Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem

koloidsehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan

panganmengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan

lemak. Emulsiseperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan

produknya juga berupakoloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi. Dalam

industri cat, semen, danindustri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan

sistem koloid. Semua bentuk sepertispray untuk serangga, cat, hair spray, dan

sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat

digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan

manusia.

Sistem koloid berhubungan dengan proses-proses di alam yang mencakup

berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan didalam tubuh makhluk hidup, yaitu

makanan yang kitamakan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh

terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam makhluk

hidup merupakan suatu koloid sehingga proses-proses dalam sel melibatkan sistem

koloid.

Dalam udara juga terdapat sistem koloid, misalnya polutan padat yang

terdispersidalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara

yang disebut kabutmerupakan sistem koloid. Mineral-mineral yang terdispersi dalam

tanah yang dibutuhkanoleh tumbuh-tumbuhan juga merupakan sistem koloid. Proses

majunya garis diakibatkan pembentukan sistem koloid yang disebut proses

pengendapan koloid dan terbentuknya delta pada muara sungai juga proses

pembentukan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi danmencuci berfungsi untuk

membentuk koloid antara air dan kotoran yang melekat (minyak).

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Koloid ?

2. Apa saja jenis-jenis koloid ?

3. Bagaimana sifat koloid ?

4. Bagaimana cara pembuatan koloid ?

5. Apa saja kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari

6. Peranan koloid dalam bidang farmasi

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :

- Menjelaskan pengertian koloid

- Menjelaskan jenis-jenis koloid

- Menjelaskan sifat-sifat koloid

- Menjelaskan cara pembuatan koloid

- Memberikan contoh kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu koloid,

jenis-jenis koloid, sifat-sifat koloid, dan cara mpembuatan koloid, serta

mengetahui contoh kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Koloid

- Thomas Graham (1861)

Menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan pati,

gelatin, dan putih telur sangat lambat atau tidak sama sekali menyebar. Zat

yang sulit untuk berdifusi disebut koloid.

- Ostwald (1907)

Sistem koloid merupakan campuran heterogen antara dua atau lebih zat

partikel berukuran zat koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain

(penyebaran media).

Jadi, Koloid adalah suatu keadaan materi yang memiliki ukuran di antara

ukuran partikel dan suspensi. Dalam larutan, suatu zat disebarkan/dilarutkan ke

dalam pelarut membentuk campuran homogen, dimana partikel-partikel zat

terlarut bercampur sempurna dengan pelarut sehingga tidak terlihat adanya

perbedaan. Dengan cara yang mirip, partikel koloid disebarkan/didispersikan ke

dalam suatu medium, dan menghasilkan sistem koloid. Partikel koloid yang

didispersikan disebut dengan zat terdispersi, dan medium tempat partikel

didispersikan disebut medium pendispersi.

Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur

pembentuk campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja

campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan berupa

gabungan dari beberapa molekul. Namun karena bentuknya sangat kecil,

gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi.

Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem pemcapuran lainnya,

perhatikanlah tabel berikut!

LARUTAN KOLOID SUSPENSI

3
Terdiri atas satu fasa Terdiri atas satu fasa Terdiri atas dua fasa

Homogen Homogen Heterogen

Jernih Keruh Keruh

Tidak memisah jika Tidak memisah jika


Memisah jika didiamkan
didiamkan didiamkan

Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring

Dapat diamati dengan Dapat diamati dengan


Tidak dapat diamati
mikroskop ultra mikroskop biasa

Diameter partikel < 10-7 Diameter partikel 10-7 - 10-5


Diameter partikel > 10-5 cm.
cm. cm.

Penulisan A (aq) Penulisan A (s) Penulisan A (s)

B. Jenis-Jenis Koloid

Sistem koloid tersusun atas fase terdispersi yang tersebar merata pada

medium pendispersi. Fase terdispersi maupun medium pendispersi dapat berupa

gas, cair, atau padat. Tetapi campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem

koloid, sebab semua gas akan bercampur homogen dalam segala perbandingan.

Sistem koloid dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

1. Sol

Sol mempunyai fase terdispersi padat. Sol terdiri atas

1) Sol padat dengan medium pendispersi padat, contoh paduan logam,

gelas berwarna, dan intan;

2) Sol cair atau sol dengan medium pendispersi cair, contoh cat, tinta,

dalam air, tanah liat;

3) Sol gas atau aerosol padat dengan mediumpendispersi gas, contoh

asap, debu di udara

2. Emulsi

Emulsi mempunyai fase terdispersi cair. Emulsi terdiri atas

4
1) Emulsi padat atau gel dengan medium pendispersi padat, contoh keju,

mentega, agar-agar.

2) Emulsi cair atau emulsi dengan medium pendispersi cair, contoh susu,

mayones, dan krim tangan.

3) Emulsi gas atau aerosol cair dengan medium pendispersi gas, contoh

kabut, awan, dan hairspray.

3. Buih

Buih mempunyai fase terdispersi gas. Buih terdiri atas

1) Buih padat dengan medium pendispersi padat, contoh batu apung,

karet busa, dan styrofoam

2) Buih cair atau buih dengan medium pendispersi cair, contoh buih

sabun dan putih telur.

Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola penggolongan,

yakni seperti dalam tabel berikut.

No Fase Terdispersi Fase Pendispersi Nama Koloid Contoh

Buih sabun, shampoo, krim


1 Gas Cair Buih, deterjen
kocok

2 Gas Padat Busa padat Karet busa, batu apung

3 Cair Gas Aerosol cair Kabut

Susu, santan, minyak ikan, es


4 Cair Cair Emulsi
krim

5 Cair Padat Emulsi padat Mutiara, jeli, keju

6 Padat Gas Aerosol padat Asap

7 Padat Cair Sol Cat, tinta, larutan agar-agar

Sol padat,
8 Padat Padat Kaca berwarna, campuran
logam

5
Jika ditinjau dari tabel tersebut maka sistem koloid mencakup hampir semua materi

baik yang dihasilkan dari proses alam maupun yang dikembangkan oleh manusia.

a) Koloid Liofil dan Liofob

Berdasarkan tingkat kestabilannya, koloid dapat digolongkan menjadi

dua macam, yaitu koloid liofob dan liofil. Koloid liofob memiliki kestabilan

rendah, sedangkan koloid liofil memiliki kestabilan tinggi. Liofob berasal dari

bahasa Latin yang artinya menolak pelarut, sedangkan liofil berarti menyukai

pelarut. Jika medium pendispersi dalam koloid adalah air maka digunakan

istilah hidrofob dan hidrofil sebagai pengganti liofob dan liofil.

Koloid hidrofil relatif stabil dan mudah dibuat, misalnya dengan cara

pelarutan. Gelatin, albumin telur, dan gom arab terbentuk dari dehidrasi

(penghilangan air) koloid hidrofil. Dengan menambahkan medium

pendispersi, gelatin dapat terbentuk kembali menjadi koloid sebab prosesnya

dapat balik (reversible). Koloid hidrofobik umumnya kurang stabil dan

cenderung mudah mengendap. Waktu yang diperlukan untuk mengendap

sangat beragam bergantung pada kemampuan agregat (mengumpul) dari

koloid tersebut. Lumpur adalah koloid jenis hidrofobik. Lumpur akan

mengendap dalam waktu relatif singkat. Namun, ada juga koloid hidrofobik

yang berumur panjang, misalnya sol emas. Sol emas dalam medium air dapat

bertahan sangat lama.

Koloid hidrofobik bersifat tidak dapat balik (irrerersible). Jika koloid

hidrofobik mengalami dehidrasi (kehilangan air), koloid tersebut tidak dapat

kembali ke keadaan semula walaupun ditambahkan air. Sejumlah kecil gelatin

atau koloid hidrofil sering ditambahkan ke dalam sol logam yang bertujuan

untuk melindungi atau menstabilkan koloid logam tersebut. Koloid hidrofil

yang dapat menstabilkan koloid hidrofobik disebut koloid protektif atau

koloid pelindung. Koloid protektif bertindak melindungi muatan partikel

koloid dengan cara melapisinya agar terhindar dari koagulasi. Protein kasein

bertindak sebagai koloid protektif dalam air susu. Gelatin digunakan sebagai

koloid pelindung dalam es krim untuk menjaga agar tidak membentuk es batu.

6
b) Jelifikasi (Gelatinasi)

Pada kondisi tertentu, sol dari koloid liofil dapat mengalami

pemekatan dan berubah menjadi material dengan massa lebih rapat, disebut

jeli. roses pembentukan jeli disebut jelifikasi atau gelatinasi. Contoh dari

proses ini, yaitu pada pembuatan kue dari bahan agar-agar, kanji, atau

silikagel.

Pembentukan jeli terjadi akibat molekul-molekul bergabung

membentuk rantai panjang. Rantai ini menyebabkan terbentuknya ruang-

ruang kosong yang dapat diisi oleh cairan atau medium pendispersi sehingga

cairan terjebak dalam jaringan rantai. Peristiwa medium pendispersi terjebak

di antara jaringan rantai pada jeli ini dinamakan swelling. Pembentukan jeli

bergantung pada suhu dan konsentrasi zat. Pada suhu tinggi, agar-agar sukar

mengeras, sedangkan pada suhu rendah akan memadat. Pembentukan jeli juga

menuntut konsentrasi tinggi agar seluruh pelarut dapat terjebak dalam

jaringan.

Kepadatan jeli bergantung pada zat yang didispersikan. Silikagel yang

mengandung medium air sekitar 95% membentuk cairan kental seperti lendir.

Jika kandungan airnya lebih rendah sekitar 90% maka akan lebih padat dan

dapat dipotong dengan pisau.

Jika jeli dibiarkan, volumenya akan berkurang akibat cairannya keluar.

Gejala ini dinamakan sinersis. Peristiwa sinersis dapat diamati pada agar-agar

yang dibiarkan lama. Jeli dapat dikeringkan sampai kerangkanya keras dan

dapat membentuk kristal padat atau serbuk. Jeli seperti ini mengandung

banyak pori dan memiliki kemampuan mengabsorpsi zat lain. Silikagel dibuat

dengan cara dikeringkan sampai mengkristal. Silikagel digunakan sebagai

pengering udara, seperti pada makanan kaleng, alat-alat elektronik, dan yang

lainnya.

C. Sifat-Sifat Koloid

- Efek Tyndall

7
Efek Tyndal adalah kemampuan koloid untuk menghamburkan cahaya

ke segala arah. Fenomena ini dapat juga digunakan untuk membedakan

larutan dengan koloid, sebab larutan tidak memiliki sifat menghamburkan

cahaya dan dapat menjelaskan buramnya dispersi koloid (minyak zaitun dan

air dapat tembus cahaya, namun jika keduanya dicampur akan membentuk

koloid yang nampak seperti susu).

- Gerak Brown

Jika suatu sistem koloid diamati menggunakan mikroskop optik,

dengan arah tegak lurus terhadap berkas cahaya dan latar belakang yang

gelap, maka akan nampak partikel-partikel yang berbentuk seperti bintik-

bintik berkilauan. Jika gerakan bintik-bintik tersebut diikuti, maka terlihat

bahwa bintik-bintik tersebut bergerak secara acak ke segala arah. Gerakan

acak ini disebut gerakan Brown. Hal ini terjadi karena banyaknya tabrakan

molekul pada satu sisi molekul tidak sama pada sisi yang lain.

- Adsorpsi

Adsorpsi disebabkan oleh adanya gaya Van der Waals di permukaan

partikel yang dapat menarik atom-atom (molekul/ion) dari zat lain. Padatan

dapat bersifat sebagai adsorben (penyerap), namun kemampuan koloid dalam

mengadsorpsi lebih tinggi daripada padatan, karena koloid memiliki luas

permukaan lebih besar.

Contoh:

(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.

(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

- Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid

bermuatan negatif.

- Koagulasi koloid

8
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk

endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi

membentuk koloid.

Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan

dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit,

pencampuran koloid yang berbeda muatan.

- Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi

koloid lain dari proses koagulasi.

- Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara

mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran

semipermeabel yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semipermeabel

ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid

dan cairan akan berpisah.

- Elektroforesis

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang

bermuatan dengan menggunakan arus listrik.

D. Cara Pembuatan Koloid

Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi,

karena itu cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel

larutan atau memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar

dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu:

- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel

kecil larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.

- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar

sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.

1. Metode kondensasi

9
Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan

dengan cara kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau dengan

penggatian pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan menggabungkan

partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-partikel

berukuran koloid.

a. Reaksi dekomposisi rangkap

Misalnya:

- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan

melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning

terang: As2O3 (aq) + 3H2S(g) → As2O3 (koloid) + 3H2O(l)

(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S 2)

- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO 3 encer dan larutan

HCl encer: AgNO3 (ag) + HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

b. Reaksi hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:

- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan

memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air

mendidih;

FeCl3 (aq) + 3H2O(l) → Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)

- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air

mendidih;

AlCl3 (aq) + 3H2O(l) → Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

c. Reaksi reduksi-oksidasi (redoks)

Misalnya:

- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya

dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;

2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)

- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air

dengan mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) →3S(s) + 2H2O(l)

10
d. Penggatian pelarut

Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga

fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi

berukuran koloid. Misalnya:

- untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut

dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus

terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan

belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air

sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid

dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.

- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula

dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut

ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium

asetat.

2. Metode Dispersi

Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi

berukuran koloid yang kemudian akan didispersikan dalam medium

pendispersinya. Ada 3 cara dalam metode ini, yaitu:

a. Cara Mekanik

Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat

dengan proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel

berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut

penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:

- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.

- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu,

deterjen.

- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.

- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

b. Cara peptisasi

11
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir

kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan

suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit

khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.

Contoh:

- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.

- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

- Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru

terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3

sehingga bermuatan positif

- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem

kolid. Contohnya; gelatin dalam air.

c. Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol

logam, sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah

menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian

kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin)

sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan

diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap,

uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin,

sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena

logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini

dikategorikan sebagai metode dispersi.

d. cara ultrasonik

Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama

berfungsi dalam pembuatan sol logam. Kalau busur Bredig menggunakan arus

listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi

berfrekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.

E. Kegunaan Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari

12
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid :

Jenis industry Contoh aplikasi


Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan
perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah
tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Minyak ikan, pensilin untuk
Industri farmasi suntikan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :

1. Pemutihan Gula

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke

dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau

karbon. Partikel koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel

koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat

berwarna putih.

2. Penggumpalan Darah

Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika

terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas

yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar

partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah

dapat lebih mudah dilakukan.

3. Penjernihan Air

Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid

tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh

karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa

langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan

cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut

akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif

melalui reaksi:

13
Al3+ + 3H2O  Al(OH)3 + 3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel

koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut

kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh

gravitasi.

4. Pembentukan Delta di Muara Sungai

Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang

bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na +, Mg+2, dan Ca+2

yang bermuatan positif. Karena air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif

dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga terjadi

koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

5. Pengambilan Endapan Pengotor

Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industry seringkali

mengandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untuk memisahkan

pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang

bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.

6. Agar-agar

Padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan

sistem koloid yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan

dingin, sol ini akan berwujud cair. Sebaliknya, jika konsentrasi agar-agar tinggi

pada keadaan dingin sol akan menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini

disebut gel

7. Pektin

Pektin adalah teoung yang diperoleh dari buah papaya muda, apel, dan kulit

jeruk. Jika di dispersikan di dalam air, terbentuk sol yang kemudian memadat

sehingga membentuk gel. Pektin biasa digunakan untuk membuat selai.

8. Gelatin

Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki

binatang, misalnya sapi. Jika gelatin di dispersikan di dalam air, terbentuk suatu

14
sol yang kemudian memadat dan membentul gel. Gelatin banyak digunakan

untuk pembuatan cangkang kapsul. Agar-agar, pektin, gelatin juga digunakan

untuk pembuatan makanan seperti jelly, atau permen yang kenyal (gummy

candies)

9. Cairan Kanji

Tepung kanji yang dilarutkan di dalam air dingin akan membentuk suatu

suspensi. Jika suspensi dipanaskan terbentuk sol, dan jika konsentrasi tepung

kanji cukup tinggi, sol tersebut akan memadat sehingga membentuk gel. Suatu

gel terbentuk karena fase terdispersi menyerap medium pendispersi sehingga fase

terdispersi mengembang, memadat, dan menjadi kaku.

10. Cat Tembok dan Tinta

Zat warna terdispersi di dalam medium air

11. Cat Kayu dan Cat Besi

Zat warna terdispersi di dalam pelarut organik

12. Proses Menghilangkan Bau Badan

Pada produk roll on deodorant, digunakan adsorben (zat yang mengabsorpsi)

berupa Al-strearat. Jika deodorant digosokkan pada anggota badan, Al-Strearat

mengabsorpsi keringat yang menyebabkan bau badan.

13. Proses Rebusan Telur

Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi berupa

protein. Jika telur tersebut direbus, akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut

menggumpal.

14. Pembuatan Yoghurt

Susu dapat berubah menjadi yoghurt melalui proses fermentasi. Pada

fermentasi susu, akan terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa asam.

15. Pembuatan Tahu

Pada pembuatan tahu dari kedelai, mula-mula kedelai dihancurkan sehingga

terbentuk bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan larutan elektrolit,

15
yaitu CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal

dan membentuk tahu.

16. Pembuatan Lateks

Lateks terbuat dari getah karet, salah satu sistem koloid. Pada pembuatan

lateks, getah karet digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau asam

format.

17. Pengolahan Asap atau Debu

Asap atau debu yang dihasilkan dari suatu proses industry dapan mencemari

udara disekitarnya. Asap dan debu merupakan sistem koloid zat padat dalam

medium pendispersi gas(udara). Padatan dalam asap atau debu dapat diendapkan

dengan menggunakan lat Cottrel.

Asap dan debu dilewatkan melalui cerobong yang didalamnya terdapat ujung-

ujung elektorda bermuatan dengan bertegangan 20.000 V hingga 75.000 V.

elektroda mengakibatkan asap dan debu akan tertarik pada elektroda yang

lainnya dan mengendap. Endapan yang terbentuk dipisahkan secara berkala

sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong sudah terbebas dari pastikel padatan

yang berbahaya.

D. Peranan Koloid Dalam Bidang Farmasi

1. Kosmetik

Bahan – bahan kosmetika sangat banyak jenisnya, akan tetapi pada prinsipnya

hampir 90% dari bahan itu dibuat dalam keadaan koloid. Hal itu disebabkan sifat

koloid yang mudah menyerap pewangi dan pewarna, lembut, mudah dibersihkan,

tidak merusak kulit dan rambutm dan sekaligus mengandung dua macam bahan yang

tidak dapat saling larut. Macam – macam bentuk bahan kosmetik sebagai berikut :

a. Bahan kosmetika yang berbentuk aerosol, misalnya parfum dan deodorant spray, hair

spray, dan penghilang bau mulut yang disemprotkan.

b. Bahan kosmetika yang berbentuk sol, misalnya susu pembersih muka dan kulit,

cairan untuk masker, dan cat kuku.

c. Bahan kosmetika yang berbentuk emulsi, misalnya susu pembersih muka dan kulit.

16
d. Bahan kosmetika yang berbentuk gel, misalnya deodorant stick dan minyak rambut

(jelly).

e. Bahan kosmetika yang berbentuk buih, misalnya sabun cukur dan sabun kecantikan.

f. Bahan kosmetika yang berbentuk sol padat misalnya pemerah bibir, pensil alis dan

maskara

g. Bahan kosmetika yang berbentuk pasat misalnya, pasta gigi,

h. Deodorant, mengandung aluminium klorida untuk mengkoagulasikan

(emengendapkan) protein dalam keringat. Endapan protein ini dapat menghalangi

kerja kelenjar keringat dan protein yang dihasilkan berkurang.

2. Dalam industri farmasi

a. Minyak ikan

b. Penisilin untuk suntikan

3. Dalam bidang kesehatan

Prinsip dialisis digunakan untuk membantu pasien gagal ginjal.

4. Karbon

Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet, apabila diminum

dapat menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi. Dalam usus, norit dengan air

akan membentuk sistem koloid yang mampu mengabsorpsi dan membunuh bakteri-

bakteri berbahaya yang menyebabkan sakit perut.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

17
- Sistem koloid adalah suatu keadaan materi yang memiliki ukuran di

antara ukuran partikel dan suspensi.

- Jenis-jenis koloid dibedakan menjadi 3 yaitu Sol, Emulsi, dan Buih

- Sifat-sifat koloid yaitu Efek Tyndall, Gerak Brown, Adsorpsi, Muatan

koloid, Koagulasi koloid, Koloid pelindung, Dialisis, dan

Elektroforesis

- Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar

partikel larutan atau memperkecil partikel suspensi. Ada dua metode

dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu: Metode kondensasi

dan Metode dispersi

B. Saran

Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus tetap

berpegang teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kita lakukan

tidak melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat serta tidak

merugikan pihak lain. Dengan begitu semua pihak akan merasa diuntungkan

oleh apa yang kita lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Erlangga: Jakarta

18
Foliatini. 2009. Buku Pintar Kimia SMA untuk Kelas 1, 2, & 3. Jakarta: PT

Wahyumedia

Keenan,dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi: Jogja

Yudhistira. Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa

Exact.

19

Anda mungkin juga menyukai