B. Penggolongan Koloid
Dilihat dari segi kelarutannya, koloid dapat dibagi atas koloid dispersi dan
koloid asosiasi.
1. Koloid dispersi, yaitu koloid yang partikelnya tidak dapat larut secara
individu dalam medium. Yang terjadi hanyalah penyebaran (dispersi)
partikel tersebut. Yang termasuk kelompok ini adalah koloid mikromolekul
(protein dan plastik), agregat molekul (koloid belerang), dan agregat atom
(sol emas dan platina).
2. Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi)
partikel kecil yang larut dalam medium, contohnya koloid Fe(OH)3.
Senyawa ini larut dalam air menjadi ion Fe 3+dan OH-. Jika larutan Fe3+ dan
OH- dicampur sedemikian rupa sehingga berasosiasi membentuk kristal
kecil yang melayang-layang dalam air sebagai koloid.
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa
gas, cair, atau padat. Pengertian fasa di sini tidak sama dengan wujud, karena ada
wujud sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran air dan minyak bila
dikocok akan terlihat butiran minyak dalam air. Butiran itu mempunyai fasa
berbeda dengan air walaupun keduanya cair. Oleh sebab itu, suatu koloid selalu
mempunyai fasa terdispersi dan fasa pendispersi. Fasa terdispersi mirip dengan zat
terlarut, dan fasa pendispersi mirip dengan pelarut pada suatu larutan.
GAMBARRRRRRRRRRRRRRRRRRR 2
C. Sifat Koloid
Koloid adalah suatu campuran sehingga sifatnya ada yang sama dan ada
yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid timbul akibat partikelnya yang
lebih besar daripada partikel larutan. Sifat itu adalah sebagai berikut.
1. Sifat Koligatif
Koloid yang banyak dibicarakan adalah dalam medium cair. Dalam
sistem ini, unit terkecil fasa terdispersi adalah partikel dalam bentuk molekul
atau agregat. Partikel ini mempengaruhi sifat medium sehingga koloid
mempunyai sifat koligatif. Pada pasal 9.6 telah diterangkan bahwa sifat
koligatif itu adalah kenaikan titik didih, penurunan titik beku, penurunan
tekanan uap, dan tekanan osmotik. Sifat ini bergantung pada jumlah partikel
koloid, bukan pada jenisnya. Sifat koligatif berguna untuk menghitung
jumlah mol atau konsentrasi partikel koloid. Sifat ini memberi manfaat bagi
organisme, contohnya air sel mengandung partikel koloid sehingga
mempunyai tekanan osmotik. Akibatnya air tertarik ke dalam sel dan
bertahan di dalamnya.
2. Efek Tyndall
Koloid pekat seringkali keruh atau buram, koloid encer terkadang
tampak sebening larutan. Koloid encer tampak homogen karena partikel
terdispersinya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Namun, partikel koloid terdispersi cukup besar untuk
menghamburkan cahaya, sebuah fenomena yang dikenal sebagai efek
Tyndall. Pada Gambar 15-22b, seberkas cahaya disinari melalui dua
campuran yang tidak diketahui. Campuran manakah yang termasuk koloid?
Yang mana solusinya? Anda dapat melihat bahwa partikel koloid yang
terdispersi menyebarkan cahaya, tidak seperti partikel terlarut dalam larutan.
Solusi tidak pernah menunjukkan efek Tyndall. Suspensi, seperti tepung
jagung yang ditunjukkan pada Gambar 2 b, juga menunjukkan efek Tyndall.
Anda telah mengamati efek Tyndall jika Anda telah mengamati sinar
matahari yang melewati udara yang dipenuhi asap, atau melihat cahaya
melalui kabut di malam hari, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2a.
Kerjakan LAB pemecahan masalah pada halaman sebelumnya untuk melihat
bagaimana efek Tyndall dapat digunakan untuk menentukan jumlah partikel
koloid dalam suspensi.
Gambar 3. Dua contoh efek Tyndall ditampilkan di sini.
a. Hamburan cahaya oleh kabut sangat mengurangi jarak pandang.
b. Berkas cahaya terlihat di koloid karena hamburan cahaya
3. Gerak Brown
Jika Anda mengamati koloid cair di bawah perbesaran mikroskop,
Anda akan melihat bahwa partikel yang terdispersi membuat gerakan acak
yang tersentak-sentak. Pergerakan partikel koloid yang tidak menentu ini
disebut gerak Brown. Ini pertama kali diamati oleh dan kemudian dinamai
ahli botani Skotlandia Robert Brown, yang memperhatikan pergerakan acak
butiran serbuk sari yang tersebar di air. Gerak Brown dihasilkan dari
tumbukan partikel medium pendispersi dengan partikel terdispersi.
Tumbukan ini mencegah partikel koloid mengendap dari campuran.
Alasan mengapa partikel terdispersi tidak mengendap adalah karena
mereka memiliki gugus atom polar atau bermuatan pada permukaannya.
Area pada permukaannya ini menarik area bermuatan positif atau negatif
dari partikel medium pendispersi. Ini menghasilkan pembentukan lapisan
elektrostatik di sekitar partikel, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Lapisan-lapisan tersebut saling tolak menolak ketika partikel-partikel yang
terdispersi bertabrakan dan, dengan demikian, partikel-partikel tersebut tetap
berada dalam koloid. Jika Anda mengganggu pelapisan elektrostatik,
partikel koloid akan mengendap dari campuran. Misalnya, jika Anda
mengaduk elektrolit ke dalam koloid, partikel terdispersi bertambah besar,
menghancurkan koloid. Pemanasan juga menghancurkan koloid karena
memberikan energi kinetik yang cukup bagi partikel yang bertabrakan untuk
mengatasi gaya elektrostatik dan mengendap.
Gambar 4. Partikel medium pendispersi membentuk lapisan bermuatan di
sekitar partikel koloid. Lapisan bermuatan ini saling tolak dan mencegah
partikel mengendap
4. Adsorpsi
Materi dalam keadaan koloid mempunyai jumlah permukaan yang
lebih luas dibandingkan dalam bentuk gumpalan. Contohnya sebuah kubus
bersisi 1 cm dan dipotong menjadi kubus-kubus kecil. Semakin kecil kubus
kecil itu semakin besar pula luas permukaan yang dihasilkannya (tabel 3).
Tabel 3. Luas dan volume kubus
Panjang Sisi Kubus Jumlah Kubus Dalam Jumlah Luas
1 cm3 Permukaan
1 cm 1 6 cm2
1 mm 103 60 cm2
1µ 1012 6 cm2
100 mµ 1015 60 cm2
10 mµ 1018 600 cm2
1 mµ 1021 6000 cm2
5. Sifat listrik
Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik
sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Contohnya koloid Fe2O3
bermuatan positif setelah mengadsorpsi dan koloid As2S3 bermuatan negatif
karena mengadsorpsi ion negatif.
Muatan koloid dapat diketahui dengan mencelupkan batang
elektroda, yang bermuatan positif akan tertarik (berkumpul) ke elektroda
negatif, sedangkan yang bermuatan negatif tertarik ke elektroda positif.
6. Koagulasi
Koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh
gaya gravitasi, sehingga partikelnya turun perlahan ke dasar bejana yang
disebut koagulasi, atau penggumpalan. Waktu koagulasi koloid bervariasi
antara yang satu dengan yang lain. Koagulasi spontan umumnya lambat dan
dapat dipercepat dengan alat ultra. Alat ini akan memutar koloid dengan
kecepatan tinggi sehingga partikel didorong ke dasar tabung reaksi (gambar
6)
GAMBARRRRRRRRRRR
D. Pembuatan Koloid
Suatu sistem koloid dapat dibuat dengan dua cara, yaitu cara dispersi dan
kondensasi.
1. Dispersi
Gumpalan materi atau suspensi kasar dapat diubah menjadi lebih
kecil sehingga tersebar dan berukuran koloid. Membuat koloid dengan
memecah gumpalan itu disebut dispersi (penyebaran), yaitu dengan cara
sebagai berikut
GAMMMMMMMMMMMMMBAAAAAR 7
c. Cara peptisasi, yaitu membuat koloid dengan menambahkan suatu
cairan kepada partikel kasar (endapan) sehingga pecah menjadi koloid.
Contohnya membuat koloid AgCl dengan menambahkan air suling
kepada padatan AgCl, dan menambahkan HCI encer pada endapan
Al(OH), untuk mendapatkan koloid Al(OH)3. Demikian juga, koloid
Fe(OH)3 dapat dibuat dengan menambahkan larutan FeCl3 pada
endapan Fe(OH)3.
2. Kondensasi
Kondensasi adalah kebalikan dari dispersi, yaitu penggabungan (kondensasi)
partikel kecil menjadi lebih besar sampai berukuran koloid. Penggabungan
itu terjadi dengan berbagai cara, di antaranya sebagai berikut
GAMBARRRRRRRRRRR 8
2. Elektroosmosis
Koloid yang mengandung ion dapat dimurnikan dengan cara
elektroosmosis, yaitu memaksa ion-ion melewati pori selaput semipermiabel
dengan bantuan listrik (gambar 9). Koloid dalam ruang A dibatasi dinding
D dan D' yang terbuat dari selaput semipermiabel. Ruang B dan C diisi
cairan murni yang masing-masing diberi elektroda yang mendekati dinding
D dan D'. Jika kedua elektroda diberi arus listrik searah, maka ion dalam A
tertarik ke elektroda yang kutubnya berlawanan, sehingga menembus selaput
semipermiabel (D dan D'). Akhirnya, ion dalam kaloid semakin berkurang.
GAMBARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR 9
3. Elektroforesis
Campuran beberapa koloid yang bermuatan listrik dapat dipisahkan
dengan cara elektroforesis, karena koloid akan tertarik ke elektroda yang
berlawanan muatannya (gambar 10). Tabung U berisi campuran dua macam
koloid atau lebih. Kemudian masing-masing kakinya diberi elektroda.
Setelah dialiri arus searah, koloid bermuatan positif akan tertarik ke katoda,
dan yang bermuatan negatif ke anoda, sehingga keduanya dapat dipisahkan.
Koloid yang sama muatannya dapat dipisahkan berdasarkan
perbedaan difusinya. Koloid yang cepat berdifusi akan sampai di elektroda
lebih dulu. Cara ini sering dipakai dalam analisis protein, asam nukleat, dan
polisakarida dalam biokimia dan biologi.
GAMBAR 10000000000000000000
Koagulasi
Partikel koloid kadang-kadang mempunyai daya tarik yang kuat
sesamanya sehingga membentuk gumpalan padat yang disebut koagulasi.
Gumpalan itu mengendap di
F. Kegunaan Koloid
Di lingkungan kita ini banyak terdapat sistem koloid, baik yang alami
maupun buatan manusia. Sistem itu ada yang menguntungkan dan ada yang
merugikan manusia. Dengan pengetahuan tentang koloid, kita dapat menghindari
atau mengurangi hal yang merugikan, dan memanfaatkan atau menciptakan yang
menguntungkan itu. Beberapa keuntungan koloid yang dapat digunakan akan
dijelaskan berikut ini.
1. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya
dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap Cottrell
(gambar 10.10). Asap buangan itu dimasukkan ke dalam ruangan
bertegangan listrik tinggi sehingga elektron mengionkan molekul udara.
Partikel asap akan menyerap ion positif dan tertarik ke elektroda negatif
sehingga menggumpal. Akhirnya gas yang keluar bebas asap dan padatan.
2. Penggumpalan lateks
Lateks adalah koloid karet dalam air, berupa sol bermuatan negatif.
Bila ditambah ion positif, lateks menggumpal dan dapat dibentuk sesuai
cetakan.
3. Membantu pasien gagal ginjal
Darah mengandung banyak partikel koloid, seperti sel darah merah,
sel darah putih, dan antibodi. Orang yang ginjalnya tidak mampu
mengeluarkan senyawa beracun dari darah; seperti urea dan kreatin, disebut
gagal ginjal. Orang ini dapat dibantu dengan cara dialisis, yaitu mengisap
darahnya dan dialirkan ke dalam alat (disebut alat cuci darah) sehingga urea
dan kreatin serta ion-ion lain ditarik keluar (gambar 11). Darah yang telah
bersih dimasukkan kembali ke dalam tubuh penderita.
GAMMMMMMMBAR 1111111
4. Sebagai deodoran
Keringat biasanya mengandung protein yang dapat menimbulkan bau
bila diuraikan oleh bakteri yang banyak terdapat di tempat basah, seperti
ketiak. Bila di tempat itu diberi deodoran, bau itu dapat berkurang atau
hilang, karena deodoran mengandung aluminium klorida untuk
mengkoagulasi (mengendapkan) protein dalam keringat. Endapan protein ini
dapat menghalangi kerja kelenjar keringat sehingga keringat dan protein
yang dihasilkan berkurang.
5. Sebagai bahan makanan dan obat
Ada bahan makanan atau obat berwujud padat sehingga tidak enak
dan sulit ditelan. Tambahan lagi, zat ini tidak larut dalam cairan (air). Untuk
mengatasinya, zat itu dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah
diminum, contohnya susu encer.
6. Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik bila
dipakai dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dalam
pelarut tertentu.
7. Bahan pencuci
Sabun sebagai pembersih karena dapat mengemulsi minyak dalam
air. Sabun dalam air terion menjadi Na dan ion asam lemak. Kepala asam
lemak yang bermuatan negatif larut dalam air, sedangkan ekornya larut
dalam minyak. Hal ini menyebabkan tetesan minyak larut dalam air (gambar
12).
GAMBARRRRRRRRR 1222222222
G. Rangkuman
Campuran yang ukuran partikelnya 1-10 mµ disebut koloid. Gerakan
partikel itu relatif lambat dan tidak dapat melewati pori-pori selaput
semipermiabel. Partikel koloid dapat merupakan molekul besar atau gabungan
molekul (partikel) kecil. Dipandang dari kelarutannya, ada koloid dispersi dan
koloid asosiasi, Berdasarkan fasa terdispersi dan fasa pendispersinya, koloid
terbagi atas: buih, busa, aerosol cair, emulsi, gel, aerosol padat, sol, dan sol padat.
Berdasarkan interaksinya dengan pelarut, ada koloid liofil dan liofob.
Koloid mempunyai sifat koligatif, optik, kinetik, adsorpsi, listrik, dan
koagulasi. Koloid dapat dibuat dengan cara memecah partikel besar (dispersi) dan
menggabungkan partikel kecil (kondensasi). Koloid yang mengandung zat lain
dapat dimumikan dengan cara dialisis, elektroosmosis, dan elektroforesis. Suatu
koloid dapat digumpalkan dengan cara elektroforesis, pemanasan, dan
penambahan eklektrolit. Koloid dapat distabilkan dengan menambahkan ion
tertentu, dengan cara dialisis, dan dengan emulgator. Kegunaan koloid antara lain
mengatasi polusi udara, penggumpalan lateks, cuci darah, pemumian air, dan
dalam pembuatan obat serta makanan.
SOAL LATIHAN
1. Jelaskan perbedaan antara larutan, kolold, dan suspensi kasar.
2. Apakah perbedaan antara partikel koloid molekul besar dan koloid molekul
kecil.
3. Terangkan perbedaan koloid dispersi dan koloid asosiasi.
4. Jelaskan delapan jenis dispersi koloid dengan contoh masing-masing.
5. Mengapa tidak ada koloid gas dalam gas.
6. Terangkan perbedaan antara koloid liofil dan koloid liofob, berikan
contohnya.
7. Terangkan perbedaan koloid reversibel dan irreversibel
8. Apa yang dimaksud dengan
a. efek Tyndall
b. gerakan Brown
9. Terangkan perbedaan pembuatan koloid dengan cara dispersi dan kondensasi.
10. Terangkan pemurnian koloid dengan cara:
a. dialisis
b. elektroosmosis
c. elektroforesis
11. Apa yang dimaksud dengan koagulasi dan terangkan cara terbentuknya.
12. Terangkan kegunaan koloid yang anda ketahui.
13. Mengapa campuran gula, enzim, dan hormon tidak bisa dipisahkan dengan
destilasi. Jelaskan jawaban anda.
14. Koloid As2S3 bermuatan negatif, maka dengan larutan apakah yang paling
baik untuk mengkoagulasi koloid ini.
15. Tentukan jenis koloid di bawah ini
a. asap
b. mentega
c. santan
d. larutan
16. Suatu zat padat yang bermassa molekul relatif 100 dan kerapatan 1,0 g ml
tersebar sebagai partikel dengan diameter 1000 A. Berapa banyak partikel
koloid dalam larutan ini.