Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH LARUTAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
TOMY BUNGARAN SIMANJUNTAK (18 01 136)
VINA AFRI LIANA (18 01 137)
WENNY OKTORY BR TARIGAN (18 01 138)
YANTI PUTRI BR TARIGAN (18 01 139)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

karunianya sehingga makalah Kimia Fisika mengenai larutan ini dapat diselesaikan. Makalah

ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas mata kuliah Kimia Fisika. Pada kesempatan

kali ini, kami tidak lupa menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu selama penyusunan makalah ini terutama untuk dosen Mata Kuliah

Kimia Fisika dan orang-orang yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan

kepada kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena

itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat memperbaiki, membangun, dan

mengembangkan makalah ini sangat kami harapkan. Kami berharap makalah ini dapat

berguna untuk para pembaca. Amin.

Medan, Maret 2019

Kelompok 11
DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian larutan

2.2 Sifat Dasar Larutan

2.3 Komposisi Larutan

2.4 Prosedur Dalam Pembuatan Larutan

2.5 Jenis-jenis Larutan

2.6 Macam-macam Larutan

2.7 Konsentrasi Larutan

2.8 Sifat Koligatif Larutan

2.9 Soal dan Pembahasan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan
disebut pelarutan atau solvasi. Larutan umumnya berfase cair (liquid = l) dengan pelarut air,
tetapi ada juga larutan yang berfase padat (solid = s) seperti kuningan, stainless steel, dan
lain-lain, ataupun gas (g) seperti udara. Contoh umum yang sering kita jumpai
yaitu garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon
dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain,
sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misal aloi (campuran logam)
dan mineral tertentu.Tanpa kita sadari, selama ini kehidupan kita sangat berkaitan dengan zat
kimia yang dapat kita temui dalam berbagai macam bentuk. Salah satunya dalam larutan yang
akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini. Misalnya garam dapur atau Natrium Klorida
(NaCl). Selain memperkaya rasa masakan ternyata garan dapur (NaCl) yang kita kenal
selama ini mempunyai kegunaan lain. Ternyata garam dapur (NaCl) dalam bentuk larutan
jika disambungkan dengan power supply dapat menghantarkan arus listrik dan membuat
lampu menyala.Demikian juga halnya dengan larutan-larutan lainnya, misalnya air suling,
larutan gula, asam asetat, amonia, asam sulfat, asam klorida, natrium klorida, natrium
hidroksida, dan masih banyak lagi.

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa yang dimaksud larutan?

b) Apa saja sifat-sifat dasar dari suatu larutan?

c) Apa saja macam-macam serta jeni-jenis dari larutan?

d) Bagaimana sifat koligatif dari larutan?

e) Apa saja komposisi dari larutan?

1.3 Tujuan

a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan larutan


b) Untuk mengetahui sifat dasar dari larutan

c) Untuk mengetahui jenis-jenis serta macam-macam dari larutan

d) Untuk mengetahui apa saja sifat koligatif dari larutan

e) Untuk mengetahui komposisi dari larutan


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Larutan

Apakah kalian sering membuat segelas teh yang manis? Untuk menambah rasa manis
diberikan beberapa sendok gula pasir lalu diaduk hingga larut semua. Air teh atau susu
merupakan salah satu contoh larutan. Gula pasir merupakan zat terlarut dalam air teh
tersebut. Dapatkah kalian melihat gula pasir dalam laruan tersebut?

Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,sedang
kan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarut
atau solvasi.

Larutan merupakan sebutan/istilah yang lazim digunakan untuk menyatakan suatu bentuk
campuran zat yang homogeny. Di alam, kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air
(pelarutnya air) (Hermawan,2009).

Larutan juga didefinisikan sebagai campuran dua atau lebih zat yang membentuk satu
macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap zat yang membentuk larutan tidak berubah. Arti
homogen menunjukkan tidak ada kecenderungan zat-zat dalam larutan terkonsentrasi pada
bagian-bagian tertentu, melainkan menyebar secara merata di seluruh campuran. Sifatsifat
fisika zat yang dicampurkan dapat berubah atau tidak, tetapi sifatsifat kimianya tidak
berubah.

Contoh:

a) Larutan dari campuran alkohol dan air. Sifat fisika dan kimia setiap zat tidak berubah.

b) Larutan dari campuran gula pasir dan air. Sifat fisika gula berubah dari kristalin menjadi

molekuler, tetapi sifat-sifat kimianya tidak berubah.

c) Larutan dari campuran NaCl dan air. Sifat-sifat fisika NaCl berubah dari kristalin menjadi

ion-ionnya, tetapi sifat kimia NaCl tidak berubah.

Ada dua komponen yang berhubungan dengan larutan, yaitu pelarut dan zat terlarut.
Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain. Umumnya,
pelarut merupakan jumlah terbesar dari sistem larutan. Zat terlarut adalah komponen dari
larutan yang memiliki jumlah lebih sedikit dalam sistem larutan. Selain ditentukan oleh
kuantitas zat, istilah pelarut dan terlarut juga ditentukan oleh sifat fisikanya (struktur). Pelarut
memiliki struktur tidak berubah, sedangkan zat terlarut dapat berubah .Contoh: Sirup
tergolong larutan. Di dalam sirup, jumlah air lebih banyak daripada gula. Oleh karena
struktur air tidak berubah (air tetap berupa cair), sedangkan struktur gula berubah dari
kristalin menjadi molekuler. Air tetap dinyatakan sebagai pelarut. Larutan tidak terbatas pada
sistem cairan, dapat juga berupa padatan atau gas. Udara di atmosfer adalah contoh larutan
sistem gas (pelarut dan terlarut berwujud gas). Logam kuningan adalah contoh sistem larutan
padat (campuran tembaga dan seng).

2.2 Sifat Dasar Larutan

Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul,atom ataupun ion
dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat
berubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati
adanya bagian-bagian yang berlainan,bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan
dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya
perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula
dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat
terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air.
Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol.

2.3 Komposisi Larutan

Apa yang dimaksud komposisi larutan? Komposisi larutan adalah perbandingan zat-zat di
dalam campuran. Untuk menentukan komposisi larutan digunakan iatilah kadar dan
konsentrasi. Kedua istilah ini menyatakan kuantitas zat terlarut dengan satuan tertentu.
Satuan yang digunakan untuk menyatakan kadar larutan adalah persen berat (%b/b), persen
volume (%V/V), dan bagian per sejuta (bpj) atau ppm (part per million). Sedangkan satuan
yang digunakan untuk konsentrasi adalah molaritas, molalitas, dan fraksi mol yang akan
dibahas pada poin konsentrasi larutan.

a) Kadar Larutan
 Persen Berat (%)
Persen berat menyatakan fraksi berat zat terlarut terhadap berat larutan dalam satuan
persen Persen berat biasa diterapkan dalam campuran padat-cair atau padat-padat. Secara
matematika, persen berat suatu zat dirumuskan sebagai berikut :

 Persen Volume (%)

Persen volume menyatakan fraksi volume zat terlarut terhadap volume larutan dalam
satuan persen. Persen volume biasa diterapkan untuk campuran cair-cair atau gas-cair. Secara
matematik, persen volume suatu zat dirumuskan sebagai berikut :
 Bagian Per Sejuta (Bpj)

Untuk menyatakan kadar suatu zat yang kuantitasnya sangat sedikit, biasanya di
ungkap kan dalam satuan bagian per sejuta (bpj) atau dalam bahasa inggrisnya part per
million (ppm). Ungkapan bpj suatu zat dinyatakandengan rumus:

b) Konsentrasi Larutan
 Molaritas ( M )

Molaritas yaitu suatu besaran yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut terhadap
setiap liter larutan. Berikut rumus Molaritas :

Keterangan :

M = Molaritas (mol/L)
n = Banyaknya mol zat terlarut (mol)
V = Volume larutan (L)

 Molalitas ( m )
Molalitas yaitu besaran yang menyatakan banyaknya mol yang terlarut terhadap setiap
1000 gram pelarut. Jika pelarutnya air, maka massa pelarut bisa dinyatakan dalam volume
pelarut. Hal ini disebabkan karena massa jenis air sama dengan 1 gram/mL. Berikut rumus
molalitas :

m = molalitas (molal)
n = banyaknya mol zat terlarut (mol)
P = berat pelarut (Kg)

 Fraksi Mol ( X )

Fraksi mol yaitu perbandingan antara jumlah mol suatu komponen larutan dengan
komponen larutan lainnya. Fraksi mol ini tidak memiliki satuan karena merupakan suatu
perbandingan. Berikut rumus fraksi mol :
Jika dijumlahkan fraksi mol Xa dan Xb maka secara keseluruhan nilainya adalah 1.

2.4 Posedur Dalam Pembuatan Larutan


- Cara kerja
- Menghitung massa zat terlarut pada neraca yang dilapisi dengan kaca arloji.
- Masukkan massa zat yang sudah ditimbang kedalam beaker glass.
- Kemudian tambahkan air sebanyak 100 ml. Aduk rata dengan menggunakan spatula.
- Lalu pindahkan larutan tersebut dengan menggunakan corong. Kemudian kocok
perlahan sehingga larutan tercampur dengan rata.
- Dan lakukan pembuatan larutan pengenceran dengan menambahkan air ke dalam
larutan yang sudah direaksi tadi dan pencampuran dengan cara menggabungkan
larutan yang sama tetapi mempunyai konsentrasi yang berbeda.
- Kemudian lakukan yang sama dengan bahan yang berbeda.
b.) Cara mengencerkan
- Lakukan perhitungan pengenceran.
- Masukkan larutan pekat ke labu takar (dengan pemipetan).
- Tambahkan pelarut sampai leher labu takar.
- Kocok hingga homogen.
- Tambahkan pelarut sampai batas.
- Tutup dan kocok lagi.

2.5 Jenis-Jenis Larutan

Larutan dapat diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat terlarut dan pelarut.
Tabel berikut menunjukkan contoh-contoh larutan berdasarkan fasekomponen-komponennya.

Contoh Larutan Zat Terlarut


Gas Cairan Padatan
Gas Udara (oksigen dan Uap air di udara Bau suatu zat padat yang
gas-gas lain dalam (kelembapan) timbul dari larutnya
nitrogen) molekul padatan tersebut
di udara
Cairan Air terkarbonasi Etanol dalam air: Sukrosa (gula) dalam air;
Pelarut ( karbon dioksida campuran berbagai natrium klorida (garam
dalam air) hidrokarbon (minyak dapur) dalam air;
bumi) amalgam emas dalam
raksa
Padatan Hidrogen larut Air dalam arang aktif; uap Aloi logam seperti baja
dalam logam. air dalam kayu dan duralumin
Misalnya platina
2.6 Macam-Macam Larutan

a) Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
- Larutan Pekat

Larutan pekat yaitu larutan yang relatif mengandung lebih banyak solute (zat telarut)
dibanding solvent (zat pelarut) atau memiliki konsentrasi yang lebih tinggi.

- Larutan Encer

Larutan encer yaitu larutan yang relatif mengandung lebih sedikit solute (zat telarut)
dibanding solvent (zat pelarut) atau memiliki konsentrasi yang lebih rendah.

b.) Berdasarkan daya hantarnya, larutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

- Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik jika larutan
tersebut mengandung partikel-partikel yang bermuatan listrik (ion-ion) dan bergerak bebas di
dalam larutannya. Larutan elektrolit dapat dibagi menjadi dua, yaitu larutan elektrolit kuat
dan larutan elektrolit lemah.

Larutan elektrolit kuat yaitu larutan yang terbentuk dari zat elektrolit yang terurai
atau terionisasi sempurna (elektrolit kuat). Sedangkan larutan elektrolit lemah yaitu larutan
yang terbentuk dari zat elektrolit yang tidak terurai atau terionisasi secara sempurna
(elektrolit lemah).

 Elektrolit kuat

Elektrolit kuat memiliki ciri-ciri antara lain; dapat terionisasi sempurna, dapat
menghantarkan arus listrik, lampu menyala terang, serta memiliki gelembung gas. Pada
asam-asam kuat seperti HCl, HNO3 dan H2SO4, gugus sisa asamnya memiliki daya tarik
relatif kuat terhadap pasangan elektron ikatan sehingga hampir semua molekul asam dalam
air terionisasi. Dapat dikatakan bahwa asam-asam tersebut terionisasi sempurna.

HCl(aq) → H+ (aq) + Clˉ̄ (aq)

Larutan elektrolit kuat tidak hanya berupa asam-asam kuat (H2SO4, HCl). Namun
dapat juga berupa basa-basa kuat (NaOH, Ba(OH)2), serta garam (NaCl, KCl).

 Elektrolit Lemah

Elektrolit lemah memiliki ciri-ciri sebagai berikut; terionisasi sebagian, dapat


menghantarkan arus listrik, lampu menyala redup, dan terdapat gelembung gas namun tidak
sebanyak pada elektrolit kuat.Pada asam-asam lemah seperti CH3COOH, H2S, HCN, dan
H2SO3, gugus sisa asamnya memiliki daya tarik kurang kuat sehingga tidak semua molekul-
molekul asam ini dalam air terionisasi, tetapi hanya sebagian kecil.Sisanya tetap dalam
bentuk molekulnya. Tanda panah dua arah menunjukkan hanya sebagian kecil dari asam
asetat terurai menjadi ion-ionnya. Umumnya tetap sebagai molekul. Larutan elektrolit lemah
biasanya berupa senyawa-senyawa dari asam lemah (HCN, CH3COOH) serta basa lemah
(NH4OH, Al(OH)3).

- Larutan Non Eletrolit

Larutan non elektrolit yaitu larutan yang molekul-molekulnya tidak terionisasi


sehingga tidak ada ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Contohnya seperti larutan
gula, larutan urea, larutan alkohol. Zat non elektrolit dalam larutan, tidak terurai menjadi ion-
ion tetapi tetap berupa molekul. Berikut tabel penjelasan mengenai larutan elektrolit dan
larutan non elektrolit:

Jenis Larutan Sifat dan Pengamatan Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi


Lain
Elektrolit Kuat Terionisasi sempurna NaCl, HCl NaCl → Na+ + Cl ̄
Menghantarkan arus NaOH NaOH →Na+ + OH ̄
listrik H2SO4,KCl H2SO4→ 2 H+ + SO42 ̄
Lampu menyala terang KCl→ K+ + Cl ̄
Terdapat gelembung
gas
Elektrolit Terionisasi sebagian NH4OH, HCN, NH4OH →NH4+ + OH ̄
Lemah Menghantarkan arus Al(OH)3 HCN → H+ + CN ̄
listrik Al(OH)3→ Al3+ + 3OH ̄
Lampu menyala redup
Terdapat gelembung
gas
Non Elektrolit Tidak terionisasi C6H12O6, C6H12O6
Tidak menghantarkan C12H22O11, C12H22O11
arus listrik CO(NH2)2,C2H5OH CO(NH2)2
Lampu tidak menyala C2H5OH
Tidak terdapat
gelembung gas

c) Berdasarkan kejenuhannya, larutan dapat dibedakan menjadi:


- Larutan Sangat Jenuh

Larutan sangat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute (zat
terlarut) daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Larutan tidak dapat lagi melarutkan
zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp sehingga menyebabkan pengendapan (kelewat jenuh).

- Larutan Jenuh

Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila hasil
konsentrasi ion = Ksp maka larutan tersebut tepat jenuh.
- Larutan Tak Jenuh

Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari
yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Larutan ini partikel- partikelnya tidak tepat
habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila
bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp ( masih dapat larut).

d) Larutan Asam-Basa
- Asam Basa Menurut Arhenius

Menurut Arrhenius,asam adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air meningkatkan
konsentrasi ion H+(aq). Asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ, yang dalam air mengalami
ionisasi sebagai berikut:

HxZ⎯⎯→ x H+ + ZX ̄

Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi
asam,sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+ disebut ion
sisa asam. Berdasarkan valensinya, asam dibedakan atas:

~ Asam bervalensi satu, misalnya: HCl, HCN, HNO3, CH3COOH, dan lain-lain.

~ Asam bervalensi dua, misalnya: H2SO4, H2CrO4, H2CO3, dan lain-lain.

~ Asam bervalensi tiga, misalnya: H3PO4, H3AsO4, dan lain-lain.

Sifat-sifat asam diantaranya, yaitu di dalam air menghasilkan ion H+, dapat
mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah, larutannya dalam air dapat
menghantarkan arus listrik (larutan elektrolit), dan dapat menyebabkan perkaratan pada
logam (korosif).

Basa adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air dapat meningkatkan konsentrasi ion
OHˉ (aq). Jadi, pembawa sifat basa adalah ion OHˉ. Jumlah ion OHˉ yang dapat dihasilkan
oleh satu molekul basa disebut valensi atau martabat basa. Berdasarkan valensinya basa
dibedakan atas :

~ Basa bervalensi satu, misalnya: NaOH, KOH, AgOH, NH4OH, dan lain-lain.

~ Basa bervalensi dua, misalnya: Ca(OH)2,Mg(OH)2,Fe(OH)2,dan lain-lain.

~ Basa bervalensi tiga, misalnya: Fe(OH)3,Cr(OH)3,dan lain-lain.

Sifat yang dimiliki oleh basa, yaitu jika di dalam air dapat menghasilkan ion OHˉ,
dapat mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru, larutannya dalam air dapat
menghantarkan arus listrik (larutan elektrolit), dan jika mengenai kulit, maka dapat
menyebabkan kulit melepuh (kaustik).

Walaupun teori Arrhenius berhasil mengungkapkan beberapa kasus, tetapi memiliki


keterbatasan. Selain hanya memandang aspek reaksi asam- basa di dalam pelarut air, juga
pembentukan ion H+ atau ion OHˉmerupakan kekhasan teori asam-basa Arrhenius. Artinya
jika suatu reaksi tidak membentuk ion H+ atau ion OHˉ tidak dapat dikatakan sebagai asam
atau basa.

- Teori Asam Basa Brønsted– Lowry

Menurut Brønsted-Lowry, dalam reaksi yang melibatkan transfer proton,asam adalah


spesi yang bertindak sebagai donor proton. Contoh pada reaksi asam ini dapat dilihat sebagai
berikut:

HCl + H2O ⎯⎯→ H3O+ + Clˉ

Sedangkan basa adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor proton. Contoh dari
reaksi basa ini dapat dilihat pada:

NH3 + H2O ⎯⎯→ NH4+ + OHˉ

Proton (ion H+) dalam air tidak berdiri sendiri melainkan terikat pada molekul air
karena atom O pada molekul H2O memiliki pasangan elektron bebas yang dapat digunakan
untuk berikatan kovalen koordinasi dengan proton membentuk ion hidronium, H3O+.
Persamaan reaksinya: H2O(l) + H+(aq) → H3O+(aq). Dalam larutan, asam atau basa lemah
akan membentuk kesetimbangan dengan pelarutnya. Misalnya HF dalam pelarut air dan NH3
dalam air.

Pasangan a1– b2 dan a2– b1 merupakan pasangan asam– basa konjugasi. Asam
konjugasi yaitu asam yang terbentuk dari basa yang menerima proton. Basa konjugasi yaitu
basa yang terbentuk dari asam yang melepas proton Teori Brönsted – Lowry
memperkenalkan adanya zat yang dapat bersifat asam maupun basa, yang disebut sebagai zat
amfoter. Contohnya adalah air. Di dalam larutan basa, air akan bersifat asam dan
mengeluarkan ion positif (H3O+). Sedangkan dalam larutan asam, air akan bersifat basa dan
mengeluarkan ion negatif (OHˉ).
- Asam-Basa Lewis

Pada umumnya definisi asam-basa mengikuti apa yang dinyatakan oleh Arrhenius
atau Bronsted-Lowry, tapi dengan adanya struktur yang diajukan Lewis muncul definisi asam
dan basa baru.

Asam Lewis didefinisikan sebagai spesi yang menerima pasangan electron dan
merupakan senyawa dengan elektron valensi < 8.

Basa Lewis didefinisikan sebagai spesi yang memberikan pasangan electron dan
mempunyai pasangan elektron bebas. Reaksi antara boron trifluorida dengan amonia
menurut teori ini merupakan reaksi asam-basa; dalam hal ini boron trifluorida berindak
sebagai asam dan amonia sebagai basa. Dengan menggunakan diagram dot-elektron,
persamaan reaksi kedua spesies ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Di dalam kulit valensi atom pusat N dalam molekul NH3, terdapat tiga pasang
elektron ikatan (N-H) dan satu pasang elektron menyendiri, sedangkan untuk atom pusat B
alam molekul B3 terdapat tiga pasang elektron ikatan (B-F). Sepasang elektron menyendiri
atom elektron non bonding ini dapat disumbangkan kepada atom pusat B untuk kemudian
dimiliki bersama-sama, Dengan demikian terjadi ikatan kovalen koordinat B- N dan struktur
yang terjadi berupa dua bangun tetrahedron bersekutu pada salah satu sudutnya.

 Kekuatan Asam- Basa

Asam dapat dibedakan menjadi asam kuat dan asam lemah, begitu pula basa. Reaksi
ionisasi asam kuat, secara umum dapat ditulis

 Asam kuat, disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion
seluruhnya (α = 1 Untuk menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung
dari konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
 Asam lemah, disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat).
 Basa kuat, disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya
(α = 1). Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai
pOH dari konsentrasi basanya.
 Basa lemah, disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya,α≠ 1, (0 <α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OHˉ tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat).

e) Larutan Penyangga (Buffer)

Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH
larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena penambahan asam atau
basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut juga dengan larutan buffer atau dapar.

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang merupakan reaksi
asam basa. Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim pencernaan dalam sistem biologis. Enzim
pepsin yang berfungsi memecah protein dalam lambung hanya dapat bekerja optimal dalam
suasana asam, yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain, jika enzim berada pada kondisi pH
yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut, maka enzim dapat menjadi tidak aktif bahkan
rusak. Oleh karena itu, perlu ada suatu sistem yang menjaga nilai pH di mana enzim tersebut
bekerja. Sistem untuk mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan larutan
penyangga. Hal ini terjadi sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat
“penahan” yang terdiri dari komponen asam dan basa. Komponen asam akan menahan
kenaikan pH sedangkan komponen basa akan menahan penurunan pH.

Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan


mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada proses seperti
fotografi, electroplating (penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit, sintesis zat warna,
sintesis obat-obatan, maupun penanganan limbah.

Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat berperan
penting. Dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah tidak boleh turun di
bawah 7,0 ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. pH darah
dipertahankan pada 7,4 oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat (H2CO3/HCO3 ̄ ) dengan
menjaga perbandingan konsentrasi [H2CO3] : [HCO3 ̄ ] sama dengan 1 : 20. Selain itu, dalam
cairan intra sel juga terdapat larutan penyangga dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat
(H2PO4−/HPO42 ̄ ). Larutan penyangga H2PO4−/HPO42 ̄ juga terdapat dalam air ludah, yang
berfungsi untuk menjaga pH mulut sekitar 6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari
fermentasi sisa-sisa makanan yang dapat merusak gigi.

- Komponen Larutan Penyangga


 Larutan penyangga asam

Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH < 7). Larutan buffer
asam terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A−). Larutan seperti ini
dapat diperoleh dengan:

1. Mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA, yang dapat
terionisasi menghasilkan ion A−)
2. Mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa kuat
sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari asam lemah tersebut.

Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−

Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia:

CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)

Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga
reaksi mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain, asam yang ditambahkan
akan dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi (CH3COO−).

Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni
reaksi pembentukan CH3COO− dan H+, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion
H+ yang menjadi berkurang karena OH− yang ditambahkan bereaksi dengan H+ membentuk
H2O. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam lemah
(CH3COOH).

 Larutan penyangga basa

Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7). Larutan buffer basa
terdiri dari komponen basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+). Larutan seperti ini dapat
diperoleh dengan:

1. Mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX, yang dapat
terionisasi menghasilkan ion BH+)
2. Mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu asam kuat
sehingga bereaksi menghasilkan garam asam konjugasi dari basa lemah tersebut.

Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+

Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan:

NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni
reaksi pembentukan NH4+ dan OH−, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion
OH− yang menjadi berkurang karena H+ yang ditambahkan bereaksi dengan OH− membentuk
H2O. Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa lemah
(NH3).

Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga
reaksi mengarah pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan
akan dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi (NH4+).
- pH Larutan Penyangga
 Larutan penyangga asam

Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−, terdapat
kesetimbangan:

Setelah disusun ulang, persamaan pH larutan di atas akan menjadi persamaan larutan
penyangga yang dikenal sebagai persamaan Henderson – Hasselbalch sebagaimana
persamaan berikut ini:

Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V = volum
larutan penyangga,
 Larutan penyangga basa
Dalam larutan buffer basa yang mengandung NH3 dan NH4+, terdapat kesetimbangan:

Jika b = jumlah mol basa lemah, g = jumlah mol asam konjugasi, dan V = volum
larutan penyangga,

2.7 Konsentrasi Larutan

Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat


terlarut dan pelarut. Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:

 Fraksi Mol (X)

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah
mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan. Fraksi mol dilambangkan dengan X.
 Molalitas (m)

Molalitas adalah satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat yang terdapat
didalam 1000 gram (1 kilogram) pelarut. Rumus:

Dimana :

m = molalitas larutan (molal)

gr zat terlarut= massa zat terlarut (gram)

gr pelarut = massa zat pelarut (gram)

Mr = massa rumus zat terlarut

 Molaritas

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Rumus:

Dimana :

M = molaritas (mol/liter)

ml larutan = volume larutan (liter)

gr = massa zat terlarut (gram)

Mr = massa molekul relatif zat terlarut

 Normalitas

Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Untuk asam, 1
mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding
dengan 1 mol ion OH ̄ . Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan :

N = M x valensi

2.8 Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Sifat koligatif
larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan
nonelektrolit.
 Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit

Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada
interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut
yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.

- Penurunan Tekanan Uap

Molekul - molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya


tekanan uap zat cair. Semakin mudah molekul - molekul zat cair berubah menjadi uap,
makin tinggi pula tekanan uap zat cair. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh
zat terlarut yang tidak menguap, maka partikel-partikel zat terlarut ini akan
mengurangi penguapan molekul-molekul zat cair. Laut mati adalah contoh dari
terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang tidak mudah
menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat panas
dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat
terlarutnya semakin tinggi. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis :

ΔP = P0 – P
P0 > P
Dimana : P0 = Tekanan uap zat cair murni
P = Tekanan uap larutan

Pada tahun 1878, Marie Francois Raoult seorang kimiawan asal Prancis melakukan
percobaan mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan uap jenuh
larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni.
Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis. Kesimpulan ini dikenal dengan Hukum
Raoult dan dirumuskan dengan. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis :
P = P0.Xp
ΔP = P0.Xt
P = tekanan uap jenuh larutan
P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni
Xp = fraksi mol zat pelarut
Xt = fraksi mol zat terlarut
- Kenaikan Titik Didih

Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini,
tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan
terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1
atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik
didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam
suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena
itu, penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar.
Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih
yang dinyatakan dengan (ΔTb). Persamaannya dapat ditulis :

ΔTb = Tb – Tb0

Dimana :

Tb = titik didih larutan (°C)

Tb0 = titik didih pelarut (°C)

ΔTb= kenaikan titik didih (°C)

Perhatikan gambar di bawah ini, pada setiap saat P selalu lebih kecil dari P°, sehingga
grafik tekanan uap larutan selalu ada di bawah pelarut dan titik didih larutan akan lebih tinggi
dari pelarut murninya.

Kenaikan titik didih hanya tergantung pada jenis pelarut dan molaritaslarutan, tidak
tergantung pada jenis zat terlarut. Untuk larutan encer, hubungan antara kenaikan titik didih
dengan molaritas larutan dinyatakan sebagai berikut.

ΔTb = Kb x m

Dimana :

ΔTb = kenaikan titik didih (°C)

m = molalitas larutan (molal)

Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (°C/molal)


Tetapan kenaikan titik didih molal adalah nilai kenaikan titik didih jika molaritas larutan
sebesar 1 molal. Harga Kb ini tergantung pada jenis pelarut. Harga Kb dari beberapa pelarut
diberikan pada tabel berikut ini.

- Penurunan Titik Beku (∆Tf )


Titik beku larutan adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
padatannya. Tekanan luar tidak terlalu berpengaruh pada titik beku. Pada postingan
sebelumnya sudah dibahas bahwa pada tekanan 760 mmHg (1 atm), air membeku pada suhu
0 °C, sedangkan pada tekanan 4,58 mmHg air akan membeku pada suhu 0,0099 °C.

Adapun pengertian dari titik beku suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uap cairan
sama dengan tekanan uap padatannya. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku
pelarut murni. Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, baru zat
terlarutnya. Adanya zat terlarut mengakibatkan suatu pelarut semakin sulit membeku,
akibatnya titik beku larutan akan lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut
murninya. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutannya disebut penurunan
titik beku larutan (Atkins, 1994).

Larutan akan membeku pada suhu yang lebih rendah dari pelarutnya. Perhatikan
gambar di bawah ini!
Pada setiap saat tekanan uap larutan selalu lebih rendah daripada pelarut murni. Ini
berarti penurunan tekanan uap jenuh menyebabkan penurunan titik beku larutan.

ΔTf= Tf0- Tf

Dengan :

ΔTf = penurunan titik beku (°C)

Tf0 = titik beku pelarut (°C)

Tf = titik beku larutan (°C)

Hubungan antara penurunan titik beku dengan molalitas larutan dirumuskan sebagai
berikut.

ΔTf = Kf.m

Dengan :

ΔTf = penurunan titik beku (°C)

m = molalitas larutan (molal)

Kf = tetapan penurunan titik beku molal(°C/molal)

Beberapa harga tetapan penurunan titik beku molal pelarut diberikan pada tabel
berikut ini.

- Tekanan Osmotik

Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat
pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membran semipermeabel
adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul - molekul pelarut dan tidak dapat dilalui
oleh zat terlarut. Menurut Van't Hoff, tekanan osmotik larutan dirumuskan :
Π=MxRxT

Dimana :

Π = tekanan osmotic (atm)

M = molaritas larutan (mol/L)

R = tetapan gas ideal (0,0821 L atm/K mol)

T = suhu mutlak (K)

Pada tekanan osmotic terdapat : Larutan isotonik adalah 2 buah larutan yang punya
tekanan osmotik yang sama. Ada juga beberapa istilah lain seperti larutan hipertonik yaitu
larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar dan istilah larutan hipotonik yang
bermakna larutan yang tekanan osmotiknya lebih kecil.

 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Pada konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit memliki nilai yang lebih
besar daripada sifat koligatif larutan non elektrolit. Banyaknya partikel zat terlarut
hasil reaksi ionisasi larutan elektrolit dirumuskan dalam faktor Van't Hoff. Perhitungan sifat
koligatif larutan elektrolit selalu dikalikan dengan faktor Van't Hoff :

i = [1 + (n – 1) α]

Dimana :

i = faktor Van't Hoff


n = jumlah koefisien kation
α = derajat ionisasi

- Penurunan Tekanan Uap


Rumus penurunan tekanan uap jenuh dengan memakai faktor Van't Hoff adalah:

ΔP = P0.Xt . i

- Kenaikan Titik Didih

Persamaannya adalah:

ΔTb = Kb x m x i
- Penurunan Titik Beku
Persamaannya adalah

ΔTf = Kf x m x i

- Tekanan Osmotik

Persamaannya adalah

Π=MxRxTxi

2.9 Soal dan Pembahasan


1) Tentukan massa dari CO(NH2)2 yang terdapat pada 500 mL larutan CO(NH2)2 0,2 M.
Diketahui Mr CO(NH2)2 = 60 gr/mol.

Pembahasan
Dik : V = 500 mL = 0,5 L
M = 0,2 mol/L
Dit : m =......
Jawab :
Jumlah mol CO(NH2)2 adalah
n=M×V
n = 0,2 M × 0,5 L = 0,1 mol

Massa CO(NH2)2
m = n × Mr
m = 0,1 mol × 60 gr/mol
m = 6 gram

2) Sebanyak 70 mL alkohol dilarutkan dalam air hingga volume larutan 100 mL. Berapa
kadar etanol dalam larutan tersebut?

Pembahasan

Diketahui : Volume Alkohol = 70 mL


Volume Larutan = 100 mL
Ditanya : % Volume Alkohol ….?
3) Sebanyak 1 kg sampel air sungai setelah diteliti mengandung 10 mg Pb. Berapa kadar
Pb dalam sampel sungai tersebut?

Pembahasan:

Diketahui : Massa campuran = 1 kg = 1.000.000 mg

Massa Pb = 10 mg

Ditanya: kadar Pb…?

Jawaban:

Kadar Pb dalam air sungai

Jadi, kadar Pb dalam sampel air sungai tersebut sebesar 10 ppm.

4) Hitung fraksi mol urea (CO(NH2)2) yang dibuat dengan melarutkan 30 gr urea ke
dalam 90 gram air? (Ar O = 16; N = 14; C = 12; H = 1)

Pembahasan:

Diketahui: Mr CO(NH2)2 = 60

Massa CO(NH2)2 = 30 gr

Mr H2O = 18

Massa H2O = 90 gr

Ditanyakan : Xt ….?

Jawaban:

n CO(NH2)2 = 30/60 = 0,5 mol

n H2O = 90/18 = 5 mol

Fraksi Mol Urea


Jadi, fraksi mol urea (CO(NH2)2) yang dibuat dengan melarutkan 30 gr urea ke dalam 90
gram air sebesar 0,09.

5) Berapa fraksi mol pelarut yang dibuat dengan melarutkan 90 gram glukosa (Mr = 180)
dalam 90 gram air (Mr = 18)

Pembahasan:

Diketahui: Massa glukosa = 90 gr

Mr glukosa = 180 gr/mol

Massa air = 90 gr

Mr air = 18 gr/mol

Ditanyakan: Xp….?

Jawaban:

n glukosa = 90/180 = 0,5 mol

n air = 90/18 = 5 mol

Fraksi Mol Pelarut

6) Dua buah larutan A dan B diuji menggunakan alat uji elektrolit. Lampu alat uji
menyala bila menguji larutan A dan timbul gelembung-gelembung gas pada
elektrodenya, sedangkan bila larutan B diuji, lampu tidak menyala tetapi ada
gelembung-gelembung gas pada elektrodenya. Dari pengamatan tersebut dapat
disimpulkan bahwa ....

Pembahasan :

Larutan elektrolit kuat ditandai oleh lampu yang menyala dan timbulnya gelembung-
gelembung gas, larutan elektrolit lemah ditandai oleh lampu yang tidak menyala tetapi timbul
gelembung-gelembung gas atau lampu yang menyala tapi tidak ada gelembung gas,
sedangkan larutan non elektrolit ditandai oleh tidak adanya perubahan-perubahan apapun
pada alat uji.
7) Larutan natrium hidroksida mempunyai derajat ionisasi 1, artinya . . . .

Pembahasan :

elektrolit kuat dalam air dapat terionisasi sempurna dengan derajat ionisasi=1. Banyak-
sedikitnya elektrolit yang mengion dinyatakan derajat ionisasi atau derajat disosasi (α), yaitu
perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat yang dilarutkan. Jika semu
zat yang dilarutkan mengion, maka derajat ionisasinya= 0. Jadi, Batas-batas nilai derajat
ionisasi (α) adalah 0 ≤ α ≤ 1.

8) Sebanyak 10 ml larutan NH3 0,1 M (Kb=10-5) dicampur dengan 100 ml larutan NH4Cl
0,1 M. Hitunglah pH larutan tersebut.

Pembahasan :

Diketahui : V NH3 =10 ml

M NH3 = 0,1 M

V NH4Cl = 100 ml

M NH4Cl = 0,1 M

Ditanya : pH ?

9) Sebuah campuran dibuat dengan mereaksikan 200 ml CH3COOH 0,1 M dengan 200
ml CH3COONa 0,1 M. Dengan harga Ka = 1,7 x 10-5, tentukan besarnya :
a. pH campuran buffer
b. pH campuran setelah ditambah ml CH3COOH 0,1 M
c. pH campuran setelah ditambah ml NH4OH 0,1 M
Pembahasan :

Diketahui: V CH3COOH = 200 ml

M CH3COOH = 0,1 M

V CH3COONa = 200 ml

M CH3COONa = 0,1 M

Ka = 1,7 x 10-5

Ditanya : a. ) pH campuran buffer

b.) pH campuran setelah ditambah ml CH3COOH 0,1 M

c.) pH campuran setelah ditambah ml NH4OH 0,1 M

Jawab :
10) 100 ml CH3COOH murni dicairkan dalam 900 ml air. Jika density nya 1,05 gr/ml.
Hitunlah konsentrasi dalam satuan konsentrasi

Pembahasan :

Diketahui : P = 1,05 gr/ml

V CH3COOH = 100 ml

V air = 900 ml

Ditanya : Satuan konsentrasi ?

Jawab :

P = m/V

m CH3COOH = P.V = 1,05 gr/ml . 100 ml = 105 gr

mair = P.V= 1 gr/ml . 900 ml = 900 gram

a. %Berat = Berat zat terlarut/ Berat larutan x 100%


= 105 gr/ 1005 gr x 100%
= 0,104 x 100% = 10,4%
b. %volume = volume zat terlarut/volume larutan x 100%
= 100 ml/1000 ml x 100%
= 0,1 x 100%
= 10%
c. Molaritas = gr/Mr x 1000/v
= 105/60 x 1000/1000
= 1,75 M
d. Normalitas = gr/BE x 1000/V
= 105/60 x 1000/1000
= 1,75 N
e. Molalitas = gr/BM x 1000/V
= 105/600 x 1000/900
= 1,94 molal
f. nt = 105/60 = 1,7 mol
np = 900/18 = 50 mol
xt = nt/nt +np = 1,75/1,75+50 = 0,0338

11) Suatu larutan diketahui memiliki nilai pH sebesar 3. Tentukan besar konsentrasi ion H+
dalam larutan tersebut
Pembahasan :

Diketahui : pH = 3
Ditanya : [H+] ?
Jawab : -log [H+] = 3
log [H+] = -3
log[H+] = log 10-3
[H+]= 10-3 M

12) Suatu larutan diketahui memiliki pH sebesar 4,5. Tentukan pOH dari larutan tersebut!
Pembahasan :

Diketahui : pH = 4,5
Ditanya : pOH ?
Jawab :
pH + pOH = 14
4,5 + pOH = 14
pOH = 14 − 4,5 = 9,5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Larutan adalah campuran dua zat atau lebih yang terdiri dari pelarut dan zat terlarut
yang membentuk satu macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap zat yang membentuk
larutan tidak berubah. Pada dasarnya larutan memiliki tiga fase yaitu padat, cair, dan gas.
Komposisi larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut

Sifat dasar larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom
ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya
dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat
diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.

· Larutan berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit. Dan larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit
kuat dan elektrolit lemah. Berdasarkan jenuh atau tidaknya larutan dapat dibagi menjadi 3,
yaitu larutan jenuh, larutan tak jenuh, dan larutan kelewat jenuh. Berdasarkan sifat kualitatif,
larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu alrutan pekat dan larutan encer.

· Banyaknya zat terlarut (solute) yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu
untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan
umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut
pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut,
maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble). Dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan
DAFTAR PUSTAKA
https://mafia.mafiaol.com/2013/07/titik-beku-dan-penurunan-titik-beku.html

https://mafia.mafiaol.com/2013/07/kenaikan-titik-didih-larutan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_koligatif_larutan

https://smpsma.com/rumus-sifat-koligatif-larutan-elektrolit.html

https://www.myrightspot.com/2017/07/soal-kimia-sma-kelas-11-tentang-larutan-penyangga-dan-
pembahasannya.html

http://denipermanadenchoen.blogspot.com/2013/04/larutan-elektrolit-dan-non-elektrolit_16.html

http://setiyanisetiyani.blogspot.com/2013/10/makalah-kimia-dasar-larutan_27.html

http://materi-kimia-sma.blogspot.com/2013/03/pengertian-larutan.html

https://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/04/larutan/

http://ngeblogbarengjae.blogspot.com/2011/03/sifat-dasar-larutan.html

https://www.academia.edu/8638189/MAKALAH_KIMIA_FARMASI_DASAR_LARUTAN

https://www.academia.edu/4901511/MAKALAH_KIMIA_

https://alfikimia.wordpress.com/kelas-xi/larutan-asam-basa/a-pengertian-asam-basa/

Anda mungkin juga menyukai