Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
karunia serta taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Koloid ini dengan baik meski masih banyak kekurangan didalamnya. Saya juga
berterimakasih kepada ibu pembimbing saya yang telah memberikan tugas ini serta
mengarahkannya.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai manfaat mempelajari Koloid bagi diri kita. Saya juga
sepenuhnya menyadari bahwasannya makalah saya ini jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu saya mengharapkan adanya kritik, saran,
dan juga usulan demi perbaikan makalah yang telah saya susun ini dimasa yang akan
datang mengingat tidak ada seusatu yang sempurna tanpa adanya saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang mempelajarinya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dimasa depan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Semua zat yang ada disekitar kita, yang setiap saat kita lihat terdiri atas materi.
Materi didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki massa dan volum. Papan tulis yang
ada di kelas,kursi yang kita duduki, udara yang kita hirup, makanan yang kita makan,
sendok dan garpu danlainnya terdiri atas materi. merupakan contoh makanan dan
bahan yang kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Secara umum, campuran dapat diklasifikasikan menjadi larutan, koloid dan suspensI
(campuran). Hal ini didasarkan pada ukuran partikel-partikel zat terlarut (fase
terdispersi) dalam pelarut (medium pendispersinya). Adakalanya suatu campuran
mengandung zat terlarut dan zatkoloid atau zat terlarut dan suspensi sekaligus. Air
sungai, sebagai contoh, mengandung pasir dan berbagai partikel kasar yang lain. Jika
air sungai disaring, biasanya masih mengandung pertikel koloid selain zat-zat terlarut.
Demikian juga halnya dengan udara, udara yang bersih merupakan larutan dari
berbagai jenis gas. Akan tetapi, pada umumnya udara mengandung partikel koloid
berupa debu, asap, atau kabut.
Koloid mudah dijumpai di mana-mana. susu, agar-agar , tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam
sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia
industri karena kepentingannya. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui
beberapa produk yangmerupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut
dapat bercampur secara merata / homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu
untuk adik, serbuk / tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Produk-
produk seperti itu adalah sistem koloid.
Dapat dikatakan bahwa sistem koloid memiliki peran penting dan sudah menjadi
bagian dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pembelajaran dan pemahaman
mengenai kimia koloid sangat diperlukan.
I.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
PEMBAHASAN
Pengertian koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar)
merata dalam medium zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase
terdispersi, sedangkan zat yang menjadi medium mendispersikan partikel disebut
medium pendispersi.
Secara makroskopis, koloid terlihat seperti larutan. di mana terbentuk campuran
homogen dari zat terlarut dan pelarut. Namun, secara mikroskopis, terlihat seperti
suspensi, yakni campuran heterogen di mana masing-masing komponen
campuran cenderung saling memisah.
Warna pada cat berasal dari warna pigmen yang sebenarnya tidak larut dalam air
ataupun medium pelarut lainnya. Namun demikian, cat terlihat seperti campuran
yang homogen layaknya larutan garam dan bukan seperti campuran heterogen
layaknya campuran pasir dengan air. Hal ini terjadi sebagaimana cat merupakan
sistem koloid dengan pigmen terdispersi dalam air atau medium pelarut cat
lainnya.
2.2 JENIS – JENIS KOLOID
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol.
Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol padat. Contoh aerosol padat
: debu buangan knalpot. Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat cair disebut
aerosol cair. Contoh aerosol cair : hairspray dan obat semprot.
· 2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Contoh
sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain. Sistem koloid dari partikel padat
yang terdispersi dalam zat padat disebut sol padat. Contoh sol padat : perunggu,
kuningan, permata (gem).
· 3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi.
Sedangkan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut emulsi
padat dan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam gas disebut emulsi gas.
Syarat terjadinya emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air
dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh emulsi
air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat : jelly,
mutiara, opal.
· 4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih, sedangkan sistem
koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat disebut buih padat.Buih digunakan
dalam proses pengolahan biji logam dan alat pemadam kebakarn. Contoh buih cair :
krim kocok (whipped cream), busa sabun. Contoh buih padat : lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung
pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak
dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
· 5. Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan bersifat setengah
kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya
mengadsropsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat. Contoh
gel : agar-agar, semir sepatu, mutiara, mentega.
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu larutan sebab
semua gas bercampur baik secara homogen dalam segala perbandingan.
Berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya, jenis koloid dapat dibagi menjadi 8
golongan seperti pada tabel berikut.
1. Efek Tyndall
Ketika seberkas cahaya diarahkan kepada larutan, cahaya akan diteruskan. Namun,
ketika berkas cahaya diarahkan kepada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. Efek
penghamburan cahaya oleh partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Efek Tyndall dapat
digunakan untuk membedakan sistem koloid dari larutan. Penghamburan cahaya ini
terjadi karena ukuran partikel koloid hampir sama dengan panjang gelombang cahaya
tampak (400 – 750 nm).
2. Gerak Brown
a. Adsorpsi
Partikel koloid dapat menyerap partikel-partikel lain yang bermuatan
maupun tidak bermuatan pada bagian permukaannya. Peristiwa penyerapan
partikel-partikel pada permukaan zat ini disebut adsorpsi. Partikel koloid dapat
mengadsorpsi ion-ion dari medium pendispersinya sehingga partikel tersebut
menjadi bermuatan listrik. Jenis muatannya bergantung pada muatan ion-ion
yang diserap. Sebagai contoh, sol Fe(OH)3 dalam air bermuatan positif karena
mengadsorpsi ion-ion positif, sedangkan sol As2S3 bermuatan negatif karena
mengadsorpsi ion-ion negatif.
b. Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan
bahwa partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan
listrik di mana partikel bermuatan bergerak ke arah elektrode dengan muatan
berlawanan ini disebut elektroforesis. Koloid bermuatan positif akan bergerak ke
arah elektrode negatif, sedangkan koloid bermuatan negatif akan bergerak ke
arah elektrode positif. Oleh karena itu, elektroforesis dapat digunakan untuk
menentukan jenis muatan koloid dan juga untuk memisahkan partikel-partikel
koloid berdasarkan ukuran partikel dan muatannya.
4. Koagulasi
Muatan listrik sejenis dari partikel-partikel koloid membantu menstabilkan
sistem koloid. Jika muatan listrik tersebut hilang, partikel-partikel koloid akan
menjadi tidak stabil dan bergabung membentuk gumpalan. Proses pembentukan
gumpalan-gumpalan partikel ini disebut koagulasi. Setelah gumpalan-gumpalan
ini menjadi cukup besar, gumpalan ini akhirnya akan mengendap akibat
pengaruh gravitasi. Koagulasi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
mekanik, yakni dengan pengadukan, pemanasan atau pendinginan;
menggunakan prinsip elektroforesis, di mana partikel-partikel koloid
bermuatan negatif akan digumpalkan di elektrode positif dan partikel-partikel
koloid bermuatan positif akan digumpalkan di elektrode negatif jika dialirkan arus
listrik cukup lama.
menambahkan elektrolit, di mana ion positif dari elektrolit akan ditarik
partikel koloid bermuatan negatif dan ion negatif dari elektrolit akan ditarik
partikel koloid bermuatan positif sehingga partikel-partikel koloid dikelilingi oleh
lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan lapisan pertama.
Apabila jarak antara kedua lapisan tersebut cukup dekat, muatan partikel koloid
akan menjadi netral sehingga terjadilah koagulasi. Semakin besar muatan ion dari
elektrolit, proses koagulasi semakin cepat dan efektif.
menambahkan koloid lain dengan muatan berlawanan, di mana kedua
sistem koloid dengan muatan berlawanan akan saling tarik-menarik dan saling
mengadsorpsi sehingga terjadi koagulasi.
Cara yang pertama disebut cara kondensasi, sedangkan yang kedua disebut cara
dispersi.
A. Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung
menjadi partikel koloid.
Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks,
hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
1. Reaksi Redoks
Contoh.1:
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang
dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.
H2S(g) + SO2(aq) ⎯⎯→ 2 H2O(l) + 3 S (koloid)
Contoh.2:
Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl4 dengan larutan K2CO3 dan
HCHO (formaldehida).
2 HAuCl4(aq)+6 K2CO3(aq) + 3 HCHO(aq) ⎯⎯→ 2 Au(koloid) + 5 CO2(g) + 8 KCl(aq) +
KHCO3(aq) + 2 H2O(l)
2. Hidrolisis
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih
ditambahkan larutan FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3(aq)+ 3 H2O(l) ⎯⎯→ Fe(OH)3 (koloid) + 3 HCl(aq)
3. Dekomposisi Rangkap
Contoh 1:
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.
2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(aq) ⎯⎯→ As2S3(koloid) + 6 H2O(l)
Contoh 2:
Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan larutan
HCl encer.
AgNO3(aq) + HCl(aq) ⎯⎯→ AgCl(koloid) + HNO3(aq)
4. Penggantian Pelarut
Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan
penggantian pelarut.
Contoh:
Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol, maka akan terbentuk
suatu koloid berupa gel.
B. Cara Dispersi
1. Cara Mekanik
Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid
sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium
dispersi.
Contoh:
2. Cara Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein
(polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin.
Contoh:
– Karet olehbensin
Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi
Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur
zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk
produksi skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita
jumpai dalam industri (aplikasi koloid untuk produksi cukup luas). Tetapi selain industri,
sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dsalam kehidupan kita sehari-hari,
contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, kosmetik, industri dsb;
Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat
luka kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu
menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein dan membnatu penggumpalan
darah.
Kosmetik
Sebagian besar kosmetik dibuat dalam bentuk koloid. Hal ini dikarenakan beberapa
keunggulan pemanfaatan bentuk koloid dalam industri kosmetik yaitu sebagai berikut.
a.Mudah dibersihkan
b.Tidak merusak kulit dan rambut
c.Kemampuan adsorbsi koloid memudahkan penyerapan berbagai bahan yang
berfungsi sebagai pewangi, pelembut, dan pewarna
d. Mengandung dua jenis bahan yanng tidak saling melarutkan (liofob)
Contoh koloid dalam industri kosmetik:
Makanan
Makanan yang kita konsumsi sehari-hari banyak yang merupakan sistem koloid. Hal ini
karena koloid memiliki sifat yang stabil dan tidak mudah rusak. Beberapa contoh
makanan yang merupakan koloid yaitu susu, keju, santan, dan es krim. Susu, santan,
dan es krim merupakan koloid jenis emulsi karena memiliki fasa terdispersi dan
medium pendispersi cair. Keju merupakan jenis koloid emulsi padat yang memiliki fasa
terdispersi cair dan medium pendispersi padat.
Obat-obatan
Cat merupakan koloid jenis sol. Partikel-partikel padat zat warna, oksida logam, bahan
penstabil, bahan pengawet, zat pencemerlang, zat pereduksi dihaluskan hingga
berukuran partikel koloid. Partikel koloid didispersikan dalam suatu cairan agar sol
tetap terjaga kestabilannya dan bahan-bahan didispersikan tidak mengendap
ditambahkan emulgator atau zat pelindung yang tergantung pada jenis medium
pendispersinya.
Karet
Getah karet merupakan koloid tipe sol yang banyak digunakan sebagai bahan dasar
industri karet. Karet diperoleh dengan cara mengkoagulasikan getah karet dengan
asam formiat (HCOOH) atau asam asetat (H3C2O2H), agar menggumpal dan terpisah
dari medium pendispersinya. Gumpalan karet digiling dan dicuci, kemudian diproses
lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet.
Koloid banyak digunakan dalam membuat keperluan rumah tangga, misalnya deterjen,
sabun, dan pasta gigi. Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk
emulsi antara kotoran (minyak/ lemak) dengan air. Prinsip koloid juga digunakan dalam
proses pencucian dengan sabun dan deterjen. Sabun/ deterjen akan mengemulsikan
minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat
dibersihkan dengan cara pembilasan dengan air.
Selain produk yang berupa koloid, dalam kehidupan sehari-hari kita juga
memanfaatkan sifat-sifat koloid dalam bidang industri yaitu :
Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan
partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan
alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini
memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid
sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari
asap dan partikel berbahaya
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong
asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan
bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000
volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan
molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan
diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan.
Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan
diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini
banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh
buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga .
Membantu pasien gagal ginjal
Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu,
untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar
partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan
tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis
membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O
Al(OH)3 + 3H+ . Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari
partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut
kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh
gravitasi.
Sebagai deodoran
Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen.
Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai
emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-
kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan
air.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari – hari untuk proses apapun. Koloid
juga saling berhubungan antara larutan dan suspensi. Partikel koloid dapat
menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat
diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Koloid dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu sol, emulsi, dan buih.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lain pada permukaannya, dan oleh karena
luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang
besar. Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi.
Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit.
Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang
menstabilkannya hilang.
Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya,
pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi.
Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium
dispersinya.
Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul
mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan
detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan
lemak ke dalam air.
DAFTAR PUSTAKA
https://thafransisca.wordpress.com/2011/06/18/makalah-sistem-koloid/
http://mykoloid.blogspot.com/2015/12/makalah-koloid-lengkap.html
https://www.studiobelajar.com/koloid/