Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1

D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2

A. Pengertian Sistem Koloid................................................................... 3

B. Jenis-Jenis Koloid .............................................................................. 4

C. Perbedaan Koloid, Suspensi, Larutan ............................................... 8

D. Sifat-Sifat Koloid ............................................................................... 9

E. Cara Pembuatan Koloid .....................................................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 17

A. Kesimpulan ....................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 18


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem koloid berhubungan dengan proses proses di alam yang mencakup
berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar)
sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk
koloid, dan protoplasma dalam sel sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-
hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari
beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata. Misalnya saja
saat kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan
air panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang
beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh.
Semua itu merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang
terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang
terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral
mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh tumbuhan
juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi
untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak).
Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang
menghasilkan cahaya warna merah juga merupakan sistem koloid.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Koloid ?
2. Apa saja jenis-jenis koloid ?
3. Apa perbedaan Koloid, Suspensi, dan Larutan ?
4. Bagaimana sifat koloid ?
5. Bagaimana cara pembuatan koloid ?

C. Tujuan Penulisan
- Menjelaskan pengertian koloid
- Menjelaskan jenis-jenis koloid
- Menjelaskan perbedan koloid, suspensi, larutan
- Menjelaskan sifat-sifat koloid
- Menjelaskan cara pembuatan koloid

D. Manfaat Penulisan
Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu koloid, jenis-
jenis koloid, perbedaan koloid suspensi dan larutan, sifat-sifat koloid, dan
cara pembuatan koloid.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Koloid

- Thomas Graham (1861)


Menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan
pati, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau tidak sama sekali menyebar.
Zat yang sulit untuk berdifusi disebut koloid.
- Ostwald (1907)
Sistem koloid merupakan campuran heterogen antara dua atau lebih zat
partikel berukuran zat koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain
(penyebaran media).

Jadi, Koloid adalah suatu keadaan materi yang memiliki ukuran di antara
ukuran partikel dan suspensi. Dalam larutan, suatu zat disebarkan/dilarutkan ke
dalam pelarut membentuk campuran homogen, dimana partikel-partikel zat
terlarut bercampur sempurna dengan pelarut sehingga tidak terlihat adanya
perbedaan. Dengan cara yang mirip, partikel koloid disebarkan/didispersikan
ke dalam suatu medium, dan menghasilkan sistem koloid. Partikel koloid
yang didispersikan disebut dengan zat terdispersi, dan medium tempat partikel
didispersikan disebut medium pendispersi.

Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, namun memiliki


ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya
lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan,
misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki
oleh campuran biasa (suspensi). Koloid mudah dijumpai di mana-mana
Contoh: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh
koloid yang dpat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan
sistem koloid.
B. Jenis-Jenis Koloid

Sistem koloid tersusun atas fase terdispersi yang tersebar merata pada medium
pendispersi. Fase terdispersi maupun medium pendispersi dapat berupa gas, cair,
atau padat. Tetapi campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid, sebab
semua gas akan bercampur homogen dalam segala perbandingan. Sistem koloid
dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Sol
Sol mempunyai fase terdispersi padat. Sol terdiri atas
1. Sol padat dengan medium pendispersi padat, contoh paduan logam,
gelas berwarna, dan intan;
2. Sol cair atau sol dengan medium pendispersi cair, contoh cat, tinta,
tepung dalam air, tanah liat;
3. Sol gas atau aerosol padat dengan mediumpendispersi gas, contoh
asap, debu di udara.
2. Emulsi
Emulsi mempunyai fase terdispersi cair. Emulsi terdiri atas
1. Emulsi padat atau gel dengan medium pendispersi padat,
contoh keju, mentega, agar-agar.
2. Emulsi cair atau emulsi dengan medium pendispersi cair,
contoh susu, mayones, dan krim tangan.
3. Emulsi gas atau aerosol cair dengan medium pendispersi gas,
contoh kabut, awan, dan hairspray.
3. Buih
Buih mempunyai fase terdispersi gas. Buih terdiri atas
1. Buih padat dengan medium pendispersi padat, contoh batu apung,
karet busa, dan styrofoam
2. Buih cair atau buih dengan medium pendispersi cair, contoh buih
sabun dan putih telur.
Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola penggolongan,
yakni seperti dalam tabel berikut.

Fase Fase
No Nama Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi

Buih sabun, shampoo, krim


1 Gas Cair Buih, deterjen
kocok

2 Gas Padat Busa padat Karet busa, batu apung

3 Cair Gas Aerosol cair Kabut

Susu, santan, minyak ikan, es


4 Cair Cair Emulsi
krim

5 Cair Padat Emulsi padat Mutiara, jeli, keju

6 Padat Gas Aerosol padat Asap

7 Padat Cair Sol Cat, tinta, larutan agar-agar

Sol padat,
8 Padat Padat Kaca berwarna, campuran
logam

Jika ditinjau dari tabel tersebut maka sistem koloid mencakup hampir semua materi
baik yang dihasilkan dari proses alam maupun yang dikembangkan oleh manusia.
a) Koloid Liofil dan Liofob
Berdasarkan tingkat kestabilannya, koloid dapat digolongkan menjadi
dua macam, yaitu koloid liofob dan liofil. Koloid liofob memiliki kestabilan
rendah, sedangkan koloid liofil memiliki kestabilan tinggi. Liofob berasal dari
bahasa Latin yang artinya menolak pelarut, sedangkan liofil berarti menyukai
pelarut. Jika medium pendispersi dalam koloid adalah air maka digunakan
istilah hidrofob dan hidrofil sebagai pengganti liofob dan liofil.
Koloid hidrofil relatif stabil dan mudah dibuat, misalnya dengan cara
pelarutan. Gelatin, albumin telur, dan gom arab terbentuk dari dehidrasi
(penghilangan air) koloid hidrofil. Dengan menambahkan medium pendispersi,
gelatin dapat terbentuk kembali menjadi koloid sebab prosesnya dapat balik
(reversible). Koloid hidrofob umumnya kurang stabil dan cenderung mudah
mengendap. Waktu yang diperlukan untuk mengendap sangat beragam
bergantung pada kemampuan agregat (mengumpul) dari koloid tersebut.
Lumpur adalah koloid jenis hidrofob. Lumpur akan mengendap dalam waktu
relatif singkat. Namun, ada juga koloid hidrofob yang berumur panjang,
misalnya sol emas. Sol emas dalam medium air dapat bertahan sangat lama.
Koloid hidrofob bersifat tidak dapat balik (irrerersible). Jika koloid
hidrofob mengalami dehidrasi (kehilangan air), koloid tersebut tidak dapat
kembali ke keadaan semula walaupun ditambahkan air. Sejumlah kecil gelatin
atau koloid hidrofil sering ditambahkan ke dalam sol logam yang bertujuan
untuk melindungi atau menstabilkan koloid logam tersebut. Koloid hidrofil
yang dapat menstabilkan koloid hidrofob disebut koloid protektif atau koloid
pelindung. Koloid protektif bertindak melindungi muatan partikel koloid
dengan cara melapisinya agar terhindar dari koagulasi. Protein kasein bertindak
sebagai koloid protektif dalam air susu. Gelatin digunakan sebagai koloid
pelindung dalam es krim untuk menjaga agar tidak membentuk es batu.
b) Jelifikasi (Gelatinasi)
Pada kondisi tertentu, sol dari koloid liofil dapat mengalami pemekatan
dan berubah menjadi material dengan massa lebih rapat, disebut jeli. roses
pembentukan jeli disebut jelifikasi atau gelatinasi. Contoh dari proses ini, yaitu
pada pembuatan kue dari bahan agar-agar, kanji, atau silikagel.
Pembentukan jeli terjadi akibat molekul-molekul bergabung
membentuk rantai panjang. Rantai ini menyebabkan terbentuknya ruang-ruang
kosong yang dapat diisi oleh cairan atau medium pendispersi sehingga cairan
terjebak dalam jaringan rantai. Peristiwa medium pendispersi terjebak di antara
jaringan rantai pada jeli ini dinamakan swelling. Pembentukan jeli bergantung
pada suhu dan konsentrasi zat. Pada suhu tinggi, agar-agar sukar mengeras,
sedangkan pada suhu rendah akan memadat. Pembentukan jeli juga menuntut
konsentrasi tinggi agar seluruh pelarut dapat terjebak dalam jaringan.
Kepadatan jeli bergantung pada zat yang didispersikan. Silikagel yang
mengandung medium air sekitar 95% membentuk cairan kental seperti lendir.
Jika kandungan airnya lebih rendah sekitar 90% maka akan lebih padat dan
dapat dipotong dengan pisau.
Jika jeli dibiarkan, volumenya akan berkurang akibat cairannya keluar.
Gejala ini dinamakan sinersis. Peristiwa sinersis dapat diamati pada agar-agar
yang dibiarkan lama. Jeli dapat dikeringkan sampai kerangkanya keras dan
dapat membentuk kristal padat atau serbuk. Jeli seperti ini mengandung banyak
pori dan memiliki kemampuan mengabsorpsi zat lain. Silikagel dibuat dengan
cara dikeringkan sampai mengkristal. Silikagel digunakan sebagai pengering
udara, seperti pada makanan kaleng, alat-alat elektronik, dan yang lainnya.
C. Perbedaan Koloid, Suspensi, Dan Larutan

LARUTAN KOLOID SUSPENSI


Terdiri atas satu fasa Terdiri atas satu fasa Terdiri atas dua fasa
Homogen Homogen Heterogen
Jernih Keruh Keruh
Tidak memisah jika Tidak memisah jika
Memisah jika didiamkan
didiamkan didiamkan
Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring
Dapat diamati dengan Dapat diamati dengan
Tidak dapat diamati
mikroskop ultra mikroskop biasa
Diameter partikel < 10-7 Diameter partikel 10-7 - 10-5
Diameter partikel > 10-5 cm.
cm. cm.
Penulisan A (aq) Penulisan A (s) Penulisan A (s)
1. Partikel dalam koloid sering lebih besar dari partikel zat terlarut dalam suatu larutan.

2. Larutan adalah benar-benar homogen dibandingkan dengan koloid, yang juga bisa
menjadi campuran heterogen.
3. Campuran koloid tampak buram atau transparan, tetapi larutan adalah transparan.
4. Suspensi merupakan campuran heterogen, namun koloid bisa homogen atau
heterogen.
5. Perbedaan utama antara suspensi dan koloid adalah diameter partikel yang tersebar;
partikel dalam suspensi lebih besar dari partikel dalam koloid.
6. Partikel dalam suspensi dapat menetap di bawah pengaruh gravitasi, jika terganggu.
Namun partikel dalam koloid tidak menetap dalam kondisi normal. Namun, dengan
kekuatan tambahan endapan dapat diperoleh, seperti di sentrifugasi.
7. Partikel dalam suspensi tidak bisa melewati kertas saring, namun partikel koloid bisa.
8. Koloid dapat menghamburkan cahaya, dan suspensi tidak memancarkan cahaya.
Oleh karena itu, koloid bisa buram atau tembus, tapi suspensi buram.
D. Sifat-Sifat Koloid

- Efek Tyndall
Efek Tyndal adalah kemampuan koloid untuk menghamburkan cahaya
ke segala arah. Fenomena ini dapat juga digunakan untuk membedakan larutan
dengan koloid, sebab larutan tidak memiliki sifat menghamburkan cahaya dan
dapat menjelaskan buramnya dispersi koloid (minyak zaitun dan air dapat
tembus cahaya, namun jika keduanya dicampur akan membentuk koloid yang
nampak seperti susu).
- Gerak Brown
Jika suatu sistem koloid diamati menggunakan mikroskop optik, dengan
arah tegak lurus terhadap berkas cahaya dan latar belakang yang gelap, maka
akan nampak partikel-partikel yang berbentuk seperti bintik-bintik berkilauan.
Jika gerakan bintik-bintik tersebut diikuti, maka terlihat bahwa bintik-bintik
tersebut bergerak secara acak ke segala arah. Gerakan acak ini disebut gerakan
Brown. Hal ini terjadi karena banyaknya tabrakan molekul pada satu sisi
molekul tidak sama pada sisi yang lain.
- Adsorpsi

Adsorpsi disebabkan oleh adanya gaya Van der Waals di permukaan


partikel yang dapat menarik atom-atom (molekul/ion) dari zat lain. Padatan
dapat bersifat sebagai adsorben (penyerap), namun kemampuan koloid dalam
mengadsorpsi lebih tinggi daripada padatan, karena koloid memiliki luas
permukaan lebih besar.

Contoh:
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

- Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid
bermuatan negatif.

- Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk
endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi
membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.

- Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi
koloid lain dari proses koagulasi.
- Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara
mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran
semipermeabel yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semipermeabel
ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan
cairan akan berpisah.
- Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang
bermuatan dengan menggunakan arus listrik.

E. Cara Pembuatan Koloid

1) Pembuatan Koloid Secara Dispersi


a. Dispersi langsung (mekanik)
Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum
didispersikan ke dalam medium pendispersi. Ukuran partikel dapat
diperkecil dengan menggiling atau menggerus partikel sampai ukuran
tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol belerang dalam air, serbuk
belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan menggerus bersama kristal gula
secara berulang ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk
koloid secara langsung karena partikel partikel semen sudah digiling
sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran koloid.
b. Homogenisasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan
mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi
sehingga partikel partikel susu berubah menjadi seukuran partikel koloid.
Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi
mengunakan mesin homogenisasi.
c. Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel partikel
besar, misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat
pemecah tertentu. Sebagai contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi
koloid dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan
berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan NH3secukupnya.
Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar agar oleh air,
nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H2S.
d. d. Busur Bredig
Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk
membentuk koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan
logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian
diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik.
Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam
akan menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk suatu
koloid logam.
2) Pembuatan Koloid Secara Kondensasi
Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan dengan mengubah
suatu larutan menjadi koloid. Proses ini umumnya melibatkan reaksi reaksi
kimia yang menghasilkan zat yang menjadi partikel partikel terdispersi.
a. Reaksi hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid koloid basa
dari suatu garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air).
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3.
FeCl(aq) + 3H2O(l) Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
b. Reaksi Redoks
Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang
terjadi merupakan hasil oksidasi atau reduksi.
Contoh:
Pembuatan sol belerang dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan
SO2.
2H2S(g) + SO2(aq) 2H2O(l) + 3S(s)
c. Pertukaran Ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari
zat zat yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.
Contoh:
Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3.
3H2S(g) + As2O3(aq) As2S3(s) + 3H2O(l)
Selain dengan cara cara di atas, koloid ada yang terbentuk secara alamiah,
misalnya lumpur, getah karet, dan getah pohon nangka.
d. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol
logam, sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi
partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua
logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin) sampai
kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi
loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya
kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil
kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi
partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai
metode dispersi.
e. cara ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama
berfungsi dalam pembuatan sol logam. Kalau busur Bredig menggunakan arus
listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi
berfrekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Sistem koloid adalah suatu keadaan materi yang memiliki ukuran di
antara ukuran partikel dan suspensi.
- Jenis-jenis koloid dibedakan menjadi 3 yaitu Sol, Emulsi, dan Buih
- Sifat-sifat koloid yaitu Efek Tyndall, Gerak Brown, Adsorpsi, Muatan
koloid, Koagulasi koloid, Koloid pelindung, Dialisis, dan Elektroforesis
- Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar
partikel larutan atau memperkecil partikel suspensi. Ada dua metode
dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu: Metode kondensasi dan
Metode dispersi
- listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara
partikel koloid, sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi).
- - Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu
pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.
- - Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat
terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit.
Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor
yang menstabilkannya hilang.
- - Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid
liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat
dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya
tersebut tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

http://bakriekimia.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-dan-jenis-sistem-koloid.html
http://iskabere.blogspot.co.id
http://thierydrizzle.blogspot.co.id/2014/11/makalah-kimia-manfaat-koloid-bagi.html

http://www.gurupendidikan.com/sifat-pengertian-sistem-koloid-menurut-para-ahli-
beserta-jenisnya

https://hengky11blog.wordpress.com/2014/02/04/kegunaan-koloid-dalam-kehidupan-
sehari-hari
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://riemjustwill.blogspot.co.id/2012/02/perbedaanlarutan-koloid-dan-suspensi.html
https://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-kimia/
http://bahasapedia.com/perbedaan-antara-larutan-koloid-dan-suspensi/
http://artikeltop.xyz/perbedaan-larutan-koloid-dan-suspensi.html

Anda mungkin juga menyukai