Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PERTANIAN

Nama : Neni Rismawati


NIM : 4122122110082
Kelas : Agro 22.3A
Dosen Pengampu : Dr Kovertina Rakhmi Indriana S.P., M.P
Judul Praktikum : Pembuatan koloid

I. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai koloid baik dalam bentuk produk-
produk maupun dalam keadaan terlihat yang biasa dijumpai. Seperti yang sering kali kita
lihat udara yang berdebu, kabut, dan lain sebagainya.
Koloid merupakan campuran 2 zat kimia yang tidak berbentuk padatan maupun
larutan, tetapi diantara padatan dan larutan. Jika sistem Koloid adalah campuran heterogen
dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm
terdispersi (tersebar) merata dalam medium zat lain.
Pada dasarnya setiap konsep dan penerapan serta perlakuan melalui praktek kimia
membutuhkan larutan dan campuran. Di sini akan di bahas mengenai campuran yang
secara khusus yakni campuran koloid. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang
keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (larutan kasar). Sistem koloid ini
mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dengan sifat larutan dansuspensi. Keadaan bukan
ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dan dapat di buat
dalam keadaan koloid.
Sistem koloid dapat diterapkan dalam berbagai bidang, yaitu bidang industri,
makanan, farmasi, kosmetik, hingga bidang pertanian. aplikasi koloid cukup penting. Hal
ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk
mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi skala besar.

II. Tujuan Praktikum


Untuk mempelajari koloid dan pembuatan system koloid dengan cara kondensasi
dan dispersi.
III. Kajian Pustaka
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara
merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar
antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun
tebal dari suatu partikel. Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu
suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdifisi ini. Bahan itu memperagakan
sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak merupakan cirri dari bahan dalam agregat
yang lebih besar (Keenan, 1984).
Sebagai hasil campuran antara dua zat, tentu koloid memiliki sifat spesifik yang
berbeda dari sifat zat pembentuknya. Adapun sifat-sifat koloid yang di kutip dari Wikipedia
adalah sebagai berikut.
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ditemukan oleh seorang ilmuwan asal Inggris, yaitu John Tyndall.
Efek Tyndall merupakan gejala penghamburan berkas sinar/cahaya oleh partikel
koloid. Oleh karena itu, efek ini bisa digunakan untuk membedakan antara koloid
dan larutan.
2. Gerak Brown
Pada tahun 1827, seorang botanis asal Skotlandia, Robert Brown, berhasil
mengamati gerakan partikel koloid. Pengamatan itu membuktikan bahwa partikel
koloid tidak pernah berada pada kondisi stasioner (diam), melainkan akan bergerak
dengan lintasan lurus dan arahnya tak menentu. Jika diamati melalui mikroskop
ultra, gerakan partikel koloid berbentuk zigzag. Pergerakan inilah yang disebut
gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown
yang terjadi. Contoh gerak Brown ini bisa Quipperian lihat saat partikel debu
bergerak melewati celah jendela yang terkena sinar Matahari. Jika diperhatikan,
partikel debu tersebut akan senantiasa bergerak tanpa henti dan lintasannya
berbentuk lurus.
3. Adsoprsi
Adsoprsi adalah peristiwa terserapnya ion atau senyawa lain oleh permukaan
koloid. Contohnya saat Quipperian menjernihkan air menggunakan tawas. Tawas
digunakan sebagai penjernih air karena memiliki kemampuan untuk menyerap
polutan di dalam air.
4. Muatan koloid
Koloid dibedakan menjadi dua berdasarkan muatannya, yaitu koloid bermuatan
positif dan koloid bermuatan negatif.
5. Koagulasi koloid
Koagulasi merupakan peristiwa menggumpalnya koloid membentuk endapan.
Terjadinya koagulasi dipengaruhi oleh pemanasan, pendinginan, pengadukan, atau
penambahan asam. Contoh koagulasi adalah saat Quipperian menambahkan sedikit
senyawa asam ke dalam susu. Akibat penambahan asam tersebut, susu akan
mengalami penggumpalan membentuk suatu endapan.
6. Koloid pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang mampu melindungi koloid lain agar tidak
mengalami koagulasi.
7. Dialisis
Dialisis merupakan proses pemisahan koloid dari ion-ion pengotornya. Dialisis ini
dilakukan dengan cara mengalirkan cairan melalui membran semipermeabel yang
berfungsi sebagai penyaring.
8. Elektroforesis
Elektroforesis, yaitu metode untuk memisahkan partikel koloid bermuatan
menggunakan arus listrik. Hasil elektroforesis ini bisa digunakan untuk mengetahui
jenis muatan koloid.
9. Koloid liofil dan liofob
Koloid liofil merupakan koloid yang mampu mengadsorpsi cairan, sehingga
terbentuk selubung di sekitar koloid, contohnya agar-agar. Koloid liofob
merupakan koloid yang tidak mengadsorpsi cairan, dengan syarat cairan tersebut
harus netral (tidak bermuatan)

Jenis jenis koloid dibedakan menjadi beberapa kelompok yang dikutip dari buku
SMA/MA kelas XI Program Ilmu Alam , yaitu sebagai berikut.
1. Aeroso
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat
yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
• Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara.
• Contoh aerosol cair: kabut dan awan.
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut
(hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk
menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).
Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa
klorofluorokarbon (CFC) dan karbondioksida.
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid
jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
Contoh sol: air sungai (sol dari lempung dalam air), sol sabun, sol detergen,
sol kanji, tinta tulis, dan cat.
3. Emuls
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi.
Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan.
Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air
(M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai
semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
• Contoh emulsi minyak dalam air (M/A): santan, susu, kosmetik pembersih
wajah (milk cleanser) dan lateks.
• Contoh emulsi air dalam minyak (A/M): mentega, mayones, minyak bumi,
dan minyak ikan.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya
adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika campuran
minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu campuran yang segera
memisah jika didiamkan. Akan tetapi, jika sebelum dikocok ditambahkan sabun
atau detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang kita sebut emulsi. Contoh
lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayones.
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya
dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun,
deterjen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat
cair yang mengandung pembuih. Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya
buih sabun pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran, dan lain-
lain. Adakalanya buih tidak dikehendaki. Zat-zat yang dapat memecah atau
mencegah buih, antara lain eter, isoamil alkohol, dan lain-lain.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar,
lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol
yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid
yang agak padat.
IV. Alat dan Bahan Pembuatan Koloid
Alat:
1. Gelas Kimia
2. Gelas ukur
3. Pemanas air
4. Pipet
5. Batang pengaduk
6. Morter dan Lumping
7. Sendok

Bahan:
1. 50 ml aquades
2. Cu(SO)4
3. Gula pasir
4. Belerang
5. Aquades

V. Prosedur Kerja
A. Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan Cara Kondensasi
1. Siapkan Alat dan Bahan
2. Panaskan air secukupnya pada wadah pemanas air hingga mendidih.
3. Isi gelas kimia dengan 50 ml air aquades dan didihkan gelas kimia pada wadah
berisi air yang di panasakan hingga mendidih.
4. Tambahkan 3 tetes Cu(SO)4 dan aduk sambil meneruskan pemanasan hingga
campuran berubah warna menjadi putih bening pucat.
5. Kemudian larutan di angkat dan lakukan percobaan efek tyndall
6. Amati larutan yang di uji efek tyndall
7. Setalah pengamatan selesai alat yang digunakan cuci dan simpan ditempat
sebelumnya.
B. Pembuatan Sol Belerang dengan Cara Dispersi
1. Siapkan Alat dan Bahan
2. Simpan 1 sendok gula pasir dan 1 sendok belerang pada lumping
3. Haluskan campuran tersebut.
4. Ambil 1 sendok campuran tersebut (sisa campuran tersebut di buang)
5. Tuang 1 sendok campuran tersebut pada lumping dan tambahkan 1 sendok gula
pasir, lakukan hal tersebut hingga 4 kali
6. Hasil campuran yang terakhir ambil 1 sendok dan masukan kedalam gelas kimia
7. Isi campuran tersebut dengan 50 ml aquades, kemudian aduk hingga tercampur rata
8. Kemudian lakukan percobaan efek tyndall
9. Amati larutan yang di uji dengan efek tyndall
10. Setalah pengamatan selesai alat yang digunakan cuci dan simpan ditempat
sebelumnya.

VI. Hasil dan Pembahasan


Pada praktikum kali ini membahasa tentang Pembuatan koloid dengan sol Fe (OH)3 dengan
cara kondensasi dan sol belerang dengan cara disperse
A. Pembuatan sol Fe (OH)3 dengan cara kondensasi

Gambar 2 pengamatan larutan


Gambar 1 Pemberian 3 tetes
melalui efek tyndall
Cu (SO)4 sambil dipanaskann

Penggabungan partikel larutan sejati yaitu 50 ml air aquades dan 3 tetes Cu (SO)4
menjadi partikel koloid yaitu Fe (OH)3 melalui reaksi hidrolis. Untuk membuktikah
bahwa larutan tersebut salah satu sifat koloid yaitu melalui efek tyndall dan ternyata
larutan tersebut larutan koloid karena terjadi penghamburan cahaya pada Fe (OH)3
maka Fe (OH)3 merupakan system koloid

B. Pembuatan sol belerang dengan cara disperse

Halusan ke-4

Halusan ke-3 Halusan ke-2

Halusan ke-1
Halusan ke-4

Belerang ini bersifat hidrofob sehingga tidak dapat larut dalam air. Pembuatan sol
belerang dengan cara disperse yaitu dengan pemecahan partikel kasar menjadi
pertikel koloid melalui cara penghalusan dan pengadukan dalam air dengan di bantu
gula agar belerang tersebut larut. Untuk membuktikah bahwa larutan tersebut salah
satu sifat koloid yaitu melalui efek tyndall dan ternyata larutan tersebut larutan koloid
karena terjadi penghamburan cahaya pada sol belerang.
VII. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
1. Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (1-100 nm)
2. Pengamatan partikel larutan sejati yaitu 50 ml air aquades dan 3 tetes Cu (SO)4
menjadi partikel koloid yaitu Fe (OH)3 melalui reaksi hidrolis terbukti bahwa
larutan tersebut larutan koloid dengan mela.lui pembuktian sifat efek tyndal.
3. Pengamatan partikel kasal menjadi partikel halus yaitu belereng yang digerus
bersamaan dengan gula agar belarang tersbut mudah larut dalam air dan terbukti
bahwa larutan tersebut larutan koloid dengan melalui pembuktian sifat efek tyndall
B. Saran
- Sebelum melakukan Praktikum kenalkan terlebih dahulu pada SOP
- Setiap kelompok melakukan kegiatan praktikum secara bersama-sama.
- Agar hasil pengamatan lebih sesuai gunakan satuan baku.
- Laboratorium harus melengkapi sarana dan prasarana untuk kebutuhan praktikum
karena ketidak lengkapan sarana dan prasarana dalam laboratorium akan
menghambat berlangsungnya kegiatan praktikum.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai