Anda di halaman 1dari 13

Landasan Teori

Tegangan antar muka adalah gaya per satuan panjang yang terjadi pada antar muka antara
fase cair yang tidak dapat tercampur. Seperti tegangan muka, satuannya adalah dyne/cm. Tegangan antar
muka selalu lebih kecil dari tegangan muka, sebab gaya adesi antara dua fase cair yang membentuk antar
muka lebih besar dari gaya adesi antara fase cair dan fase gas yang membentuk antar muka. Dengan
demikian, jika dua macam zat cair dapat campur sempurna, maka tidak akan ada tegangan antar muka
diantara mereka. Tegangan permukaan merupakan sifat pennukaan suatu zat cair yang berperilaku
layaknya selapis kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat pengaruh tegangan. Pengaruh tegangan tersebut
disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik antarmolekul di permukaan zat cair tersebut (Indarniati,
2008).
Sebuah gaya tarik dapat dianggap bekerja pada suatu bidang permukaan sepanjang suatu garis
di permukaan. Intensitas gaya suatu molekular per satuan panjang sepanjang suatu garis di permukaan ini
disebut tegangang permukaan dan dilambangkan dengan huruf yunani (sigma). Untuk suatu zat cair
tertentu, tegangan permukaannya tergantung pada temperatur dan juga fluida lain yang bersentuhan di
permukaan temu (Munson, 2004).
Tegangan antarmuka antara dua cairan yang berbeda polaritasnya menunjukkan seberapabesar
kekuatan tarik antarmolekul yang berbeda dari dua fasa cairan tersebut. Tegangan antarmuka menjadi
penting diperhatikan daripada tegangan permukaan, ketika pembahasannya menyangkut sistem emulsi .
Kemampuan molekul surfaktan dalam menurunkan tegangan permukaan dan antarmuka disebabkan oleh
sifat ampifilik dari surfaktan, yaitu adanya gugus hidrofilik dan hidrofobik pada molekul yang sama.
Molekul-molekul aktif permukaan akan terakumulasi pada antarmuka dan menghubungkan dua fasa yang
berbeda polaritasnya seperti antara air-minyak, udara air, air-padatan, sehingga akan mempengaruhi
pembentukan ikatan hidrogen dan interaksi struktur hidrofilik dan hidrofobik. Efektifitas surfaktan
ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menurunkan tegangan permukaan serta tegangan antarmuka dari
dua fasa yang berbeda derajat polaritasnya (Syamsu, 2007).
Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan
permukaan yang tinggi jika tekanan antarmolekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi
menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik. Tegangan permukaan yang tinggi
juga memungkinkan terjadinya sistem kapiler yaitu, kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa
dengan lubang yang kecil). Dengan adanya sistem kapiler dan sifat sebagai pelarut yang baik, air dapat
membawa nutrien dari dalam tanah ke jaringan tumbuhan (akar, batang, dan daun). Adanya tegangan
permukaan memungkinkan beberapa organisme , misalnya jenis insekta, dapat merayap di permukaan air
(Effendi, 2003).

Gliserol merupakan produk hasil sampingpembuatan biodiesel yang terbentuk dari trigliserida /
minyak nabati dengan proses transesterifikasi. Gliserol dapat dikonversi menjadi acrolien. Proses
konversi gliserol ini dilakukan dengan menggunakan katalis H-Zeolite. Gliserol produk samping dari
biodiesel ini masih banyak mengandung impuritas seperti metanol. Sumber energi alternatif sangat
diperlukan seiring menipisnya cadangan minyak bumi yang berasal dari fosil. Salah satu sumber energi
alternatif adalah biodiesel. Kedepan penggunaan biodiesel secara besar- besaran akan menghasilkan
produk samping, gliserol yang berlimpah juga. Karena gliserol juga dapat dihasilkan dari produk lain,
seperti pembuatan sabun mandi dan sebagainya, ini berakibat pada harga gliserol dipasaran semakin
turun. Untuk menghindari menurunnya harga gliserol maka perlu dilakukan suatu cara untuk mengatasi
permasalahan tersebut yaitu dengan mengkonversi gliserol menjadi produk yang bernilai ekonomis atau
bahkan produk bahan bakar (Ulfah, 2010).
Pembahasan
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang di kerjakan sejajar permukaan untuk
mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan,hal tersebut karena gaya adhesi lebih kecil dari gaya
kohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan cairan.
Tegangan muka adalah adalah gaya yang terjadi terjadi pada permukaan suatu cairan yang
menghalangi ekspansi cairan tersebut. Hal ini disebabkan oleh gaya tarik menarik yang tidak seimbang
pada antar cairan. Tegangan antar muka adalah tegangan muka yang di ukur pada bidang batas cairan
yang tidak saling bercampur. Tegangan muka atau tegangan antar muka mempunyai dimensi gaya per unit
panjang (dyne/cm) atau tenaga per menit permukaan (erg/cm 2). Ada beberapa macam metode untuk
pengukuran tegangan muka dan antar muka, yaitu: metode kenaikan kapiler, metode cincin Du Nuoy,
metode berat tetesan, tekanan gelembung, tetesan sessile dan lempeng Wilhelmy.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode kenaikan kapiler. Pipa kapiler
digunakan untuk mengetahui tinggi kenaikan kapiler suatu zat. Alat yang digunakan untuk menentukan
tegangan permukaan adalah piknometer. Piknometer digunakan untuk mengetahui kerapatan zat yang
diukur dengan cara piknometer yang bersih dan kering kemudian ditimbang dan diisi dengan cairan yang
akan ditentukan kerapatannya sampai penuh.
Percobaan ini menggunakan air sebagai pembanding. Air memiliki tegangan permukaan yang
besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air. Tegangan permukaan dari
akuades lebih besar daripada tegangan permukaaan gliserol. Apabila larutan gliserol mengalami
peningkatan suhu dengan jalan pemanasan, maka akan terjadi penurunan konsentrasi akuades dalam
larutan gliserol karena kemungkinan mengalami penguapan, dimana hal tersebut akan menurunkan
tegangan permukaan larutan gliserol secara keseluruhan.

Dalam percobaan ini larutan yang digunakan adalah gliserol 20 %, 40 %, 50 %. Pada air
dihasilkan tegangan permukaannya sebesar 0,111 N/m3, pada gliserol 20 % yaitu 0,063 N/m3, pada
gliserol 40 % yaitu 0,123 N/m3, pada gliserol 50 % yaitu 0,111 N/m3. Hasil ini menunjukkan bahwa
akuades memiliki tegangan permukaan yang lebih besar dari pada gliserol, hal ini disebabkan karena gaya
tarik antara molekul air besar sehingga tegangan permukaannya juga besar karena tegangan permukaan
dan gaya tarik berbanding lurus.
Tegangan permukaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jenis cairan, suhu, adanya
zat terlarut, surfaktan, dan konsentrasi zat terlarut. Jika cairan memiliki molekul besar seperti air, maka
tegangan permukaannya juga besar. salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan
adalah massa jenis/ densitas (D), semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan muatan atau
partikel-partikel dari cairan tersebut.
Manfaat tegangan permukaan dalam bidang farmasi yaitu dalam mempengaruhi penyerapan
obat pada bahan pembantu padat pada sediaan obat, penetrasi molekul melalui membrane biologis,
pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair untuk membentuk
sediaan suspensi. Tegangan muka ini dalam farmasi adalah faktor yang mempengaruhi adsorbsi obat
dalam bentuk sediaan padat, penetrasi molekul melalui membrane biologi, penting pada sediaan emulsi
dan stabilitasnya.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tegangan permukaan pada
air yaitu 0,111 N/m3, pada gliserol 20 % yaitu 0,063 N/m3, pada gliserol 40 % yaitu 0,123 N/m3, pada
gliserol 50% yaitu 0,111 N/m3.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi. H., 2003, Teelah Kualitas Air, Kanisius, Jakarta.
Indarniatidan Frida U.E.,2008, Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaandengan Induksi Elektromagnetik,
Jurnal Fisika dan Aplikasinya,Vol.4, No. 1, Hal 1.
Munson B. R. etal, 2004, Mekanika Fluida, Erlangga, Jakarta.
Syamsu dkk, 2007, Kajian ketahanan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (Mes) Sebagai Oil Well Stimulation Agent
Terhadap Aktivitas Bakteri Di Lingkungan Minyak Bumi, Jurnal Tekhnologi Pertanian, Vol.3, No. 1
ISSN 1858-2419,Hal 6.

Ulfah. M. dan Sofianti. R., 2010, Proses Konversi Gliserol menjadi Acrolein dengan Katalis H-Zeolit, Jurnal
Teknik Kimia, Vol. 2, No. 4. Hal 1.

Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar pada
permukaan untuk mengimbangi tarikan kedalam. Tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm
dalam sistem cgs. Sedangkan tegangan antarmuka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada
antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur, dan seperti tegangan permukaan mempunyai satuan
dyne/cm. Tegangan antarmuka selalu lebih kecil daripada tegangan permukaan karena gaya adhesif antara
dua fase cair yang membentuk suatu antarmuka lebih besar daripada suatu fase cair dan suatu fase gas
yang berada bersama-sama (Martin, dkk., 1993).
Berdasarkan literatur diketahui bahwa tegangan permukaan dari akuades lebih besar dari pada
tegangan permukaan gliserol. Oleh karena itu, akuades kemungkinan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap tegangan permukaan larutan gliserol. Apabila larutan gliserol mengalami peningkatan
temperatur dengan jalan pemanasan, maka dapat akan terjadi penurunan konsentrasi akuades dalam
larutan gliserol karena kemungkinan mengalami penguapan, dimana hal tersebut akan menurunkan
tegangan permukaan larutan gliserol secara keseluruhan. Apabila tegangan permukaan menurun, maka
proses adsorpsi akan semakin meningkat. Oleh karena itu berdasarkan data tegangan permukaan yang
diperoleh, proses adsorpsi diharapkan akan mengalami peningkatan dengan menurunnya tegangan
permukaan dimana pada kondisi itu temperatur semakin meningkat (Hidayat, dkk., 2010).
Kapilaritas adalah kecenderungan cairan untuk merambat keatas sisi tabung karena adanya gaya
adhesi. Kasa absorben dan drain pembelahan tipe wick menyerap cairan berdasarkan kapilaritas. Lebih
penting lagi, tekanan darah normal tidak akan cukup memindahkan darah dari kapiler tanpa adanya efek
kapilarits (James, dkk., 2008).
Gaya tarik-menarik antarpartikel zak cair (kohesi) lebih besar dibandingkan gaya adhesi sehingga
partikel cenderung ditarik kebawah. Akibatnya, permukaan menjadi tegang dan menyebabkan partikelpartikel

zat

cair

dipermukaan

akan

membentuk

suatu

lapisan

elastis

karena

cenderung

memperkememperkecil luas permukaannya. Gejala ini disebut tegangan permukaan yang dapat
mempertahankan suatu benda untuk tetap terapung diatas permukaan zat cair (Pauliza, 2008).
Gliserol adalah senyawa kimia yang biasa disebut gliserin. Gliserol adalah gula alkohol, tidak
berwarna, tidak berbau, berasa manis, tidak beracun, cairan yang viskos yang banyak digunakan sebagai
formula-formula di segala bidang. Gliserol mempunyai tiga gugus alkohol yang sangat mudah larut dalam
air. Gliserol merupakan produk samping dari suatu reaksi transestrifikasi minyak. Minyak bereaksi
dengan alkohol membentuk gliserol dan methyl ester (Qadariyah, dkk., 2009).

Gliserol adalah produk samping produksi biodisel dari reaksi transesterifikasi dan merupakan
senyawa alkohol dengan gugus hidroksil berjumalh tiga buah. Gliserol (1,2,3 propanetriol) merupakan
cairan yang tidak berwarna, tidak berbau dan merupakan cairan kental yang memiliki rasa manis. Gliserol
dapat dimurnikan dengan proses destilasi agar dapat digunakan pada industri makanan, farmasi atau juga
dapat digunakan untuk pengolahan air. Sebagai produk samping industri biodiesel, gliserol belum banyak
diolah sehingga nilai jualnya masih rendah (Prasetyo, dkk., 2012).
Keuntungan menggunakan pipa kapiler adalah bahwa pipa kapiler mempunyyai bentuk yang
sederhana, tidak ada bagian-bagian yang bergerak dan tidak mahal serta pipa kapiler juga memungkinkan
tekanan dalam sisteim merata selama sistim tidak berkerja sehingga motor penggerak kompresor
mem[unyai moment gaya awal yang kecil. Sedangkan kerugian menggunakan pipa kapiler adalah bahwa
pipa kapiler tidak dapat diatur terhadap beban yang berubah-ubah, mudah terganggu oleh adanya
penyumbatan dan memerlukan pengisian refrigeran berada dekat batas (Basri, 2009).
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus yang suka air (hidrofilik) dan gugus non polar
yang suka minyak (lifofilik) sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air.
Surfaktan adalah bahan aktif permukaan yang bekerja menurunkan tegangan permukaan cairan, sifat aktif
ini diperoleh dari sifat ganda molekulnya (Mulyani, dkk. 2012).
Penambahan logam magnesium mengakibatkan temperatur cair logam meningkat dan tegangan
permukaan logam cair berkurang sehingga memberikan pengaktifan permukaan partikel menjadi basah,
akan terbentuk sudut kontak relatif kecil yang merupakan indikasi meningkatnya sifat mampu basah.
Semakin basah partikel maka akan semakin mudah mengendap (Zamheri, 2011).
PEMBAHASAN
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang di kerjakan sejajar permukaan untuk
mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan,hal tersebut karena gaya adhesi lebih kecil dari gaya
kohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan cairan.
Tegangan permukaan disebabkan oleh adanya kecenderungan permukaan suatu cairan untuk memperkecil
luas permukaan Secara spontan
Pada percobaan ini, pengukuran tegangan permukaan menggunakan metode kenaikan kapiler.
Pada metode ini, tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian suatu cairan yang naik melalui
suatu kapiler. yaitu dengan mengukur tegangan permukaan zat cair dan sudut kelengkungannya memakai
pipa kapiler.Mekaniseme kerja dari metode ini yaitu, salah satu ujung pipa tersebut dicelupkan kedalam
permukaan zat cair maka zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai ketinggian tertentu.
Bahan yang digunakan pada ini yaitu gliserol dengan konsentrasi yang bervariasi, air , dan
minyak. Fungsi dari penggunaan gliserol dengan konsentrasi yang bervariasi yaitu untuk mengetahui

hubungan antara nilai konsentrasi dengan besarnya tegangan permukaan. Hasil percobaan yang telah
dilakukan diperoleh data, untuk tegangan permukaan pada air yaitu 0,343 dyne/cm, kemudian tegangan
permukaan airdan gliserol 1 % diaperoleh hasil 0,421 dyne/cm, kemudian tegangan permukaan airdan
gliserol 2 % diperoleh hasil 0,210 dyne/cm dan terakhir yang dihitung tegangan permukaannya adalah air
dan gliserol 3 % diperoleh hasil 241 dyne/cm. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan pada gliserol
1 % memiliki hasil yang cukup berbeda dengan air dan gliserol 2 % dan 3 %. Hal ini mungkin
dikarenakan

molekul

memiliki

daya

tarik

menarik

antara

molekul

sejenis

yang

disebut

dengan gaya kohesi. Gaya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan
terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan gaya kohesi.
Faktor yang dapat mempengaruhi tegangan suatu permukaan adalah suhu, dimana Tegangan
permukaan cairan turun bila suhu naik, karena dengan bertambahnya suhu molekul - molekul cairan
bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antara molekul berkurang sehingga tegangan permukaannya
menurun. misalkan pada tegangan permukan air biasa memiliki tegangan permukaan yang lebih tinggi,
dibandingkan dengan tegangan permukaan air yang dipanaskan akan memiliki tegangan permukaan yang
lebih rendah, kemudian faktor lain adalah konsentrasi zat terlarut, dimana konsentrasi zat terlarut (solut)
suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan
adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan kedalam larutan akan
menurunkan tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada
didalam larutan. Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka
mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.
Hubungannya tegangan permukaan dalam bidang farmasi yaitu Dalam mempengaruhi transfer
suatu obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah pada bahan pembantu padat pada sediaan obat
dan pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair untuk
membentuk sediaan suspensi
PEMBAHASAN
Tegangan permukaan adalah gaya yang diakibatkan oleh suatu benda yang bekerja pada
permukaan zat cair sepanjang permukaan yang menyentuh benda itu. Tegangan permukaan juga dapat
didefinisikan sebagai suatu kecenderungan permukaan zat cair untuk memegang sehingga permukaannya
seperti ditutupi oleh suatu lapisan kulit tipis. Tegangan permukaan terjadi karena adanya kohesi dibawah
zat cair yang lebih besar daripada kohesi dipermukaan zat cair, sehingga permukaan air akan cenderung
mengerut dan membentuk luas permukaan sekecil mungkin.
Tegangan muka adalah gaya yang terjadi pada permukaan suatu cairan yang dapat menghalangi
ekspansi cairan itu. Tegangan antarmuka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka

dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antarmuka selalu lebih kecil daripada tegangan permukaan
sebab gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar daripada adhesi antara cairan dan udara.
Ada dua metode pengukuran tegangan permukaan yaitu metode tersiometer Du-Nouy dan metode
kenaikan pipa kapiler. Dalam percobaan ini akan digunakan metode kenaikan pipa kapiler. Metode
kenaikan pipa kapiler ini menggunakan prinsip dengan melihat ketinggian air/cairan yang naik melalui
suatu kapiler. Namun, metode ini hanya dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan, dan tidak
bisa untuk mengukur tegangan antarmuka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan antara lain adalah jenis cairan dimana pada
umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, maka tegangan permukaannya juga
besar. Sebaliknya, karena gaya tarik-menarik antar molekulnya juga kecil, maka tegangan permukaannya
juga akan kecil. Selain jenis cairan, faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan juga ada suhu.
Dimana tegangan permukaan cairan turun bila suhu naik. Hal ini disebabkan karena dengan
bertambahnya suhu molekul-molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antara molekul
berkurang sehingga tegangan permukaannya menurun. Adanya zat terlarut juga dapat mempengaruhi
tegangan permukaan. Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau menurunkan tegangan
permukaan. Untuk air adanya elektrolit anorganik dan non elektrolit tertentu seperti sukrosa dan gliserin
menaikkan tegangan permukaan. Sedangkan adanya zat-zat seperti sabun, deterjen, dan alkohol adalah
efektif dalam menurunkan tegangan permukaan. Selanjutnay surfaktan juga dapat mempengaruhi
tegangan permukaan. Surfaktan merupakan zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung
terkonsentrasi pada permukaan atau antarmuka. Surfaktan mempunyaii orientasi yang jelas, sehingga
cenderung pada rantai lurus. Faktor terakhir yang mempengaruhi tegangan permukaan yaitu konsentrasi
zat terlarut. Solut merupakan suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan
termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang
ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi
dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam
larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil daripada
didalam larutan.
Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan tegangan permukaan zat cair, yaitu air dan gliserol
dengan konsentrasi yang berbeda. Gliserol yang digunakan pada percobaan ini yaitu gliserol 0,1 %,
0,05%, dan 0,01%. Penggunaan konsentrasi gliserol bertujuan agar dapat dibandingkan antara nilai
tegangan permukaan dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Sebelum menentukan tegangan permukaan
air dan gliserol, terlebih dahulu harus diketahui densitas dan berapa kenaikan cairan di dalam pipa kapiler.
Dalam penentuan densitas, dapat digunakan piknometer 10 ml kemudian dimasukkan air dan ditimbang.
Sebelumnya, piknometer telah ditimbang kosong. Hal ini dilakukan agar dapat ditentukan berapa berat

zat yang sebenarnya. Hal yang sama juga dilakukan untuk gliserol 0,01%, 0,05%, dan 0,1%. Dari
penimbangan tersebut, diperoleh densitas air sebesar 961 kg/m 3, gliserol 0,01% sebesar 962 kg/m3,
gliserol 0,05% sebesar 971 kg/m3 , dan gliserol 0,1% sebesar 981 kg/m 3. Setelah diketahui densitas
masing-masing cairan, selanjutnya ditentukan kenaikan cairan dengan menggunakan pipa kapiler.
Penentuan kenaikan cairan dilakukan dengan memasukkan pipa kapiler ke dalam gelas kimia yang
telah berisi air sebanyak 50 ml. Kemudian kenaikan air diukur dengan menggunakan mistar. Dari hasil
pengamatan, diperoleh tinggi air dalam pipa kapiler adalah 5,0 cm; gliserol 0,01% adalah 4,9 cm; gliserol
0,05% adalah 4,1 cm dan gliserol 0,1% adalah 5,0 cm.
Setelah diperoleh nilai dari densitas dan kenaikan cairan, maka dapat ditentukan tegangan
permukaannya. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh tegangan permukaan air adalah 0,117 N/m,
tegangan permukaan gliserol 0.01 % adalah 0,115 N/m, gliserol 0.05 % adalah 0,097 N/m dan giserol 0,1
% adalah 0,120 N/m. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tegangan permukaan air dan
gliserol tidak terlalu jauh perbedaannya. Secara teori, tegangan permukaan air semestinya lebih tinggi
dibandingkan tegangan permukaan gliserol. Tetapi, dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa tegangan
permukaan air lebih kecil dari gliserol. Air yang mempunyai tegangan permukaan lebih besar dikarenakan
molekul air memiliki daya tarik menarik (daya kohesi) yang lebih besar dibandingkan dengan gliserol.
Dari hubungan antara konsentrasi dan tegangan permukaan gliserol, dapat diperoleh suatu kurva.
Dari grafik tersebut, dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi nilai tegangan permukaan tidak
menentu. Secara teori, tegangan permukaan dengan konsentrasi berbanding lurus, sehingga semakin
tinggi konsentrasi kenaikan cairan pada pipa kapiler juga semakin tinggi dan tegangn permukaan juga
semakin tinggi. Sehingga semakin besar konsentrasi berarti semakin rapat partikel-partikel di dalam
cairan tersebut. Kerapatan partikel ini menyebabkan makin besarnya gaya yang diperlukan untuk
memecahkan permukaan cairan tersebut. Hal ini dikarenakan partikel yang rapat mempunyai gaya tarik
menarik antar partikel yang kuat. Sebaliknya cairan yang mempunyai konsentrasi kecil akan mempunyai
tegangan permukaan yang kecil pula. Tetapi, pada percobaan ini diperoleh hasil yang berbeda. Tegangan
permukaan gliserol 0,05% lebih kecil daripada tegangan permukaan gliserol 0,01%. Hal ini kemungkinan
dikarenakan reagen gliserol telah rusak akibat sudah terlalu lama disimpan. Jika suatuu senyawa atau
cairan disimpan terlalu lama dari tanggal pembuatan maka keadaan cairan tersebut akan rusak. Kerusakan
tersebut adalah penguraian senyawa gliserol yang dikarenakan jenuhnya cairan sehingga ikatan dari
senyawanya menjadi lemah dan terurai.
Manfaat tegangan permukaan dalam bidang farmasi adalah dalam mempengaruhi penyerapan obat
pada bahan pembantu pada sediaan obat. Sebagai penetrasi molekul melalui membran biologis. Sebagai
pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair untuk membentuk
sediaan suspensi.

G. KESIMPULAN
Pada percobaan tersebut dapat disimpulkan nilai tegangan permukaan air yang diperoleh hasil
0,343 dyne/cm, kemudian tegangan permukaan pada minyak 0,198 dyne/cm. Gliserin 1% sebesar 0,421
dyne/cm, gliserin 2% sebesar 0,210 dyne/cm, gliserin 3% sebesar 2,41 dyne/cm

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Y., Optimasi Kapasitas Adsorpsi Gliserol Pada -Al2O3 DAN Efek Tegangan Permukaannya
Terhadap Daya Serap Adsorpsinya Sebagai Kajian Awal Pemisahan Gliserol Pada Limbah Biodiesel,
Jurnal EKOSAINS, Vol. 2, No. 2.
James, J., Colin Baker, dan Helen Swain, 2008, Prinsip-Prinisp Sains Untuk Keperawatan, Penerbit Erlangga,
jakarta
Martin, Alfred, James Swarbrick dan Arthur Cammarata, 1993, Farmasi Fisik dan Dasar-Dasar Kimia Fisik
Dalam Ilmu Farmasetik Jilid 2, Universitas Indonesia, Jakarta.
Pauliza, O., 2008, Fisika kelompok Teknologi dan Kesehatan, Gravindo Media Pratama, Jakarta
Prasetyo, A., E., Anggra Widhi dan Widayat, Potensi Gliserol Dalam Pembuatan Turunan Gliserol Melalui
Proses Esterifikasi, Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 10, No. 1.
Qadariah, L., Mahfud, Novita D, Cempaka D.S, Konversi Gliserol Dengan Gelombang Mikro Secara Batch,
Jurnal Teknik Kimia, Vol.4,No.1.
DAFTAR PUSTAKA
Adisalamun, dkk. 2012. Adsorpsi Surfaktan Nonionik Alkil Poliglikosida pada Antarmuka Fluida- Fluida. Jurnal
Rekayasa Kimia dan lingkungan. Vol. 9 No. 1. Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.

Aladin, Andi. 2009. Penentuan Rasio Optimum Campuran CPO : Batubara dalam Desulfurisasi dan Deashing
secara Flotasi Sistem Kontinyu. Jurnal Rekayasa Proses. Vol. 3 No. 2. Makassar Sulawesi Selatan.

Basri, 2009. Karakteristik Hidraulik Aliran Dua Fasa pada Pipa Kapiler. Vol. 6 No. 2. Universitas Tadulako. Palu
Sulawesi Tengah.

Djafar Z. & Onny S.S. 2009. Pengaruh Perlakuan Permukaan Serat Alam Rami (Boehmeria Nivea) terhadap
Wettability dan Kemampuan Rekat Matrik Epoxy Resin. Jurnal Penelitian Enjiniring. Vol. 12 No. 2.
ISSN: 1411-6243. Makassar.

Hidayati, Sri. 2009. Pengaruh Rasio Mol, Suhu dan Lama Reaksi terhadap Tegangan Permukaan dan Stabilitas
Emulsi Metil Ester Sulfonat dari CPO. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pangan. Vol. 14 No. 1.
Lampung.
Mulyani, Reni dkk. 2012. Studi Voltametrik Siklik Sodium Dedocyl Benzen Sulfonat dalam Berbagai Elektroda
dan Elektrolit Pendukung. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah. Vol. 15 No. 1. Bandung Jawa Barat.

Zamheri, Ahmad. 2011. Pengaruh Waktu Stirring, Fraksi Volume dan Ukuran Besar Butir Partikel SiC terhadap
Kekerasan MMC AI 6061 - SiC dengan Sistem Stirricasting. Jurnal Austenit. Vol. 3 No. 2. Palembang.

Tegangan antarmuka adalah gaya per satuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase cair yang
tidak bercampur dan seperti tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm. Tegangan antar muka
selalu lebih kecil daripada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua fase cair yang membentuk
suatu antarmuka adalah lebih besar daripada bila suatu fase cair yang membentuk suatu fase gas berada
bersama-sama. Dalam keadaan cair gaya kohesif antara molekul-molekul yang berdekatan dikembangkan
dengan baik. Molekul-molekul pada permukaan hanya dapat mengembangkan gaya tarik-menarik kohesif
dengan molekul cair lain yang terletak dibawah atau disamping mereka. Molekul tersebut dapat
menyusun fase lain yang terlibat dalam fase antarmuka tersebut walaupun dalam hal antarmuka cair/gas
gaya adhesif tarik-menarik adhesif ini kecil. Efek bersih adalah molekul pada permukaan cairan tersebut
mengalami suatu gaya kearah dalam kearah bulk. Gaya seperti itu menarik molekul antarmuka bersamasama sebagai akibatnya mangecilkan atau menyusutkan permukaan (Martin., dkk., 2008). Pada
permukaan temu (antarmuka) antara zat cair dan gas, atau antara dua zat cair yang tidak bercampur,
timbul gaya-gaya di permukaan cairan yang menyebabkan permukaan tersebut membentang pada seluruh massa
fluida. Diantar fenomena yang berkaitan dengan tegangan permukaan kita membahas kenaikan (atau
penurunan) dari zat cair di dalam sebuah tabung kapiler. Jika sebuah tabung kecil terbuka dimasukkan
kedalam air, permukaan air di dalam tabung akan naik di atas permukaan air di luar tabung. Untuk kasus
ini, terdapat gaya tarik antara dinding tabung dan moekul zat cair yang cukup kuat untuk mengatasi gaya
tarik antar molekul (kohesi) dan menariknya ke dalam dinding. Oleh karena itu zat cair tersebut membasahi
permukaan padat (Munson, 2003). Pipa kapiler umumnya mempunyai panjang 1 sampai 6 meter dengan
diameter dalam 0,5 mm sampai 2 mm. Cairan refrigerant memasuki pipa kapiler dan mengalir hingga
tekanannya berkurang disebabkan oleh gesekan dan percepatan refrigerant. Sejumlah cairan refrigerant

berubah menjadi uap ketika mengalir pada pipa kapiler ini. Perubahan fase ini terjadi akibat adanya
penurunan tekanan dan temperatur pada fluida sementara entalpinya tidak turun, bahkan cenderung
bertambah karena terjadinya perpindahan kalor dari lingkungan ke fluida sebab temperatur lingkungan
lebih tinggi dari pada temperatur fluida. Keuntungan menggunakan pipa kapiler adalah bahwa pipa
kapiler mempuyai bentuk yang sederhana, tidak ada bagian-bagian yang bergerak dan tidak mahal serta
pipa kapiler juga memungkinkan tekanan dalam sistim merata selama sistim tidak bekerja sehingga motor
penggerak kompressor mempunyai momen gaya awal yang kecil. Sedang kerugian jika menggunakan pipa kapiler
adalah bahwa pipa kapiler tidak dapat diatur terhadap beban yang berubah-ubah, mudah terganggu oleh
adanya penyumbatan dan memerlukan pengisian refrigeran berada dekat batas (Basri, 2009). Surfaktan
adalah suatu zat yang bersifat aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antarmuka (interfacial
tension, IFT) minyak-air. Surfaktan memiliki kecenderungan untuk menjadikan zat terlarut dan pelarutnya
terkonsentrasi pada bidang permukaan. Berdasarkan muatan ion, surfaktan dibagi menjadi empat bagian
penting dan digunakan secara meluas pada hampir semua sektor industri modern Jenis-jenis surfaktan
tersebut adalah surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan nonionik dan surfaktan amfoterik
(Hidayati, 2009). Kemampuan menurunkan tegangan permukaan air terbaik dimiliki
oleh surfaktan. Surfaktan tersusun atas ekor nonpolar (gugus hidrofobik)
dan kepala polar (gugus hidrofilik). Ketika menggunakan produk pembersih yang mengandung surfaktan,
ekor nonpolar surfaktan akan menempel pada kotoran dan kepala polarnya menempel pada air. Bila dalam
air terkandung surfaktan, molekul-molekul surfaktan mengalami orientasi dan teradsorbsi pada
permukaan larutan dengan gugus hidrofobik menghadap ke udara. Dengan demikian permukaan larutan
akan tertutupi dengan gugus hidrofobik surfaktan. Penurunan tegangan permukaan yang disebabkan gaya
kohesif cairan atau padatan meningkat seiring dengan meningkatnya gaya kohesif. Karena gaya kohesif
hidrokarbon lebih kecil daripada air, maka tegangan permukaan air yang permukaannya tertutupi oleh
gugus hidrofobik dari surfaktan juga lebih kecil daripada tegangan permukaan air tanpa penambahan
surfaktan (Siaka.,dkk.,2012). Gliserol adalah produk samping produksi biodisel dari reaksi
transesterifikasi dan merupakan senyawa alkohol dengan gugus hidroksil berjumalh tiga buah. Gliserol
(1,2,3 propanetriol) merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak berbau dan merupakan cairan kental
yang memiliki rasa manis. Gliserol dapat dimurnikan dengan proses destilasi agar dapat

Anda mungkin juga menyukai