Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

FISIOLOGI VETERINER II

“AKTIVITAS RAMBUT GETAR”

OLEH :

SUJANTA PERMATA UMBU ROMA


NIM. 17090100023

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


Sistem pencernaan makanan pada amfibi meliputi saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Salah satu binatang amphibi adalah katak. Makanan katak
berupa hewan-hewan kecil (serangga). Alat pencernaan makanan pada katak diawali
oleh cavum oris dan diakhiri oleh anus. Pada beberapa bagian dari tractus digestoria
mempunyai struktur dan ukuruan yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil
yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak
mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx,
oesophagues yang menghasilkan sekresi alkalis (basis) dan mendorong makanan
masuk dalam fentriculus yang berfungsi sebagai gudang percernaan. Bagain muka
frentriculus yang besar disebut cardiarc, sedang bagian posterior mengecil dan
berakhir dengan pyloris.

Secara berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi

1. Rongga mulut : terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan
lidah untuk menangkap mangsa

2. Esophagus : berupa saluran pendek

3. Ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi


lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tempat masuknya
esophagus dan lubang keluar menuju usus

4. Intestinum (usus) : dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus
meliputi duodenum, jejenum, dan ileum.

5. Usus tebal berakhir padda rektum dan menuju ke kloaka


6. Kloaka merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan,
saluran reproduksi dan urine.

Proses pencernaan pada katak dipergunakan dua macam ludah yaitu yang
berbentuk cair dan yang berbentuk lendir. Mulut katak mempunyai bagian-bagian
yang sangat kompleks dan mempunyai fungsi khusus dalam pencernaan seperti lidah
sebagai alat untuk menangkap mangsa juga sebagai alat untuk menelan. Saliva pada
saluran pencernaan untuk memudahkan masuknya makanan ke dalam oesophagus,
ada rambut getar pada jaringan epitel yang dapat mengalirkan cairan atau partikel
yang dialirkan kearah epitel bersilia tersebut. Gerakan rambut getar ini didukung oleh
adanya ATP, jumlah rambut banyak sekali. Didukung oleh adanya ATP, terletak pada
langit-langit rahang atas terutama pada pallatum.
Silia merupakan organel yang dapat ditemukan pada organisme eukariotik.
Silia memiliki peran bermacam-macam sesuai dengan tempatnya. Pada saluran
pencernaan rambut getar/silia berperan dalam tranportasi bahan makanan. Aktivitas
rambut getar terbatas hanya pada medium yang basah, dan oleh karena itu, hanya
ditemukan pada permukaan yang terendam atau paling tidak pada permukaan yang
berlapis selaput basah.Silia terdapat pada seluruh permukaan sel atau hanya pada
bagian tertentu. Silia membantu pergerakan makanan ke sitostoma. Makanan yang
terkumpul di sitostoma akan dilanjutkan ke sitofaring. Apabila telah penuh, makanan
akan masuk ke sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan. Sel Siliata memiliki
dua inti : makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus memiliki fungsi vegetatif.
Mikronukleus memiliki fungsi reproduktif, yaitu pada konjugasi.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh suhu dingin dan suhu panas terhadap
aktivitas rambut getar (silia).
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Selasa, 16 Februari 2021
Pukul : 13:00-15:00
Tempat : Pratikum secara online

2.2 Alat dan Bahan

- Kotak, sonde penusuk otak, alat-alat diseksi (skalpel, gunting, pinset, mistar).
- Butir-butir gabus, stopwatch, kaca objek dan kaca penutup.
- Lautan Ringer/ NaCI fisiologis (0.65%).
- Drop pipet, papan fiksasi katak, jarum-jarum pentul.
- Air es dan air panas.
- Mikroskop

2.3 Prosedur Kerja

Pengamatan Gerakan Rambut Getar

1. Matikan katak dengan sonde penusuk otak.


2. Buang seluruh rahang bawahnya menggunakan gunting.
3. Buka dinding perut agar viseranya terlihat.
4. Jepit lambungnya dengan pinset dan angkat.
5. Dengan menggunakan gunting atau skapel, potonglah bagian leher agar
tengkoraknya terpisah dari punggungnya, tanpa menganggu hubungan
(pertautan) esofagus dan lambung pada kepalanya.
6. Pisahkan lambung dari duodenumnya.
7. Fiksasi kepala katak pada papan fiksasi.
8. Bukalah esofagus dan lambungnya, kemudian fiksasi pada papan.
9. Ambillah sebutir gabus yang dibasahi dengan NaCI fisiologis/larutan Ringer dan
letakan pada langit-langit rahang atas katak dan catatlah waktunya.
10. Amati arah gerakan butir gabus tersebut mulai dari awal sampai tiba di dekat
esofagus dan catat lagi waktunya
11. Ukurlah jarak rahang atas dan esofagus lalu tentukan waktu yang ditempuh oleh
butir gabus tersebut untuk bergerak dari rahang atas ke esofagus. Hitunglah
kecepatan gerak gabus tersebut.
12. Ulangi no. 9 sampai dengan no.11, dengan memiringkan papan katak ke kiri,
kemudian ke kanan.
13. Perhatikan apakah kemiringan papan katak dapat mempengaruhi arah gerakan
dari butir gabus.
14. Hal yang sama dapat dilakukan dengan posisi kepala lebih rendah dari esofagus
dan lambung.

Pengaruh suhu pada gerakan rambut getar


1. Dinginkan preparat dengan merendamnya di dalam larutan Ringer dingin selama 5
menit.
2. Keluaran preparat dari larutan Ringer dingin tadi dan dengan cepat letakkan sebutir
gabus pada titik rahang atas. Hitunglah kecepatan gabus bergerak (mm/menit) dari
rahang atas ke esofagus.
3. Kembalikan preparat ke dalam larutan Ringer dingin selama 2 menit dan ulangi
pengukuran seperti No. 12.
4. Ulangi percobaan tersebut pada larutan ringer panas.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pembahasan
Pengamatan gerakan rambut getar pada praktikum ini praktikum ini, katak
dimatikan dengan merusakkan otaknya menggunakan sonde, kemudian seluruh
bagian rahang atasnya dan bagian viseranya dibuang kecuali lambung dan esofagus.
Lalu esofagus dan lambungnya dibuka kemudian dibersihkan dengan larutan NaCl
fisiologis. Kemudian sebutir gabus diletakkan pada bagian rahang atas.Pemberian
larutan NaCl fisiologis bertujuan agar esophagus dan lambung katak tidak kering dan
juga untuk mempertahankan cairan tubuhnya, agar silia pada saluran pencernaan
katak tetap berada pada kondisi fisiologisnya sehingga silia tetap bekerja seperti pada
saat katak hidup
Pengaruh suhu dingin dan suhu panas pada katak berdasarkan hasil praktikum yang
saya baca telah dilakukan dapat dilihat bahwa suhu rata-rata pada katak yang normal
adalah 28 oC, pada saat perlakuan air panas rata-rata suhunya 33oC, dan pada saat diberi
perlakuan air dingin 24oC. Hal ini menunjukkan bahwa proses perubahan suhu tubuh pada
katak terlihat sangat jelas, hal ini menunjukkan bahwa katak sangat responsive terhadap
perubahan suhu lingkungannya. Antara manusia dan katak berbeda, hal ini disebabkan
karena manusia oleh keadaan suhu lingkungannya sedang katak merupakan hewan yang
termasuk hewan berdarah dingin dimana suhu tubuhnya yang dipengaruhi oleh
lingkungan. Jadi dapat kita simpulkan bahwa pengaruh suhu yang terlalu panas dapat
memperlambat pergerakan cilia dan suhu yang terlalu rendah dat mempercepat pergerakan
cilia.
Hal ini sesuai dengan pendapat Maradjo (2000), yang menyatakan bahwa
poikiloterm atau hewan yang berdarah dingin suhu tubuhnya dipengaruhi oleh
lingkungannya. Dengan demikian hewan poikiloterm suhu tubuhnya sangat tergantung
pada suhu lingkungannya.
Secara teori, semakin tinggi suhu maka kecepatan aktifitas rambut getar
semakin cepat, sebaliknya semakin rendah suhu maka kecepatan aktifitas rambut
getar semakin lambat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Rambut Getar (cilia) berperan dalam bahan transportasi makanan di saluran
pencernaan. Pada katak, aktivitas Rambut Getar pada Epitel rongga mulut bergerak
dari arah mulut ke anus, sambil menyapu bersih semua kotoran (debris) yang ada di
sepanjang saluran pencernaan
Pengaruh suhu yang panas dapat mempercepat pergerakan cilia tetapi
nyatanya dari pratikum yang saya baca suhu yang dingin yang memperecepat
pergerakan cilia. Jadi, suhu dingin dapat mempercepat pergerakan cilia dibandingkan
suhu panas.
DAFTAR PUSTAKA

Nitbani H. 2018. Modul Praktikum Fisiologi Veteriner II. Fakultas Kedokteran


Hewan Universitas Nusa Cendana. Kupang.

Subowo. 1992. Histologi Umum. Bumi aksara. Jakarta.

Maradjo.2000. Materi Pokok Fisiologi Hewan.


http://massawo.wordpress.com/2008/12/21/materi-pokok-fisiologi-hewan/

Anda mungkin juga menyukai