Anda di halaman 1dari 21

MODUL 5

KIMIA KOLOID

A. SISTEM KOLOID
Di bawah ini ada beberapa perbedaan yang dapat di amati antara larutan
sejati, sistem koloid dan suspensi kasar. Perhatikanlah tabel berikut:
Tabel 5. 1 Perbedaan larutan sejati, sistem koloid dan suspensi kasar
No Larutan Sejati Koloid Suspensi Kasar
1 Homogen, tak dapat Secara makroskopis bersifat Heterogen
dibedakan walaupun homogen tetapi heterogen jika (campuran), dapat
menggunakan diamati dengan mikroskop dibedakan secara
mikroskop ultra ultra (campuran antara kasat mata
homogen dan heterogen)
2 Stabil Pada umumnya stabil Tidak stabil
3 Satu fasa Dua fasa Dua fasa
4 Diameter partikel Diameter partikel antara 1- Diameter partikel
lebih kecil dari 1 nm 100 nm lebih besar dari 100
nm
5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring kecuali Dapat disaring dan
dan tak dapat dengan penyaring ultra dan dapat memisah
memisah ketika tak memisah ketika ketika didiamkan
didiamkan didiamkan
6 Jernih Agak keruh Tidak jernih
7 Bersifat transparan Dapat menghamburkan Dapat
dan meneruskan cahaya menghamburkan
cahaya cahaya

B. Jenis - Jenis Koloid


Penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase pendispersi dan fase
terdispersi :
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol padat.
Contoh aerosol padat : debu buangan knalpot. Sedangkan zat yang terdispersi
berupa zat cair disebut aerosol cair. Contoh aerosol cair : hairspray dan obat

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 1


semprot. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong
(propelan aerosol). Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC
dan CO2.
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol.
Contoh sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain. Sistem koloid dari
partikel padat yang terdispersi dalam zat padat disebut sol padat. Contoh sol
padat : perunggu, kuningan, permata (gem).
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi.
Sedangkan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut
emulsi padat dan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam gas disebut
emulsi gas. Syarat terjadinya emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling
melarutkan.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan
emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu,
lateks. Contoh emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak
bumi. Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya
sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka akan diproleh
campuran stabil yang disebut emulsi.
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih, sedangkan
sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat disebut buih padat.
Buih digunakan dalam proses pengolahan biji logam dan alat pemadam
kebakarn. Contoh buih cair : krim kocok , busa sabun. Contoh buih padat :
lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang
mengandung pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein.
Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti
eter, isoamil dan alkohol.

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 2


5. Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan bersifat
setengah kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat
terdispersinya mengadsropsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang
agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu, mutiara, mentega.
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu
larutan sebab semua gas bercampur baik secara homogen dalam segala
perbandingan.
Sistem koloid dapat dikelompokkan, seperti tabel berikut :
Tabel 5.2 Pengelompokan sistem koloid
No Fase Medium Nama Contoh
Terdispersi Pendispersi Koloid
1 Gas Cair Busa/Buih Buih sabun, krim
kocok
2 Gas Padat Busa padat Batu apaung, karet
busa
3 Cair Gas Aerosol Awan, kabut
4 Cair Cair Emulsi Susu, santan
5 Cair Padat Emulsi Keju, mentega,
padat mutiara
6 Padat Gas Aerosol Asap, debu
padat
7 Padat Cair Sol Cat, kanji, tinta
8 Padat Padat Sol padat Kaca berwarna,
paduan logam

C. Sifat - Sifat Koloid


Sifat-sifat khas yang dimiliki oleh koloid diantaranya adalah :
1. Efek Tyndall
Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh
karena itu sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk
membedakan sistem koloid dari larutan sejati, contoh dalam kehidupan sehari –
hari dapat diamati dari langit yang tampak berwarna biru atau terkandang
merah/oranye.
Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 3


sinar dihamburkan oleh sistem koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan
sejati hal ini dapat dilihat terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid
kanji memiliki partikel-partikel koloid relatif besar untuk dapat
menghamburkan sinar dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki partikel-partikel
yang relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi sedikit kecil dan sulit
diamati.
2. Gerak Brown
Dalam miksroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika
pergerakan titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak
terus-menerus dengan gerakan zigzag. Hal ini pertama kali diamati oleh Robert
Brown (1773-1858), seorang ahli botani inggris pada tahun 1827. Ia sedang
mengamati butiran sari tumbuhan pada permukaan air dan mikroskop. Partikel
koloid dalam medium pendispersinya disebut gerak brown.
Bagaimana gerak brown dijelaskan? Partikel – partikel suatu zat senantiasa
bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak seperti pada zat cair dan gas. Sistem
koloid dengan medium pendipersi zat cair atau gas, partikel-partikel
menghasilkan tumbukan. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah.
Partikel koloid cukup kecil, tumbukan cenderung tidak seimbang. Dan
menyebabkan perubahan arah partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak
brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown.
Semakin besar ukuran partikel, semakin lambat gerak brown. Gerak Brown
dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem, koloid, semakin besar
energi kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel fase terdispersinya semakin cepat. Semakin rendah suhu system koloid
maka gerak Brown semakin lambat.

Gambar 5.1 Gerak Brown

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 4


3. Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat
adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap
kuman penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan (+).
Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH)3, akan tolak-menolak sesamanya
sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol. Koloid
As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan (-)
dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan
menggerombol.
Contoh gambar adsorbsi:

Gambar 5.2 Mekanisme adsorbsi

3. Muatan Koloid dan Elektroforesis


Muatan koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid.
Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan
listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka
koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai
di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan
menggumpal (koagulasi).

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 5


Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan
listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.

Gambar 5.3 Mekanisme elektroforesis

5. Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan karena elektrolit yang muatannya
berlawanan. Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga
air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
• Perubahan suhu.
• Pengadukan.
• Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
• Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
1. Mekanik
Cara ini dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
2. Kimia
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh :
susu + sirup masam —> menggumpal

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 6


lumpur + tawas —> menggumpal

Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.


Contoh : Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur
As2S3 yang bermuatan negatif.

Gambar 5.4 Mekanisme koagulasi koloid

6. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan pada sistem
koloid lainnya agar diperoleh koloid yang stabil. Contoh koloid pelindung :
gelatin yang merupakan koloid padatan dalam medium air. Gelatin biasa
digunakan pada pembuatan es krim untuk mencegah pembentukkan kristal es
yang kasar sehingga diperoleh esk krim yang lebih lembut.

7. Koloid liofil dan koloid liofob


Koloid ini terjadi pada sol. Sol liofil adalah koloid yang fase terdispersinya
suka (dapat mengikat) pada cairan (fase pendispersinya). Sol liofob adalah
koloid yang fase terdispersinya tidak suka paca cairan (fase pendispersinya)
pada koloid liofil pengikatan medium pendispersi disebabkan oleh gaya tarik
menarik (berupa gaya elektrostatik) pada setiap ujung gugus molekul
terdispersi.
Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit,
tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid
liofil.
Berikut ini penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 7


a. Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-
menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi.
Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen
b. Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-
menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi
dan medium pendispersinya. Contoh: dispersi emas, belerang dalam air.
Tabel 5.3 Perbadaan Koloid Liofil dan Liofob
Sifat-Sifat Sol Liofil Sol Liofob
Pembuatan Dapat dibuat langsung dengan Tidak dapat dibuat hanya
mencampurkan fase terdispersi dengan mencampur fase
dengan medium terdispersinya terdispersi dan medium
pendisperinya
Muatan partikel Mempunyai muatan yang kecil Memiliki muatan positif
atau tidak bermuatan atau negative
Adsorpsi Partikel-partikel sol liofil Partikel-partikel sol liofob
medium mengadsorpsi medium tidak mengadsorpsi
pendispersi pendispersinya. Terdapat proses medium pendispersinya.
solvasi/ hidrasi, yaitu Muatan partikel diperoleh
terbentuknya lapisan medium dari adsorpsi partikel-
pendispersi yang teradsorpsi di partikel ion yang
sekeliling partikel sehingga bermuatan listrik
menyebabkan partikel sol liofil
tidak saling bergabung
Viskositas Viskositas sol liofil > viskositas Viskositas sol hidrofob
(kekentalan) medium pendispersi hampir sama dengan
viskositas medium
pendispersi
Penggumpalan Tidak mudah menggumpal dengan Mudah menggumpal
penambahan elektrolit dengan penambahan
elektrolit karena
mempunyai muatan
Sifat reversibel Reversibel, artinya fase terdispersi Irreversibel artinya sol
sol liofil dapat dipisahkan dengan liofob yang telah
koagulasi, kemudian dapat diubah menggumpal tidak dapat
kembali menjadi sol dengan diubah menjadi sol
penambahan medium
pendispersinya
Efek Tyndall Memberikan efek Tyndall yang Memberikan efek Tyndall
lemah yang jelas
Migrasi dalam Dapat bermigrasi ke anode, Akan bergerak ke anode
medan listrik katode, atau tidak bermigrasi sama atau katode, tergantung
sekali jenis muatan partikel

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 8


D. Pembuatan Koloid
Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena
itu cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau
memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam
pembuatan sistem koloid sol, yaitu :
1. Metode Kondensasi

Merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang


membentuk partikel-partkel berukuran koloid. Metode di mana partikel-partikel
kecil larutan sejati bergabung membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan cara
kimia.

a. Dekomposisi rangkap
Misalnya:
* Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui
larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
* Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl
encer;
b. Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Misalnya :
* Sol Fe(OH)3 dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan
larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
* Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
c. Reaksi Reduksi –Oksidasi (redoks)
Misalnya:
* Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida H.

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 9


a. Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa
terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran
koloid. Misalnya;
o Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut
dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus
terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan
belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air
sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid
dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.
o Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan
terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan
etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat

1. Metode Dispersi
Merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi
partikel-partikel berukuran koloid. Metode ini melibatkan pemecahan partikel-
partikel kasar menjadi berukuran koloid yang kemudian akan didispersikan dalam
medium pendispersinya. Ada 3 cara dalam metode ini, yaitu :
a. Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan
proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran
koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid,
yang biasa digunakan dalam :
o Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb
o Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu,
deterjen, dsb
o Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna
o Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 10


Sistem kerja alat penggilingan koloid :
Alat ini memiliki 2 pelat baja dengan arah rotasi yang berlawanan. Partikel-
partikel yang kasar akan digiling melalui ruang antara kedua pelat baja
tersebut. Kemudian, terbentuklah partikel-partikel berukuran koloid yang
kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membentuk
sistem koloid. Contoh kolid yang dibuat adalah; pelumas, tinta cetak, sol
belerang dsb.

b. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar
atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat
pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit
khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
o Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin
o Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3
o Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru
terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3
sehingga bermuatan positif
o Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk
sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air.

E. Pemurnian Koloid
Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu
pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan
atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode
pemurnian yang dapat digunakan, yaitu :
1. Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang
menempel pada permukaannya.

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 11


Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan
molekul – molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu
koloid biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid
memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan
memasukkan koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel (selofan), baru
kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh
lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori
kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal.
Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan
dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai
mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat
semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana
seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah merah.

Gambar 5.5 Mekanisme dialysis

2. Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik.
Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang
menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam
sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan
berlawanan.
Adanya pengaruh medan listrik akanmempercepat proses pemurnian sistem
koloid. Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel
zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
3. Penyaring Ultra

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 12


Partikel-partikel koloid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena
pori-pori kertas terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut.
Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan,
maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring modifikasi
tersebut disebut penyaring ultra.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat,
jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-
pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan
dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring
ultra bertahap.

F. Aplikasi Koloid
Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk
mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid
menjadi banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi koloid untuk produksi cukup
luas). Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dalam
kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dsb;
1. Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yangbermuatan negative. Jika
terdapat luka kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau
tawas yang mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan
membantu menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu
penggumpalan darah.
2. Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang
bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan
Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion
positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga,
terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 13


3. Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali
mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid.
Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang
pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-
partikel koloid.
4. Pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui
sistem koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian
akan mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih
berwarna dapat diputihkan
5. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid
tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh
karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan
beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu
dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat
pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3
yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O —› Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel
koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut
kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh
gravitasi.

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 14


MODUL 6
KIMIA UNSUR

Unsur adalah bagian yang hanya mengandung satu jenis atom, tidak dapat
dibagi lagi menjadi zat yang lebih sederhana. Sifat sifat yang dimiliki oleh unsur-
unsur yang ada di alam ini membuat para ahli kimia membedakan unsur-unsur
tersebut berdasarkan golongan dan periode dengan mengacu pada sifat sifat unsur
tersebut dalam tabel period periodik unsur.

Golongan Periode

Gambar 6.1 Tabel Periodik Unsur

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 15


Pada prinsipnya unsur kimia dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu: unsur
logam, non logam, dan transisi.
1. Unsur logam
Merupakan unsur-unsur yang terdapat pada sisi kiri tabel periodik yang
memiliki kemiripan sifat fisik. Sifat logam :
o pada temperatur kamar umumnya berbentuk padatan kecuali raksa
o merupakan penghantar yang baik untuk panas dan listrik
o bersifat dapat ditempa
o memiliki kekerasan yang tinggi
o berkilau
Contoh: kalium, seng, tembaga
2. Unsur non logam
Merupakan unsur-unsur yang terletak pada sisi kanan tabel periodik dengan
sifat-sifat yang sangat bervariasi. Sifat non logam:
o penghantar yang jelek baik panas maupun listrik
o cenderung bersifat rapuh
o Banyak berupa gas pada temperatur kamar
Contoh: sulfur, karbon

Dalam tabel periodik unsur-unsur kimia juga dikelompokkan dalam


golongan-golongan unsur penting yaitu logam alkali, logam alkali tanah, logam
transisi, halogen, gas mulia dan golongan unsur penting lain seperti karbon,
nitrogen, dan oksigen.
1. Logam Alkali
Sifat umum :
 Elektron valensi = 1
 Mudah membentuk ion positif
 Semakin ke bawah ,semakin elektropositif
 Semakin ke bawah, semakin reaktif
 Jika terkena udara, seketika menjadi oksida dengan rumus L2O
 Bersifat ion dan mudah larut dalam air

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 16


 Keelektronegatifan kecil semakin kebawah
 Energi ionisasi kecil semakin kecil
Unsur-unsur pada golongan ini yaitu: He, Li, Na, Rb, Cs, dan Fr.
Kegunaannya untuk pentransfer panas, untuk bahan anoda, pembuatan gelas
dan keramik khusus, dan untuk keperluan bidang nuklir. Natrium cair
digunakan sebagai pendingin reaktor atom, uap natrium untuk mengisi lampu
penerangan jalan, untuk pembuatan sabun, detergen, plup dll.

2. Logam Alkali Tanah


Sifat umum :
 Elektron valensi = 2
 Mudah membentuk ion positif
 Semakin kebawah, semakin elektropositif
 Semakin ke bawah, semakin reaktif
 Kurang reaktif dibanding alkali
Unsur-unsur pada golongan ini yaitu: Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra. Kegunaan
dari golongan ini antara lain untuk: disinfektan (kaporit), membuat racun tikus
, pengendalian pencemaran, pengeringan alkohol, pembuatan gips, membuat
kembang api, pembuatan tabung kaca TV berwarna dll.

3. Halogen
Sifat umum :
 Elektron valensi = 7
 Mudah membentuk ion positif
 Semakin tinggi nomor atomnya, semakin kurang reaktif
 Semakin tinggi nomor atomnya, semakin rendah daya oksidasinya
 Mempunyai banyak bilangan oksidasi, kecuali fluor=-1
Unsur-unsur pada golongan ini yaitu: F, Cl, Br, I dan At. Kegunaan dari
golongan ini antara lain untuk: pembuatan uranium, mengukir gelas,

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 17


pendingin pada kulkas, digunakan dalam bidang kesehatan, industri kimia,
radiologi analisis kimia dll.

4. Gas Mulia
Sifat umum :
 Elektron valensi = 8
 Sangat stabil sehingga sukar bereaksi
 Di alam terdapat sebagai unsur bebas
 Memiliki titik leleh, titik didih, dan kalor penguapan rendah
 Makin reaktif berbanding lurus dengan jari-jari atom
Unsur-unsur pada golongan ini yaitu: He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn. Kegunaan
dari golongan ini antara lain untuk: pengisi balon udara, pengisi tabung
pernafasan dicampur oksigen, proses pengelasan, membuat lampu reklame dll.

5. Unsur Transisi
Sifat umum :
 Semua berupa unsur logam
 Dapat memiliki beberapa bilangan oksidasi
 Memiliki titik didih & leleh relatif tinggi
 Dapat mengeluarkan elektron dari kulit yang lebih dalam
 Paramagnetik karena elektronnya tidak berpasangan
 Dapat membentuk senyawa kompleks
 Mempunyai ion/senyawa berwarna
Unsur-unsur pada golongan ini antara lain : Sc, Ti, V. Cr, Mn, Fe, Co dll.
Kegunaan unsur golongan ini karena berupa logam maka sangat banyak sekali
dalam kehidupan sehari-hari.

6. Unsur penting lain


Unsur penting lainnya ini sangat vital dalam kehidupan yaitu karbon, nitrogen
dan oksigen.

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 18


1. Karbon
Sifat :
 Antar atomnya dapat saling berikatan
 Mempunyai jenis senyawa yang cukup banyak
 Massa atom relatif = 12
 Valensi = 2, 3, dan 4
Sumber :
Di alam ditemukan dalam keadaan bebas dalam 3 alatropik (rumus kimia
sama tetapi bentuk fisik atau kristalnya berbeda), yaitu: amorf, grafit, intan
Kegunaan :
 Sebagai elektroda
 Memperkirakan umur fosil
 Pengecoran logam, industri karet dan tinta
 Pembuatan alat tulis, perhiasan, pemotong kaca
 Fotosintesis (CO2)
2. Nitrogen
Sifat:
 Antar atomnya dapat saling berikatan
 Tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar
 Kurang larut dalam air
 Reaktif pada suhu tinggi
 Massa atom relatif = 14,007
 Valensi = 3 dan 5
Sumber :
 Ditemukan dalam atmosfer bumi dengan jumlah 78%
 Protein dalam tumbuhan
 Proses distilasi bertingkat udara
Kegunaan :
 Pembuatan amoniak
 Zat pendingin
 Pembuatan pupuk tanaman

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 19


3. Oksigen
Sifat :
 Antar atomnya dapat saling berikatan
 Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
 Larut dalam air
 Dapat bereaksi dengan hampir semua unsur
 Massa atom relatif = 15,99
 Valensi = 2
Sumber :
 Ditemukan dalam atmosfer bumi sekitar 20%
 Terikat dalam kerak bumi
 Dalam tubuh makhluk hidup
 Secara buatan dapat diperoleh dengan distilasi bertingkat
 Dalam ozon
Kegunaan :
 Pembakaran dan pernafasan
 Membuat senyawa organik
 Reaksi oksidasi

UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 20


UNINDRA |Modul Kimia Dasar II 21

Anda mungkin juga menyukai