Anda di halaman 1dari 14

KOLOID

Campuran yang bersifat homogen disebut larutan, sedangkan yang termasuk


heterogen adalah koloid dan suspensi kasar. Bab ini membahas mengenai partikel,
penggolongan, sifat, pembuatan, pemurnian, penstabilan, dan kegunaan koloid.
Pembahasan difokuskan pada sifat khusus koloid yang disebabkan oleh
partikelnya yang lebih besar daripada partikel larutan. Akibatnya, partikel koloid
mempunyai interaksi khusus dengan pelarut, cahaya, panas, medan listrik, dan
senyawa elektrolit.
A. Pengertian koloid
Thomas Graham banyak mempelajari tentang kecepatan difusi (gerak)
partikel materi sehingga ia dapat merumuskan hukum tentang difusi. Dari
pengamatannya, ternyata gerakan partikel zat dalam larutan ada yang cepat dan
lambat. Umumnya yang berdifusi cepat adalah zat berupa kristal sehingga disebut
kristaloid, contohnya NaCI dalam air. Akan tetapi istilah ini tidak populer karena
ada zat yang bukan kristal berdifusi cepat, contohnya HCI dan H2SO4. Yang
lambat berdifusi disebabkan oleh. partikelnya mempunyai daya tarik (perekat)
satu sama lain, contohnya putih telur dalam air. Zat seperti ini disebut koloid
(bahasa Yunani: cola = perekat).
Kecepatan difusi menurut Graham bergantung pada massa partikel, makin
besar massa makin kecil kecepatannya. Massa ada hubungannya dengan ukuran
partikel, yang massanya besar akan besar pula ukuran partikelnya. Berdasarkan
ukuran pertikel, campuran dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu larutan,
koloid, dan suspensi. Sebenarnya cukup sulit membedakan ketiga jenis campuran
itu, kecuali dilihat dari ukuran (jari-jari) partikelnya.
partikel larutan: 0,1 – 1 mµ
partikel koloid: 1-100 mµ
partikel suspensi: > 100 mu
Karena ukuran partikelnya amat kecil, maka koloid tidak dapat disaring
dengan kertas saring biasa dan filter porselin, tetapi dapat dengan filter ultra atau
kolodium, karena pori-porinya lebih kecil (tabel 1)
Tabel 1. Ukuran Pori-pori Saringan
Macam Saringan Diameter (mµ)
Kertas saring 2000-10.000
Filter porselin 100
Filter ultra (kolodion) 1

Ada dua cara terbentuknya partikel koloid. Pertama, dari senyawa


bermolekul besar, yaitu satu molekul menjadi satu partikel koloid, contohnya
protein dan plastik. Kedua, satu partikel koloid terbentuk dari gabungan (agregat)
banyak partikel kecil. Partikel Ada dua cara terbentuknya partikel koloid.
Pertama, dari senyawa bermolekul besar, yaitu satu molekul menjadi satu partikel
koloid, contohnya protein dan plastik. Kedua, satu partikel koloid terbentuk dari
gabungan (agregat) banyak partikel kecil. Partikel yang bergabung itu mungkin
dalam bentuk molekul, ion, atau atom. Contoh agregat molekul adalah koloid
belerang dan As2S3 dalam air. Contoh agregat atom adalah koloid emas dalam air
(sol emas), yaitu gabungan atom-atom emas menjadi kristal kecil melalui ikatan
logam. Sol emas di kenal ada tiga macam, yaitu yang berwarna merah, biru, dan
lembayung. Partikel yang merah lebih kecil daripada yang biru, dan yang biru
lebih kecil daripada yang lembayung. Contoh agregat atom yang lain adalah sol
platina dan perak, yang mirip dengan sol emas. Contoh agregat ion adalah koloid
Fe(OH)3 berupa kristal ion berukuran koloid. Contoh koloid ion yang lain. adalah
koloid Al(OH)3, dan AgCl
Dari segi bentuknya, partikel koloid dapat berupa lembaran (laminar), serat
(febrilar), dan butiran (korpuskular), seperti dilukiskan pada gambar 1. Bentuk itu
ditentukan oleh jenis dan cara terbentuknya koloid. Koloid yang terbentuk dengan
cara rekristalisasi mempunyai bentuk sesuai dengan struktur kristalnya, tetapi bila
dibuat dengan memecah atau menggerus partikel besar akan berbentuk acak atau
beraneka ragam.
Gambar 1. Semua foto yang ditampilkan di sini adalah contoh koloid.
a. Kabut, yang merupakan aerosol cair, terbentuk ketika partikel cair kecil
terdispersi dalam gas.
b. Cat adalah sol, sistem koloid fluida dari partikel padat halus dalam media
cair.
c. Bagel memiliki tekstur kasar dengan banyak lubang kecil di seluruh.
Lubang-lubang kecil ini dibentuk oleh sejenis busa yang dihasilkan oleh
ragi dalam adonan.

B. Penggolongan Koloid
Dilihat dari segi kelarutannya, koloid dapat dibagi atas koloid dispersi dan
koloid asosiasi.
1. Koloid dispersi, yaitu koloid yang partikelnya tidak dapat larut secara
individu dalam medium. Yang terjadi hanyalah penyebaran (dispersi)
partikel tersebut. Yang termasuk kelompok ini adalah koloid mikromolekul
(protein dan plastik), agregat molekul (koloid belerang), dan agregat atom
(sol emas dan platina).
2. Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi)
partikel kecil yang larut dalam medium, contohnya koloid Fe(OH)3.
Senyawa ini larut dalam air menjadi ion Fe 3+dan OH-. Jika larutan Fe3+ dan
OH- dicampur sedemikian rupa sehingga berasosiasi membentuk kristal
kecil yang melayang-layang dalam air sebagai koloid.
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa
gas, cair, atau padat. Pengertian fasa di sini tidak sama dengan wujud, karena ada
wujud sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran air dan minyak bila
dikocok akan terlihat butiran minyak dalam air. Butiran itu mempunyai fasa
berbeda dengan air walaupun keduanya cair. Oleh sebab itu, suatu koloid selalu
mempunyai fasa terdispersi dan fasa pendispersi. Fasa terdispersi mirip dengan zat
terlarut, dan fasa pendispersi mirip dengan pelarut pada suatu larutan.
GAMBARRRRRRRRRRRRRRRRRRR 2

Berdasarkan fasa terdispersi dan fasa pendispersinya, koloid disebut juga


dispersi loloid yang dapat dibagi atas delapan jenis (tabel 2).
Tabel 2. Jenis-jenis Koloid (Glenco)
Medium
Kategori Fasa Terdispersi Contoh
Pendispersi
Sol padat Padat Padat Permata berwarna
Sol Padat Cair Darah, gelatin
Emulsi padat Cair Padat Mentega, keju
Emulsi Cair Cair Susu, mayones
Busa Gas Padat Marsmellow,
karet busa, batu
apung
Buih Gas Cair Whipped cream,
putih telur kocok,
Aerosol padat Padat Gas Asap, debu di
udara
Aerosol cair Cair Gas Deodorant spray,
awan

Ditinjau dari interaksi fasa terdispersi dengan fasa pendisperasi (medium),


koloid dapat pula dibagi atas koloid liofil dan liofob.
1. Koloid liofil, yaitu koloid yang suka berikatan dengan mediumnya sehingga
sulit dipisahkan atau sangat stabil. Jika mediumnya air disebut koloid
hidrofil, yaitu suka air, contohnya agar-agar dan tepung kanji (amilum)
dalam air.
2. Koloid liofob, yaitu koloid yang tidak menyukai mediumnya sehingga
cenderung memisah, dan akibatnya tidak stabil. Bila mediumnya air, disebut
koloid hidrofob (tidak suka air), contohnya sol emas dan koloid Fe(OH) 3
dalam air.
Koloid dapat berubah menjadi tidak koloid atau sebaliknya. Berdasarkan
perubahan itu ada koloid reversibel dan irreversibel.
1. Koloid reversibel, yaitu suatu koloid yang dapat berubah jadi tak koloid, dan
kemudian menjadi koloid kembali. Contohnya air susu (koloid) bila
dibiarkan akan mengendap (tidak koloid) dan airnya terpisah, tetapi bila
dikocok akan bercampur seperti semula (koloid).
2. Koloid irreversibel, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid
tidak dapat menjadi koloid lagi, contohnya sol emas.

C. Sifat Koloid
Koloid adalah suatu campuran sehingga sifatnya ada yang sama dan ada
yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid timbul akibat partikelnya yang
lebih besar daripada partikel larutan. Sifat itu adalah sebagai berikut.
1. Sifat Koligatif
Koloid yang banyak dibicarakan adalah dalam medium cair. Dalam
sistem ini, unit terkecil fasa terdispersi adalah partikel dalam bentuk molekul
atau agregat. Partikel ini mempengaruhi sifat medium sehingga koloid
mempunyai sifat koligatif. Pada pasal 9.6 telah diterangkan bahwa sifat
koligatif itu adalah kenaikan titik didih, penurunan titik beku, penurunan
tekanan uap, dan tekanan osmotik. Sifat ini bergantung pada jumlah partikel
koloid, bukan pada jenisnya. Sifat koligatif berguna untuk menghitung
jumlah mol atau konsentrasi partikel koloid. Sifat ini memberi manfaat bagi
organisme, contohnya air sel mengandung partikel koloid sehingga
mempunyai tekanan osmotik. Akibatnya air tertarik ke dalam sel dan
bertahan di dalamnya.
2. Efek Tyndall
Koloid pekat seringkali keruh atau buram, koloid encer terkadang
tampak sebening larutan. Koloid encer tampak homogen karena partikel
terdispersinya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Namun, partikel koloid terdispersi cukup besar untuk
menghamburkan cahaya, sebuah fenomena yang dikenal sebagai efek
Tyndall. Pada Gambar 15-22b, seberkas cahaya disinari melalui dua
campuran yang tidak diketahui. Campuran manakah yang termasuk koloid?
Yang mana solusinya? Anda dapat melihat bahwa partikel koloid yang
terdispersi menyebarkan cahaya, tidak seperti partikel terlarut dalam larutan.
Solusi tidak pernah menunjukkan efek Tyndall. Suspensi, seperti tepung
jagung yang ditunjukkan pada Gambar 2 b, juga menunjukkan efek Tyndall.
Anda telah mengamati efek Tyndall jika Anda telah mengamati sinar
matahari yang melewati udara yang dipenuhi asap, atau melihat cahaya
melalui kabut di malam hari, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2a.
Kerjakan LAB pemecahan masalah pada halaman sebelumnya untuk melihat
bagaimana efek Tyndall dapat digunakan untuk menentukan jumlah partikel
koloid dalam suspensi.
Gambar 3. Dua contoh efek Tyndall ditampilkan di sini.
a. Hamburan cahaya oleh kabut sangat mengurangi jarak pandang.
b. Berkas cahaya terlihat di koloid karena hamburan cahaya

3. Gerak Brown
Jika Anda mengamati koloid cair di bawah perbesaran mikroskop,
Anda akan melihat bahwa partikel yang terdispersi membuat gerakan acak
yang tersentak-sentak. Pergerakan partikel koloid yang tidak menentu ini
disebut gerak Brown. Ini pertama kali diamati oleh dan kemudian dinamai
ahli botani Skotlandia Robert Brown, yang memperhatikan pergerakan acak
butiran serbuk sari yang tersebar di air. Gerak Brown dihasilkan dari
tumbukan partikel medium pendispersi dengan partikel terdispersi.
Tumbukan ini mencegah partikel koloid mengendap dari campuran.
Alasan mengapa partikel terdispersi tidak mengendap adalah karena
mereka memiliki gugus atom polar atau bermuatan pada permukaannya.
Area pada permukaannya ini menarik area bermuatan positif atau negatif
dari partikel medium pendispersi. Ini menghasilkan pembentukan lapisan
elektrostatik di sekitar partikel, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Lapisan-lapisan tersebut saling tolak menolak ketika partikel-partikel yang
terdispersi bertabrakan dan, dengan demikian, partikel-partikel tersebut tetap
berada dalam koloid. Jika Anda mengganggu pelapisan elektrostatik,
partikel koloid akan mengendap dari campuran. Misalnya, jika Anda
mengaduk elektrolit ke dalam koloid, partikel terdispersi bertambah besar,
menghancurkan koloid. Pemanasan juga menghancurkan koloid karena
memberikan energi kinetik yang cukup bagi partikel yang bertabrakan untuk
mengatasi gaya elektrostatik dan mengendap.
Gambar 4. Partikel medium pendispersi membentuk lapisan bermuatan di
sekitar partikel koloid. Lapisan bermuatan ini saling tolak dan mencegah
partikel mengendap

4. Adsorpsi
Materi dalam keadaan koloid mempunyai jumlah permukaan yang
lebih luas dibandingkan dalam bentuk gumpalan. Contohnya sebuah kubus
bersisi 1 cm dan dipotong menjadi kubus-kubus kecil. Semakin kecil kubus
kecil itu semakin besar pula luas permukaan yang dihasilkannya (tabel 3).
Tabel 3. Luas dan volume kubus
Panjang Sisi Kubus Jumlah Kubus Dalam Jumlah Luas
1 cm3 Permukaan
1 cm 1 6 cm2
1 mm 103 60 cm2
1µ 1012 6 cm2
100 mµ 1015 60 cm2
10 mµ 1018 600 cm2
1 mµ 1021 6000 cm2

Pada permukaan partikel koloid terdapat gaya van der Waals


terhadap molekul atau ion lain di sekitarnya. Melekatnya zat lain pada
permukaan koloid itu disebut 3+ adsorpsi, contohnya adsorpsi ion Fe pada
koloid Fe2O3 x H2O (gambar 5). Suatu koloid umumnya hanya mengadsorpsi
ion positif atau ion negatif saja. Ion yang teradsorpsi dapat membentuk satu
atau dua lapisan.
GAMBARRRRRRRRRRRRRRRRRR 5

5. Sifat listrik
Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik
sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Contohnya koloid Fe2O3
bermuatan positif setelah mengadsorpsi dan koloid As2S3 bermuatan negatif
karena mengadsorpsi ion negatif.
Muatan koloid dapat diketahui dengan mencelupkan batang
elektroda, yang bermuatan positif akan tertarik (berkumpul) ke elektroda
negatif, sedangkan yang bermuatan negatif tertarik ke elektroda positif.

6. Koagulasi
Koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh
gaya gravitasi, sehingga partikelnya turun perlahan ke dasar bejana yang
disebut koagulasi, atau penggumpalan. Waktu koagulasi koloid bervariasi
antara yang satu dengan yang lain. Koagulasi spontan umumnya lambat dan
dapat dipercepat dengan alat ultra. Alat ini akan memutar koloid dengan
kecepatan tinggi sehingga partikel didorong ke dasar tabung reaksi (gambar
6)

GAMBARRRRRRRRRRR
D. Pembuatan Koloid
Suatu sistem koloid dapat dibuat dengan dua cara, yaitu cara dispersi dan
kondensasi.
1. Dispersi
Gumpalan materi atau suspensi kasar dapat diubah menjadi lebih
kecil sehingga tersebar dan berukuran koloid. Membuat koloid dengan
memecah gumpalan itu disebut dispersi (penyebaran), yaitu dengan cara
sebagai berikut

a. Cara mekanik, yaitu menggerus (menggiling) partikel kasar sampai


berukuran koloid, contohnya membuat koloid belerang dan urea
masing-masing dari butirannya.
b. Cara elektronik, yaitu membuat koloid dengan mencelupkan dua
elektroda logam (seperti emas) ke dalam air. Kemudian diberi listrik
tegangan tinggi sehingga suhunya sangat tinggi. Akibatnya, atom-atom
emas lepas dari elektroda dan bergabung membentuk partikel koloid
emas (gambar 7). Demikian juga cara membuat koloid logam lain,
seperti platina dan perak.

GAMMMMMMMMMMMMMBAAAAAR 7
c. Cara peptisasi, yaitu membuat koloid dengan menambahkan suatu
cairan kepada partikel kasar (endapan) sehingga pecah menjadi koloid.
Contohnya membuat koloid AgCl dengan menambahkan air suling
kepada padatan AgCl, dan menambahkan HCI encer pada endapan
Al(OH), untuk mendapatkan koloid Al(OH)3. Demikian juga, koloid
Fe(OH)3 dapat dibuat dengan menambahkan larutan FeCl3 pada
endapan Fe(OH)3.
2. Kondensasi
Kondensasi adalah kebalikan dari dispersi, yaitu penggabungan (kondensasi)
partikel kecil menjadi lebih besar sampai berukuran koloid. Penggabungan
itu terjadi dengan berbagai cara, di antaranya sebagai berikut

a. Cara reaksi kimia; yaitu menambahkan pereaksi tertentu ke dalam


larutan sehingga hasil reaksinya berupa koloid.
1) Cara reduksi, yaitu mereduksi logam dari senyawa sehingga
terbentuk agregat atom logam. Contohnya membuat koloid emas
dengan mereduksi emas klorida dengan stanni klorida.
2AuCl3 + 3SnCl2  2Au + 3 SnCl4
2) Cara oksidasi, yaitu mengoksidasi unsur dalam senyawa sehingga
terbentuk unsur bebas. Contohnya dalam membuat koloid belerang
dengan mengoksidasi hidrogen sulfida dengan SO2.
2H2S + SO2  2S + H2O
3) Cara hidrolisis, yaitu menghidrolisis senyawa ion sehingga
terbentuk senyawa yang sukar larut (koloid). Contohnya dalam
membuat koloid Fe(OH)3 dengan memasukkan larutan FeCl3 ke
dalam air panas.
FeCl3(aq) + H2O(l)  Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
4) Reaksi metatesis, yaitu penukaran ion sehingga terbentuk senyawa
yang sukar larut (koloid). Contohnya dalam membuat AgBr
dengan mereaksikan larutan AgNO3 dengan KBr.
AgNO3 + KBr AgBr(s) + KNO3
b. Cara pertukaran pelarut; Koloid dapat dibuat dengan menukar pelarut
atau menambahkan pelarut lain, jika senyawa lebih sukar larut dalam
pelarut kedua. Contohnya dalam membuat koloid belerang, dengan
menambahkan air ke dalam larutan belerang dalam alkohol.
c. Pendinginan berlebih; Koloid dapat terjadi bila campuran didinginkan
sehingga salah satu senyawa membeku (koloid). Contohnya membuat
koloid es dengan mendinginkan campuran eter atau kloroform dengan
air.
E. Pemurnian Koloid
Suatu koloid biasanya mengandung senyawa lain yang larut, yang dapat
dimurnikan dengan cara dialisis, elektroosmosis, atau elektroforesis.
1. Cara Dialisis
Partikel koloid umumnya tidak dapat melewati pori-pori saringan
kertas perkamen, selofan, atau plastik tertentu, tetapi saringan tersebut dapat
dilewati oleh molekul kecil dan ion yang larut dalam medium. Saringan
seperti itu disebut selaput karena pori-porinya amat kecil (± 1 m µ). Jika
slang yang terbuat dari selaput semipermiabel dimasukkan ke dalam koloid
dan dialiri cairan murni terus menerus, maka molekul kecil atau ion akan
masuk ke dalam slang dan terbawa ke luar, sehingga koloid makin lama
makin murni. Cara ini disebut dialisis (gambar 8a). Cara dialisis lain adalah
dengan memasukkan koloid ke dalam kantong (bahannya bersifat
semipermiabel) dan dicelupkan ke dalam medium beberapa lama sehingga
molekul kecil atau ion keluar dari kantong. Jika medium (cairan) diganti
berkali-kali dengan yang baru akan didapat koloid yang makin tinggi
kemurniannya (gambar 8b).

GAMBARRRRRRRRRRR 8
2. Elektroosmosis
Koloid yang mengandung ion dapat dimurnikan dengan cara
elektroosmosis, yaitu memaksa ion-ion melewati pori selaput semipermiabel
dengan bantuan listrik (gambar 9). Koloid dalam ruang A dibatasi dinding
D dan D' yang terbuat dari selaput semipermiabel. Ruang B dan C diisi
cairan murni yang masing-masing diberi elektroda yang mendekati dinding
D dan D'. Jika kedua elektroda diberi arus listrik searah, maka ion dalam A
tertarik ke elektroda yang kutubnya berlawanan, sehingga menembus selaput
semipermiabel (D dan D'). Akhirnya, ion dalam kaloid semakin berkurang.

GAMBARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR 9
3. Elektroforesis
Campuran beberapa koloid yang bermuatan listrik dapat dipisahkan
dengan cara elektroforesis, karena koloid akan tertarik ke elektroda yang
berlawanan muatannya (gambar 10). Tabung U berisi campuran dua macam
koloid atau lebih. Kemudian masing-masing kakinya diberi elektroda.
Setelah dialiri arus searah, koloid bermuatan positif akan tertarik ke katoda,
dan yang bermuatan negatif ke anoda, sehingga keduanya dapat dipisahkan.
Koloid yang sama muatannya dapat dipisahkan berdasarkan
perbedaan difusinya. Koloid yang cepat berdifusi akan sampai di elektroda
lebih dulu. Cara ini sering dipakai dalam analisis protein, asam nukleat, dan
polisakarida dalam biokimia dan biologi.

GAMBAR 10000000000000000000

Koagulasi dan penstabilan koloid

Koagulasi
Partikel koloid kadang-kadang mempunyai daya tarik yang kuat
sesamanya sehingga membentuk gumpalan padat yang disebut koagulasi.
Gumpalan itu mengendap di

F. Kegunaan Koloid

Di lingkungan kita ini banyak terdapat sistem koloid, baik yang alami
maupun buatan manusia. Sistem itu ada yang menguntungkan dan ada yang
merugikan manusia. Dengan pengetahuan tentang koloid, kita dapat menghindari
atau mengurangi hal yang merugikan, dan memanfaatkan atau menciptakan yang
menguntungkan itu. Beberapa keuntungan koloid yang dapat digunakan akan
dijelaskan berikut ini.
1. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya
dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap Cottrell
(gambar 10.10). Asap buangan itu dimasukkan ke dalam ruangan
bertegangan listrik tinggi sehingga elektron mengionkan molekul udara.
Partikel asap akan menyerap ion positif dan tertarik ke elektroda negatif
sehingga menggumpal. Akhirnya gas yang keluar bebas asap dan padatan.
2. Penggumpalan lateks
Lateks adalah koloid karet dalam air, berupa sol bermuatan negatif.
Bila ditambah ion positif, lateks menggumpal dan dapat dibentuk sesuai
cetakan.
3. Membantu pasien gagal ginjal
Darah mengandung banyak partikel koloid, seperti sel darah merah,
sel darah putih, dan antibodi. Orang yang ginjalnya tidak mampu
mengeluarkan senyawa beracun dari darah; seperti urea dan kreatin, disebut
gagal ginjal. Orang ini dapat dibantu dengan cara dialisis, yaitu mengisap
darahnya dan dialirkan ke dalam alat (disebut alat cuci darah) sehingga urea
dan kreatin serta ion-ion lain ditarik keluar (gambar 11). Darah yang telah
bersih dimasukkan kembali ke dalam tubuh penderita.

GAMMMMMMMBAR 1111111

4. Sebagai deodoran
Keringat biasanya mengandung protein yang dapat menimbulkan bau
bila diuraikan oleh bakteri yang banyak terdapat di tempat basah, seperti
ketiak. Bila di tempat itu diberi deodoran, bau itu dapat berkurang atau
hilang, karena deodoran mengandung aluminium klorida untuk
mengkoagulasi (mengendapkan) protein dalam keringat. Endapan protein ini
dapat menghalangi kerja kelenjar keringat sehingga keringat dan protein
yang dihasilkan berkurang.
5. Sebagai bahan makanan dan obat
Ada bahan makanan atau obat berwujud padat sehingga tidak enak
dan sulit ditelan. Tambahan lagi, zat ini tidak larut dalam cairan (air). Untuk
mengatasinya, zat itu dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah
diminum, contohnya susu encer.
6. Sebagai bahan kosmetik

Ada berbagai bahan kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik bila
dipakai dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dalam
pelarut tertentu.
7. Bahan pencuci
Sabun sebagai pembersih karena dapat mengemulsi minyak dalam
air. Sabun dalam air terion menjadi Na dan ion asam lemak. Kepala asam
lemak yang bermuatan negatif larut dalam air, sedangkan ekornya larut
dalam minyak. Hal ini menyebabkan tetesan minyak larut dalam air (gambar
12).

GAMBARRRRRRRRR 1222222222

G. Rangkuman
Campuran yang ukuran partikelnya 1-10 mµ disebut koloid. Gerakan
partikel itu relatif lambat dan tidak dapat melewati pori-pori selaput
semipermiabel. Partikel koloid dapat merupakan molekul besar atau gabungan
molekul (partikel) kecil. Dipandang dari kelarutannya, ada koloid dispersi dan
koloid asosiasi, Berdasarkan fasa terdispersi dan fasa pendispersinya, koloid
terbagi atas: buih, busa, aerosol cair, emulsi, gel, aerosol padat, sol, dan sol padat.
Berdasarkan interaksinya dengan pelarut, ada koloid liofil dan liofob.
Koloid mempunyai sifat koligatif, optik, kinetik, adsorpsi, listrik, dan
koagulasi. Koloid dapat dibuat dengan cara memecah partikel besar (dispersi) dan
menggabungkan partikel kecil (kondensasi). Koloid yang mengandung zat lain
dapat dimumikan dengan cara dialisis, elektroosmosis, dan elektroforesis. Suatu
koloid dapat digumpalkan dengan cara elektroforesis, pemanasan, dan
penambahan eklektrolit. Koloid dapat distabilkan dengan menambahkan ion
tertentu, dengan cara dialisis, dan dengan emulgator. Kegunaan koloid antara lain
mengatasi polusi udara, penggumpalan lateks, cuci darah, pemumian air, dan
dalam pembuatan obat serta makanan.

SOAL LATIHAN
1. Jelaskan perbedaan antara larutan, kolold, dan suspensi kasar.
2. Apakah perbedaan antara partikel koloid molekul besar dan koloid molekul
kecil.
3. Terangkan perbedaan koloid dispersi dan koloid asosiasi.
4. Jelaskan delapan jenis dispersi koloid dengan contoh masing-masing.
5. Mengapa tidak ada koloid gas dalam gas.
6. Terangkan perbedaan antara koloid liofil dan koloid liofob, berikan
contohnya.
7. Terangkan perbedaan koloid reversibel dan irreversibel
8. Apa yang dimaksud dengan
a. efek Tyndall
b. gerakan Brown
9. Terangkan perbedaan pembuatan koloid dengan cara dispersi dan kondensasi.
10. Terangkan pemurnian koloid dengan cara:
a. dialisis
b. elektroosmosis
c. elektroforesis
11. Apa yang dimaksud dengan koagulasi dan terangkan cara terbentuknya.
12. Terangkan kegunaan koloid yang anda ketahui.
13. Mengapa campuran gula, enzim, dan hormon tidak bisa dipisahkan dengan
destilasi. Jelaskan jawaban anda.
14. Koloid As2S3 bermuatan negatif, maka dengan larutan apakah yang paling
baik untuk mengkoagulasi koloid ini.
15. Tentukan jenis koloid di bawah ini
a. asap
b. mentega
c. santan
d. larutan
16. Suatu zat padat yang bermassa molekul relatif 100 dan kerapatan 1,0 g ml
tersebar sebagai partikel dengan diameter 1000 A. Berapa banyak partikel
koloid dalam larutan ini.

Anda mungkin juga menyukai