidrolisis menjadi Dglukosa dan D-fruktosa, hidrolis is
tersebut disebut proses inversi. Prosesnya akan diikuti oleh perubahan rotasi
optik dari arah kanan ke kiri apabila telah tercapai campuran glukosa dan
fruktosa dalam volume yang sama (Susilo dkk. 2019).
Pati merupakan salah satu jenis karbohidrat alami yang tersimpan
dalam hampir semua jaringan pada tumbuhan. Jaringan tumbuhan yang
dimaksud seperti pada dalam daun, akar, batang, buah maupun bijinya.
Struktur polisakarida pati tersusun dari monomer-monomer glukosa yang
terikat dengan ikatan glikosida. Penyusun koomponen utama pati ada dua,
yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan homopolimer
berbentuk linier, sedangkan amilopektin adalah polimer yang memilik i
percabangan (Putri & Zubaidah, 2017)
Enzim adalah suatu biokatalisator dalam semua sistem kehidupan.
Enzim memiliki peran penting dalam semua reaksi biokimia yang
berlangsung di dalam sel organisme, tanaman, hewan dan manusia. Sebagai
katalisator, enzim berperan untuk mempercepat reaksi biokimia tanpa
mengalami perubahan yang permanen. Ezim mengkatalis semua reaksi yang
berlangsung dalam sel mahluk hidup secara cepat, efisien, dan spesifik.
Enzim memiliki banyak sifat yang unggul seperti mampu mempercepat
reaksi dengan dibanding reaksi tanpa katalisator, enzim bekerja pada
kisaran pH netral dan temperatur yang optimum (20ºC-40ºC), bersifat
ramah lingkungan atau dapat terurai secara biologi dimana enzim bersifat
alami dan dapat digunakan secara berulang- ulang karena enzim tidak
mengalami perubahan yang permanen selama proses katalisis (Susanti &
Fibriana, 2017).
Secara umum, enzim menjadi tidak stabil pada suhu yang tinggi dan
pH yang ekstrem. untuk mengubah pati menjadi dekstrin diperlukan enzim
yang stabil dan mempunyai aktivitas yang tinggi pada suhu sekitar 60ºC
(Yandri dkk, 2020). Enzim amilase merupakan suatu enzim yang mampu
mengkatalis reaksi hidrolisis pati dan glikogen menjadi maltose,
maltotriosa, isomaltosa dan glukosa. Enzim amilase dapat memecah ikatan
polimer pati menjadi lebih pendek, oligosakarida atau molekul gula yang
lebih sederhana (Novitasari dkk, 2021). Enzim amilase mengkata lis
hidrolisis ikatan 1,4 glucosidic dari komponen pati seperti amilosa dan
amilopektin menjadi oligosakarida yang lebih kecil, termasuk maltose.
Adapun polifenol diketahui dapat menghambat aktivitas enzim pencernaan
seperti amilase dan glucosidase (Ismail dkk, 2018).
V. ALAT DAN BAHAN
5.1 Alat
5.1.1 Praktikum offline
1. Kertas label, tabung reaksi, penangas air, kompor listr ik,
plat tetes, stopwatch
2. Thermometer
5.1.2 Praktikum online
1. Kertas label, botol vial, thermometer, sendok, stopwatch.
5.2 Bahan
5.2.1 Praktikum offline
1. Sukrosa, aquades, HCL 3M, NaOH 3M, larutan iodium (I2 )
2. Air ludah, Na2 CO3 , es batu, reagen benedict
3. Reagen seliwanoff
5.2.2 Praktikum online
1. Betadine, kanji, air es, air hangat, air panas, air ludah.
VI. LANGKAH KERJA
6.1 Hidrolisis Karbohidrat Sukrosa

Larutan sekitar 0,5 gram sukrosa dalam 6 ml aquades

Berilah tabel pada tabung reaksi dari 1-3 dan bagilah larutan ke
dalam tiga tabung reaksi tersebut.

Pada tabung 1, tambahkan kurang lebih 2 ml HCL 3M dan pada


tabung 2 dan 3 tambahkan aquades yang sama banyak untuk
menjaga agar volumenya setara.
Letakkan tabung 1 dan 2 pada penangas air mendidih selama 5
menit. Tabung 3 dibiarkan pada suhu kamar

Dinginkan tabung yang dipanaskan tadi pada suhu kamar dan


dengan hati-hati tambahkan 3 ml larutan NaOH 3M pada tabung
reaksi 1. Sejumlah air yang sama ditambhkan pada tabung reaksi 2
dan 3.

Bagilah isi tiap tabung dalam dua tabung (berilah label IA, I B, 2A,
2B, dan seterusnya).

Pada tabung berlabel A, tambahkan reagen Benedict. Untuk tabung


B tambahkan 5 reagen seliwanof. Panaskan semua tabung pada
penangas mendidih untuk 5 menit.

6.2 Penentuan pH optimum untuk hidrolisis pati (kanji) dengan amylase air
ludah.

Letakkan tabung reaksi yang bersih dalam rak tabung reaksi dan
tambahkan sekitar 3 ml larutan kanji pada setiap tabung.

Pada tabung 1 tambahkan 1 ml HCl 0,5M, pada tabung 2


tambahkan 1 ml HCl 0,05M, dan pada tabung 3 tambahkan 1 ml
aquades
Pada tabung 4 tabahkan 1 ml sodium karbonat (Na 2 CO3 0,5M).
campurkan kandungan tiap tabung dengan baik dan letakkan kaca
pengaduk pada setiap tabung.

Catatlah waktu dan tambahkan 1 ml air ludah encer pada tiap


tabung dan campurkan.

Setelah 30 detik, pindahkan setiap satu tetes dari setiap tabung dan
campurkan dengan satu tetes iodine pada tes.

Lakukan uji serupa setelah 30 detik diikuti oleh uji setelah satu
menit interval. Hentikan tes setelah anda lihat bukti bahwa kanji
telah terhidrolisis.

Jika tabung masih menampakkan kanji setelah 10 menit, anda boleh


menganggap bahwa hidrolisis tidak terjadi dan dapat menghentikan
percobaan.

6.3 Penentuan temperature optimal untuk hidrolisis pati (kanji) dengan


amylase air ludah.

Tambahkanlah kurang lebih 3 ml larutan kanji pada setiap tabung


reaksi.

Tempatkan tabung 1 pada pendingin es, tabung 2 dengan air gelas


kimia pada temperature suhu 40 o C dan tabung 3 dalam air
mendidih pada gelas kimia.
Biarkanlah tabung pada temperature masing-masing paling sedikit
dalam waktu 5 menit dan aduklah secara teratur

Sebelum memulai percobaan , periksalah temperatur isi tabung


hampir sama dengan temperature wadah ditempatkan.

Catatlah waktu dan tambahkan 1 ml larutan air ludah pada setiap


tabung dan campurkanlah secara hati-hati dengan pengadukan

Tambahkan 2-3 tetes iodin pada masing masing tabung reaksi. Dan
amati perubahan yang terjadi pada setiap interval waktu yang telah
ditentukan.

Jika warna iodin dalam tabung tetap selama 10 menit, letakkan


tabung itu dalam penangas air pada suhu 30 o C dan biarkan tabung
selama 10 menit. Setelah 10 menit pada suhu 30 o C lakukan uji lagi
untuk mengetahui hilangnya warna larutan kanji.

VII. HASIL PENGAMATAN


Praktikum online
7.1 Kelompok 1 (hidrolisis enzimatik kanji)

Waktu Perubahan Warna


Tabung (0°𝐶) Tabung (40°𝐶) Tabung (100°𝐶)
30 Bagian atas Bagian atas Bagian atas
detik berubah warna berubah warna berubah warna
pertama menjadi coklat menjadi coklat tua menjadi abu-abu
kehitaman karna karna iodin sedikit coklat
iodin bereaksi bereaksi dengan karna iodin
dengan tepung tepung pati dan bereaksi dengan
pati dan amylase. amylase. Perubahan tepung pati dan
Perubahan warnanya tidak amylase
warnanya paling terlalu cepat dan Perubahan
cepat. Apabila tidak terlalu lambat. warnanya paling
nampak warna . Apabila nampak lambat. . Apabila
kuning, itu warna kuning, itu nampak warna
merupakan iodin merupakan iodin kuning, itu
yang belum yang belum merupakan iodin
tersebar merata. tersebar merata. yang belum
tersebar merata.
Menit Bagian atas Bagian atas Bagian atas
ke -1 berwarna menjadi berwarna coklat tua berwarna abu-abu
coklat kehitaman pekat sedikit coklat
Menit Bagian atas Bagian atas Bagian atas
ke -2 berwarna menjadi berwarna coklat tua berwarna abu-abu
coklat kehitaman pekat sedikit coklat
Menit Bagian atas Bagian atas Bagian atas
ke -3 berwarna menjadi berwarna coklat tua berwarna abu-abu
coklat kehitaman pekat sedikit coklat
Menit Bagian atas Bagian atas Bagian atas
ke -4 berwarna menjadi berwarna coklat tua berwarna abu-abu
coklat kehitaman pekat sedikit coklat
Menit Bagian atas Bagian atas Bagian atas
ke -5 berwarna menjadi berwarna coklat tua berwarna abu-abu
coklat kehitaman pekat sedikit coklat
Menit Berwarna hitam Berwarna hitam Berwarna hitam
ke -6 pekat dan terdapat pekat da ada pekat dan ada
sediit kecoklatan. bagian yang bagian yang
Persebaran berwarna berwarna putih
warnanya hamper keunguan, keabu-abuan.
merata persebaran waranya Persebaran warna
kurang merata kurang merata
Menit Berwarna hitam Berwarna hitam Berwarna hitam
ke -7 pekat dan terdapat pekat da ada pekat dan ada
sediit kecoklatan. bagian yang bagian yang
Persebaran berwarna berwarna keabu-
warnanya hampir keunguan, abuan. Persebaran
merata persebaran waranya warna kurang
kurang merata merata
Menit Berwarna hitam Berwarna hitam Berwarna hitam
ke -8 pekat dan terdapat pekat da ada pekat dan ada
sediit kecoklatan. bagian yang bagian yang
Persebaran berwarna berwarna keabu-
keunguan, abuan. Persebaran
warnanya hamper persebaran waranya warna kurang
merata kurang merata merata
Menit Berwarna hitam Berwarna hitam Berwarna hitam
ke -9 pekat secara pekat da ada pekat dan ada
keseluruhan bagian yang bagian yang
berwarna berwarna keabu-
keunguan, abuan. Persebaran
persebaran waranya warna kurang
kurang merata merata
Menit Berwarna hitam Berwarna hitam Berwarna hitam
ke -10 pekat secara pekat da ada pekat dan ada
keseluruhan bagian yang bagian yang
berwarna berwarna keabu-
keunguan, abuan. Persebaran
persebaran waranya warna kurang
kurang merata merata

7.2 Kelompok 2 (hidrolisis enzimatik kanji)

Waktu Perubahan Warna


Tabung (40°𝐶) Tabung (0°𝐶) Tabung (100°𝐶)
30 Warna larutan Bagian atas Cairan menjadi
detik menjadi biru sangat permukaan larutan berwarna biru
pertama gelap mendekati dalam tabung vial gelap
hitam dan bertahan menjadi keunguan
di bagian dasar
Menit Tidak ada Warna ungu masih Warna biru gelap
ke -1 perubahan dari bertahan di bagian menjadi lebih
sebelumnya atas tabung terang
Menit Tidak ada Warna ungu masih Warna biru gelap
ke -2 perubahan dari tetap berada di tidak banyak
sebelumnya bagian atas tabung berubah dari
sebelumnya
Menit Tidak ada Warna ungu mulai Warna biru
ke -3 perubahan dari turun dan semakin berubah
sebelumnya bercampur dengan menjadi biru
larutan terang sedikit
transparan
Menit Tidak ada Warna ungu Warna berubah
ke -4 perubahan dari hampir tercampur menjadi biru
sebelumnya seluruhnya dengan terang
larutan
Menit Tidak ada Warna ungu turun Warna cairan
ke -5 perubahan dari ke dasar tabung menjadi lebih biru
sebelumnya terang dari
sebelumnya
Menit Tidak ada Bagian atas tabung Warna cairan
ke -6 perubahan dari menjadi berwarna menjadi biru
sebelumnya putih bening sangat terang
sedangkan dasar
tabung berwarna
ungu
Menit Tidak ada Warna ungu Cairan berubah
ke -7 perubahan dari selurhnya menjadi putih
sebelumnya mengendap di bening
bagian dasar
tabung
Menit Tidak ada Tidak ada -
ke -8 perubahan dari perubahan dari
sebelumnya sebelumnya
Menit Berwarna hitam Tidak ada -
ke -9 pekat secara perubahan dari
keseluruhan sebelumnya
Menit Tidak ada Tidak ada -
ke -10 perubahan dari perubahan dari
sebelumnya sebelumnya

7.3 Kelompok 3 (hidrolisis enzimatik kanji)


Waktu Perubahan warna
Tabung (0°C) Tabung (40°C) Tabung (100°C)

30 Coklat muda Coklat muda Kuning pudar /


detik Karena bereaksi Karena bereaksi kuning betadine
pertama dengan tepung pati dengan tepung pati
dan amilase dan amilase
Menit Coklat tua Coklat pekat Coklat pekat
ke-1
Menit Coklat tua Coklat pekat Coklat pekat
ke-2
Menit Coklat menghitam Coklat menghitam Menggumpal di
ke-3 menggumpal di menggumpal di atas, sedikit kuning
atas + ada endapan atas + ada endapan kehitaman + ada
pati di bawah pati di bawah endapan pati
Menit Coklat menghitam Coklat menghitam Menggumpal di
ke-4 menggumpal di menggumpal di atas, sedikit kuning
atas + ada endapan atas + ada endapan kehitaman + ada
pati di bawah pati di bawah endapan pati
Menit Coklat menghitam Coklat menghitam Menggumpal di
ke-5 menggumpal di menggumpal di atas, sedikit kuning
atas + ada endapan atas + ada endapan kehitaman + ada
pati di bawah pati di bawah endapan pati
Menit Coklat menghitam Coklat menghitam Menggumpal di
ke-6 menggumpal di menggumpal di atas, sedikit kuning
atas + ada endapan atas + ada endapan kehitaman + ada
pati di bawah pati di bawah endapan pati
Menit Perubahan warna Ada 3 lapisan: Ada 2 lapisan:
ke-7 menjadi hitam  Atas: bening  Warna hitam
kebiruan + terdapat  Tengah: pekat dalam
endapan pati di berwarna hitam jumlah sedikit
bawah dengan  Bawah: endapan (tipis) di bagian
jumlah yang sedikit pati atas
 Endapan putih
dalam jumlah
banyak (tebal)
Menit Perubahan warna Ada 3 lapisan Ada 2 lapisan
ke-8 menjadi hitam  Atas bening Warna hitam pekat
kebiruan + terdapat  Tengah dalam jumlah
endapan pati di berwarna hitam
bawah dengan  Bawah: endapan sedikit di bagian
jumlah yang sedikit pati atas
Endapan putih
dalam jumlah
banyak (tebal)
Menit Perubahan warna Ada 3 lapisan Ada 2 lapisan
ke-9 menjadi hitam  Atas bening  Warna hitam
kebiruan + terdapat  Tengah pekat dalam
endapan pati di berwarna hitam jumlah sedikit di
bawah dengan  Bawah: endapan bagian atas
jumlah yang sedikit pati  Endapan putih
dalam jumlah
banyak (tebal)
Menit Perubahan warna Ada 3 lapisan: Ada 2 lapisan:
ke-10 menjadi hitam  Atas: bening  Atas: berwarna
kebiruan + terdapat  Tengah: hitam pekat
endapan pati di berwarna hitam dalam jumlah
bawah dengan  Bawah: endapan sedikit (tipis)
jumlah yang sedikit pati  Bawah: Endapan
putih dalam
jumlah banyak
(tebal)

7.4 Kelompok 4 (hidrolisis karbohidrat sukrosa)


No Zat Perlakuan Jenis tes dan hasil
ditambahkan Glukosa Benedict Seliwanoff
Oksidae
1 HCL, NaOH Dipanaskan Bening Merah bata
kehijauan
2 Aquades Dipanaskan Biru muda Oranye
muda
3 Aquades Biru Biru
kekuningan kehijauan

7.5 Kelompok 5 (Penentuan pH optimum untuk hidrolisis pati (kanji)


dengan amylase air ludah)

Waktu Catatan Hasil


Tabung 1, Tabung 2, Tabung 3, Tabung 4,
0,5M HCl 0,05M HCl Aquades Na2 CO3
30 Biru Biru tua Abu-abu Tidak ada
detik transparan transparan perubahan
1 menit Biru Biru tua Abu-abu Tidak ada
transparan transparan perubahan
2 menit Biru Biru lebih tua Abu-abu Tidak ada
transparan perubahan
3 menit Warna biru Biru lebih tua Abu-abu Tidak ada
menyebar perubahan
4 menit Biru Biru lebih tua Abu-abu Tidak ada
transparan perubahan
5 menit Biru Biru lebih tua Abu-abu Tidak ada
transparan perubahan
6 menit Biru Biru lebih tua Abu-abu Tidak ada
transparan perubahan
7 menit Biru Biru lebih tua Abu-abu Tidak ada
transparan perubahan
8 menit Biru Biru lebih tua Abu-abu Tidak ada
transparan perubahan
9 menit Biru Biru lebih tua Abu-abu Tidak ada
transparan perubahan
10 Biru Biru lebih tua Abu-abu Tidak ada
menit transparan perubahan
pH 1 2 6 10

7.6 Kelompok 6 (Penentuan temperature optimal untuk hidrolisis pati


(kanji) dengan amilase air ludah.

Catatan Hasil
Waktu
Tabung 1 (0º) Tabung 2 (40º) Tabung 3 (100º)
30 Biru gelap pekat Semburat Kuning Warna tidak
sekon berubah
1 Biru gelap pekat Bening Warna tidak
menit berubah
2 Biru gelap pekat Bening Warna tidak
menit berubah
3 Warna sedikit Bening Warna tidak
menit lebih memudar berubah
4 Warna sedikit Bening Warna tidak
menit lebih memudar berubah
5 Warna sedikit Bening Warna tidak
menit lebih memudar berubah
6 Warna sedikit Bening Warna tidak
menit lebih memudar berubah
7 Warna sedikit Bening Warna tidak
menit lebih memudar berubah
8 Warna lebih Bening Warna tidak
menit memudar berubah
9 Warna lebih Bening Warna tidak
menit memudar berubah
10 Warna lebih Bening Warna tidak
menit memudar berubah
>10 Warna semakin Bening Warna tidak
menit terlihat memudar berubah

VIII. PEMBAHASAN
Hidrolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan air untuk
memisahkan ikatan kimia dari substansinya. Hidrolisis sukrosa (raw sugar)
adalah prosess pemecahan molekul disakarida (sukrosa) menjadi
monosakarida (fruktosa dan glukosa). Hidrolisis asam adalah hidrolis is
dengan menggunakan asam yang dapat mengubah polisakarida menjadi
monosakarida. Asam akan bersifat sebagai katalisator yang dapat membantu
dalam proses pemecahan karbohidrat menjadi gula. Hidrolisis dengan asam
bertujuan untuk memecah ikatan lignin, selulosa, dan hemiselulosa agar
selulosa dan hemiselulosa mudah didegradasi menjadi glukosa. Randemen
glukosa yang tinggi dapat dihasilkan dari hidrolisis asam bila dicapai
kondisi yang optimum. Asam yang dipakai pada penelitian ini yaitu asam
klorida (HCl).
Menurut Kurniyati (2019), perbedaan perlakuan HCl dan NaOH
penambahan pada proses hidrolisis akan menentukan jenis asam amino
dihasilkan. Hasna (2020) juga mengatakan bahwa hidrolisis sukrosa dengan
HCl akan menyebabkan polisakarida ikut terhidrolisis yang kemudian akan
terukur sebagai sukrosa.
Reaksi hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dapat dilakukan dengan
menggunakan reaksi enzimatis, reaksi hidrolisis asam, maupun dengan
menggunakan katalis. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap reaksi
hidrolisis sukrosa yaitu katalisator, suhu, pencampuran, dan perbandinga n.
Variable yang pertama yaitu katalisator, hampir semua reaksi hidrolis is
memerlukan katalisator untuk mempercepat jalannya reaksi. Katalisator
yang dipakai dapat berupa enzim atau asam, karena kerjanya lebih cepat.
Asam yang dipakai beraneka ragam mulai dari asam klorida, asam sulfat,
sampai asam nitrat. Yang berpengaruh terhadap kecepatan reaksi adalah
konsentrasi ion H. yang kedua yaitu suhu, pengaruh suhu terhadap
kecepatan reaksi semakin tinggi suhu, semakin cepat jalannya reaksi. Yang
ketiga yaitu pencampuran (pengadukan), hal ini dilakukan agar zat pereaksi
dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya, maka perlu adanya
pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan
pengaduk atau alat pengaduk. Yang terakhir yaitu perbandingan, zat
pereaksi perbandingan zat pereaksi juga berpengaruh terhadap suatu reaksi
hidrolisis. Apabila salah satu zat pereaksi berlebihan jumlahnya, maka
kesetimbangan dapat bergeser ke sebelah kanan atau ke arah produk.
Amilase adalah enzim yang mempunyai kemampuan memecah
ikatan glukosida pada polimer pati. Kelompok enzim ini memiliki banyak
variasi dalam aktivitasnya, sangat spesifik, tergantung pada tempatnya
bekerja. Enzim ini dapat ditemukan pada tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme. Produksi enzim amilase yang tinggi, tidak lepas dengan
adanya faktor-faktor yang mendukung keberhasilan produksi suatu enzim.
Faktor yang sangat terpenting adalah suhu, pH dan substrat yang
mengandung kadar pati tinggi. Suhu sangat memengaruhi aktivitas enzim
karena enzim adalah rangkaian asam amino yang sistem kerjanya berkaitan
erat dengan suhu lingkungan.
Aktivitas enzim juga akan dipengaruhi oleh pH. pH akan berkaitan
dengan keberadaan ion hidrogen. Konsentrasi ion hidrogen sangat
memengaruhi aktivitas enzim, karena enzim dapat aktif apabila asam amino
yang merupakan sisi aktif enzim berada dalam keadaan ionisasi yang tepat.
pH terlalu asam atau basa akan menyebabkan enzim terdenaturasi sehingga
enzim tidak aktif. Factor lain yang mempengaruhi enzim yaitu suhu.
Dimana, apabila suhu terlalu rendah maka aktivitas enzim relative kecil.
Jika suhu terlalu panas maka enzim bisa saja tidak bekerja atau mati.
Pada praktikum online tabung reaksi diganti dengan botol vial.
Setiap botol vial (3 buah) diisi 3 ml larutan kanji dan memberi label pada
setiap botol. Botol 1 dengan suhu 0ºC, botol 2 dengan suhu 40ºC, dan botol
3 dengan suhu 100ºC. Kemudian mengukur suhu masing-masing wadah
yang sudah diisi dengan air es, air hangat, dan air mendidih menggunaka n
termometer. Botol 1 ditempatkan wadah air es, botol 2 ditempatkan pada
wadah berisi air hangat dan botol 3 pada wadah air mendidih selama 5 menit
dan kemudian diaduk. Lalu menormalkan suhu seperti suhu awal.
Stopwatch dinyalakan dan menambahkan air ludah sebanyak 1 ml atau satu
sendok teh pada masing- masing botol. Setelah 30 detik, botol vial
dipindahkan dan melakukan uji hidrolisis dengan menambahkan 1 tetes
betadine pada masing-masing botol. Lalu, amati perubahan yang terjadi.
Hasil praktikum yang ditunjukkan pada kelompok 1 setelah ditetesi
betadine dan diamati selama waktu 10 menit menunjukkan bahwa pada suhu
0 o C (dingin) terjadi perubahan warna dari cokelat kehitaman menjadi warna
hitam pekat. Sedangkan pada suhu 40 o C menunjukkan perubahan warna
dari coklat tua menjadi warna hitam pekat tetapi terdapat bagian yang
berwarna keunguan. Pada suhu 100 o C menunjukkan perubahan warna dari
berwarna abu-abu sedikit cokelat menjadi warna hitam pekat dan terdapat
bagian yang berwarna abu-abu.
Hasil praktikum yang ditunjukkan pada kelompok 2 setelah ditetesi
betadine dan diamati selama waktu 10 menit menunjukkan bahwa pada suhu
0 o C (dingin) terjadi perubahan warna pada 30 detik pertama saja menjadi
warna biru tua, hingga pada menit ke-9 warna berubah menjadi warna hitam
pekat keseluruhan. Sedangkan pada suhu 40 o C menunjukkan perubahan
warna dari warna keunguan hingga pada menit ke-5 warna ungu berada pada
dasar tabung dan pada menit ke 6 permukaan tabung berwarna putih dan
warna ungu tetap berada di dasar tabung vial, begitu seterusnya hingga
menit ke 10. Pada suhu 100 o C mengalami perubahan warna dari biru gelap
ke biru terang di menit ke 6, sedangkan pada menit ke 7 larutan berubah
menjadi putih bening hingga menit ke 10.
Hasil praktikum yang dilakukan oleh kelompok 3 setelah ditetesi
betadine dan diamati selama wakti 10 menit menunjukkan bahwa pada suhu
0 o C (dingin) terjadi perubahan dari berwarna coklat menjadi berwarna
hitam kebiruan denga nada endapan pati dibawahnya. Sedangkan pada suhu
40 o C menunjukkan perubahan warna coklat muda ke coklat kehitaman dan
pada menit ke 10 menunjukkan 3 lapisan warna di permukaan tabung vial
bening, bagian tengah berwarna hitam dan bagian bawah terddapan endapan
pati. Pada suhu 100 o C mengalami perubahan warna dari warna kuning
(betadine) menjadi coklat kehitaman hingga pada menit kesepuluh
membentuk dua lapisan dimana lapisan atas berwarna hitam pekat
sedangkan bagian bawah terdpat endapan putih dalam jumlah yang banyak.
Selanjutnya praktikum yang dilaksanakan secara offline oleh
kelompok 4 yaitu hidrolisis sukrosa dan pati (kanji). Pada tabung reaksi 1
yang berisi HCl dan NaOH setelah dipanaskan pada larutas ditetesi dengan
reagen benedict menujukkan perubahan dari berwarna biru menjadi bening
kehijauan. Sedangkan pada tes seliwanoff larutan berubah menjadi
berwarna merah bata. Tabung 2 yang berisi aquades setelah dipanaskan
pada tes benedict larutan menjadi warna biru muda. Pada tes seliwano ff
berubah menjadi warna oranye muda. Kemudian, pada tabung reaksi 3 yang
berisi aquades setelah ditetesi reagen benedict larutan berubah menjadi
berwarna biru kekuningan, sedangkan pada tes seliwanof larutan berubah
menjadi warna biru kehijauan. Dalam percobaan yang dilakukan oleh
kelompok 4 mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan literatur. Hal ini
dikarenakan suhu yang digunakan saat dilakukan pemanasan kurang dari
100 o C dan kemungkinan kesalahan yang kedua adalah karena takaran
sukrosa yang dilarutkan kurang sehingga mendapatkan hasil yang tidak
tepat.
Percobaan yang dilakukan oleh kelompok 5 yaitu penentuan pH
optimum untuk hidrolisis pati (kanji) dengan amylase air ludah). Air ludah
yang dikumpulkan dicampur dengan aquades dan diletakkan dalam rak
tabung reaksi serta ditambahkan 3 ml larutan kanji pada setiap tabung.
Tabung 1 diberi 1 Ml HCl 0,5M dan 0,05M HCl pada tabung 2. Tabung 3
diberi 1 mL aquades dan 1 mL Na2CO3 sebanyak 0,5M pada tabung 4.
Setiap tabung dicampurkan dengan baik dan meletakkan kaca pengaduh
pada setiap tabung. Tidak lupa untuk mencatat waktu dan menambah 1 mL
air ludah encer pada tiap tabung dan mencampurkannya. Jika sudah 30 detik,
satu tetes dari setiap tabung dipindahkan dan dicampur dengan satu tetes
iodin. Diikuti satu menit interval dan menghentikan apabila telah terjadi
hidrolisis, dan jika tidak selama 10 menit percobaan harus dihetikan.
Percobaan terakhir yaitu menguji ph isi tiap tabung menggunakan kertas pH
dan mencatat pada tabel hasil pengamatan.
Hasil dari percobaan penentuan pH optimum untuk hidrolisis pati
(kanji) dengan amylase air ludah perubahan warna setiap tabung berbeda-
beda. Tabung 1 yang berisi 0,5M HCl selang waktu 30 detik sampai 10
menit warnanya konstan biru transparan. pH pada tabung 1 yaitu sebesar 1,
yang menunjukkan bahwa larutan tersebut mengandung asam. Pada tabung
2 berisi 0,05M HCl sama dengan tabung 1 yaitu berwarna biru tua
transparan hingga pada menit ke 2 warnanya berubah menjadi biru lebih
pekat, dan pH nya sebesar 3 (asam). Sedangkan tabung 3 yang beris i
aquades menunjukkan warna abu-abu dari 30 detik sampai 10 menit
percobaannya. Ph dari tabung 3 adalah 6 (netral). Tabung 4 berisi Na2CO3
selama 30 detik sampai 10 menit percobaan menunjukkan hasil warna
bening atau tidak mengalami perubahan dan ph nya sebesar 9 (basa).
Pengaruh ph terhadap kecepatan hidrolisis yaitu jika konsentrasi asam
tinggi, maka pH yang dihasilkan rendah.
Percobaan yang dilakukan oleh kelompok 6 yaitu penentuan
temperature optimal untuk hidrolisis pati (kanji) dengan amylase air ludah.
Pada percobaan ini dilakukan dengan tiga tabung reaksi diisi masing-ma s ing
3 ml larutan kanji dan diberi label tabung 1 (0ºC) suhu normal, tabung 2
(40ºC) suhu hangat dan tabung 3 (100ºC) suhu mendidih. Tabung 2
diletakkan ke dalam air gelas kimia dengan temperatur suhu 40ºC dan
tabung 3 dalam air mendidih pada gelas kimia hingga 100ºC. Membiarkan
setiap tabung reaksi pada suhu kamar selama 5 menit dan diaduk secara
teratur hingga menetapkan bahwa temperatur isi tabung hampir sama
dengan temperatur wadah. Setelah itu, memberi larutan iodin sebanyak 1
tetes pada setiap tabung dan mengocoknya selama 30 detik, 1 menit, dan 10
menit pertama. Akhir percobaan yaitu mencatat hasil pada tabel
pengamatan.
Penentuan temperatur optimal diperoleh hasil yaitu pada tabung
pertama pada suhu dingin (0ºC) setelah ditetesi iodin pada 30 detik pertama
hingga menit ke 2 berwarna biru gelap pekat pada menit berikutnya
warnanya memudar. Kemudian pada suhu (40ºC) pada larutan terdapat
warna semburat kuning hanya sampai 30 detik pertama saja, pada menit
berikutnya warnangnya menjadi bening. Sedangkan pada tabung 3 yang
bersuhu (100ºC) tidak menunjukkan perubahan warna. Dalam percobaan ini
suhu digunakan sebagai pembeda untuk mengetahui pada kondisi (suhu)
seperti apa suatu enzim dapat bekerja secara optimal. Diperoleh kesimpula n
bahwa pada suhu ruang (40 o C) enzim bekerja secara optimal, hal tersebut
ditunjukkan dengan warna semburat kuning yang berubah menjadi bening
dalam waktu yang tidak terlalu cepat juga tidak lambat. Sedangkan pada
suhu yang terlalu dingin suatu enzim akan tidak aktif atau dengan kata lain
bekerja secara lambat. Sedangkan pada suhu yang terlalu panas maka enzim
tidak akan dapat bekerja.

IX. PENUTUP
9.1 Kesimpulan
Hidrolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunaka n
air untuk memisahkan ikatan kimia dari substansinya, sedangkan
hidrolisis sukrosa (raw sugar) merupakan proses pemecahan molekul
disakarida (sukrosa) menjadi monosakarida (fruktosa dan glukosa).
Amilase adalah enzim yang mempunyai kemampuan memecah ikatan
glukosida pada polimer pati. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh
beberapa factor seperti pH dan juga suhu.
9.2 Saran
Para praktikan baik yang melakukan praktikum secara offline dan
online diharapkan mampu bekerja sama dengan baik serta memaha mi
konsep dasar apa yang akan dipraktikumkan dan mempelajari terlebih
dahulu langkah kerja yang akan dilakukan saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Hasna, L. Z. (2020). Pengaruh Penambahan Gula Pasir Sukrosa Pada Buah Aren
(Arenga pinnata) Terhadap Kandungan Gizi Manisan Kolang-Kaling.
FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan, 3(2), 1-11.
Ismail, N. N., Utra, U., Hoong, C. L., & Esa, A. B. (2018). Effect of Tea
Polyphenols on a-Amylase Activity in Starch Hydrolysis. Sains
Malaysiana, 47(4), 731-739.
Kurniaty, I., Nugrahani, R. A., Sari, F., Rusanti, W. D., & Wibowo, H. (2019).
Hydrolytic Process of Proteins in Moringa oleifera Seeds in Varied
Concentrations of Sodium Hydroxide and Hydrochloric Acid. 19(2), 147-
154.
Novitasari, D. T., Purnomo, P. W., Jati, O. E., Ayuningrum, D., & Sabdanings ih,
A. (2021). Skrining Bakteri Penghasil Enzim Amilase Dari Sedimen
Tambal Udang Vannamei (Litopenaseus vannamei). Journal of Fishires
and Marine Research, 5(2), 297-303.
Susanti, R., & Fibriana, F. (2017). Teknologi Enzim. Yogyakarta: Andi Offset.
Susilo, A., Rosyidi, D., Jaya, F., & Apriliyani, A. W. (2019). Dasar Teknologi Hasil
Ternak. Malang: UB Press.
Waedani, N. B., Susanti, M., Maryanty, Y., & Widiarto, E. (2021). Hidrolisis Raw
Sugar Sebagai Bahan Baku Pembuatan Mono Natrium Glutamat dengan
Variasi pH, Suhu, dan Konsentrasi. Distilat (Jurnal Teknologi Separasi),
7(1), 1-5.
LAMPIRAN
Dokumentasi praktikum online

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3
Dokumentasi prak Hidrolisis Karbohidrat Sukrosa

Dokumentasi penentuan pH optimum


Dokumentasi penentuan temperature optimal

Anda mungkin juga menyukai