Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS PENGARUH BESAR TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP

TEGANGAN PERMUKAAN LARUTAN SABUN


NOVI NURAENI1, RAFIRDA FITRI MUAWANI2, RAHMA ANNE ANDINIE3,
SALSABILA RHEINATA RHAMADANI FUTRI SUPRIADI4, YANTO5
Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Jalan A.H Nasution No. 105 Cibiru, Bandung 40614,

Indonesia

novinuraeni1218@gmail.com1, rafirdafitrimuawani@gmail.com2, rahmaanne01@gmail.com3,


rheinata25@gmail.com4, yantosumbawa7@gmail.com5

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh besar temperatur dan tekanan terhadap tegangan
permukaan larutan sabun. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental dengan
pendekatan kuantitatif, dengan mengacu pada sumber perpustakaan seperti buku dan artikel yang
relevan dengan subjek. Melalui percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa tegangan permukaan
larutan sabun berbanding terbalik dengan temperatur. Ketika suhu meningkat, tegangan permukaan
cenderung menurun. Sebaliknya, pada suhu yang lebih rendah, tegangan permukaan meningkat. Hal
ini menunjukkan bahwa temperatur mempengaruhi kekuatan intermolekul dalam larutan sabun,
yang pada gilirannya mempengaruhi tegangan permukaan. Dalam hal tekanan, hasil penelitian
menunjukkan bahwa tekanan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tegangan
permukaan. Hal ini disebabkan oleh adanya zat dalam larutan sabun yang dapat meminimalkan luas
permukaan dan mengurangi efek tekanan eksternal.Penelitian ini memberikan wawasan tentang
hubungan antara temperatur, tekanan, dan tegangan permukaan larutan sabun. Namun, perlu dicatat
bahwa studi ini didasarkan pada metode penelitian kuasi eksperimental, dan ada potensi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dengan desain eksperimental yang lebih baik dan kontrol yang
lebih ketat.

Kata Kunci: temperature,tekanan,tegangan permukaan

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of temperature and pressure on the surface tension of the soap
solution. The research method used is quasi-experimental with a quantitative approach, with
reference to library sources such as books and articles that are relevant to the subject.Through this
experiment, it can be concluded that the surface tension of the soap solution is inversely proportional
to temperature. When the temperature increases, the surface tension tends to decrease. Conversely, at
lower temperatures, the surface tension increases. This shows that temperature affects the
intermolecular forces in the soap solution, which in turn affects the surface tension.In terms of
pressure, the research results show that pressure has no significant effect on surface tension. This is
due to the presence of substances in the soap solution which can minimize the surface area and reduce
the effects of external pressure.This study provides insight into the relationship between temperature,
pressure, and surface tension of soap solutions. However, it should be noted that this study was based
on a quasi-experimental research method, and there is potential for further research with better
experimental designs and tighter controls.

Keywords: temperature, pressure, surface tensio


PENDAHULUAN
Fisika adalah sebuah disiplin ilmu yang secara khas terkait dengan pengamatan dan
percobaan (Novitra, F. (2021). Dalam upaya memahami konsep fisika, siswa perlu terlibat
dalam pembelajaran yang mendorong pengembangan keterampilan eksperimental mereka
melalui pengalaman langsung di dalam ruang laboratorium. Salah satu aspek paling penting
dalam pendidikan ilmiah adalah melibatkan siswa dalam kegiatan laboratorium (Jamaluddin,
Kade, & Nurjannah, 2015).

Praktik laboratorium bukan hanya sekadar membantu siswa memahami konsep dan
teori yang diajarkan, tetapi juga mendorong pengembangan kerangka konseptual mereka
melalui penggunaan berbagai proses kognitif (Sutarno et al., 2017). Praktek kerja di
laboratorium melibatkan peserta didik dalam kegiatan pengamatan dan manipulasi langsung
terhadap objek dan bahan nyata sebagai bentuk aktivitas pembelajaran (Sulistiyono et al.,
2019). Kegiatan untuk menemukan pengetahuan dimulai dari mengamati, menanya,
mencoba, menyimpulkan hingga mengkomunikasikan (Muzaky & Handhika, 2015).

Untuk memastikan efektivitas dan kegunaan laboratorium sebagai sarana pendidikan,


penting untuk mengelolanya dan mengorganisasikannya dengan mekanisme kerja yang jelas.
Dalam hal ini, manajemen laboratorium menjadi penting. Manajemen laboratorium adalah
teknik atau pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan melalui tahap
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan potensi laboratorium secara
menyeluruh, dengan tujuan mencapai hasil yang optimal (Ali M, 2018). Meningkatkan
efektivitas pembelajaran di laboratorium menggunakan alat peraga dan alat praktikum dapat
meningkatkan cara berpikir kritis siswa, dan meningkatkan minat belajar siswa dalam
penguasaan konsep (Asmawati, 2022).

Menurut Pasal 42 dan 43 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, setiap sekolah
memiliki kewajiban untuk memiliki prasarana yang meliputi ruang laboratorium, berbagai
jenis alat laboratorium IPA yang standar, dan peralatan pembelajaran lainnya sesuai dengan
daftar minimum peralatan dan standar jumlah peralatan. Di Permendiknas Nomor 24 Tahun
2007, disebutkan bahwa Standar Sarana dan Prasarana untuk sekolah mulai dari SD hingga
SMA memiliki kriteria minimum sarana seperti perabot, peralatan pendidikan, dan media
pendidikan yang dimiliki oleh sekolah.

Selain itu, standar minimum prasarana mencakup bangunan, lahan, ruang-ruang,


instalasi daya listrik, dan jasa yang harus dimiliki oleh sekolah. Laboratorium memiliki peran
penting sebagai komponen fisik di mana pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan
acuan dan standar ukuran yang jelas (Anita, 2019). Oleh karena itu, penting untuk memiliki
standar laboratorium yang dapat mewujudkan praktik pembelajaran yang baik dalam rangka
mencapai visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan (Poltekkes, 2020). Standarisasi laboratorium
melibatkan berbagai aspek, termasuk sarana dan prasarana laboratorium, standarisasi
kompetensi tenaga laboratorium, dan standarisasi manajemen laboratorium (Kusyanti, 2023).

Buku panduan praktikum, atau yang dikenal juga sebagai "Praktikum Cookbook",
adalah suatu petunjuk yang disusun secara sistematis untuk memberikan instruksi langkah
demi langkah tentang pelaksanaan praktikum atau eksperimen tertentu (Wenning, 2011).
Buku panduan ini umumnya digunakan dalam konteks pendidikan atau lingkungan
laboratorium untuk membantu peserta praktikum memahami dan menjalankan tugas dengan
akurat (Darmawi, 2019). Praktikum Cookbook merujuk pada panduan yang dirancang untuk
memberikan instruksi langkah demi langkah tentang bagaimana melakukan praktikum atau
eksperimen tertentu (Cairns & Areepattamannil, 2017).

Suatu Praktikum Cookbook umumnya meliputi informasi yang mencakup beberapa


aspek. Pertama, tujuan praktikum dijelaskan dengan tujuan untuk menjelaskan eksperimen
atau praktikum yang akan dilakukan. Hal ini memberikan peserta praktikum pemahaman
tentang apa yang akan dicapai dan alasan di balik praktikum tersebut (Wilcox &
Lewandowski, 2017). Selanjutnya, daftar peralatan dan bahan yang digunakan disusun,
mencakup alat, instrumen, zat kimia, bahan khusus, dan peralatan pendukung lainnya yang
mungkin dibutuhkan. Selanjutnya, disajikan prosedur yang harus diikuti oleh peserta
praktikum (Resbiantoro, 2017). Langkah-langkah ini harus jelas, terperinci, dan disusun
dalam urutan yang benar. Instruksi ini mencakup tata letak peralatan, pengukuran yang harus
dilakukan, pengolahan data, dan metode eksperimen yang spesifik (Desy Hanisa Putri, Eko
Risdianto, 2020).

Dalam pelaksanaan praktikum fisika banyak sekali materi yang dikaji, salah satu
pokok bahasan dalam pembelajaran fisika di laboratorium adalah tegangan permukaan
(Mukti, 2022). Tegangan permukaan adalah kekuatan yang harus diberikan sepanjang
permukaan untuk menyeimbangkan gaya tarik ke dalam pada cairan. Fenomena ini terjadi
karena adanya perbedaan antara gaya adhesi antara cairan dan udara yang lebih rendah
daripada gaya kohesi antara molekul cairan. Akibatnya, terbentuklah gaya tarik ke dalam
pada permukaan cairan. Tegangan permukaan merupakan ungkapan gaya persatuan panjang
yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap sembarang garis atau irisan yang bekerja pada
permukaan cairan yang cenderung menarik permukaan cairan untuk menutup (Giancoli,
2014).

Tegangan Permukaan merupakan sebuah fenomena pada fluida yang mengakibatkan


suatu kecenderungan sebuah fluida untuk menegang sehingga permukaannya tampak seperti
tertutup sebuah membran elastis (Widya, 2012).
Setiap cairan mengalami tegangan permukaan karena adanya gaya tarik-menarik antara
molekul-molekul yang serupa di permukaannya. Tegangan permukaan dapat diukur dengan
menggunakan besaran gaya per panjang yang melintasi permukaan dan memiliki
kecenderungan untuk menarik permukaan cairan. Rumus yang digunakan untuk menghitung
tegangan permukaan adalah γ = F/L, di mana γ merupakan tegangan permukaan, F adalah
gaya yang bekerja secara sejajar dengan permukaan, dan L adalah panjang permukaan yang
terlibat (Giancoli, 2001). Tegangan permukaan adalah besarnya energi yang terjadi karena
adanya perbedaan gaya tarik (Wirawan, 2016).

Tegangan permukaan adalah kekuatan yang bertindak di sepanjang antarmuka antara


dua fase yang berbeda, seperti antara zat cair dan udara atau antara zat cair dan padatan.
Tegangan permukaan disebabkan oleh interaksi antarmolekul di permukaan dan dapat
dijelaskan dengan konsep gaya antarmolekul (Metil, Sulfonat, & Hidayati, 2020). Tegangan
permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga
permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic (Juliyanto, Rofingah, Sejati, &
Hakim, 2021). Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk
menegang sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis (Jumini, 2015).

Pada zat cair, molekul di dalam massa cair saling berinteraksi melalui gaya tarik-
menarik antarmolekul yang disebut gaya van der Waals (Bambang Murdaka, 2018). Molekul
di permukaan cairan mengalami gaya tarik-menarik oleh molekul di dalam cairan, tetapi juga
mengalami gaya tarik-menarik oleh molekul di luar cairan, seperti molekul udara di atasnya
(Tang & Suendo, 2021). Akibatnya, molekul di permukaan mengalami gaya tarik yang lebih
kuat ke dalam cairan daripada ke arah udara atau padatan di sekitarnya. Ini menghasilkan
efek seperti "lapisan" pada permukaan cairan (Ermawati, 2021).

Tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya per satuan panjang yang bekerja
sejajar dengan garis batas antara dua fase (Yeni, 2019). Dalam kasus tegangan permukaan
antara cairan dan udara, gaya yang bekerja sejajar dengan permukaan cairan dan sejajar
dengan garis batas disebut tegangan permukaan (Bambang, 2018). Tegangan permukaan
suatu cairan berhubungan dengan gaya tegang yang dimiliki permukaan cairan itu (Surya Y,
2009). Tegangan permukaan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tegangan
permukaan F dengan panjang d tempat gaya tersebut bekerja (Saripudin, 2019) yang secara
matematis dirumuskan dengan:
F
y
2l
Nilai tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh kekuatan interaksi
antarmolekul dalam cairan tersebut. Zat cair dengan interaksi antarmolekul yang lebih kuat
cenderung memiliki tegangan permukaan yang lebih tinggi (Wita, 2022). Tegangan
permukaan mempengaruhi banyak fenomena di kehidupan sehari-hari, seperti aliran kapiler
(ketika air naik dalam tabung tipis), tetesan air yang membentuk bola, atau serapan air oleh
tanah. Sifat tegangan permukaan ini juga penting dalam berbagai aplikasi teknis, seperti
dalam produksi sabun, pembuatan cat, dan industri minyak dan gas bagaimana melakukan
praktikum atau eksperimen tertentu (Wulandari et al., n.d.).

Pada permukaan zat cair, terdapat beberapa gaya yang bekerja akibat interaksi
antarmolekul yaitu adanya Gaya Tarik-Menarik Molekul dalam Cairan, Gaya Tarik-Menarik
Molekul Permukaan ke dalam Cairan, Gaya Tarik-Menarik Molekul Permukaan oleh
Molekul di Luar Cairan. Gaya kohesi dan adhesi juga menentukan tegangan permukaan zat
cair (Ara Doni, 2022). Gaya Adhesi berlawanan dengan gaya kohesi, gaya adhesi cenderung
memperlemah tegangan permukaan zat cair (Kamajaya, 2007). Akibat adanya gaya-gaya ini,
molekul-molekul di permukaan cairan berada dalam keadaan yang berbeda dari molekul-
molekul di dalam cairan (Hardani, 2022).

METODE
Berdasarkan dengan tujuan penelitian yang telah dikemkakan, maka metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimental
dengan pendekatan kuantitatif dan sumber perpustakaan, termasuk buku dan artikel yang
relevan dengan subjek ini, digunakan untuk penelitian. Analisis artikel ini adalah analisis isi
(Tobin 2018). Untuk tujuan membuat artikel, mulailah dengan mempelajari banyak sumber
yang terhubung. Selanjutnya, gunakan teknik analisis isi untuk mengidentifikasi tema yang
muncul di berbagai sumber tersebut. Ketiga, membuat penilaian. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dengan cara praktikum secara nyata dalam model
praktikum cookbook dengan materi pembahasan Tegangan Permukaan.

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian adalah air sabun, benang, kertas milimeter,
dua buah batang gelas yang sama panjang, neraca, dan termometer.
Hasil dan Pembahasan

Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk
menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic. Selain itu,
tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair
untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar.

Tegangan permukaan terhadap tekanan dan temperature. Tekanan tidak secara langsung
mempengaruhi tegangan permukaan. Tegangan permukaan merupakan kecenderungan zat
untuk meminimalkan luas permukaan yang terkena. Dalam keadaan keseimbangan, tegangan
permukaan menyebabkan permukaan zat menjadi tegang atau berkontraksi agar luas
permukaan minimal. Namun, tekanan pada zat tidak mengubah tegangan permukaan itu
sendiri. Meskipun demikian, perubahan tekanan dapat mempengaruhi bentuk atau bentuk
permukaan zat cair, tetapi tidak mempengaruhi tegangan permukaan secara langsung.

Tegangan terhadap temperature memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tegangan


permukaan. Secara umum, tegangan permukaan cairan cenderung menurun seiring
peningkatan suhu. Ketika suhu meningkat, energi kinetik molekul dalam cairan juga
meningkat, yang mengakibatkan molekul-molekul di permukaan memiliki kecepatan rata-rata
yang lebih tinggi. Ini menyebabkan molekul-molekul di permukaan menjadi lebih mudah
untuk terlepas dari tarikan molekul dalam cairan, mengurangi tegangan permukaan.

Untuk mengetahui besar tegangan dan pengaruh tekanan dan termperatur terhadap tegangan
permukaan dilakukan percobaan dengan menggunakan dua batang gelas yang dibuat sama
Panjang dan saling dihubungkan dengan dua benang lalu di celupkan ke dalam air sabun dan
diangkat akan membentuk selaput seperti pada gambar dibawah ini
Gambar 1.1, Dua batang gelas yang dihubungkan dua benang.

Gambar 1.2, Terbentuknya selaput.

Tegangan permukaan suatu cairan berhubungan dengan garis gaya tegang yang
dimiliki permukaan cairan tersebut. Gaya tegang ini berasal dari gaya tarik kohesi (gaya tarik
antara molekul sejenis) molekul-molekul cairan seperti pada gambar 1.1 dan 1.2. Cara ini
dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan antar permukaan zat
cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa gaya yang dibutuhkan untuk
diangkat batang kaca dengan memegang salh stau batang kaca tersebut.

Hasil dari percobaan diatas tercatat dalam tabel hasil pengamatan berikut ini.

Data 1

Tabel 2.1, Hasil percobaan air biasa dengan temperature 33˚C

Percobaa Jari-jari Panjang Pusat


Massa Gravitasi Panjang tali
n ke- lengkung (r) lengkung (c)
1 350 g 10 m/s2 0,25 m 0,225 m 0,14 m
2 350 g 10 m/s2 0,20 m 0,195 m 0,155 m
3 350 g 10 m/s2 0,15 m 0,16 m 0,165 m

Data 2

Tabel 2.2, Hasil percobaan air biasa dengan temperature 61˚C

Percobaa Jari-jari Panjang Pusat


Massa Gravitasi Panjang tali
n ke- lengkung (r) lengkung (c)
1 200 g 10 m/s2 0,25 m 0,21 m 0,145 m
2 200 g 10 m/s2 0,20 m 0,19 m 0,155 m
3 200 g 10 m/s2 0,15 m 0,145 m 0,165 m

Setelah mencatat hasil percobaan dalam bentuk tabel, kemudian di analisis menggunakan
perhitungan yang sudah di rumuskan Dimana L adalah jarak lurus pada saat terjadi selaput.
m.g
Dengan demikian: y=
2(C +2 r)

Dimana :

y: tegangan permukaan

m: massa

g: gravitasi

c: jari-jari panjang lengkung

r: pusat lengkung

Data 1

Panjang tali 25 cm

0,35 X 10
y= =2,97
2(0,14 )+ 4(0,225)

Panjang tali 20 cm

0,35 X 10
y= =3,21
2(0,155)+4 (0,195)

Panjang tali 15 cm

0,35 X 10
y= =3,6
2(0,165)+4 (0,16)

Data 2

Panjang tali 25 cm

0,2 X 10
y= =1,77
2(0,145)+4 (0,21)

Panjang tali 20 cm

0,2 X 10
y= =1,87
2(0,155)+4 (0,19)
Panjang tali 15 cm

0,2 X 10
y= =2,2
2(0,165)+4 (0,145)

Setelah dilakukan eksperimen di laboratorium, dihasilkan data yang akan diolah untuk
melihat pengaruh temperatur terhadap besar besar tegangan permukaan. Data tersebut diolah
dalam bentuk grafik hubungan untuk mempermudah mengambil kesimpulan dari hasil
penelitian

Pengaruh temperatur terhadap tegangan


permukaan
4

3.5 3.6
f(x) = 0.315 x + 2.63
R² = 0.981454005934718 3.21
3 2.97
2.5

1.5

0.5

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Gambar 1.3, Grafik pengaruh temperatur33° terhadap tegangan permukaan

Pengaruh temperatur terhadap tegangan


permukaan
2.5
2.2
2 f(x) = 0.215 x + 1.51666666666667
R² = 0.912936142198815 1.87
1.77
1.5

0.5

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Gambar 1.3, Grafik pengaruh temperature 61° terhadap tegangan permukaan

Maka pada grafik tersebut menunjukan bahwa tegangan permukaan dipengaruhi oleh
temperatur. Tegangan permukaan berbandung terbalik dengan temperature, semakin tinggi
suhu , maka tegangan permukaan akan semakin kecil dan semakin rendah suhu, maka akan
semakin besar tegangan permukaan.

Kesimpulan

Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa Tegangan permukaan berbandung terbalik
dengan temperature, semakin tinggi suhu , maka tegangan permukaan akan semakin kecil dan
semakin rendah suhu, maka akan semakin besar tegangan permukaan. Pada tekanan tidak
terlalu berpengaruh terhadap tegangan permukaan karena cenderung memiliki zat untuk
meminimalkan luas permukaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2018). Management Laboratorium Sekolah Era Industry 4.0. Yogyakarta:


Pendidikan Teknik Elektro UNY.

Anita F. Waluyo, H. Sabarman. (2019). Fabrikasi Fiber Polyvinyl Alcohol (Pva) Dengan
Elektrospining. Gravity Vol. 5 No. 1

Ara D. Nainggolan. (2022). Buku Fisika. GuePedia

Asmawati, eka yulisari. (2022). Membandingkan tegangan permukaan dengan tegangan air
menggunakan zat pewarna makananan sebagai alat peraga pembelajaran. JPF, 64–69.

Bambang, A. Kironoto. (2018). Statika Fluida. Yogyakarta. UGM PRESS

Bambang Murdaka, E. J. (2018). Pengantar Fisika 1. Yogyakarta. UGM PRESS

Cairns, D., & Areepattamannil, S. (2017). Exploring the Relations of Inquiry-Based Teaching
to Science Achievement and Dispositions in 54 Countries.
https://doi.org/10.1007/s11165-017-9639-x

D. C. Giancoli, Fisika Prinsip dan Aplikasi, Erlangga, 2014.

D. Wulandari, D. Roza, M. A. Rangkuti, Y. I. Tanjung, Irham, R., M. F. Raihan, S. A.


Abrori, Irmaniar. (2022). Fisika Dasar Berbasis Stem Untuk Mahasiswa. Bandung.
Media Sains Indonesia

Darmawi, D. (1996). Validasi Alat Percobaan Resultan Gaya Tiga Dimensi.

Desy Hanisa Putri, Eko Risdianto, dan sutarno. (2020). identifikasi keterlaksanaan praktikum
fisika SMA dan pembekalan keterampilan abad 21. SNSE IV, 112–122.

Ermawati, Frida U. (2021). Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaan dengan Induksi
Elektromagnetik. Jurnal Fisika Dan Aplikasinya, 4, 4–7.

Giancoli, Douglas C. 2001. FISIKA Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Hardani, S. Idawati. (2022). Buku Ajar Farmasi Fisika. Yogyakarta. Samudra Biru.

Jamaluddin, Jamaluddin, Kade, Amiruddin, & Nurjannah, Nurjannah. (2015). Analisis


Pelaksanaan Praktikum Menggunakan Kit Ipa Fisika Di Smp Se-Kecamatan Sojol
Kabupaten Donggala. JPFT (Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online), 3(1), 6.
https://doi.org/10.22487/j25805924.2015.v3.i1.2368

Juliyanto, Eko, Rofingah, Janatur, Sejati, Arba Finda, & Hakim, Fatih Nuzulil. (2021).
Menentukan Tegangan Permukaan Zat Cair. Jurnal Kajian Pendidikan Sains, 176–186.

Jumini, Sri. (2015). Pengaruh Tegangan Permukaan Diselat Gibraltar Berdasarkan Surat Ar-
Rahman Ayat 19-20. Jurnal Ppkm II, 106–113.

Kanajaya. (2007). Cerdas Belajar Fisika. Bandung. Grafindo Media Pratama.

Kusyanti, R. N. T. (2023). Analisis Standarisasi Laboratorium Fisika dalam Mendukung


Implementasi Kurikulum Merdeka di SMA Negeri 1 Tempel. Ideguru: Jurnal Karya
Ilmiah Guru, 8(1), 40-47.

Metil, Emulsi, Sulfonat, Ester, & Hidayati, Sri. (2020). Pengaruh Rasio Mol, Suhu Dan Lama
Reaksi Terhadap Tegangan Permukaan Dan Stabilitas Emulsi Metil Ester Sulfonat Dari
CPO (The effect of Mol ratio, temperature and reaction time on surface tension and
stability of metal ester sulfonat emulsion from CPO). Jurnal Teknologi Industri Dan
Hasil Pertanian, 14(1), 38–44.

Mukti Ali, M. Syihab. I., Jusman. (2022). Determining The Surface Tension Of A Liquid
And The Drop Comparison Method. Jurnal Pendidikan Fisika Vol 11. No 1. 143-150.

Muzaky, A. F., & Handhika, J. (2015). Penggunaan Alat Peraga Sederhana Berbasis
Teknologi Daur Ulang untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Materi Vektor dalam
Kelas Remedial SMKN 1 Wonoasri Tahun Pelajaran 2014 / 2015. 2014

Novitra, F. (2021). Development of Online-based Inquiry Learning Model to Improve 21st-


Century Skills of Physics Students in Senior High School. 17(22).

Nurjannah, N. (2015). Analisis Pelaksanaan Praktikum Menggunakan Kit Ipa Fisika Di Smp
Se-Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala. JPFT (Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako
Online), 3(1), 6. https://doi.org/10.22487/j25805924.2015.v3.i1.2368

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. (2007). Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007


tentang Standar dan Prasarana Untuk satuan pendidikan dari SD, SMP dan SMA.
Jakarta: Depdiknas.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2005). PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasionl Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Politeknik Kesehatan Bandung. (2020). Standar Laboratorium. Bandung: Poltekes Bandung

R. Widya, Penggunaan teknik tracking pada perangkat lunak logger pro untuk menentukan
tegangan permukaan pada variasi suhu. Skripsi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,
2012.

Resbiantoro, G., & Nugraha, A. W. (2017). Miskonsepsi mahasiswa pada konsep dasar gaya
dan gerak untuk sekolah dasar. JURNAL PENDIDIKAN SAINS UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SEMARANG, 5(2), 80-87
Saripudin, A. (2019). Praktis Belajar Fisika. Grafindo Media Pratama.

Sulistiyono, S., Mundilarto, M., & Kuswanto, H. (2019). Pengembangan Instrumen Penilaian
Kerja Laboratorium Fisika untuk Mengukur Sikap dan Tanggung Jawab Siswa. Jurnal
Materi dan Pembelajaran Fisika, 9(1), 43-49.

Surya, Yohanes. (2009). Mekanika dan Fluida Buku 2. Tangerang. Kandel.

Sutarno, S., Setiawan, A., Suhandi, A., Kaniawati, I., & Putri, D. H. (2017). Keterampilan
Pemecahan Masalah Mahasiswa Dalam Pembelajaran Bandul Fisis Menggunakan
Model Problem Solving Virtual Laboratory. Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi,
3(2), 164–172. https://doi.org/10.29303/jpft.v3i2.396

Tang, Muhamad, & Suendo, Veinardi. (2021). Pengaruh Penambahan Pelarut Organik
Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Sabun. Prosiding Simposium Nasional Inovasi
Pembelajaran Dan Sains, m(Snips), 1–7. Tobin, R. G. (2018). Recitation Sections
Improve Student Introductory Mechanics Course. https://doi.org/10.1119/1.5018689

Tobin, R. G. (2018). Recitation Sections Improve Student Introductory Mechanics Course.


https://doi.org/10.1119/1.5018689

Wenning, C. J. (2011). Experimental inquiry in introductory physics courses. 6(2), 2–8.

Wilcox, B. R., & Lewandowski, H. J. (2017). Developing skills versus reinforcing concepts
in physics labs : Insight from a survey of students ’ beliefs about experimental physics.
010108, 1–9. https://doi.org/10.1103/PhysRevPhysEducRes.13.010108

Wirawan, R., Dwiyati, S. F, Djati. (2016) Pembuatan Wetting Tension Test Mixture Untuk
Pengukuran Tegangan Permukaan Film Plastik Pada Industri Flexible Packaging. Jurnal
Penelitian, Fadjar Dhahana Djati.

Wita Pradiani, R. Zulhaini, A. H. Prianto. (2022). Pengaruh Tegangan Permukaan Dan


Potensial Permukaan Terhadap Kestabilan Emulsi Krim Minyak Biji Mimba Anti
Nyamuk Aedes Aegypti. Jurnal Farmamedika Vol. 7 No. 1 41-47

Yeni, M., Abd Mujahid. H. (2019). Model Baru Statika Fluida Yang Melibatkan Interaksi
Elektrostatik di Dalam Tabung Silinder. JPK 5(2)-2019, 145-149.

Lampiran

Tabel pengamatan

- Air biasa
Massa air = 200g
Masa air + sabun = 350g
Gravitasi bumi = 10 m/s2
Tempertaur awal = 330C
PERCOBAAN 1

Panjang tali 25 cm
Percobaan ke- Jari-jari Panjang lengkung (r) Pusat lengkung (c)
1 22,5 cm 14 cm
2 22,5 cm 14 cm
3 22,5 cm 14 cm
3 22,5 cm 14 cm
5 22,5 cm 14 cm

Panjang tali 20 cm
Percobaan ke- Jari-jari Panjang lengkung (r) Pusat lengkung (c)
1 19,5 cm 15,5 cm
2 19,5 cm 15,5 cm
3 19,5 cm 15,5 cm
3 19,5 cm 15,5 cm
5 19,5 cm 15,5 cm

Panjang tali 15 cm
Percobaan ke- Jari-jari Panjang lengkung (r) Pusat lengkung (c)
1 16 cm 16,5 cm
2 16 cm 16,5 cm
3 16 cm 16,5 cm
3 16 cm 16,5 cm
5 16 cm 16,5 cm

Keterangan :

Nst penggaris = 0,1 cm = 0,001 m

Nst neraca = 0,1g

Nst thermometer = 10c

Nst gravitasi meter = 0,1 m/s2

Air panas

Massa air = 200g


Masa air + sabun = 300g
Gravitasi bumi = 10 m/s2
Tempertaur awal = 610C
PERCOBAAN 1

Panjang tali 25 cm
Percobaan ke- Jari-jari Panjang lengkung (r) Pusat lengkung (c)
1 21 cm 14,5 cm
2 21 cm 14,5cm
3 21 cm 14,5 cm
3 21 cm 14,5 cm
5 21 cm 14,5 cm

Panjang tali 20 cm
Percobaan ke- Jari-jari Panjang lengkung (r) Pusat lengkung (c)
1 19 cm 15,5 cm
2 19 cm 15,5 cm
3 19 cm 15,5 cm
3 19 cm 15,5 cm
5 19 cm 15,5 cm

Panjang tali 15 cm
Percobaan ke- Jari-jari Panjang lengkung (r) Pusat lengkung (c)
1 14,5 cm 16,5 cm
2 14,5 cm 16,5 cm
3 14,5 cm 16,5 cm
3 14,5 cm 16,5 cm
5 14,5 cm 16,5 cm

Keterangan :

Nst penggaris = 0,1 cm = 0,001 m

Nst neraca = 0,1g

Nst thermometer = 10c

Nst gravitasi meter = 0,1 m/s2

Pengolahan data

Air biasa

Massa (1) = 200g

1
∆ m= nst
2
1
∆ m= .0,1 = 0,05 gram
2

∆m 0,05
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,00025% (4AP)
m 200
Ktp = (2000,0 ± 0,05000) gram

Massa (2) = 350g

1
∆ m= nst
2

1
∆ m= .0,1 = 0,05 gram
2

∆m 0,05
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,00014% (4AP)
m 350
Ktp = (350,0 ± 0,05000) gram

Gravitasi

G = 10 m/s2

1
∆ g= nst
2

1
∆ g= . 0,1 = 0,05 m/s 2
2

∆g 0,05
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,005% (4AP)
g 10
Ktp = (10,00 ± 0,05000) m/s 2

Temperature

C = 330c

1
∆ c= nst
2

1
∆ c= .0,1 = 0,05 m/s 2
2

∆c 0,05
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,015% (4AP)
c 33
Ktp = (33,00 ± 0,05000) m/s 2
Panjang tali

1. L = 25 cm
= 0,20 m
1
∆ L= nst
2

1
∆ l= .0,01 = 0,0005 m
2

∆l 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,002% (4AP)
l 0,25
Ktp = (0,2500 ± 0,0005000) m
= (2,5 ± 5) x 10 -4 m
2. L = 20 cm
= 0,20 m
1
∆ L= nst
2

1
∆ l= .0,01 = 0,0005 m
2

∆l 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0025% (4AP)
l 0,20
Ktp = (0,2000 ± 0,0005000) m
= ( 2 ± 5 ) x 10 -4 m
3. L = 15 cm
= 0,15 m
1
∆ L= nst
2

1
∆ l= .0,01 = 0,0005 m
2

∆l 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0025% (4AP)
l 0,15
Ktp = (0,2000 ± 0,0005000) m
= ( 1,5 ± 5 ) x 10 -4 m
Data 1 (Panjang tali 25 cm)

Jari-jari Panjang lengkung (r)

r = 22,5 cm
= 0,225 m
1
∆ r = nst
2

1
∆ r = . 0,1 = 0,0005 m
2

∆r 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0022% (4AP)
r 22,5
Ktp = (0,2250 ± 0,0005000) m
= ( 22,5 ± 0,0005 ) x 10 3 m

Pusat lengkung (c)

C = 14 cm
= 0,14 m
1
∆ c= nst
2

1
∆ c= .0,1 = 0,0005 m
2

∆c 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0035% (4AP)
c 0,14
Ktp = (0,1400 ± 0,0005000) m
= ( 14 ± 0,0005 ) x 10 4 m

Data 2 (panjang tali)

Jari-jari Panjang lengkung (r)

r = 19,5 cm
= 0,195 m
1
∆ r = nst
2

1
∆ r = . 0,1 = 0,0005 m
2

∆r 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0025% (4AP)
r 0,195
Ktp = (0,1950 ± 0,0005000) m
= ( 0,195 ± 0,0005 ) x 10 3 m

Pusat lengkung (c)


C = 15,5 cm
= 0,155 m
1
∆ c= nst
2

1
∆ c= .0,1 = 0,0005 m
2

∆c 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,00322% (4AP)
c 0,155
Ktp = (0,1550 ± 0,0005000) m
= ( 14 ± 0,0005 ) x 10 4 m

Data 3 (Panjang tali)

Jari-jari Panjang lengkung (r)

r = 16 cm
= 0,16 m
1
∆ r = nst
2

1
∆ r = . 0,1 = 0,0005 m
2

∆r 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0031% (4AP)
r 0,16
Ktp = (0,1600 ± 0,0005000) m
= ( 0,16 ± 0,0005 ) x 10 3 m

Pusat lengkung (c)

C = 16,5 cm
= 0,165 m
1
∆ c= nst
2

1
∆ c= .0,1 = 0,0005 m
2

∆c 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,003% (4AP)
c 0,165
Ktp = (0,1650 ± 0,0005000) m
= ( 0,165 ± 0,0005 ) x 10 4 m
Air hangat

Massa

Massa (1) = 200g

1
∆ m= nst
2

1
∆ m= .0,1 = 0,05 gram
2

∆m 0,05
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,00025% (4AP)
m 200
Ktp = (200,0 ± 0,05000) gram
= (200 ± 0,05) x 10 3 m

Massa (2) = 300g

1
∆ m= nst
2

1
∆ m= .0,1 = 0,05 gram
2

∆m 0,05
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,00016% (4AP)
m 300
Ktp = (300,0 ± 0,05000) gram
= ( 300 ± 0,05) x 10 3 m

Gravitasi

G = 10 m/s2

1
∆ g= nst
2

1
∆ g= . 0,1 = 0,05 m/s 2
2

∆g 0,05
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,005% (4AP)
g 10
Ktp = (10,00 ± 0,05000) m/s 2
= ( 10 ± 0,05) x 10 3 m/s 2
Temperature

C = 160c
1
∆ c= nst
2

1
∆ c= .0,1 = 0,05 m/s 2
2

∆c 0,05
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0083% (4AP)
c 16

Ktp = (61,00 ± 0,05000) C

= ( 16 ± 0,5) x 10 3 C
Panjang tali

1. L = 25 cm
= 0,25 m
1
∆ L= nst
2

1
∆ l= .0,01 = 0,0005 m
2

∆l 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,002% (4AP)
l 0,25
Ktp = (0,2500 ± 0,0005000) m
= (2,5 ± 5) x 10 -4 m
2. L = 20 cm
= 0,20 m
1
∆ L= nst
2

1
∆ l= .0,01 = 0,0005 m
2

∆l 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0025% (4AP)
l 0,20
Ktp = (0,2000 ± 0,0005000) m
= ( 2 ± 5 ) x 10 -4 m
3. L = 15 cm
= 0,15 m
1
∆ L= nst
2

1
∆ l= .0,01 = 0,0005 m
2
∆l 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0025% (4AP)
l 0,15
Ktp = (0,1500 ± 0,0005000) m
= ( 1,5 ± 5 ) x 10 -4 m
Data 1 (Panjang tali 25 cm)

Jari-jari Panjang lengkung (r)

r = 21 cm
= 0,21 m
1
∆ r = nst
2

1
∆ r = . 0,1 = 0,0005 m
2

∆r 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0023% (4AP)
r 0,21
Ktp = (0,2100 ± 0,0005000) m
= ( 0,21 ± 0,0005 ) x 10 3 m

Pusat lengkung (c)

C = 14,5 cm
= 0,145 m
1
∆ c= nst
2

1
∆ c= .0,1 = 0,0005 m
2

∆c 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0034% (4AP)
c 0,145
Ktp = (0,1400 ± 0,0005000) m
= ( 0,145 ± 0,0005 ) x 10 3 m

Data 2 (panjang tali)

Jari-jari Panjang lengkung (r)

r = 19 cm
= 0,19 m
1
∆ r = nst
2
1
∆ r = . 0,1 = 0,0005 m
2

∆r 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0026% (4AP)
r 0,19
Ktp = (0,1950 ± 0,0005000) m
= ( 0,19 ± 0,0005 ) x 10 3 m

Pusat lengkung (c)

C = 15,5 cm
= 0,155 m
1
∆ c= nst
2

1
∆ c= .0,1 = 0,0005 m
2

∆c 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0032% (4AP)
c 0,155
Ktp = (0,1550 ± 0,0005000) m
= ( 0,155 ± 0,0005 ) x 10 4 m

Data 3 (Panjang tali)

Jari-jari Panjang lengkung (r)

r = 14,5 cm
= 0,145 m
1
∆ r = nst
2

1
∆ r = . 0,1 = 0,0005 m
2

∆r 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,0034% (4AP)
r 0,14,5
Ktp = (0,1450 ± 0,0005000) m
= ( 0,145 ± 0,0005 ) x 10 3 m

Pusat lengkung (c)

C = 16,5 cm
= 0,165 m
1
∆ c= nst
2

1
∆ c= .0,1 = 0,0005 m
2

∆c 0,0005
Ksr = . 100 %= . 100 %= 0,003% (4AP)
c 0,165
Ktp = (0,1650 ± 0,0005000) m
= ( 0,165 ± 0,0005 ) x 10 4 m

Perhitungan

m.g
y=
2(C +2 r)

m.g
¿
2C +2r

¿ m . g .2C -1+4 r -1

y= |∂∂my |∆ m+|∂∂ yg|∆ g+|∂∂ cy|∆ c+|∂∂ yr |∆ r


¿| |∆ m+| |∆ g+| |∆ c +|
2 c+ 4 r |
m g mxg mxg
∆r
2 c+ 4 r 2 c+ 4 r 2 c+ 4 r

Percobaan 1
Air biasa
 Panjang tali 25 cm

Dik

g=10 m/ s2 ∆ g=0,05 m/s 2

c=0,14 m ∆ c=0,0005 m

r =0,225 m ∆ r =0,0005 m

m=0,35 m ∆ m=5 x 10-5 m

y= |2 cm+4 r|∆ m+|2 c +4g r|∆ g+|2 mxg


c +4 r | ∆ c+|
2 c +4 r |
mxg
∆r
¿| 10
2(0,14 m)+ 4 (0,225 m) |
5 x 10-5

m+
| 0,35
2(0,14 m)+ 4 (0,225 m) | |
0,05+
0,35 x 10
2(0,14 m)+ 4(0,225 m)|0,0005+
| 0,35 x 10
2(0,14 m)+ 4(0,225 m ) |
0,0005

= 0,0042+0,0148+0,0018+0,0036

= 0,21 N/m

∆y 0,0005
krs = x 100 %= x 100 %=0,023 %
y 0,021

Ktp = (0,21 ± 0,0005) x103 N/m

 Panjang tali 20 cm

Dik

g=10 m/ s2 ∆ g=0,05 m/s 2

c=0,155 m ∆ c=0,0005 m

r =0,195 m ∆ r =0,0005 m

m=0,35 m ∆ m=5 x 10-5 m

y= |2 cm+4 r|∆ m+|2 c +4g r|∆ g+|2 mxg


c +4 r | ∆ c+|
2 c +4 r |
mxg
∆r

¿
|2(0,155 m)+104(0,195m)|5 x 10 -5

m+ 0,05+
|
|2( 0,155 m ) +4 (0,195 m) | 2(0,155 m)+ 4( 0,195 m)
0,35 0,35 x 10
|0,0005+
| 2( 0,155m)+ 4 (0,195 m) |
0,35 x 10
0,0005

= 0,0046+0,016+0,0021+0,0038

= 0,22 N/m

∆y 0,0005
krs = x 100 %= x 100 %=0,022 % (4 AP)
y 0,022

Ktp = (0,22 ± 0,0005) x103 N/m

 Panjang tali 15 cm

Dik

g=10 m/ s2 ∆ g=0,05 m/s 2


c=0,165 m ∆ c=0,0005 m

r =0,16 m ∆ r =0,0005 m

m=0,35 m ∆ m=5 x 10-5 m

y= |2 cm+4 r|∆ m+|2 c +4g r|∆ g+|2 mxg


c +4 r | ∆ c+|
2 c +4 r |
mxg
∆r

¿
|2(0,165 m)+10 4( 0,16 m)|5 x 10-5

m+
|2(0,165 m)+ 4(0,16 m)| |2( 0,165 m)+4 (0,16 m)| |2(0,165 m)+ 4(0,16 m)|0,0005
0,35
0,05+
0,35 x 10
0,0005+
0,35 x 10

= 0,00051+0,018+0,0025+0,0040

= 0,025 N/m

∆y 0,0005
krs = x 100 %= x 100 %=0,02 % (4 AP)
y 0,025

Ktp = (0,025 ± 0,0005) x103 N/m

Percobaan 2
Air biasa
 Panjang tali 25 cm

Dik

g=10 m/ s2 ∆ g=0,05 m/s 2

c=0,145 m ∆ c=0,0005 m

r =0,19 m ∆ r =0,0005 m

m=0,3 m ∆ m=5 x 10-5 m

y= |2 cm+4 r|∆ m+|2 c +4g r|∆ g+|2 mxg


c +4 r | ∆ c+|
2 c +4 r |
mxg
∆r

¿|
2(0,145 m)+ 4( 0,19m)|
10
5 x 10
-5

m+
|2(0,145 m)+ 4(0,19 m )| |2(0,145 m)+ 4 (0,19 m)|0,0005+¿
0,3
0,05+
0,3 x 10

= 0,0048+0,0143+0,0018+0,0034

= 0,02 N/m
∆y 0,0005
krs = x 100 %= x 100 %=0,023 % (4 AP)
y 0,02

Ktp = (0,02 ± 0,0005) x103 N/m

 Panjang tali 20 cm

Dik

g=10 m/ s2 ∆ g=0,05 m/s 2

c=0,155 m ∆ c=0,0005 m

r =0,19 m ∆ r =0,0005 m

m=0,3 m ∆ m=5 x 10-5 m

y= |2 cm+4 r|∆ m+|2 c +4g r|∆ g+|2 mxg


c +4 r | ∆ c+|
2 c +4 r |
mxg
∆r

¿
|2(0,155 m)+10 4( 0,19m)|5 x 10 -5

m+|
2(0,155 m)+ 4(0,19 m)| |2(0,155 m)+ 4 (0,19 m)| |2(0,155 m)+4 (0,19 m)|0,0005
0,3 0,3 x 10 0,3 x 10
0,05+ 0,0005+

= 0,0047+0,014+0,0019+0,0033

= 0,0197 N/m

∆y 0,0005
krs = x 100 %= x 100 %=0,026 % (4 AP)
y 0,0197

Ktp = (0,0197 ± 0,0005) x103 N/m

 Panjang tali 15 cm

Dik

g=10 m/ s2 ∆ g=0,05 m/s 2

c=0,165 m ∆ c=0,0005 m

r =0,145 m ∆ r =0,0005 m

m=0,3 m ∆ m=5 x 10-5 m


y= | m
| |
2 c +4 r
∆ m+
g
| | | | |
2 c +4 r
∆ g+
mxg
2 c +4 r
∆ c+
mxg
2 c +4 r
∆r

¿
|2(0,165 m)+104(0,145m)|5 x 10 -5

m+
|2(0,165 m)+0,34(0,145 m)|0,05+|2(0,165 0,3m )+x410(0,145 m)|0,0005+|2(0,1650,3m)+4x 10(0,145 m)|0,0005
= 0,0055+0,0165+0,0023+0,0036

= 0,0229 N/m

∆y 0,0005
krs = x 100 %= x 100 %=0,021 % (4 AP)
y 0,0229

Ktp = (0,0229 ± 0,0005) x103 N/m

Anda mungkin juga menyukai