Anda di halaman 1dari 19

KOLOID

OLEH:
KELOMPOK 5

ADOLOPH DALVIANO NARDO HANI B1A119196


LA ARDAN MAULANA B1A119204
ITA NORMALASARI HAPPE B1A119177
HILDAH PAYUNG LANGI B1A119202
NOVIYANTI TANDIRAU B1A119208
TIRZA HELDA SAPAN B1A119199
PENGERTIAN KOLOID
Koloid adalah sistem dispersi. Sistem dispersi atau sistem sebaran adalah suatu sistem yang
menunjukkan bahwa suatu zat terbagi halus dalam zat lain. Zat yang terbagi atau didespersikan disebut
fase terdispersi, fase intern atau fase diskontinu Sedangkan zat yang digunakan untuk mendispersikan
disebut fase pendispersi, fase ekstern atau kontinu dan Fase pendispersi lebih dikenal sebagai medium
pendispersi
❑ Dispersi terbagi menjadi tiga yaitu:
1) Dispersi kasar
2) Dispersi halus
3) Dispersi molekuler
(Damin Sumardjo, 2009)
1. Dispersi Kasar
Dispersi kasar disebut juga suspensi. Suspensi merupakan campuran heterogen antara fase
terdispersi dengan medium pendispersi. Oleh karena itu, antara fase terdispersi dan medium pendispersi
dapat dibedakan dengan jelas. Fase terdispersi biasanya berupa padatan, sedangkan medium pendispersi
berupa zat cair. Fase terdispersi mempunyai ukuran partikel lebih besar dari 10-5 cm sehingga akan
terlihat adanya endapan. Contohnya campuran pasir dengan air. Dalam campuran pasir dengan air,
antara fase terdispersi yaitu (pasir) dan medium pendispersi (air) dapat dibedakan karena pasir
mengendap di dasar wadah.

2. Dispersi Halus
Dispersi halus disebut juga dispersi molekuler atau larutan sejati. Dalam larutan sejati terbentuk
campuran homogen karena fase terdispersinya larut sempuma dalam medium pendispersi. Campuran
homogen ini disebut juga larutan. Dalam larutan fase terdispersi dapat berupa zat padat atau cair,
sedangkan medium pendispersinya berupa zat cair. Contohya larutan teh dalam air. Diameter partikel
fase terdispersi dalam larutan < 10-7 cm sehingga larutan tampak satu fase dan homogen.
3. Dispersi Koloid
Dispersi koloid merupakan sistem dispersi antara dispersi kasar dan dispersi
halus. Campuran fase terdispersi dengan medium pendispersi dalam koloid tampak
homogen. Namun sesungguhnya, dispersi koloid merupakan campuran heterogen.
Hal ini akan tampak dengan jelas saat dispersi koloid diamati menggunakan
mikroskop ultra. Contoh dispersi koloid yaitu agar-agar. Partikel fase terdispersi
dalam koloid berukuran antara 10~7-10~5 cm sehingga fase terdispersi dapat larut
dalam medium pendispersi dan tampak homogen.
JENIS-JENIS KOLOID
1. Fase zat terdispersi, yaitu zat yang fasenya berubah ; kecuali jika zat yang dicampur
mempunyai fase yang sama.
2. Fase zat pendispersi (fase medium), yaitu zat yang mempunyai fase yang tetap pada
sistem koloidnya.
Jika dua zat yang fasenya berbeda atau sama membentuk koloid, maka diperoleh suatu
koloid yang mempunyai fase yang sama dengan fase salah satu zat yang dicampurkan.
Berdasarkan pengertian ini, maka suatu koloid dapat ditentukan fase pendispersi dan fase
terdispersinya .
LANJUTAN.........

 Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas 3 bagian besar, yaitu sebagai
berikut.
a. Koloid sol
Koloid sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat.
b. Emulsi
Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair.
c. Buih
Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas.
LANJUTAN......

 Berdasarkan fase mediumnya; sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa jenis, yaitu:
a. Koloid Sol
Koloid sol dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Sol padat (padat-padat)
Sol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat.
Contoh : logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.
2) Sol cair (padat-cair)
Sol cair atau disebut sol saja adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi
dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium)
berfase cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.
3) Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase
gas. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase gas.
Contoh: asap dan debu.
b. Koloid Emulsi
Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat.
Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh:
mentega, keju, jeli, dan mutiara.
2) Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi
berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
3) Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Artinya, zat terdispersi
berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh: insektisida (semprot), kabut, dan hair spray
c. Koloid Buih
Koloid buih dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Buih padat (gas-padat)
Buih padat adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat terdispersi
berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh: busa pada jok mobil dan batu apung.
2) Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi
berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok.

Untuk zat berfase gas terdispersi dalam zat berfase gas bukan merupakan koloid, melainkan merupakan
larutan. Contohnya, larutan-larutan dalam udara bersih.

(Priambodo Erfan dkk, 2007).


KLASIFIKASI SISTEM KOLOID
 Dalam sistem koloid, baik fase terdispresi maupun medium pendispresi, dapat
berupa zat padat, zat cair, atau gas.
 Berdasarkan hubungan antar fase terdispresi dan fase medium pendispresi,
system koloid dapat di klasifikasikan menjadi empat macam yaitu:
1. Aeresol padat dan aeresol cair.
2. Sol liofil dan sol liofob
3. Gel atau jeli
5. Fenomena Membran

(Damin Sumardjo, 2009)


PEMBUATAN KOLOID
 Dalam proses pembuatan koloid ada dua metode yaitu:

1. Metode kondensasi
Metode kondensasi dilakukan dengan menggabungkan ion atau molekul menjadi partikel besar
berukuran koloid.
2. Metode dispersi
Metode dispersi dilakukan dengan memecahkan partikel besar menjadi partikel-partikel berukuran
koloid dan kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi.

(Damin Sumardjo, 2009)


PEMURNIAN KOLOID

 Stabilitas dan kemurnian suatu koloid dapat dipengaruhi oleh ion-ion atau
elektrollit-elektrolit yang ada bersama dengan koloid tersebut.
 Agar stabiliras koloid mantap, ion-ion atau elektrolit-elektrolit tersebut harus
dipisahkan.

(Damin Summardjo,2009)
SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan
karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893),
seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi
jika suatu cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan larutan terkena sinar.
Pada saat larutan sejati disinari dengan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena
partikel-partikel koloid mempunyai partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati atau suspensi, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang
terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ditemukan oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris, Robert Brown ( 1773 –
1858), pada tahun 1827. Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita
akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini
dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak
seperti pada zat cair dan gas ( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di
tempat ( tidak termasuk gerak brown ).
LANJUTAN.........

3. Elektroforesis
Pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode disebut elektroforesis
Pada sel elektroforesis, partikel-partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan digumpalkan di bawah masing-
rnasing elektrode. Di samping untuk menentukan muatan suatu partikel koloid, elektroforesis digunakan pula
dalam industri, misalnya pembuatan sarung tangan dengan karet. Pada pembuatan sarung tangan ini, getah karet
diendapkan pada cetakan berbentuk tangan secara elektroforesis. Elektroforesis juga digunakan untuk mengurangi
pencemaran udara yang dikeluarkan melalui cerobong asap pabrik. Metode ini pertama-tama dikembangkan oleh
Frederick Cottrell (1877 - 1948) dari Amerika Serikat. Metode ini dikenal dengan metode Cottrell .
4. Adsorpsi
Adalah proses atau kemampuan suatu bahan untuk mengkonsentrasikan gas, cairan, atau zat terlarut pada
permukaannya secara adhesi, akibatnya terjadi selisih konsentrasi Suatu partikel koloid akan bermuatan listrik
apabila terjadi penyerapan ion pada permukaan partikel koloid tersebut.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi ini terjadi akibat tidak
stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil bila koloid tersebut bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika
muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara menetralkan muatannya, maka koloid tersebut menjadi
tidak stabil lalu terkoagulasi (menggumpal).
SISTEM KOLOID

Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi (campuran kasar), contohnya lem, kanji, santan, dan jeli.
Analisis sistem koloid diawali oleh percobaan Thomas Graham. Thomas Graham
menemukan bahwa berbagai larutan misalnya HCl dan NaCl mudah berdifusi,
sedangkan zat-zat seperti kanji, gelatin dan putih telur sangat lambat atau sama sekali
tidak berdifusi. Ia menemukan waktu difusi relatif untuk berbagai zat. Oleh karena
zat yang mudah berdifusi biasanya berbentuk kristal dalam keadaan padat,
Graham menyebutnya kristaloid. Sedangkan, zat-zat yang sukar berdifusi
disebutnya koloid.
KOLOID LIOFIL DAN LIOFOB

 Berdasarkan perbedaan daya adsorpsi dari fase terdispersi terhadap medium pendispersinya yang
berupa zat cair, koloid dapat dibedakan menjadi dua jenis. Sistem koloid di mana partikel
terdispersnya mempunyai daya adsorpsi yang relatif besar disebut koloid liofil dan sistem koloid
dimana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif kecil disebut koloid liofob.
Kolid liofil bersifat lebih stabil, sedangkan koloid liofob bersifat kurang stabil. Koloid liofil
berfungsi sebagai koloid pelindung.
 Koloid liofil (suka cairan) : koloid di mana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase
terdispersi dan medium pendispersinya. Contohnya, dispersi kanji, sabun, deterjen, dan protein
dalam air. Koloid liofob (tidak suka cairan) : koloid di mana terdapat gaya tarik menarik yang lemah atau
bahkan tidak ada gaya tarik menarik antara fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contohnya,
dispersi emas, Fe(OH)3 , dan belerang dalam air.

(Yumike Mose, 2014)


Pertanyaan kelompok 1
Nama : Nurbaetty Primadani ( B1A119214)

Bisa dijelaskan dengan cara apa Larutan koloid dimurnikan?

Dijawab Oleh : Hildah Payung Langi ( B1A119202 )

Larutan koloid dimurnikan dengan cara dialysis, jadi Dialisis adalah proses untuk memisahkan
molekul-molekul di dalam larutan koloid dengan memanfaatkan perbedaan tingkat difusi molekul-
molekul tersebut dalam melewati membran semi-permeabel. Koloid adalah sistem dispersi dengan
ukuran partikel yang lebih kecil dari pada larutan tetapi lebih kecil dari pada suspensi. Umumnya
koloid berukuran 1 nm-100 nm. Untuk memurnikan koloid dari partikel-partikel ini, maka koloid
dimasukkan ke dalam membran semipermeabel.
Pertanyaan Kelompok 6
Nama : frinisha aurelia paying ( B1A119178 )

Contoh Zat Atau Senyawa Dalam Koagulasi Pada Sifat Koloid ?

Dijawab Oleh : Adoloph Dalviano Nardo Hani ( B1A119196 )

Contoh Sifat Koagulasi Koloid Yang Diterapkan Dalam Kehidupan Sehari Hari.
1. Pengolahan Karet Dari Bahan Lateks
2. Melakukan Pembentukan Delta Pada Muara Sungai
3. Proses Penggumpalan Debu - Debu Pada Cerobong Asp Pabrik
4. Pembuatan Koloid Sol Agcl
DAFTAR PUSTAKA

Damin Sumardjo, 2009. Pengantar Kimia. EGC. Jakarta

Priambodo Erfan dkk, 2007. Aktif Belajar Kimia Untuk Kelas SMA Dan MA Kelas XI. Mediatama.
Surakarta

Yumike Mose, 2014, Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) Pada


Materi Koloid Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses

Sains Siswa. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Anda mungkin juga menyukai