Anda di halaman 1dari 4

Sistem Koloid

1. Pengertian Larutan, Suspensi dan Koloid

 Larutan
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan
juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa
pendispersi atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam.
 Suspensi
i adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat atau cair yang
terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan dikocok
dengan kuat; Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan
mengendap ke bawah.
 Koloid
Pengertian koloid adalah campuran dua atau lebih zat dimana partikel-partikel zat
berukuran keloid tersebar merata di dalam zat lain. Ukuran keloid sangat kecil sekitar 1-100
nm. Keloid merupakan sistem disperse ukuran partikel tersebut lebih besar dari larutan,
akan tetapi lebih kecil suspense yaitu campuran kasar.
tersebut akan mengendap ke bawah.

2. Perbedaan larutan, Suspensi dan Kol

1. Partikel dalam koloid sering lebih besar dari partikel zat terlarut dalam suatu larutan.
2. Larutan adalah benar-benar homogen dibandingkan dengan koloid, yang juga bisa
menjadi campuran heterogen.
3. Campuran koloid tampak buram atau transparan, tetapi larutan adalah transparan.
4. Suspensi merupakan campuran heterogen, namun koloid bisa homogen atau heterogen.
5. Perbedaan utama antara suspensi dan koloid adalah diameter partikel yang tersebar;
partikel dalam suspensi lebih besar dari partikel dalam koloid.
6. Partikel dalam suspensi dapat menetap di bawah pengaruh gravitasi, jika terganggu.
Namun partikel dalam koloid tidak menetap dalam kondisi normal. Namun, dengan
kekuatan

3. Sifat-Sifat Koloid

 Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah terhamburnya cahaya oleh partikel koloid. Bila seberkas sinar
dilewatkan pada supspensi (dispersi pasir dalam air), koloid (air teh), dan larutan (gula
dalam air),
Dan dilihat tegak lurus dari arah datangnya cahaya maka lintasan cahaya akan terlihat
jejaknya pada suspensi dan koloid, sedangkan larutan tidak akan tampak sama sekali.
Terlihatnya lintasan cahaya ini disebabkan cahaya yang dihamburkan oleh partikel-
partikelnya dimana pada saat itu melewati suspensi atau koloid, sedangkan pada larutan
tidak.
Partikel koloid dan suspensinya cukup besar untuk dapat menghamburkan sinar, sedangkan
partikel-partikel larutan berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat menghamburkan
cahaya.
 Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan partikel koloid dengan lintasan lurus dan arah yang acak.
Apabila dispersi koloid diamati dibawah mikroskop dengan menggunakan pembesaran
tinggi, akan terlihat adanya partikel yang bergerak dengan arah yang acak atau tidak
beraturan, gerakan-gerakan tersebut mempunyai lintasan lurus.
Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan partikel-partikel pendispersi terhadap partikel
terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar

 Adsorpsi
Permukaan partikel koloid dapat menatik partikel yang bermuatan listrik di sekitarnya, hal
ini disebabkan karena koloid bermuatan listrik. Proses ini bisa di sebut dengan absorpsi.
Contoh absorpsi adalah penjernihan air tebu, penjernihan air dan pembuatan obat noted.

 Elekroforesis
Jika koloid di aliri aliran listrik maka partikel koloid bergerak meuju electrode positif atau
electrode negative. Hal ini dapat membuktikan bahwa koloid mempunyai aliran listrik. Gerak
partikel koloid dalam medan listrik dapat di sebut dengan elektroforesis.

4. Fungsi koloid
Berikut adalah fungsi koloid antara lain:
 Membantu menjernihkan air
 Membantu pembuatan obat noted
 Meyerap racun
 Pelarut dalam produk kosmetik
 Penyerap zat warna pada kain
 Membentuk emulsi antara kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan detergen
dapat membersihkan kotoran, terutama kotoran dari minyak
 Membantu memutihkan gula tebu
 Untuk menggumpalkan darah

5. Macam macam koloid

 Sol

Koloid yang mengandung fasa terdispersi padat disebut sol. Jadi, ada tiga jenis sol, yaitu sol
padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat dalam gas). Istilah
sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair,sedangkan sol gas lebih dikenal sebagai
aerosol (aerosol padat).
 Emulsi
Koloid yang mengandung fasa terdispersi cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu
emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi gas (cair dalam
gas). Istilah emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas
juga dikenal dengan nama aerosol (aerosol cair).
 Buih
Koloid yang mengandung fasa terdispersi gas disebut buih. Hanya ada dua jenis buih, yaitu
buih padat dan buih cair. Mengapa tidak ada buih gas? Istilah buih biasa digunakan untuk
menyatakan buih cair.

 Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar, lem kanji,
selai, gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat
terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid yan6g agak padat.

6. Pembuatan Koloid

 Pembuatan Koloid Secara Dispersi


a. Dispersi langsung (mekanik)
Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam
medium pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling atau menggerus
partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol belerang dalam air,
serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan menggerus bersama kristal gula secara
berulang – ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk koloid secara langsung
karena partikel – partikel semen sudah digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya
menjadi ukuran koloid.

b. Homogenisasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk
susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel – partikel susu
berubah menjadi seukuran partikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan
proses homogenisasi mengunakan mesin homogenisasi.

c. Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel – partikel besar, misalnya
suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah tertentu. Sebagai
contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan AlCl3 ke
dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan NH3
secukupnya. Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air,
nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H2S.
d. Busur Bredig
Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid logam.
Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung
elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga
api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan
menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid logam.

 Pembuatan Koloid Secara Kondensasi


Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan dengan mengubah suatu larutan menjadi koloid.
Proses ini umumnya melibatkan reaksi – reaksi kimia yang menghasilkan zat yang menjadi
partikel – partikel terdispersi.

a. Reaksi hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid – koloid basa dari suatu garam yang
dihidrolisis (direaksikan dengan air).
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3.
FeCl(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)

b. Reaksi Redoks
Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil
oksidasi atau reduksi.
Contoh:
Pembuatan sol belerang dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.
2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s)

c. Pertukaran Ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat – zat yang sukar
larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.
Contoh:
Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3.
3H2S(g) + As2O3(aq) → As2S3(s) + 3H2O(l)

Selain dengan cara – cara di atas, koloid ada yang terbentuk secara alamiah, misalnya lumpur, getah
karet, dan getah pohon nangka.

Anda mungkin juga menyukai