Anda di halaman 1dari 10

 Jadi materi kali ini membahas mengenai materi kimia yaitu sistem koloid termasuk

pengertian, jenis-jenis koloid, sifat koloid, serta proses terbuatnya koloid.

Meskipun rasanya kata “sistem koloid” itu agak kurang familiar di telinga kita, sebenarnya
penerapan sistem koloid itu cukup mudah kita temukan di kehidupan kita sehari-hari
misalnya, susu dan agar-agar dan lain-lain.

Sebenarnya seperti apa sih sistem koloid itu? Nah, dalam materi ini kita bakal bahas
mengenai sistem koloid termasuk pengertian, jenis-jenis sistem koloid, Ciri- ciri sistem
koloid, sifat sistem koloid, serta pembuatan koloid

 Pengertian

Koloid itu merupakan campuran antara larutan dan suspensi, yang artinya
koloid bukanlah larutan, namun juga bukan suspensi. Sistem koloid merupakan
campuran antara dua zat yang memiliki perbedaan fase dengan partikel terdispersinya
(terlarut) tersebar merata di dalam fase pendispersi (pelarut). Koloid termasuk dalam
campuran metastabil. Artinya, campuran ini seolah-oleh stabil, tetapi akan memisah
dalam waktu tertentu. Ukuran partikel koloid berada di antara larutan dan suspensi,
yaitu sekitar 1-100 nm. Untuk lebih detailnya mengenai ciri-ciri dari koloid, kita bisa
lihat bandingkan antara larutan, koloid dan juga suspensi pada tabel dibawah ini.

Larutan Koloid Suspensi

Bisa disaring hanya dengan


Tidak dapat disaring bisa disaring
membran semipermeabel

1 fase 2 fase 2 fase

Tidak stabil, antara zat


Stabil Stabil
pasti akan memisah.
homogen heterogen heterogen

Ukuran diameter partikel Ukuran diameter partikel nya 10- Ukuran diameter partikel
nya <10-7cm 7–10-5cm nya >10-5cm

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa koloid merupakan campuran antara
larutan dan suspensi yang bersifat heterogen atau tidak mengalami pengendapan, mengalami
2 fase,stabil dan juga ukuran diameternya berkisar antara 10-7-10-5cm.

 Jenis – jenis koloid


Larutan terdiri dari 2 komponen yaitu zat terlarut dan pelarut, begitu juga dengan
koloid. Koloid terdiri dari 2 komponen yaitu zat terdispersi dan medium pendispersi.
Berdasarkan perbedaan antara fase terdispersi dan medium pendispersi, sistem koloid
dibagi menjadi 8, yaitu bisa kita lihat di tabel berikut.

Tabel Jenis-Jenis Koloid

Jenis Koloid Fase Terdispersi Fase Pendispersi Contoh Koloid

Aerosol Cair Gas Kabut, awan, hair spray

Aerosol Padat Gas Asa, debu di udara

Buih Gas Cair Buih sabun, krim kocok


Emulsi Cair Cair Susu, santan, mayonnaise

Sol Padat Cair Sol emas, tinta, cat, pasta gigi

Buih padat Gas Padat Karet busa, Styrofoam, batu apung

Emulsi padat (gel) Cair Padat Margarin, keju, jelly, mutiara

Sol padat Padat Padat Gelas berwarna, intan hitam

1.Sol padat
Sol memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi yang
padat juga. Sol padat ini terbentuk karena pengaruh tekanan dan suhu, sehingga
menghasilkan padatan yang kokoh dan keras. Contoh sol padat adalah batuan ruby
(batuan permata). Batuan ruby ini merupakan padatan kromium (Cr) yang tersebar
dalam padatan aluminium oksida. Sehingga, dari sini bisa kelihatan ya, kalau padatan
kromium (Cr) itu sebagai fase terdispersi dan padatan aluminium oksida (AI2O3)
sebagai medium pendispersi.

2.Sol cair
Sol memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi cair yang tidak
mudah berubah sifatnya. Jadi, bedanya sol dengan sol padat itu terletak di medium
pendispersinya, ya. Kalau sol padat mediumnya padat, sedangkan sol mediumnya
cair. Contoh jenis sistem koloid berupa sol adalah cat tembok. Cat tembok terdiri dari
banyak jenis padatan, di antaranya kalsium karbonat (CaCO3), kaolin, dan lain
sebagainya. Zat padat (fase terdispersi) inilah yang mengalami penyebaran dalam
medium cair (medium pendispersi) yang berupa air (H2O).

3.Aerosol Padat
Aerosol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi gas.
Contoh aerosol padat adalah asap kendaraan. Asap kendaraan mengandung padatan
berupa timbal, karbon, karbon monoksida, dan lain sebagainya, yang merupakan hasil
pembakaran tidak sempurna dari mesin. Makanya, ketika kamu melewati kendaraan
bermotor yang mengeluarkan asap, kadang kamu akan merasakan kelilipan karena
adanya padatan (fase terdispersi) di dalam asap (medium pendispersi).

4 .Aerosol cair
Aerosol memiliki fase terdispersi berupa cairan dan medium pendispersi
berupa gas. Jadi, bedanya aerosol dengan aerosol padat terletak pada fase
terdispersinya. Aerosol tidak bisa bertahan lama. Hal ini karena zat penyusunnya yang
mudah rusak oleh perubahan suhu dan tekanan udara lingkungan. Contoh aerosol
adalah parfum. Saat parfum disemprotkan di udara, cairan parfum akan terdispersi
atau tersebar di udara yang wujudnya gas sebagai merupakan medium pendispersi.

5. Emulsi Padat
Selanjutnya, ada emulsi padat yang memiliki fase terdispersi berupa cairan
dalam medium pendispersi padat. Contoh emulsi padat adalah agar-agar. Agar-agar
terbuat dari air (fase terdispersi) yang dicampur dengan bubuk agar-agar (medium
pendispersi). Pada saat bubuk agar-agar dipanaskan dalam air, serat dari agar-agar
akan bergerak bebas. Saat proses pendinginan, serat tersebut akan saling merapat dan
memadat. Jadi, pada agar-agar itu, partikel-partikel air terdispersi atau tersebar dalam
partikel agar-agar.

6. Emulsi cair
Nah, kalau fase terdispersi dan medium pendispersinya berupa cairan, maka
disebutnya emulsi. Emulsi biasanya tersusun oleh cairan dengan kepolaran senyawa
yang berbeda, sehingga tidak saling bercampur. Contoh jenis sistem koloid berupa
emulsi adalah susu. Emulsi pada campuran susu dan air itu terjadi ketika partikel air
terdispersi atau tersebar dalam partikel-partikel susu. Nah, karena partikel air dan susu
ini punya level kepolaran yang beda, maka kedua zat ini ga bisa bercampur dengan
sempurna, sehingga susu itu termasuk koloid, bukan larutan.

7. Buih Padat
Busa padat memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi
padatan, atau bisa disebut juga gas yang terdispersi di dalam padatan. Contoh sistem
koloid berupa buih padat adalah spons. Jika dilihat, spons itu merupakan sebuah
padatan, tapi ketika dipencet ternyata isinya udara. Itu tandanya, partikel-partikel
udara atau gasnya tersebar dalam medium padat, ya.
8.buih cair
Jenis koloid yang terakhir, yaitu buih. Bedanya dengan buih padat, kalau buih
memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi cair, atau bisa disebut
juga gas yang terdispersi di dalam cairan. Contoh jenis koloid berbentuk buih adalah
buih sabun karena adanya udara (fase terdispersi) yang terjebak di dalam larutan
sabun (medium pendispersi). Hal ini terjadi karena molekul sabun yang saling tarik
menarik membentuk jaring atau lapisan yang dapat menjebak udara, sehingga
membentuk gelembung-gelembung bening berisi udara.

 Sifat Koloid
Koloid merupakan campuran zat berbeda dari larutan dan suspensi. Oleh karena itu, karakter
dari koloid ini mempunyai perbedaan sifat, di antaranya:
1. Gerak Brown

Gerak Brown merupakan gerak acak atau gerak tidak beraturan dari partikel koloid,
hal ini dapat kita lihat hanya dengan mikroskop ultra alias tidak bisa kita lihat dengan kasat
mata. Partikel ini bergerak acak karena adanya tumbukkan. Sedangkan pada suspensi tidak
ditemukan gerak brown, karena partikelnya terlalu besar, sedangkan pada larutan terjadi
gerak brown karena partikelnya kecil, namun tidak dapat teramati dengan mikroskop ultra.

2. Efek Tyndall

Efek Tyndall merupakan penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Partikel dari
larutan lebih kecil dari partikel koloid, karena partikel koloid lebih besar dari larutan (partikel
larutan < partikel koloid), sehingga berkas cahaya bisa dihamburkan. Contohnya, hamburan
cahaya dari motor akan sangat terlihat di jalan yang berdebu.

3. Adsorbsi
Adsorpsi merupakan proses penyerapan, biasa yang diserap itu adalah ion-ion oleh
partikel koloid, hal ini terjadi karena luas partikel koloid itu cukup besar sehingga ion-ion itu
bisa menempel di permukaan, yaitu ada ion positif dan ion negatif. Karena koloid mampu
menyerap ion-ion maka koloid bisa bermuatan sesuai dengan muatan ion yang diserap.
Selama koloid bermuatan, maka koloid ini tidak akan menggumpal karena muatan ion-ion
yang sejenis tersebut akan saling tolak menolak.
4. Koagulasi

Koagulasi Koloid adalah proses penggumpalan partikel koloid, karena koloid


bermuatan jika dihubungkan dengan muatan sejenis akan tolak menolak sehingga tidak akan
menggumpal, namun lain halnya, jika muatan koloid di netralkan, sehingga tidak ada lagi
tolak menolak, sehingga koloid bisa saling menyatu atau berkelompok sehingga terjadi
koagulasi.

Yang artinya koagulasi terjadi jika koloid dinetralkan, atau tidak bermuatan. Bagaimana
muatan bisa dihilangkan ?

 Mencampur koloid positif (+) dengan koloid negatif (-). Sehingga muatannya akan
saling menetralkan.

 Koloid yang bermuatan baik itu positif (+) atau negatif (-), ditambahkan dengan
larutan elektrolit.

 Proses pemanasan, contohnya telur, karena dipanaskan maka telur akan menggumpal,
selain itu bisa juga dengan proses pembusukan, pengadukan, atau pendinginan.

5. Elektroforesis
Sifat ini termasuk pergerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik. Metode
ini digunakan untuk proses identifikasi DNA, dan penyaringan debu dari cerobong asap
pabrik.

6. Koloid Pelindung
Sol Liofil bisa digunakan sebagai koloid pelindung terhadap sol liofob, dimana
partikel-partikel sol liofil akan mencoba melindungi sol liofob, sehingga meskipun misalnya
ada larutan elektrolit, sol liofil akan melindungi liofob dari terjadinya koagulasi. Contoh sifat
ini bisa terlihat pada sabun, detergen, atau pembuatan es krim yang memakai gelatin.

7. Dialisis
Dialisis sdalah Proses pemurnian koloid dari ion-ion pengganggu. Dengan
menggunakan membran semipermeabel, ketika dialirkan air, koloid akan mendorong ion
akan keluar, karena ukuran ion-ion pengganggu tersebut memiliki ukuran yang lebih kecil,
sedangkan koloid karena ukurannya lebih besar sehingga tidak dapat menembus membran
semipermeabel. Proses ini diterapkan dalam dunia nyata yaitu cuci darah, itulah kenapa
nama proses cuci darah namanya hemodialisis.
8. Koloid Liofil dan Liofob
Sifat koloid berikut dapat ditemukan pada sol. Koloid liofil yaitu jenis koloid yang fase
terdispersinya dapat menarik medium pendispersi berupa cairan, sehingga sifatnya kental.
Sementara koloid liofob adalah partikel zat terdispersi yang tidak dapat menarik medium,
sehingga sifatnya encer.

 Ciri-Ciri Koloid
Nah, dari pengertian serta perbedaannya dengan larutan dan suspensi, kita bisa
simpulkan ciri-ciri koloid, yaitu sebagai berikut:
1.terlihat homogen bila dilihat mata, namun berbentuk heterogen bila diamati menggunakan
mikroskop ultra.
2.terdapat fase terdispersi dan medium pendispersi.
3.Partikel berdimensi antara 1-100 nm.
4.Bersifat stabil.
5.tidak dapat disaring, kecuali menggunakan alat penyaringan ultra.

 Pembuatan Koloid

Kita ketahui bahwa koloid berada diantara larutan dan suspensi, dimana ketiganya dibedakan
dari ukuran partikelnya. Karena koloid berada di tengah, maka koloid bisa dibuat dari larutan
dan juga dibuat dari suspensi. Dimana dari proses pembuatan koloid ini dibagi menjadi 2
(dua) yaitu kondensasi dan juga dispersi.

a. Kondensasi

Kondensasi adalah proses pembuatan koloid dari larutan. Dimana dalam kondensasi ini,
dibagi menjadi 2 (dua) lagi prosesnya yaitu secara fisika, dan secara kimia.

Secara fisika, prosesnya berupa mengubah pelarut, sedangkan secara kimia, melibatkan
reaksi kimia seperti,

1) Reaksi pengendapan
Reaksi pengendapan dilakukan dengan cara mencampurkan larutan elektrolit agar
dihasilkan endapan, contohnya sebagai berikut.
2) Reaksi hidrolisis
Reaksi hidrolisis dilakukan dengan cara mencampurkan suatu zat dengan air,
contohnyasebagai berikut.

3) Reaksi redoks
Sistem koloid juga dapat dibentuk dari reaksi redoks, contohnya sebagai berikut.

b. Dispersi

Sebaliknya, dispersi adalah proses pembuatan koloid dari suspensi, dari partikel yang besar
diubah menjadi partikel yang kecil. Cara dispersi ini bisa dilakukan dengan beberapa metode
berikut.

1) Cara mekanik

Pembuatan koloid dengan cara mekanik dilakukan menggunakan penggilingan atau


penggerusan partikel suspensi. Dengan demikian, akan dihasilkan partikel yang lebih
kecil dan lembut. Contoh pembuatan partikel koloid dengan cara mekanik adalah sebagai
berikut.

- Gumpalan tawas yang sudah digiling akan membentuk koloid saat dicampurkan dengan
air.

- Karbon dihaluskan dengan penggiling koloid agar dihasilkan tinta.

- Belerang dan gula dihaluskan dalam penggiling koloid, sehingga dihasilkan sol
belerang.

2) Cara peptisasi

Koloid bisa dibentuk melalui proses peptisasi, yaitu dengan menambahkan ion sejenis,
sehingga partikel endapan akan mengalami pemecahan oleh zat kimia. Adapun contoh
peptisasi adalah sebagai berikut.

- Sol Fe(OH)3 dipeptisasi oleh FeCl3.

- Sol Nis dipeptisasi oleh H2S.

- Karet dipeptisasi oleh bensin.


3) Cara busur bredia/bredig

Cara busur bredia dilakukan dengan mencelupkan dua kawat logam yang dialiri arus
listrik ke dalam air. Dengan demikian, kawat tersebut akan membentuk partikel koloid
berupa debu di dalam air.

4) Cara ultrasonik

Pada prinsipnya, cara ini hampir sama dengan cara mekanik, hanya saja proses
penghancuran partikel besarnya menggunakan gelombang ultrasonik.

 Manfaat Koloid

1) Koloid biasa digunakan dalam industri kosmetik untuk membuat foundation, sampo,
pembersih wajah, deodoran, dan pelembab badan.

2) Dalam industri tekstil, koloid biasa dimanfaatkan dalam bentuk sol untuk membuat
warna pakaian.

3) Dalam industri farmasi, koloid digunakan dalam bentuk sol untuk membuat obat-
obatan.

4) Dalam industri sabun, koloid dihasilkan dalam bentuk emulsi, contohnya sabun dan
detergen.

5) Dalam industri makanan, koloid bisa ditemukan dalam kecap, saus, susu, mayones,
dan mentega.

6) Elektroforesis bisa digunakan untuk mengidentifikasi DNA.

 Pemurniaan keloid

1.DIALISIS

Dialisis adalah, suatu proses untuk menghilangkan ion-ion yang dapat mengganggu
kestabilan koloid. Pada proses ini, sistem koloid yang berada dalam kantong koloid,
dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid terbuat dari selaput
semipermeable, yang dapat dilewati oleh ion-ion, tetapi tidak dapat dilewati oleh partikel
koloid.
2. Ultra Filtrasi

Pori kertas dapat diperkecil dengan mencelupkan ke dalam kolodian. Padapenyaringan


perlu menggunakan pompa air atau pompa vakum.

 Penggunaan keloid

Sifat adsorbsi dari partikel koloid dapat dimanfaatkan untuk:

a. . Penjernihan air (misalnya air sungai). Penambahan tawas pada air sungai, akan
membentu koloid Al(OH)3, yang akan mengadsorbsi pengotor dalam air,sehingga
menggumpal dan mengendap, sehingga air akan menjadi jernih.

b. Menghilangkan bau badan Produk roll on deodorant menggunakan Aluminium


stearate sebagai adsorben, jika deodorant digosokkan pada anggota badan, maka Al-
stearat akan mengadsorbsi keringat yang menyebabkan bau badan.

c. Penggunaan Norit Norit mengandung arang aktif yang akan menyerap berbagai racun
dalam usus.

Anda mungkin juga menyukai