Sistem dispersi merupakan campuran antara zat terlarut dan pelarut. Dalam sistem
dispersi, jumlah zat terlarut lebih sedikit dibandingkan dengan zat pelarut. Zat terlarut
dinamakan fase terdispersi, sementara itu, zat pelarut dinamakan medium pendispersi.
Jadi, sistem dispersi adalah campuran antara fase terdispersi dengan medium
pendispersi yang bercampursecara merata.
1. Larutan
larutan adalah sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga tidak
dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Larutan bersifat kontinu dan
merupakan sistem satu fase (homogen). Ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1 nm (1
nm = 10-9 m). Larutan bersifat stabil (tidak memisah) dan tidak dapat disaring.
Contohnya larutan gula, larutan garam, larutan cuka, alcohol 70%, spirtus, udara yang
bersih, air laut, dan bensin.
2. Koloid
sistem koloid adalah suatu campuran homogen antara 2 zat atau lebih dimana partikel-
partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain
(medium pendispersi). Koloid ini merupakan sistem dispersi yang terletak diantara
suspensi dan larutan. Ukuran partikelnya berkisar antara 1-100 nm. Jadi, koloid
tergolong campuran homogen dan merupakan sistem 2 fase. Contohnya susu, santan,
jeli, selai dan minyak.
3. Suspensi
suspensi adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel relatif besar tersebar merata
dalam medium pendispersinya. Suspensi bersifat heterogen dan tidak kontinu, sehingga
merupakan sistem 2 fase. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100 nm. Suspensi
dapat dipisahkan dengan penyaringan. Contohnya air sungai yang keruh, campuran
pasir dengan air, campuran terigu dengan air, campuran kopi dengan air dan campuran
minyak dengan air.
Perbedaan larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi
Contoh soal
1. Apakah gel itu? Samakah gel dengan sol !
Jawab : Gel adalah Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair). Ya, sama dengan sol
karena Gel dapat berbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium
pendispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak padat.
2. Koloid jika didiamkan tidak memisah, walaupun bisa memisah tapi membutuhkan waktu yang
lama. Mengapa demikian ?
Jawab : karena Jika campuran minyak dengan air dikocok , maka akan diperoleh suatu campuran
yang segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi, jika sebelum dikocok ditambahkan sabun atau
detergen, dengan adanya emulgator maka diperoleh campuran yang stabil.
2) Pengelompokkan koloid
Jenis jenis koloid
Fase Fase
pendispersi Nama Koloid Contoh
Terdispersi
koloid
(pearut)
Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan
Padat Gas Aerosol padat Asap rokok, debu
Gas Cair Busa Busa sabun, krim
Gas Padat Busa padat Styrofoam
Cair Cair Emulasi Susu, mayonnaise
Cair Padat Emulasi padat Mentega, keju, jelly
Padat Cair Sol Cat, tanah liat
Padat Padat Sol padat Kaca berwarna
1. Aerosol
Aerosol ada yang berupa aerosol cair dan aerosol padat. Aerosol cair merupakan
koloid yang fase terdispersinya zat cair dan medium pendispersinya gas. Contoh aerosol
cair hasil industri adalah pembasmi serangga dalam bentuk spray, hair spray, dan parfum.
Jika disemprotkan di udara, titik-titik zat cair akan tersebar di udara membentuk koloid
aerosol. Aerosol cair yang terjadi secara alami contohnya kabut dan awan. Kabut
merupakan titik-titik yang tersebar di udara secara merata.
Aerosol padat merupakan koloid yang fase terdispersinya zat padat dan medium
pendispersinya gas. Aerosol padat contohnya asap dan debu. Berbagai asap sebenarnya
berupa partikelpartikel padat sangat halus yang tersebar di udara. Asap berbahaya yang
terjadi di rumah atau di ruangan adalah asap obat nyamuk dan asap rokok yang berlebihan.
Debu juga merupakan partikel-partikel padat sangat halus, yang tersebar di udara. Debu
dapat berada di rumah karena terbawa angin dari luar.
2. Busa
Busa ada yang berupa buih dan busa padat. Buih atau busa cair merupakan koloid
yang fase terdispersinya gas dan medium pendispersinya zat cair. Buih yang paling banyak
ditemukan yaitu busa sabun. Contoh lainnya yaitu putih telur yang dikocok. Udara sebagai
fase terdispersi dan putih telur sebagai medium pendispersi.
Di bidang industri kosmetik ada bahan untuk pengeras rambut yang berupa busa cair
atau foam. Sedangkan di industri makanan contoh bahan berupa busa cair yaitu krem untuk
kue tart. Krem ini dikemas dalam tube seperti pasta gigi.
Busa padat, fase terdispersinya gas, medium pendispersinya zat padat. Produk busa
padat yang banyak digunakan untuk kemasan barang yang mudah pecah atau rusak adalah
styrofoam. Styrofoam salah satu contoh dari polimer sintetis.
3. Emulasi
Emulsi merupakan koloid yang fase terdispersinya dan medium pendispersinya zat
cair, contohnya campuran minyak dan air. Campuran ini cenderung untuk terpisah
sehingga untuk menstabilkan campuran biasanya ditambahkan emulgator. Bahan yang
merupakan emulsi misalnya cat, pasta gigi, kosmetik (cleansing milk, foundation), dan
salad dressings.
Pada salad dressings untuk menyatukan minyak dan air digunakan emulgator kuning
telur. Sabun juga merupakan emulgator untuk menyatukan lemak/minyak pada tubuh
dengan air saat membersihkan badan.
Emulsi padat fase terdispersinya zat cair, medium pendispersinya zat padat. Contoh
mentega, keju, dan jelli.
4. Sol
Sol ada yang merupakan sol cair yang dikenal dengan nama sol saja dan sol padat.
Sol merupakan koloid yang fase terdispersinya padat dan medium pendispersinya zat cair.
Contohnya tanah lempung, amilum, dan cat dalam air.
Sol padat yang fase terdispersinya padat, medium pendipsersinya padat merupakan
koloid yang banyak diproduksi. Contohnya kaca berwarna dan alloy. Alloy adalah
campuran logam dengan logam seperti perunggu dan kuningan.
Contoh-contoh koloid yang diuraikan adalah koloid-koloid yang ada di lingkungan
kita sehari-hari. Contoh-contoh koloid yang ada di laboratorium untuk beberapa percobaan
biasanya berupa sol, misalnya sol Fe(OH)3 , sol As2 S3 , dan sol belerang.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar,
lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang
zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak
padat.
3) Sifat sifat koloid
Pada dasarnya sifat koloid dapat digolongkan berdasar sifat optik dan sifat listriknya.
Yang tergolong sifat optik, yaitu efek Tyndall dan gerak Brown. Sedang sifat listrik
meliputi elektroforesis, adsorpsi, koagulasi, koloid pelindung, liofil dan liofob dan
dialisis.
1. Efek Tyndall
Gejala pemantulan dan pembauran cahaya oleh partikel dispersi sistem koloid disebut
efek Tyndall. Gejala ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday kemudian diselidiki
lebih lanjut oleh John Tyndall (1820 – 1893), seorang ahli Fisika bangsa Inggris. Efek
Tyndall dapat digunakan untuk membedakan larutan sejati dari koloid.
Efek Tyndall juga terjadi pada pancaran matahari ke bumi. Pada waktu siang hari yang
cerah, maka langit akan berwarna biru. Hal ini terjadi karena sinar matahari melewati partikel-
partikel koloid di udara. Hanya komponen sinar matahari dengan panjang gelombang kecil
(energi besar) yang dipantulkan, sinar yang dapat dipantulkan tersebut adalah sinar biru, nila.
Hal ini terjadi akibat posisi matahari berada pada posisi jauh dari horizon.
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak lurus partikel-partikel koloid yang arahnya tidak menentu
yang disebabkan oleh tumbukan dari molekul-molekul medium pendispersi dengan partikel-
partikel koloid.
Gerak Brown bisa berlangsung terus karena gaya yang bekerja pada partikel itu
dihasilkan terus menerus oleh tumbukan partikel dengan partikel dan partikel dengan molekul
medium pendispersi. Hal ini menyebabkan berkurangnya efek gaya gravitasi bumi terhadap
partikel fasa dispersi. Oleh karena gaya gravitasi tidak dapat mengatasi seluruh gaya yang
timbul pada tumbukan partikel yang menyebabkan gaya Brown itu, maka partikel koloid tidak
dapat mengendap. Gerakan partikel koloid yang tidak menentu arahnya ini pertama kali
ditemukan oleh seorang sarjana Biologi bernama Robert Brown (1773-1859).
3. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain, seperti
ion H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi, minimum harus
ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik disebut
adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion pada permukaan partikel koloid maka partikel
koloid dapat bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang
mengelilinginya.
Partikel koloid banyak digunakan dalam berbagai bidang, terutama bidang industri,
misalnya:
a. Industri gula, untuk pemutihan gula.
b. lndustri tekstil, untuk proses pewarnaan.
c. Perusahaan air minum, untuk menjernihkan air
Contoh: Koloid Fe(OH)3 dalam air menyerap ion hidrogen (ion H+) sehingga partikel
bermuatan positif, sedangkan koloid As 2 S3 menyerap ion hidroksida (ion OH- ) sehingga
partikel bermuatan negatif.
4. Elektroforesis
Partikel dispersi koloid yang bermuatan negatif akan bergerak menuju elektroda
bermuatan negatif. Dengan menggunakan sel elektroforesis dapat ditentukan muatan dari
partikel koloid. Elektroforesis dapat dipakai untuk memisahkan protein-protein dalam larutan.
Muatan pada protein berbeda-beda, tergantung pH. Dengan membuat pH larutan tertentu
(misalnya dalam larutan penyangga), pemisahan molekul-molekul protein yang berlainan
jenis terjadi.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan koloid yang disebabkan oleh penambahan larutan
elektrolit yang mengandung ion positif (+) dan ion negatif (–). Ion yang efektif untuk
menggumpalkan koloid ialah ion yang muatannya berlawanan dengan muatan koloid.
a. Koagulasi dengan penambahan zat kimia/elektrolit Ion yang efektif untuk
menggumpalkan koloid ialah ion yang muatannya berlawanan dengan muatan koloid.
Contoh :
1) Koloid Fe(OH)3 dicampur dengan koloid As2 S3 .
2) Sol emas yang bermuatan negatif dapat dikoagulasikan dengan NaCl, CaCl2 , atau
AlCl3
3) Partikel-partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan penambahan asam cuka
b. Koagulasi mekanik Koagulasi dengan cara mekanik dapat dilakukan dengan pemanasan,
pendinginan atau pengadukan.
Contoh :
1) Telur rebus
2) Pembuatan agar-agar
3) Pembuatan lem
6. Liofil dan Liofob
7. Koliod Pelindung
Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami koagulasi.
Koloid semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini membentuk lapisan di
sekeliling partikel koloid yang lain sehingga melindungi muatan koloid tersebut. Tinta dan cat
perlu diberi koloid pelindung. Cat yang tidak ditambah koloid pelindung akan mengalami
koagulasi.
8. Dialisi
Untuk stabilitas koloid diperlukan sejumlah muatan ion suatu elektrolit. Akan tetapi,
jika penambahan elektrolit ke dalam sistem koloid terlalu banyak, kelebihan ini dapat
mengendapkan fase terdispersi dari koloid itu. Hal ini akan mengganggu stabilitas sistem
koloid tersebut. Untuk mencegah kelebihan elektrolit, penambahan elektrolit dilakukan
dengan cara dialisis.
Dialisis adalah suatu cara pemurnian sistem koloid dari ion-ion pengganggu yang
menggunakan selaput semipermeabel. Caranya, sistem koloid dimasukkan ke dalam kantong
semipermeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput semipermeabel ini hanya dapat dilalui oleh
ion-ion, sedang partikel koloid tidak dapat melaluinya. Ion-ion yang keluar melalui selaput
semipermeabel ini kemudian larut dalam air. Dalam proses dialisis hilangnya ion-ion dari
sistem koloid dapat dipercepat dengan menggunakan air yang mengalir.
Misalnya, pembuatan sol Fe(OH)3 akan terdapat ion-ion H+ dan CI-. Ion-ion ini akan
mengganggu kestabilan sol Fe(OH)3 sehingga sol Fe(OH)3 mudah mengalami koagulasi.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengamati efek Tyndall ini, antara lain: 1. Sorot lampu
mobil pada malam yang berkabut. 2. Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap
atau berdebu. 3. Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang
berkabut.