Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
“Dispersi Koloid”

Tanggal Praktikum: 16 Juni 2021

Kelompok 2
Penyusun :
Ade Irfan (0220001)
Azhari Firmansyah (0220004)
Ghiesta Nurshaelawaty (0220005 )
Nurlita Julianti (022000)

Dosen :
Dita Febrinasari, S.Farm., M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


S1 FARMASI
BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-
100 nanometer), sehingga terkena efek Tyndall (adalah efek yang terjadi jika suatu
larutan terkena sinar). Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh
oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi
pengendapan. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh
campuran biasa (suspensi). Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar,
tinta, sampo, cat, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai
dalam kehidupan seharihari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid.
Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.

Sistem koloid sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dengan
ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase
terdispersi sedangkan sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan
disebut medium pendispersi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan
dengan sistem koloid sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir
semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein,
karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang
farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang
termasuk emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban
semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat,
hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga
dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan
manusia.

1.2. Rumusan Masalah


· Apa itu dispersi Koloida?
· Bagaimana sifat-sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari?

1.3. Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah memberikan gambaran tentang sifat-sifat larutan
koloidal.

1.4. Manfaat Percobaan


Manfaat dari percobaan ini yaitu mahasiswa lebih memahami gambaran tentang sifat-
sifat larutan koloidal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan
dan suspensi (campuran kasar). Nama koloid diberi oleh Thomas Graham pada tahun
1861. Istilah itu berasal dari bahasa Yunani, yaitu” kola ” dan”oid”. Kolla berarti lem,
sedangkan oid berarti seperti. Koloid dan suspensi merupakan campuran yang bersifat
heterogen, sedangkan larutan merupakan campuran yang bersifat homogen. Koloid
memiliki sifat yang berbeda dengan suspensi dan larutan. Sifat khusus koloid timbul
akibat partikelnya yang yang lebih besar dari pada partikel larutan.
Perbendaan antara larutan sejati, koloid, dan suspensi dapat dilihat pada tabel berikut.

Larutan koloid adalah larutan homogen yang mengangandung partikel dengan


berat molekul besar yaitu >20.000 dalton sehingga dapat digunakan untuk
mempertahankan tekanan onkotik dan volume intravaskuler. Partikel ini tidak dapat
digabungkan atau dipisahkan dengan filtrasi atau sentrifugasi seperti komponen dari
darah. Koloid dapat dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu golongan protein dan
non-protein (disebut juga menjadi golongan derivate plasma dan semisintetis).
Larutan koloid jenisnya ada bermacam-macam seperti albumin (merupakan satu-
satunya koloid yang digunakan untuk resusitasi yang berasal dari human plasma),
dekstran, gelatin dan juga HES dimana penggunaan masingmasing larutan
mempunyai keuntungan dan kelemahan sendiri-sendiri.
Sistem koloid terdiri atas fase terdipersi dengan ukuran tertentu dalam medium
pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Ukuran partikel koloid
berkisar antara 10-7 – 10-5 cm (1-100 nm). Ukuran inilah yang membedakan koloid
dengan campuran lainnya (larutan dan suspensi).
Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai
fase terdispers, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium terdispersi.
Bahan-bahan yang terdispers bisa mempunyai jangkauanukuran dari partikel-
partikel berdimensi atom dan molekul sampai partikel-partikel yang ukurannya
diukur dalam milimeter. Oleh karen itu, cara yang paling mudah untuk
penggolongan sistem terdispers adalah berdasarkan garis tengah partikel rata-rata dari
bahan terdispers. Umumnya dibuat tiga golongan ukuran, yaitu dispersi molekuler,
dispersi koloid, dan dispersi kasar (Martin, A., 2008). Sistem koloid bisa digolongkan
menjadi tiga golongan berdasarkan interaksi partikel-partikel, molekul-molekul, atau
ion-ion dari fase terdispers dengan molekul-molekul dari medium dispers.
Koloid Liofilik. Sistem yang mengandung partikel-partikel koloid yang
banyak berinteraksi dengan mediu dispersi dikenal sebagai koloida liofilik (suka-
pelarut). Karena afinitasnya terhadap medium dispersi, bahan-bahan tersebut
membentuk dispersi koloid, atau sol dengan relatif mudah. Jadi, sol koloidal liofilik
biasanya diperoleh hanya dengan melarutkan bahan dalam pelarut yang digunakan.
Koloida Liofobik. Golongan kedua dari koloid ini tersusun dari bahan yang jika ada
mempunyai tarik-menarik kecil terhadap medium dispers. Golongan ini disebut
liofobik (benci-pelarut) dan dapat diramalkan sifatnya berbeda dengan koloida
liofilik. Ini terutama karena tidak adanya selimut pelarut di sekeliling partikel.
Koloida liofobik umumnya tersusun dari partikel-partikel anorganik yang terdispers
dalam air (Martin, A., 2008). Koloida Gabungan, Koloid gabungan atau koloid
amfifilik merupaka golongan ke tiga dari penggolongan koloid. Molekul-molekul
atau ion-ion tertentu disebut amfifil atau zat aktif permukaan. Amfifil atau zat aktif
permukaan ini berciri mempunyai dua daerah yang berbeda yang melawan afinitas
larutan dalam molekul.
2.2. Jenis-Jenis Koloid
Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersinya menjadi
tiga, yaitu sol (fase terdispersi berupa zat padat), emulsi (fase terdispersi berupa zat
cair), dan buih (fase terdispersi berupa gas). Selanjutnya sol, emulsi dan buih
dikelompokkan lagi berdasarkan medium pendispersinya.
Sol: sol padat, sol cair (sol), dan sol gas (aerosol padat).
Emulsi: emulsi padat (gel), emulsi cair (emulsi), dan emulsi gas (aerosol cair).
Buih: buih padat dan buih cair (buih).
Bila dijabarkan menjadi seperti berikut:
1. Sol: sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan fasa
pendispersinya berupa cairan. Contohnya: sol emas, tinta, dan cat.
2. Sol padat: Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan fasa
pendispersinya padatan. Contohnya: gelas bewarna, dan intan hitam.
3. Aerosol padat: Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan
fasa pendispersinya berupa gas. Contohnya: asap dan debu.
4. Emulsi: Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa cairan dan fasa
pendispersinya cairan. Contohnya: susu, santan, dan minyak ikan.
5. Emulsi padat: Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdisfersi berupa cairan dan
fasa pendispersinya berupa padatan. Contohnya: jelly, mutiara, dan keju.
6. Aerosol cair: Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa cairan dan
fasa pendispersinya berupa gas. Contohnya: kabut, awan, dan hair spray.
7. Buih: Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa gas dan fasa
pendispersinya berupa cairan. Contohnya: buih sabun, dank rim kocok.
8. Buih padat: Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa gas dan fasa
pendispersinya berupa padatan. Contohnya: karet busa dan batu apung.
2.3 Sifat-Sifat Koloid
Sistem koloid mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan ataupun
suspensi. Berikut adalah pembahasan mengenai sifat-sifat koloid.
1. Efek Tyndall
Bila suatu larutan disinari dengan seberkas sinar tampak maka berkas sinar tadi akan
diserap dan hanya sebagian kecil yang dipancarkan. Sedangkan bila seberkas sinar
dilewatkan pada sistem koloid, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel
koloid.
2. Gerak Brown
Gerak Brown, adalah gerak zig-zag partikel koloid secara terusmenerus dengan acak,
terjadi sebagai akibat adanya tumbukan dari molekul-molekul pendispersi terhadap
partikel terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Hal ini pertama kali
diamati oleh Robert Brown (1773-1858) seorang botani Inggris tahun 1827.
3. Elektroforesis
Elektroforesis adalah peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik.
Apabila kedalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian
dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak kesalah
satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan
bergerak ke anode (elektrode positif), sedangkan yang bermuatan positif akan
bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan demikian, elektroforesis dapat
digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid. Contohnya adalah identifikasi
DNA.
4. Adsorpsi
Adsorpsi adalah kemampuan partikel koloid untuk menyerap ion sehingga ion
tersebut menempel pada permukaan koloid. Akibatnya, pertikel koloid tersebut
menjadi bermuatan sesuai dengan ion yang diadsorpsi. Sifat adsorpsi koloid telah
banyak digunakan dalam berbagai bidang, misalnya pada proses penjernihan air
minum, pemurnian gula tebu, dan pembuatan obat norit.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan koloid karena peristiwa mekanis. Koagulasi dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu pemanasan atau pendinginan, penambahan elektrolit,
dan dengan cara pencampuran larutan koloid yang berlawanan muatan.
6. Koloid pelindung
Koloid Pelindung, merupakan koloid yang ditambahkan ke dalam sistem koloid agar
menjadi stabil. Misalnya penambahan gelatin pada pembuatan es krim  dengan
maksud agar es krim tidak cepat memisah sehingga tetap kenyal.
7. Dialisis
Dialisis adalah suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan pada perbedaan
ukuran partikel-partikel koloid. Dialisis dilakukan dengan cara menempatkan dispersi
koloid dalam kantong yang terbuat dari membrane semipermeabel, seperti kertas
selofan dan perkamen.
8. Koloid liofil dan liofob
Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium
pendispersinya, yang disebabkan gaya tarik antara partikel-partikel terdispersi dengan
medium pendispersinya kuat. Koloid liofob adalah sistem koloid yang fase
terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya. Bila medium
pendispersinya air maka koloid liofil disebut koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob
disebut koloid hidrofob.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.2 Cara Kerja


BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.2 Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 KESIMPULAN

1.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Ningsih Sri Rahayu, Ratih, Kuswati Tine Maria Sains KIMIA 2 SMA/MA. Jakarta : Bumi
Aksara
Kartohadiprojo .1999. Kimia Fisika, terjemahan dari “Physical Chemistry’ oleh Atkins.
Erlangga Jakarta
academia.co.id/laporan-praktikum-koloid.

Anda mungkin juga menyukai