Anda di halaman 1dari 22

Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,

seperti di alam (tanah, air, dan udara), industri, kedokteran,


sistem hidup, dan pertanian. Di industri sendiri, aplikasi koloid
untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat
karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk
mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan
secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala
besar.

Sistem Koloid
Di Industri ter

dapat berbagai produk yang

komponennya tidak dapat saling melarutkan, namun tetap


dapat bercampur secara homogen. Sebagai contoh,
mayones dan cat. Mayones adalah campuran homogen dari
air dan minyak. Sedangkan cat adalah campuran homogen
zat padat dan zat cair. Produk-produk demikian

merupakan sistem koloid.


Fenomena sistem koloid juga dapat dijumpai di alam dan
dalam kehidupan kita sehari-hari. Udara di atmosfer
bumi mengandung debu, partikel-partikel zat padat dan zat

cair lainnya yang tersebar secara homogen membentuk


suatu sistem koloid. Hal inilah yang menyebabkan langit
terkadang tampak berwarna biru dan merah-orange. Di
dalam tubuh manusia, ginjal berfungsi mengatur komposisi
zat-zat kimia dalam darah. Dengan mengambil zat-zat yang
diperlukan dan membuang zat-zat yang berbahaya dalam
darah. Fungsi ginjal tersebut memanfaatkan sistem koloid.
Pemahaman sistem koloid pada ginjal ini telah membawa
pada penemuan alat dialisator pengganti fungsi ginjal
untuk pasien gagalginja.
A. Komponen dan Pengelompokan Sistem Koloid
1. Pengertian Sistem Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat
atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran
koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain
(medium pendispersi). Ukuran partikel koloid berkisar
antara 1-100 nm (10-7 10-5 cm). Bentuk partikel koloid
dapat bermacam-macam seperti ditunjukkan pada gambar
berikut. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan ukuran
koloid dapat berupa diameter, panjang, lebar ataupun
tebal.
Perbedaan

larutan

sejati,

koloid

dan

Suspensi

dapat

dirangkum sebagai berikut.


Aspek
Jumlah fase

Larutan Sejati
1

Sistem Koloid
2

Distribusi partikel

Homogen

Heterogen

Ukuran partikel

< 10-7 cm

10-7 10-5 cm

Penyaringan

Tidak dapat disaring

Dapat disaring jika dengan


penyaring ultra

Kestabilan

Stabil

Stabil

Contoh

Larutan gula

Mayones

2. Jenis-Jenis Koloid
Sistem koloid terdiri dari dua fase, yaitu fasa dispersi dan
medium pendispersi. Kedua fasa tersebut, dapat berwujud
zat

cair,

zat

padat

atau

berwujud

gas. Berdasarkan

hubungan antar fase dispersi dan medium dispersi, maka


koloid dapat kita kelompokan
1. Koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersinya gas
dalam

medium

pendispersinya

cair

adalahbuih atau busa. Contoh untuk koloid ini adalah


putih telur yang dikocok dengan kecepatan tinggi.
2. Buih atau busa padat adalah jenis koloid yang fasa
terdispersinya gas dan medium pendispersinya padat,
jenis koloid ini dapat berupa batu apung dan karet
busa.
3. Koloid dengan fasa terdispersi cair dan medium
pendispersinya

gas

dikenal

dengan aerosol

cair.

Contoh koloid ini adalah kabut, awan, pengeras rambut


(hair spray) dan parfum semprot.
4. Emulsi merupakan jenis koloid yang dibentuk oleh
fasa terdispersi cair di dalam medium pendispersi cair.

Emulsi dapat kita temukan seperti susu, santan,


mayonaise dan minyak ikan.
5. Koloid yang disusun oleh fasa terdispersi cair dalam
medium pendispersi padat disebut dengan emulsi
padat atau gel. Koloid ini sering kita jumpai dalam
keju, mentega, jeli, semir padat ataupun lem padat.
6. Aerosol padat merupakan yang disusun oleh fasa
terdispersi padat dengan medium dispersinya berupa
gas. Contohnya asap dan debu di udara.
7. Sol merupakan
berwujud

koloid

padat

yang

dengan

fasa

medium

terdispersinya
pendispersinya

berwujud cair. Sol paling banyak kita jumpai seperti,


agar-agar panas, cat, kanji, putih telur, sol emas, sol
belerang, lem dan lumpur.
8. Jenis koloid yang terakhir adalah koloid yang memiliki
fasa terdispersi dan medium pendispersinya zat padat,
jenis koloid ini disebut dengan sol padat. Contoh sol
padat adalah; batuan berwarna, gelas berwarna, tanah,
perunggu, kuningan dan lain-lain.
Sebagai

catatan,

jika

fase

terdispersi

dan

medium

pendispersi sama-sama berupa gas, maka campurannya


tergolong larutan.
Paduan logam baja tahan karat (stainless steel) termasuk

sol pad

at dengan fase terdispersi padat (logam

Ni dan Cr) dan medium pendispersi padat (logam Fe)

Bahan styrofoam termasuk buih padat dengan fase


terdispersi gas (CO2, udara) dan medium pendispersi
padat (polistirena)

Obat nyamuk dalam kemasan kaleng semprot termasuk


aerosol cair dengan fase terdispersi cair dan medium
pendispersi gas (udara)
B. Koloid Sol
Sol adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispersi padat
dan medium pendispersi berupa zat padat, cair atau gas.
Ada 3 jenis sol, yaitu:
o Sol padat
o Sol cair (sol)
o Sol gas (aerosol padat)
1. Sifat-sifat Koloid Sol
o Efek Tyndall

Sifat

penghamburan

cahaya

oleh

sistem

koloid ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang


ahli

fisika

Inggris.

Efek

Tyndall

digunakan

untuk

membedakan sistem koloid dari larutan sejati. Dalam


kehidupan sehari-hari efek Tyndall dapat diamati pada
langit yang berwarna biru di siang hari karena adanya
pantulan cahaya dari partikel koloid di udara. Demikian
pula pada saat matahari terbenam pantulan partikel di
udara memberikan warna jingga. Apabila sinar diarahkan
pada sistem koloid dan larutan sejati, contohnya koloid
kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar tersebut akan
dihamburkan oleh sistem koloid tetapi tidak dihamburkan
oleh larutan sejati.
o Gerak Brown

Di bawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak


sebagai titik cahaya kecil sesuai dengan sifatnya yang
menghamburkan cahaya. Jika pergerakan titik cahaya atau

partikel tersebut diikuti, ternyata partikel tersebut bergerak


terus menerus dengan gerakan zig zag. Gerakan acak ini
disebut gerak Brown, yang ditemukan oleh seorang ahli
botani Inggris, Robert Brown pada tahun 1827. Adanya
gerak Brown membuat partikel-partikel ini tidak
memisahkan diri dari medium pendispersinya.
o Adsorpsi Koloid

Adsorpsi terjadi apabila partikelpartikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas,
maka partikel-partikel zat cair atau gas akan terkonsentrasi
pada permukaan zat padat tersebut.
Partikel

koloid

mengadsorpsi
permukaannya,

sol

memiliki

kemampuan

untuk

partikel-partikel

pendispersi

pada

baik

itu

partikel

netral

atau

partikel

bermuatan (kation dan anion). Daya adsorpsi partikel koloid


tergolong besar karena partikel-partikelnya memberikan
suatu

permukaan

yang

sangat

luas.

Pada

proses

penyerapan air oleh kapur tulis, sol Fe(OH)3 dalam air


mengandung ion Fe3+ yang diadsorpsi. Sedangkan untuk
yang bermuatan negatif adalah molekul As2S3, ion S2yang diadsorpsi. Pemanfaatan sifat adsorpsi dari koloid
anatara lain dalam penjernihan air, misalnya penggunaan
tawas untuk mengikat kotoran atau zat warna dari tanah.

o Muatan Koloid Sol

Semua partikel koloid memiliki


muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena
muatannya sejenis, maka terdapat gaya tolak-menolak
antar partikel koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel
koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan
kestabilan pada sistem koloid. Partikel-partikel koloid
mendapatkan muatan listrik dengan proses adsorpsi dan
proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.

Muatan Beberapa Partikel Koloid dalam Medium Pendispersi


Air
Partikel koloid bermuatan positif

Partikel koloid bermuat

Fe(OH)3
Al(OH)3
Hemoglobin

As2S3
Logam seperti Au,
Tanah liat

o Koagulasi
Partikel-partikel

koloid

bersifat

stabil

karena

memiliki

muatan listrik yang sejenis. Apabila muatan listrik tersrbut

hilang

maka

partikel-partikel

koloid

tersebut

akan

bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan


ini

disebut

flokulasi

dan

gumpalannya

disebut

flok.

Gumpalan ini akan mengendap akibat pengaruh gravitasi.


Proses

penggumpalan

partikel-partikel

koloid

dan

pengendapannya ini disebut koagulasi. Peristiwa koagulasi


terjadi

pada

kehidupan

sehari-hari

seperti

pada

pembentukan delta. tanah liat atau lumpur terkoagulasi


karena adanya elektrolit air laut. Proses koagulasi dari karet
juga terjadi karena adanya penambahan asam formiat
kadalam lateks. Demikian pula halnya dengan lumpur
koloid

dapat

dikoagulasikan

dengan

tawas

yang

bermuatan.
Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat
dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
a. Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel
koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan
berlawanan. Ketika partikel-partikel ini mencapai elektrode,
maka partikel-partikel tersebut akan kehilangan muatannya
sehingga menggumpal dan mengendap di elektrode.
b. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Apabila suatu sistem koloid bermuatan dicampur dengan
sistem koloid lain yang bermuatan negatif maka kedua
sistem koloid tersebut akan saling mengadsorpsi dan
menjadi netral. Akibatnya, terbentuk koagulasi.
c. Penambahan elektrolit

Jika suatu elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid


maka partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif akan
menarik ion positif (kation) dari elektrolit. Sementara itu.
Partikel-patikel koloid yang bermuatan positif akan menarik
ion negatif (anion) dari elektrolit. Hal ini menyebabkan
partikel-partikel koloid tersebut dikelilingi oleh lapisan
kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan muatan
lapisan pertama. Apabila jarak antara lapisan pertama dan
kedua cukup dekat maka muatan keduanya akan hilang
sehingga terjadi koagulasi.
d. Pendidihan
Sol, seperti belerang dan perak halida yang terdispersi
dalam

air

dapat

mendidihkannya.

mengalami

Kenaikan

koagulasi

suhu

sistem

dengan
koloid

menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol


dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini
menyebabkan lepasnya elektrolit yang teradsorpsi pada
permukaan

partikel

koloid.

Akibatnya,

partikel-partikel

koloid menjadi tidak bermuatan sehingga terjadi koagulasi.


o Koloid Pelindung
Berdasarkan perbedaan daya adsorpsi dari fase terdispersi
terhadap medium pendispersinya yang berupa zat cair,
koloid dapat dibedakan menjadi dua jenis. Sistem koloid
dimana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi
yang relatif besar disebut koloid liofil sedangkan sistem
koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai daya
adsorpsi yang relatif kecil disebut kolid liofob. Koloid liofil

bersifat lebih stabil sedangkan koloid liofob bersifat kurang


stabil.

Koloid

liofil

yang

berfungsi

sebagsi

koloid

pelindung. Contoh menarik adalah penambahan koloid liofil


ke dalam liofob, dimana koloid liofob terbungkus tidak
mengumpul,

seperti

pembuatan

es

krim

agar

tidak

menggumpat ditambahkan gelatin. Demikian pula halnya


dengan cat dan tinta memiliki koloid pelindung agar tidak
mengendap atau menggumpal.
Berdasarkan

affinitas

partikel-partikel

fase

dispersi

terhadap medium dispersi, maka terdapat dua macam


sistem koloid:
1. Koloid Liofil (suka cairan) : adalah koloid yang memiliki
gaya tarik menarik antara partikel-partikel terdispersi
dengan

medium

pendispersi.

Medium

pendispersi

dalam liofil sering disebut juga dengan hidrofil. Partikel


koloid

juga

sehingga

dapat

mengadsorpsi

terbentuk

selubung

molekul

disekeliling

cairan
partikel

koloid. Keberaadan selubung inilah yang menyebabkan


koloid liofil lebih stabil.
2. Koloid

Liofob

memiliki

gaya

(takut

cairan):

tarik

menarik

partikel-partikel

terdispersi

adalah
yang

koloid
lemah

dengan

yang
antara

medium

pendispersi. Medium pendispersinya sering disebut


dengan hidrofob. Pertikel-partikel koloid tidak dapat
mengadsorpsi pelarutnya sehingga koloid ini kurang
stabil

dan

dapat

dengan

mudah

dengan penambahan elektrolit.

terkoagulasikan

Perbedaan Sifat-Sifat Sol Liofil/ Hidrofil dan Sol


Liofob/ Hidrofob
Sifat-sifat

Sol liofil/ hidrofil

Sol liofo

1. Pembuatan

Sol liofil dapat dibuat langsung dengan


mencampurkan fase terdispersi dengan
medium pendispersinya.

Sol liofob tidak dapa


mencampurkan fase
pendispersinya perke
konsentrasi yang kec

2. Muatan partikel

Partikel-partikel sol hidrofil mempunyai


muatan yang kecil atau tidak bermuatan

Partikel-partikel sol
positif atau negatif.

3. Adsorpsi medium pendispersi


(proses solvasi/ hidrasi)

Partikel-partikel sol hidrofil mengadsorpsi


medium pendispersinya. Akibatnya
terbentuk lapisan medium pendispersi
yang teradsorpsi di sekeliling partikel.
Proses ini disebut solvasi/ hidrasi

Partikel-partikel sol
mengadsorpsi mediu
partikel-partikel sol
partikel-partikel ion

4. Viskositas

Viskositas sol liofil lebih besar


dibandingkan viskositas medium
pendispersinya

Viskositas sol hidrof


viskositas medium p

5. Penggumpalan

Tidak mudah menggumpal dengan


penambahan elektrolit

Mudah menggumpal
elektrolit

6. Efek Tyndall

Sol liofil memberikan efek Tyndall yang


lemah

Sol liofob dapat mem


jelas

7. Migrasi dalam medan listrik

Partikel-partikel sol liofil dapat


bermigrasi ke anode, katode atau tidak
bermigrasi sama sekali dalam medan
listrik

Partikel-partikel sol
anode atau ke katode
muatan partikel

2. Pembuatan Koloid Sol


Ada dua metode dasar pembuatan sistem koloid sol, yaitu:
a. Metode kondensasi, adalah metode dimana partikelpartikel kecil larutan sejati (atom, ion atau molekul)
bergabung membentuk partikel-partikel berukuran koloid.

Hal

ini

dilakukan

dengan

reaksi

kimia

(dekomposisi

rangkap, hidrolisis dan redoks) atau penggantian pelarut.


Contoh:
Sol

AgCl

dibuat

dengan

mencampurkan

larutan

AgNO3 encer dan larutan HCl encer


AgNO3(aq) +

HCl(aq) >

AgCl

(koloid)

HNO3(aq)

(reaksi

dekomposisi rangkap)
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al
dalam air mendidih
AlCl3(aq) + 3H2O(l) > Al(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq)

Cara Busur Bredig


Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar
zat padat dengan penggilingan untuk membentuk partikelpartikel berukuran koloid.
Peptisasi adalah proses dispersi endapan menjadi sistem
koloid dengan penambahan zat pemecah yang dapat
berupa elektrolit.
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam
seperti Ag, Au dan Pt. Logam yang akan diubah menjadi
partikel-partikel koloid digunakan sebagai elektrode.
3. Pemurnian Koloid Sol

Partikel-partikel zat terlarut yang tidak diinginkan dapat


mengganggu kestabilan koloid sehingga harus dihilangkan/
dimurnikan. Beberapa metode pemurnian yang dapat
dilakukan antara lain:
o Dialisis

Proses dialisis
Pergerakan ion-ion dan molekul-molekul kecil melalui
selaput semipermeabel disebut dialisis. Proses dialisis
untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut
dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator sebagi
mesin pencuci darah bagi penderita gagal ginjal.
o Elektrodialisis
Pada dasarnya proses elektrodialisis merupakan proses
dialisis di bawah pengaruh medan listrik dan hanya dapat
digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut
elektrolit. Pada proses elektrodialisis, listrik tegangan tinggi
dialirkan melalui dua layar logam yang menyokong selaput
semipermeabel. Akibatnya, partikel-partikel zat terlarut
dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju
elektrode dengan muatan berlawanan.
o Penyaring Ultra
Partikel-partikel

koloid

tidak

dapat

disaring

dengan

penyaring biasa seperti kertas saring karena pori-pori


kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-

partikel koloid. Namun, apabila kertas saring tersebut


diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran poripori kertas saring akan berkurang. Kertas saring yang telah
dimodifikasi ini disebut penyaring ultra.
C. Koloid Emulsi
Emulsi adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispersi
berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat,
zat cair atau gas. Ada 3 jenis emulsi, yaitu:
1. Emulsi gas (aerosol cair)
Emulsi gas atau aerosol cair merupakan emulsi dalam
medium pendispersi gas. Aerosol cair sepertihairspray dan
obat nyamuk dalam kemasan kaleng, dapat membentuk
sistem koloid dengan bantuan bahan pendorong atau
propelan aerosol seperti CFC. Aerosol cair juga mempunyai
sifat-sifat seperti sol liofob, yaitu efek Tyndall, gerak Brown
dan kestabilan dengan muatan partikel.
2. Emulsi cair (emulsi)
Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak
dapat saling melarutkan, yaitu zat cair polar dan zat cair
non polar. Emulsi cair yang terdiri dari air dan minyak dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu emulsi minyak dalam
air dan emulsi air dalam minyak.
Beberapa sifat emulsi yang penting:
o Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan,
pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit
dan perusakan zat pengemulsi.

Pada proses demulsifikasi dapat terbentuk krim atau


sedimentasi. Pembentukan krim dijumpai pada emulsi
minyak dalam air. Apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka
partikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk
krim. Sedangkan sedimentasi terjadi pada emulsi air dalam
minyak. Apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikelpartikel air akan turun ke bawah.
o Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah
medium pendispersinya. Sebaliknya, fase terdispersi yang
dicampurkan akan spontan membentuk lapisan terpisah.
Sifat ini dapat digunakan untuk menentukan jenis emulsi.
3. Emulsi padat (gel)
Gel merupakan emulsi dalam medium pendispersi zat
padat. Gel dapat dianggap terbentuk akibat penggumpalan
sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini, partikel-partikel
sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang.
Rantai ini kemudian akan saling bertaut sehingga terbentuk
suatu struktur padatan dimana medium pendispersi cair
terperangkap

dalam

lubang-lubang

struktur

tersebut.

Dengan demikian, terbentuk suatu massa berpori yang


semi-padat dengan struktut gel.
Beberapa sifat gel yang penting adalah
o Hidrasi. Gel elastis yang terhidrasi dapat diubah
kembali menjadi gel elastis dengan menabahkan zat
cair. Sebaliknya, gel non elastis yang terdehidrasi tidak
dapat diubah kembali ke bentuk awal.

o Menggembung (swelling). Gel elastis yang terhidrasi


sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan ke
dalam zat cair. Akibatnya volum gel bertambah atau
menggembung.
o Sineresis. Gel anorganik akan mengerut jika dibiarkan
dan

diikuti

penetesan

pelarut.

Proses

ini disebut

sineresis.
o Tiksotropi. Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi
sol cair apabila diberi agitasi (diaduk). Sifat ini disebut
tiksotropi. Contohnya: gel besi oksida, perak oksida dan
cat tiksotropi modern.
D. Koloid Buih
Buih adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispersi
berupa gas dan medium pendispersi berupa zat cair atau
zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya tersebut,
buih dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Buih cair (buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas
dan medium pendispersi zat cair. Fase terdispersi gas
biasanya berupa udara atau CO2 yang terbentuk dari
fermentasi. Kestabilan buih diperoleh dari adanya zat
pembuih (surfaktan). Zat pembuih ini teradsorpsi ke daerah
antar

fase

dan

mengikat

gelembung-gelembung

gas

sehingga diperoleh suatu kestabilan.


Beberapa sifat-sifat buih cair yang penting adalah
o Struktur buih cair berubah dengan waktu. Hal ini dapat
disebabkan oleh:

Drainase atau pemisahan medium pendispersi


(zat cair) akibat kerapatan gas dan zat cair yang jauh
berbeda
Rusaknya film antara dua gelembung gas
Ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat
difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang
besar
o Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari
luar. Apabila gaya tersebut kecil, maka struktur buih
akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut
ditiadakan. Namun jika gaya yang diberikan cukup
besar, maka akan terjadi deformasi.
2. Buih padat
Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi
gas dan medium pendispersi zat padat. Kestabilan buih
padat

juga

diperoleh

dari

zat

pembuih

(surfaktan).

Beberapa buih padat yang kita kenal:


o Batu apung, merupakan buih padat yang terbentuk
akibat proses solidifikasi gelas vulkanik
o Roti. Pembuatan roti melibatkan proses peragian yang
akan melepas gas CO2. Zat pembuih protein gluten dari
tepung

kemudian

mengelilingi

akan

membentuk

gelembung-gelembung

membentuk buih padat


E. Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari

lapisan

tipis

CO2 untuk

Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari


seperti di alam (tanah, air dan udara), industri, kedokteran,
sistem hidup dan pertanian. Aplikasi koloid dalam bidang
industri

khususnya

produksi

cukup

luas

karena

sifat

karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan


untuk

mencampur

zat-zat

yang

tidak

dapat

saling

melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk


produksi skala besar.
Contoh aplikasi kimia koloid dalam industri
Jenis Industri
Industri makananIndustri kosmetika dan perawatan tubuhIndustri cat

Industri kebutuhan rumah tangga


Industri pertanian
Industri farmasi

Contoh A

Keju, mentega, susu, saus sala


sabunCat

Sabun, deterjen

Pestisida, insektisid

Minyak ikan, penis

Beberapa aplikasi sistem koloid lainnya:


o Pemutihan gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan dengan
melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan
melalui sistem koloid tanak diatomae atau karbon. Partikelpartikel koloid kemudian akan mengadsorpsi zat warna
tersebut.
o Pengambilan partikel koloid asap dan debu dari gas
buangan pabrik

Pengendap cottrell dapat digunakan untuk memisahkan


partikel-partikel

koloid

seperti

asap

dan

debu

yang

terkandung dalam gas buangan pabrik. Hal ini bertujuan


untuk

mengurangi

zat-zat

polusi

udara

dan

untuk

memperoleh kembali debu berharga seperti debu arsenik


oksida.
o Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan
tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut
mengandung ion-ion Na+, Mg2+ dan Ca2+ yang bermuatan
positif. Karena air sungai bertemu air laut, maka ion-ion
positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan
tanah liat. Akibatnya, terjadi koagulasi yang membentuk
suatu delta.
o Penggumpalan darah
Darah

mengandung

sejumlah

koloid

protein

yang

bermuatan negatif. Jika terdapat luka kecil, maka luka


tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas
yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion ini akan
menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein dan
membantu penggumpalan darah.
o Penjernihan air
Proses penjernihan air dapat dilakukan dengan
penambahan tawas Al2(SO4)3. Tawas mengandung ion
Al3+ yang cukup kecil tetapi bermuatan. Ion Al3+ akan
terhidrolisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang
bermuatan positif.

Al3+ + 3H2O > Al(OH)3 + 3H+


Al(OH)3 akan menghilangkan muatan negatif dari partikelpartikel koloid lumpur sehingga terjadi koagulasi.
Al(OH)3 akan mnegendap bersama-sama lumpur. Hal ini
digunakan dalam proses pengolahan air bersih, yang
diberikan pada penjelasan berikut.

Proses

pengolahan

air

tergantung pada mutu baku air (air belum diolah). Namun


pada dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama
adalah pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahanlahan sampai benda-benda yang tak larut mengendap.
Pengendapan ini memerlukan tempat yang luas dan waktu
yang lama. Benda-benda yang berupa koloid tidak dapat
diendapkan dengan cara itu.
Pada tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air
yang mengandung koloid diberi zat yang dinamakan
koagulan.

Koagulan

yang

banyak

digunakan

adalah

aluminium sulfat, besi (II) sulfat, besi (III) klorida, dan


klorinasi

koperos

(FeCl2Fe2(SO4)3).

Pemberian

koagulan

selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga


untuk menjadikan pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air
berkisar antara 5,56,8, maka yang digunakan adalah
aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa besi sulfat
dapat digunakan pada pH air 3,55,5.

Pada

tahap

ketiga,

air

yang

telah

diberi

koagulan

mengalami proses pengendapan, benda-benda koloid yang


telah

menggumpal

dibiarkan

mengendap.

Setelah

mengalami pengendapan, air tersebut disaring melalui


penyaring

pasir

sehingga

sisa

endapan

yang

masih

terbawa di dalam air akan tertahan pada saringan pasir


tersebut.
Pada

tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi

sedikit air kapur untuk menaikkan pHnya, dan untuk


membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit (kaporit)
atau klorin (Cl2).
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimiakesehatan/sifat-koligatif-dan-koloid/macam-macam-koloid/

Anda mungkin juga menyukai