Anda di halaman 1dari 8

A.

Koloid 
Istilah koloid berasal dari bahasa yunani yaitu “kolla” yang berarti lem dan “oid” yang berarti
seperti. Hal ini yang berkaitan dengan lem adalah sifat difusinya, karena koloid mempunyai nilai difusi
yang rendah seperti lem. Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak
antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda
dari sifat larutan maupun suspensi.
Sistem koloid dianggap memiliki karakter heterogen, yang terdiri dari dua fase. Zat yang
didistribusikan sebagai partikel koloid disebut fase Dispersi. Fase kontinyu kedua di mana partikel koloid
terdispersi disebut medium Dispersi. Media dispersi adalah media tempat terjadinya dispersi partikel.
Seperti dinyatakan di atas, sistem koloid dibuat dari fase terdispersi dan media dispersi. Karena fasa
terdispersi atau medium disperse tersebut dapat berupa gas, cair atau padat, ada delapan jenis sistem
koloid yang mungkin. Dispersi koloid dari satu gas ke gas lainnya tidak dimungkinkan karena kedua gas
akan menghasilkan campuran molekul yang homogen (Ogemdi, 2019).

Karakteristik Koloid

Koloid memiliki karakteristik ukuran partikel yang besarnya berkisar antara 1-100 nm. Karena
mikron adalah sepersejuta meter, dan satu meter berukuran sekitar 40 inci, satu mikron adalah empat
seperseratus ribu satu inci. Jadi, ukuran koloid sekitar empat sepersejuta inci menjadi sekitar empat
seperseratus juta inci, atau 10 angstrom di ujung yang lebih kecil dari rentang tersebut. Ini
menempatkan ukuran paling kecil koloid berukuran sekitar 10 kali ukuran atom hydrogen (Young, 2016).
Contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari:
1. Aerosol
Aerosol merupakan jenis sistem koloid dengan Fase terdispersi berwujud Padat atau Cair dan
Fase Pendispersi berwujud Gas. Karena fase terdispersi dari aerosol bisa padat atau cair, maka
aerosol terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Aerosol Padat
Aerosol padat merupakan aerosol dengan Fase Terdispersi padat dan Fase pendispersi gas,
dalam kehidupan sehari-hari contohnya adalah Asap dan Debu.
b. Aerosol Cair
Aerosol cair merupakan aerosol dengan Fase Terdispersi cair dan Fase pendispersi gas, dalam
kehidupan sehari-hari contohnya adalah Kabut dan Awan.
2. Sol
Sol merupakan jenis sistem koloid dengan Fase Terdispersi berwujud padat dan Fase
pendispersi berwujud Cair. Contoh dalam kehidupan sehari-hari dari sol adalah Deterjen, Tinta, dan
Cat.
3. Emulsi

Emulsi merupakan jenis sistem koloid dengan Fase Terdispersi berwujud Cair dan Fase
Pendispersi berwujud Cair juga. Khusus pada Emulsi syarat terbentuknya yaitu antara Fase Terdispersi
dan Fase Pendispersi tidak saling melarutkan karena jika saling melarutkan akan menjadi Larutan
bukan Koloid.
Sistem Koloid Emulsi banyak dimanfaatkan sebagai emulgator karena sifatnya diatas,
sehingga mampu untuk menyatukan 2 jenis zat cair yang tidak saling melarutkan seperti halnya
minyak dan air.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari Santan, susu, mayonnaise, dan minyak bumi atau jenis minyak
lainnya.
4. Buih

Buih merupakan jenis sistem koloid dengan Fase Terdispersi berwujud gas dan Fase Pendispersi
berwujud Cair dan padat. Karena fase Pendispersi dari Buih bisa padat atau cair, maka Buih terbagi
menjadi 2 jenis yaitu:

a. Buih Padat

Buih padat merupakan Buih yang dihasilkan dengan Fase Terdispersi gas dan Fase pendispersi
padat, dalam kehidupan sehari-hari contohnya adalah Roti, Batu Apung, Styrofoam.

b. Buih Cair

Buih cair merupakan Buih yang dihasilkan dengan Fase Terdispersi gas dan Fase pendispersi
Cair, dalam kehidupan sehari-hari contohnya adalah Buih hasil kocokan telur dan Buih hasil
pemadaman kebakaran.

5. Gel

Gel merupakan jenis sistem koloid dengan Fase Terdispersi berwujud padat dan Fase pendispersi
berwujud Cair. Wujud dari gel seperti halnya padatan namun tampak lunak, tetapi pada suhu tertentu
dapat berbentuk fluida dan mengalir. Contoh dalam kehidupan sehari-hari dari gel adalah Agar-agar,
selai, minyak rambut.

2. Jenis-jenis Koloid
Berikut ini adalah jenis koloid antara lain:
a. Sol
Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan fasa pendispersinya berupa
cairan. Contoh sol emas, tinta, dan cat.
b. Sol Padat
Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan fasa pendispersinya padatan.
Contoh gelas berwarna, dan intan hitam.
c. Emulsi
Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa cairan dan fasa pendispersinya cairan. Contoh
susu, santan, dan minyak ikan.
d. Emulsi Padat
Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdisfersi berupa cairan dan fasa pendispersinya berupa
padatan. Contoh jelly, mutiara, dan keju.
e. Aerosol Padat
Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan fasa pendispersinya berupa gas.
Contoh asap dan debu.
f. Aerosol Cair
Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa cairan dan fasa pendispersinya berupa gas.
Contoh kabut, awan, dan hair spray.
g. Buih
Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa gas dan fasa pendispersinya berupa cairan.
Contohnya: buih sabun, dan krim kocok.
h. Buih Padat

Sistem koloid terbentuk dari fase terdispersi gas dan fase pendispersinya beru berupa padatan.
Contoh karet busa dan batu apung.

3. Sifat-sifat Koloid
Sifat-sifat koloid adalah sebagai berikut :
a. Efek Tyndall
Cahaya ketika menembus air yang jernih maka akan di belokan, sedangkan airan koloid ini akan
di biaskan atau di hamburkan. Karena koloid mempunyai sifat tydall. Efek ini dapat membedakan sistem
koloid dari larutan.
b. Gerak Brown
Partikel koloid akan bergerak sangat cepat dan patah-patah atau zig-zag dalam medium
pendispersi. Gerakan acak atau zig zag ini disebut dengan gerak brown. Gerakan ini berfungsi sebagai
penstabilan partikel koloid sehingga tidak menjadi pemisah antara partikel terdispersi dan medium
pendispensi.
c. Sifat Kelistrikan
1) Elektroforesis
Jika koloid di aliri aliran listrik maka partikel koloid bergerak meuju electrode positif atau
electrode negative. Hal ini dapat membuktikan bahwa koloid mempunyai aliran listrik. Gerak partikel
koloid dalam medan listrik dapat di sebut dengan elektroforesis.
2) Adsorpsi
Permukaan partikel koloid dapat menatik partikel yang bermuatan listrik di sekitarnya, hal ini
disebabkan karena koloid bermuatan listrik. Proses ini bisa disebut dengan absorpsi. Contoh absorpsi
adalah penjernihan air tebu, penjernihan air dan pembuatan obat noted.
d. Koagulasi
Koagulasi adalah suatu keadaan dimana partikel-partikel koloid membentuk suatu kumpulan
yang lebih besar. Penggumpalan ini dikarenakan oleh penambahan zat kimia suatu enzim tertentu.
e. Kestabilan Koloid
Koloid merupakan sistem dispersi yang relatif kurang stabil dibandingkan larutan titik untuk
menjaga kestabilan koloid dapat dilakukan cara-cara berikut.Menghilangkan muatan koloid, salah
satunya ialah dialisis. Proses dialysis yaitu proses yang mana untuk menghilangkan muatan dengan cara
memasukan ke dalam membran semipermeabel. Salah satu pemanfaatan prosess ini adalah cuci
darah/hemodialisis.
d) Penambahan stabilisator koloid
Yaitu dengan penambahan emulgator dan koloid pelindung. Emulgator adalah zat yang ditambahkan ke
dalam suatu emulsi (koloid cair dalam cair atau cair dalam padat) dengan tujuan menjaga koloid agar
tidak mudah terpisah contohnya campuran minyak dan air ditambahkan ammonia dalam pembuatan
emulsi pada kertas film.Koloid pelindung adalah peristiwa penambahan koloid ke dalam system koloid
agar menjadi stabil. Contoh dari koloid pelindung yaitu penambahan gum Arab dalam pembuatan semir.
f. Liofil dan liofob
1) Koloid Liofil
Sistem koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya disebut koloid liofil.
Koloid ini umumnya agak kental jika dibandingkan degan medium pendispersinya. Hal ini disebabkan
oleh gaya tarik yang kuat antara fase terdispersi dengan medium pendispersinya. Koloid liofil biasanya
terdiri atas zatzat organik seperti lem, kanji dan sabun.
2) Koloid Liofob
Sistem koloid yang yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya disebut
koloid liofob. Koloid ini mempunyai kekentalan yang hampir sama dengan medium pendispersinya. Hal
ini disebakan oleh kurangnya gaya tarik antara fase pendipersi dengan medium pendispersinya. Koloid
liofob biasanya terdiri dari zat-zat anorganik seperti sol AgCl, sol CaCO3, sol Fe(OH)3,sol belerang dan
sebagainya.
4. Pembuatan Koloid
Cara pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu dengan cara :
a. Dispersi
Cara dispersi adalah memperkecil partikel. Cara ini melibatkan pengubahan
ukuran partikel besar (misalnya suspensi atau padatan) menjadi ukuran partikel
koloid. Seperti cara mekanik, homogenisasi, peptisasi, dan busur bredig.
b. Kondensasi
Cara kondensasi adalah memperbesar ukuran partikel. Pada umumnya, dari
larutan diubah menjadi koloid. Seperti cara redoks, hidrolisis, penggantian
ion/dekomposisi rangkap, dan pergantian larutan.

B. Suspensi

Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat atau partikel dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa dan merupakan sistem heterogen yang
terdiri dari dua fase. Fase kontinu atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat, dan fase
terdispers atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut, tetapi
terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu (Priyambodo, 2007).
Dalam hal seperti ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan
cairan. Umumnya bentuk cairan lebih disukai daripada bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang
sama), karena mudah saat meminumnya lebih mudah untuk memberikan dosis yang relatif besar dan
mudah diberikan untuk anak-anak (Ansel et al, 1995).
Salah satu alasan pembuatan suspensi oral adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara
kimia bila ada dalam larutan tetapi stabil bila disuspensi. Dalam hal seperti ini suspensi oral menjamin
stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Umumnya bentuk cairan lebih disukai daripada
bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), karena mudah saat meminumnya lebih mudah
untuk memberikan dosis yang relatif besar dan mudah diberikan untuk anak-anak (Ansel et al., 1995).
Contoh suspense dalam kehidupan sehari-hari:

 Lumpur tempat tanah dan tanah liat tersuspensi dalam air.


 Tepung tersuspensi dalam air juga.
 Kabut adalah sistem air yang menggantung di udara.
 Cat.
 Penangguhan debu kapur di udara bebas.
 Penangguhan partikel di udara.
 Campur pasir dengan air, dan
 Sirup obat batuk.

C. Larutan

Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat dalam komposisi
yang bervariasi (Petrucci. 1985). Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat)
terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut
pelarut. Sebagai contoh, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik, maka
campuran tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di semua bagian (Styarini, L. W. 20012).

Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya. Untuk menyatakan
komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi larutan yang menunjukkan
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut (Khikmah, N. 2015). Untuk jumlah terlarut yang
berbeda pada setiap larutan, maka dibutuhkan energi panas yang berbeda pula, yang nantinya akan
mempengaruhi titik didih larutan tersebut. Titik didih suatu larutan merupakan suhu larutan pada
saat tekanan uap jenuh larutan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan yang diberikan pada
permukaan cairan) (Wolke, 2003).

Suatu zat cair akan mendidih apabila molekul-molekul mendapat energi yang cukup untuk
membebaskan diri dari sesama molekul yang selanjutnya berubah menjadi uap (Arlita, M. A. 2013).
Ketika zat lain terlarut dalam air maka bahan dari zat tersebut akan menjadi partikel-partikel, yang
nantinya partikel ini akan mengikat partikel air dan membebaskan diri menjadi uap, dengan kata lain
molekul-molekul air akan memerlukan energi yang lebih tinggi untuk mendidih (Wolke, 2003).

Konsentrasi larutan adalah komposisi yang menunjukkan dengan jelas perbandingan jumlah zat
terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar sekali, dan jika jumlah zat terlarut
melewati titik jenuh, zat itu akan keluar (mengendap di bawah larutan). Dalam kondisi tertentu suatu
larutan dapat mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh (Adha, S. D.
2015)

Contoh larutan dalam kehidupan sehari-hari:

 Larutan garam terbentuk saat kita mencampur garam (umumnya garam dapur) dalam air. Dalam
larutan garam, air adalah pelarut dan garam adalah zat terlarut.Larutan gula dibentuk dengan
mencampur gula dalam air.
 Obat kumur terdiri dari sejumlah bahan kimia yang dilarutkan dalam air.
 Tingtur iodin diperoleh dengan melarutkan kristal yodium dalam alkohol.
 Soda mengandung gula, karbon dioksida, warna, dan lain-lain dalam air.
 Kool Aid mengandung gula dan warna dalam air.
 Cuka diperoleh saat kita mencampur asam asetat dalam air.
 Larutan hidrogen peroksida terbentuk dengan mencampur hidrogen peroksida dalam air.
 Larutan deterjen diperoleh dengan mencampur deterjen dalam air.
 Pembersih jendela terdiri dari sejumlah bahan kimia dan wangi-wangian yang dilarutkan dalam
air.
 Larutan larutan asam sulfat yang terdapat pada aki
 Larutan asam karbonat yang terdapat dalam tubuh, sebagai larutan penyangga/buffer.
 Larutan asam klorida terdapat di lambung
 Larutan natrium hidroksida terbentuk dengan mencampurkan natrium hidroksida dalam air
 Larutan kalium hidroksida terbentuk dengan mencampurkan kalium hidroksida dalam air

Anda mungkin juga menyukai