Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KOLOID 1.

PENDAHULUAN

2. SISTEM DISPERSI Ketika kita mencampurkan dua atau lebih zat, maka partikel-partikel zat-zat yang kita campurkan akan menyebar atau mendistribusikan diri di dalam campuran. Penyebaran atau distribusi partikel-partikel zat dalam campuran disebut dengan dispersi. Sistem yang terdiri atas gas atau zat cair (sebagai medium) dan partikel-partikel yang terdispersi di dalamnya disebut sistem dispersi. Contoh sistem dispersi adalah larutan gula dalam air. Dalam hal ini, gula merupakan zat yang terdispersi, sedangkan air merupakan medium pendispersinya.

3. LARUTAN Larutan merupakan sistem dispersi yang partikel-partikel zat terdispersi dan partikelpartikel medium pendispersinya tidak lagi dapat dibedakan, meskipun dengan menggunakan mikroskop ultra. Selain itu, partikel-partikel zat terdispersi dalam larutan sangat kecil dan relatif sama dengan ukuran partikel-partikel medium pendispersi, sehingga tidak mungkin dipisahkan dari partikel-partikel pendispersinya dengan cara penyaringan (filtrasi). Sebagai contoh, ketika gula dilarutkan kedalam air, maka akan terbentuk larutan gula yang jernih, sehingga kita sukar membedakan gula dan air dalam larutan tersebut dan kita tidak mungkin dapat memisahkan gula dan air tersebut dengan menggunakan metode filtrasi. Hal ini karena ukuran partikel-partikel gula dalam larutan tersebut sangat kecil, yaitu sekitar 10-7 cm.

Partikel-partikel gula yang terpisah terlalu kecil untuk dilihat

4. SUSPENSI Suspensi merupakan sistem dispersi yang terdiri atas partikel-partikel terdispersi yang relatif lebih besar dan tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Pada dasarnya, partikel-partikel terdispersi dan partikel-partikel pendispersi dalam suspensi dapat dibedakan dengan mudah. Hal ini karena partikel-partikel tersebut dapat diamati dengan menggunakan mikroskop biasa atau dengan mata telanjang. Salah satu contoh campuran tepung dengan air. Dalam suspensi, partikel-partikel zat padat tidak memisah seluruhnya. Akan tetapi partikel-partikel tersebut berada dalam kelompok-kelompok yang cukup besar untuk dapat terlihat. Oleh karena kelompok-kelompok partikel tersebut cukup berat, maka partikel-partikel tersebut tenggelam ke bawah dan membentuk suatu endapan.

Partikel-partikel padat tetep dalam kelompok-kelompok yang cukup besar untuk dilihat

5. KOLOID Koloid merupakan sistem dispersi yang terdiri atas partikel-partikel kecil dari suatu zat yang disebut fase terdispersi dalam fase lainnya yang disebut medium pendispersi. Baik fase terdispersi maupun medium pendispersi tersebut dapat berbentuk padat, cair, atau gas. Istilah koloid ini diambil dari kata bahasa Yunani kola, yang berarti lem. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli kimia Inggris, Thomas Graham (1805-1869). Graham menggunakan istilah koloid berdasarkan penelitiannya tentang difusi. Menurutnya, zat-zat seperti kanji, gelatin, getah dan albumin yang sukar mengalami difusi digolongkan ke dalam koloid. Istilah koloid digunakan untuk menyatakan semua sistem dispersi yang partikel-partikelnya mempunyai ukuran (diameter) antara 1 nm sampai 100 nm. Jadi, sistem koloid merupakan campuran zat yang di dalammya terdapat partikel-partikel berukuran koloid yang tersebar merata.

TABEL PENGELOMPOKKAN KOLOID Koloid dapat dikelompokkan berdasarkan kombinasi fasa terdispersi dan medium

pendispersinya. Koloid yang zat terdispersinya berwujud padat disebut sol, koloid yang zat terdispersinya berwujud cair disebut emulsi, sedangkan koloid yang zat terdispersinya berwujud gas disebut buih. Ketiga jenis koloid tersebut dapat dikelompokkan lagi berdasarkan wujud medium pendispersinya.

KLASIFIKASI SISTEM KOLOID 1. AEROSOL a. AEROSOL PADAT Aerosol padat adalah koloid yang disusun oleh fasa terdispersi padat dengan medium dispersinya berupa gas. Contohnya asap dan debu di udara. b. AEROSOL CAIR Koloid dengan fasa terdispersi cair dan medium pendispersinya gas dikenal dengan aerosol cair. Contoh koloid ini adalah kabut, awan, pengeras rambut (hair spray) dan parfum semprot. 2. SOL a. SOL PADAT Koloid yang memiliki fasa terdispersi dan medium pendispersinya zat padat, jenis koloid ini disebut dengan sol padat. Contoh sol padat adalah; batuan berwarna, gelas berwarna, tanah, perunggu, kuningan dan lain-lain. b. SOL CAIR Sol cair merupakan koloid yang fasa terdispersinya berwujud padat dengan medium pendispersinya berwujud cair. Sol paling banyak kita jumpai seperti, agar-agar panas, cat, kanji, putih telur, sol emas, sol belerang, lem dan lumpur. 3. BUIH

a. BUIH PADAT Buih atau busa padat adalah jenis koloid yang fasa terdispersinya gas dan medium pendispersinya padat, jenis koloid ini dapat berupa batu apung dan karet busa. b. BUIH CAIR Koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersinya gas dalam medium pendispersinya cair adalah buih atau busa cair. Contoh untuk koloid ini adalah putih telur yang dikocok dengan kecepatan tinggi. 4. EMULSI a. EMULSI PADAT Koloid yang disusun oleh fasa terdispersi cair dalam medium pendispersi padat disebut dengan emulsi padat atau gel. Koloid ini sering kita jumpai dalam keju, mentega, jeli, semir padat ataupun lem padat. b. EMULSI CAIR Emulsi cair merupakan jenis koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersi cair di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair dapat kita temukan seperti susu, santan, mayonaise dan minyak ikan.

SIFAT-SIFAT KOLOID 1. EFEK TYNDALL Efek Tyndall merupakan penghamburan cahaya oleh partikelpartikel yang terdapat dalam sistem koloid sehingga berkas cahaya dapat dilihat jelas walaupun partikelnya tidak tampak dan efek ini diamati oleh John Tyndall. Dalam kehidupan sehari-hari efek Tyndal dapat diamati pada langit yang berwarna biru di siang hari karena adanya pantulan cahaya dari partikel koloid diudara. Demikian pula pada saat matahari terbenam pantulan partikel di udara memberikan warna jingga. 2. GERAK BROWN Sistem koloid menunjukan adanya gerak Brown yaitu pergerakan yang tidak teratur (zig-zag) dari partikel-partikel koloid, gerakan diamati oleh Robert Brown. Gerakan ini terjadi secara terus menerus akibat dari

tumbukan yang tidak seimbang antara medium koloid dengan partikel koloid. Gerak Brown dapat menstabilkan sistem koloid atau mencegah terjadinya pengendapan. Gerakan ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. 3. ADSORPSI Sistem koloid juga memiliki daya adsorbsi yang kuat untuk menarik ion atau muatan listrik dan molekul netral. Hal ini disebabkan karena partikel koloid memiliki permukaan yang sangat luas. Misalnya proses penyerapan air oleh kapur tulis, sol Fe(OH)3 dalam air mngandung ion Fe3+ yang diadsorbsi. Sedangkan untuk yang bermuatan negatif adalah molekul As2S3, ion S2- yang diadsorbsi. Pemanfaatan sifat adsorbsi dari koloid anatara lain dalam penjernihan air, misalnya penggunaan tawas untuk mengikat kotoran atau zat warna dari tanah. 4. KOAGULASI Koagulasi koloid adalah pengumpulan dan penggumpalan partikel-partikel koloid. Peristiwa koagulasi terjadi pada kehidupan sehari-hari seperti pada pembentukan delta. tanah liat atau lumpur terkoagulasi karena adanya elektrolit air laut. Proses koagulasi dari karet juga terjadi karena adanya penambahan asam formiat kadalam lateks. Demikian pula halnya dengan lumpur koloid dapat dikoagulasikan dengan tawas yang bermuatan. KESTABILAN KOLOID 1. STABILISATOR KOLOID
Stabilisator koloid merupakan zat tambahan yang menjaga sifat-sifat kimia suatu koloid. Dengan kata lain koloid diartikan sebagai senyawa kimia yang ditambahkan kedalam suatu koloid untuk membuatnya tahan terhadap perubahan kimia atau perubahan fisika.

2. PROSES DIALISIS
Dalam kimia, dialisis dapat diartikan sebagai pemisahan zat-zat dari larutan atau pemisahan zatzat terlarut dari suatu larutan dengan membuat larutan tersebut berdisfusi melalui selaput semipermiabel.

KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB 1. KOLOID LIOFIL

Koloid Liofil (suka cairan) adalah koloid yang memiliki gaya tarik menarik antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersi. Medium pendispersi dalam liofil sering disebut juga dengan hidrofil. Partikel koloid juga dapat mengadsorbsi molekul cairan sehingga terbentuk selubung disekeliling partikel koloid. Keberaadan selubung inilah yang menyebabkan koloid liofil lebih stabil. Secara umum, koloid liofil mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a. Koloid liofil mudah mengadsorpsi mediumnya sehingga ukuran-ukuran partikelnya dapat semakin besar. b. Efek tyndall oleh koloid liofil kurang jelas. c. Koloid liofil bersifat reversibel, artinya jika koloid-koloid tersebut terkoagulasi, maka dapat dibuat ulang menjadi koloid dengan mudah. d. Koloid liofil mempunyai kekentalan yang lebih tinggi daripada mediumnya

2. KOLOID LIOFOB Koloid Liofob (takut cairan) adalah koloid yang memiliki gaya tarik menarik yang lemah antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersi. Medium pendispersinya sering disebut dengan hidrofob. Pertikel-partikel koloid tidak dapat mengadsorbsi pelarutnya sehingga koloid ini kurang stabil dan dapat dengan mudah terkoagulasikan dengan penambahan elektrolit. Secara umum, koloid liofob mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a. Koloid liofob tidak mengadsorpsi mediumnya b. Efek tyndall oleh koloid liofob sangat jelas c. Koloid liofob bersifat ireversible, artinya jika koloid-koloid tersebut terkoagulasi maka sukar dibuat ulang menjadi koloid d. Koloid liofob mudah terkoagulasi e. Koloid liofob mempunyai kekentalan yang relatif sama dengan kekentalan mediumnya.

3. KOLOID PELINDUNG Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindung koloid lain agar tidak terkoagulasikan. Contoh menarik adalah penambahan koloid liofil ke dalam liofob, dimana koloid liofob terbungkus tidak mengumpul, seperti pembuatan es krim agar tidak

menggumpat ditambahkan gelatin. Demikian pula halnya dengan cat dan tinta memiliki koloid pelindung agar tidak mengendap atau menggumpal. 4. PEMANFAATAN SIFAT-SIFAT HIDROFIL DAN HIDROFOB

Dalam kehidupan sehari-hari, sifat-sifat hydrofil dan hydrofob banyak dimanfaatkan orang. Salah satu pemanfaatannya yang paling terkenal adalah pada proses pencucian pakaian dengan menggunakan sabun atau detergen. Beberapa jenis kotoran seperti lemak atau minyak yang menempel pada pakaian sukar untuk dibersihkan. Akan tetapi, sabun atau detergen dapat memudahkan menghilangkan kotoran-kotoran tersebut. Hal ini karena sabun dan detergen mempunyai daya cuci yang baik. Daya cuci sabun dan detergen dihasilkan dari molekul-molekulnya yang mempunyai dua bagian utama, yaitu bagian polar yang bersifat liofil (dapat membentuk hydrofil dengan air) dan bagian nonpolar yang bersifat liofob. Ketika digunakan mencuci, bagian lofil dari molekul-molekul sabun dan detergen tersebut akan menempel pada air, sementara itu, bagian liofib-nya menempel pada kotoran dan menarik kotoran tersebut dengan menggunakan gaya molekuler yang relatif kuat. Akibatnya, tegangan permukaan air berkurang, sehingga air mudah meresap pada pakian dan kotoran akan terdispersi dalam air yang membentuk suatu emulsi.

Manfaat Koloid Dalam Penjernihan Air Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O ->Al(OH)3 + 3H+ Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.

Koloid Bermanfaat Untuk Menggumpalkan Darah Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.

Pemanfaatan Koloid Untuk Pemutihan Gula Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui zat sistem koloid tanah warna tersebut. diatomae atau karbon.

Partikelkoloid akan

mengadsorpsi

Partikel-partikel koloid tersebut

mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.

PEMBUATAN KOLOID 1. CARA KONDENSASI Kondensasi adalah proses pengikatan molekul-molekul suatu zat untuk membentuk molekul yang lebih besar dan lebih padat, biasanya dengan zat yang lebih sederhana, seperti air. Dalam kaitanya dengan pembuatan koloid, kondensasi digunakan untukmengahsilkan suatu koloid dengan menggumpalkan partikel-partikel larutan tertentu yang yang terlalu kecil yang diubah menjadi partikel-partikel yang lebih besar.

Secara fisis, kondensasi dalam membuat koloid dapat dilakukan melalui beberapa proses berikut ini : i. Secara fisis: a. Pendinginan b. Penggantian pelarut c. Pengembunan uap ii. Secara kimia a. Reaksi redoks b. Reaksi hidrolisis c. Reaksi Pengendapan

2. CARA DISPERSI Pada dasarnya, cara dispersi dalam pembuatan koloid dilakukan dengan menghaluskan partikel-partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel-partikel yang berukuran koloid. Beberapa cara dispersi yang banyak digunakan dalam membuat koloid. Beberapa cara dispersi yang banyak digunakan dalam membuat koloid adalah sebagai berikut. a. Dispersi Mekanik b. Peptisasi c. Busur Bredig d. Homogenisasi

Anda mungkin juga menyukai