Anda di halaman 1dari 19

PARTISI EKSTRAK

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrient, dalam arti luas
adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber
tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Fitokimia biasanya
digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada
tumbuhan yang tidak dibutuhkan fungsi normal tubuh, tapi memiliki
efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif
bagai pencegahan (Abraham, 2010).
Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan
hasil metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Dari hasil penelitian
banyak ahli tak jarang senyawa kimia ini memiliki efek fisiologi dan
farmakologi yang bermanfaat bagi manusia. Senyawa kimia tersebut
lebih dikenal dengan senyawa metabolit sekunder yang merupakan
hasil dari penyimpangan metabolit primer tumbuhan (Abraham, 2010).
Untuk mendapatkan senyawa tersebut dilakukan beberapa
metode salah satunya adalah menggunakan partisi cair-cair dan padat
cair.
Ekstraksi cair-cair bertujuan untuk memisahkan analit yang
dituju dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2
pelarut yang tidak saling campur. Salah satu fasenya seringkali
berupa air dan fase yang lain adalah pelarut organik. SenyawaVERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

senyawa yang bersifat polar akan ditemukan di dalam fase air,


sementara senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk
pada pelarut organik, begitupula dengan ekstraksi padat cair akan
tetapi sampel yang digunakan tidak larut air (Tobo, 2001).
Untuk itu kami melakukan sebuah kegiatan praktikum untuk
mengelola dan memanfaatkan sebuah sumber daya alam yang ada
sehingga dapat digunakan dalam waktu jangka panjang. Praktikum
yang dilakukan ialah melakukan partisi ekstrak tanaman daun lobelobe (Flacourtia inermis Roxb.) dengan metode partisi cair-cair. Fraksi
yang dihasilkan

dari partisi akan

digunakan

pada

pengujian

selanjutnya.
B. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk melakukan
fraksinani dengan metode cair-cair pada ekstrak daun lobe-lobe
(Flacourtia inermis Roxb.) menggunakan metode partisi cair-cair.
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperoleh ekstrak
dari fraksi n-heksan dan fraksi n-butanol dari daun lobe-lobe (Flacourtia
inermis Roxb.).

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Partisi Ekstrak adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
memisahkan komponen kimia dari ekstrak menggunakan pelarut yang
berbeda kepolarannya (Tobo, 2001) :
1. Metode Partisi
a. Partisi Cair Cair
Partisi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut di
dalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau
dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam
pelarut organik, dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan
karena adanya sifat senyawa yang dapat larut air dan ada pula
senyawa yang larut dalam pelarut organik. Satu komponen dari
campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut
(biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai
keseimbangan biasanya dipersingkat oleh pencampuran kedua
fase tersebut dalam corong pisah (Najib, 2008).
Kerap kali sebagai pelarut pertama adalah air sedangkan
sebagai pelarut kedua adalah pelarut organik yang tidak
bercampur dengan air. Dengan demikian ion anorganik atau
senyawa organik polar sebagian besar terdapat dalam fase air,

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

sedangkan senyawa organik non polar sebagian besar akan


terdapat dalam fase air, sedangkan senyawa organik non polar
sebagian besar akan terdapat dalam fase organik. Hal ini yang
dikatakan like dissolves like , yang berarti bahwa senyawa polar
akan mudah larut dalam pelarut polar, dan sebaliknya (Dirjen
POM, 1979).
Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah
dilarutkan dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan
yang pertama, akan terbentuk dua lapisan. Satu komponen dari
campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut
(biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai
kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan. Waktu yang
diperlukan

untuk

tercapainya

kesetimbangan

biasanya

dipersingkat oleh pencampuran kedua fase tersebut dalam corong


pisah (Tobo, 2001).
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute
dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven
cair. Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen (
immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase,
yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak). Perbedaan
konsentrasi solute di dala suatu fasa dengan konsentrasi pada
keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan
(pelepasan) solute dari larutanyang ada. Gaya dorong (driving

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

force)

yang

menyebabkan

terjadinya

proses

ekstraksi

dapatditentukan dengan mengukur jarak system dari kondisi


setimbang (Tobo, 2001).
Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu fase pada
suhu tertentu bergantung pada kemiripan kepolarannya dengan
fase cair, menggunakan prinsip like disolves like. Molekul
bermuatan yang memiliki afinitas tinggi terhadap cairan dengan
sejumlah besar ion bermuatan berlawanan dan juga dalam kasus
ini menarik yang berlawanan, misalnya senyawa asam akan lebih
larut dalam fase air yang basa daripada yang netral atau asam.
Rasio konsentrasi senyawa dalam kedua fase disebut koefisien
partisi, K. Senyawa yang berbeda akan mempunyai koefisien
partisi yang berbeda, sehingga jika satu senyawa sangat polar,
koefisien partisi relatifnya ke fase polar lebih tinggi daripada
senyawa non-polar (Tobo, 2001).
Fraksinasi selanjutnya yaitu suau senyawa hanya ada dalam
satu fase, hal ini dapat dicapai dengan ekstraksi fase awal
berturut-turut
menggunakan

dengan

fase

yang

elusi berurytan

berlawanan.

dengan

volume

Lebih

baik

relatif

kecil

dibandingkan dengan satu kali elusi keseluruh volume (Tobo,


2001).

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

b. Partisi Padat Cair


Partisi

padat

cair

adalah

proses

pemisahan

untuk

memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam


padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dapat juga
didefenisikan sebagai dispersi komponen kimia dari ekstrak yang
telah dikeringkan dalam suatu pelarut yang sesuai berdasarkan
kelarutan dari komponen kimia dan zat-zat yang tidak diinginkan
seperti garam-garam tidak dapat larut. Operasi ekstraksi ini dapat
dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan di dalam wadah
dengan atau tanpa pemanasan (Najib, 2013).
Pemisahan

satu

komponen

dari

padatan

dengan

melarutkannya dalam pelarut, tetapi komponen lainnya tidak dapat


dilarutkan dalam pelarut tersebut. Proses ini biasanya dilakukan
dalam fase padatan, sehingga disebut juga ekstraksi padat-cair.
Dalam ekstraksi padat-cair, larutan yang mengandung komponen
yang diinginkan harus bersifat tak campur dengan cairan lainnya.
Proses ini banyak digunakan dalam pemisahan minyak dari bahan
yang mengandung minyak. (Ibrahim, 2009)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai unjuk
kerja ekstraksi atau kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi
padat-cair, yaitu (Ibrahim, 2009):

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

1. Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak


antara fase padat dan fase cair, maka bahan itu perlu sekali
memiliki permukaan yang seluas mungkin.
2. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan
dengan laju alir bahan ekstraksi.
3. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah,
kelarutan ekstrak lebih besar) pada umumnya menguntungkan
unjuk kerja ekstraksi.
2. Tujuan Partisi
Partisi cair-cair bertujuan untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut
yang tidak saling campur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan
fase yang lain adalah pelarut organik. Senyawa-senyawa yang bersifat
polar akan ditemukan di dalam fase air, sementara senyawa-senyawa
yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut organik, begitupula
dengan ekstraksi padat cair akan tetapi sampel yang digunakan tidak
larut air (Tobo, 2001).
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Tanaman Lobi-Lobi (Flaucurlia inermis Roxb)
(Integrated Taxonomic Information System. Flaucurlia inermis Roxb..
2012.)
Regnum

Plantae

Divisio

Tracheophyta

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

Sub Divisi

Spermatophytina

Class

Magnoliopsida

Ordo

Malpighiales

Familia

Salicaceae

Genus

Flacourtia

Species

Flacourtia inermis Roxb.

2. Nama Lain (Gembong, 1998)


Nama Umum

: Lobi-Lobi

Nama Daerah
Sumatera : Lubi-lubi (Minangkabau) Balakko (Batak) ,Lobi-lobi
(Lampung).
Jawa

: Lobi-lobi, Saradan kayu (Sunda), Lake-lake (Jawa


Tengah).

Sulawesi

: Lobe-lobe (Ujung Pandang)

Maluku

: Tomu-tomu (Seram),Tombi-tombi (Halmahera)

3. Kunci Determinasi (Steenis, 2008)


1b2b3b4b6b7b9b10b1112a84b88b89b
91a109b119b120b128b129b135b136b139b140
b142b143b146b154b155b156b162b163b167a
168b
4. Diskripsi (Gembong, 1998)
Habitus

: Pohon tegak, tinggi 3-10 m

Batang

: Bulat, percabangan simpodial, kasar, agak coklat

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

Daun

: Tunggal, duduk berseling, tersebar, tangkai pendek,


pangkal tangkai membulat, helaian daun bentuk
lonjong, panjang 8-20 cm, lebar 3-15 cm, ujung dan
pangkal runcing, tepi bergerigi, pertulangan daun
menyirip tegas, permukaan licin , sewaktu muda
berwarna merah setelah tua hijau.

Bunga

: Tunggal atau berkelompok, di batang atau di ketiak


daun, kelopak hijau, bentuk bintang, benang sari
banyak, berkas memanjang, tiap berkas berhadapan
dengan dasar mahkota, bakal buah menumpang,
mahkota berlepasan, berbilang5, panjang 2-4 mm,
warna putih gading.

Buah

: Bum, bulat, kulit buah lunak, permukaan licin, diameter


1-3 cm, sewaktu muda berwarna hijau kekuningan
setelah tua ungu kemerahan.

Biji

: Bentuk bulat, berselaput, diameter 0, 5-1 cm, putih


kelabu.

Akar

: Tunggang, berwarna kuning kecoklatan.

5. Ekologi dan Penyebaran (Gembong, 1998)


Merupakan tumbuhan liar di hutan-hutan atau dibudidayakan
sebagai tanaman peneduh untuk diambil buahnya.Tumbuh dari
dataran rendah sampai pegunungan dari ketinggian 100 m sampai

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

1.300 m di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan SeptemberNovember. Waktu panen yang tepat bulan Febuari-Mei.
6. Bagian yang digunakan (Gembong, 1998)
Daun, buah dan akar dalam keadaan segar atau setelah
dikeringkan.
7. Kegunaan (Gembong, 1998)
Anti-diare,nyeri haid, makanan.
a. Obat diare: daun lobi-lobi segar sebanyak 15 gram, dicuci, direbus
dengan 200 rnl air sampai mendidih selarna 5 rnenit, disaring,
setelah

dingin

diminum

sekaligus.

Pengobatan

sebaiknya

dilakukan sebanyak 3-4 kali sehari.


b. Obat datang bulan tidak teratur: daun lobi-lobi segar sebanyak 20
gram, dicuci direbus dengan 400 ml air sampai mendidih selama
15 menit, disaring, setelah dingin diminum 2 kali sehari pagi dan
sore. Tidak dianjurkan untuk digunakan oleh wanita yang sedang
hamil.
8. Kandungan Kimia (Gembong, 1998)
Daun dan akar lobi-lobi mengandung saponin, flavonoid dan
polifenol.

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

BAB III

METODE KERJA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum, yaitu: batang
pengaduk, cawan porselin, corong pisah, labu erlenmeyer, gelas kimia,
hair dryer, klem, pipet tetes, sendok tanduk, statif, penangas air dan
timbangan analitik.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu: aquadest
aluminium foil, ekstrak kental daun lobe-lobe (Flacourtia inermis Roxb.),
label, n-heksan, n-butanol jenuh air, dan tissue.
C. Cara Kerja
1. Pembuatan n-butanol jenuh air
Disiapkan alat dan bahan, kemudian masukkan 100 ml n-Butanol
kedalam corong pisah. Tambahkan 100 ml air, kemudian kocok.
Pisahkan fraksi n-Butanol dengan fraksi air. Masukkan kembali fraksi
n-Butanol kedalam corong pisah kemudian dikocok. Kumpulkan fraksi
dari n-Butanol.
2. Partisi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
Ditimbang 2 g ekstrak daun lobe-lobe (Flacourtia inermis Roxb.)
dari hasil lalu disuspensikan dengan air sebanyak 20 ml, setelah larut
kemudian dimasukkan dalam corong pisah dan ditambahkan dengan
n-Heksan sebanyak 40 ml, kocok sampai merata dengan sekali-kali
VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

membuka kran corong pisah kemudian diamkan sampai terjadi


pemisahan dari fase air dan fase n-Heksan, pisahkan fase air dan fase
n-Heksan. Kemudian fase air dimasukkan kembali ke dalam corong
pisah dan diekstraksi lagi dengan n-Heksan sebanyak 30 ml dan
dilakukan hingga jernih (sebanyak 3 kali). Fraksi n-Heksan yang
diperoleh dari beberapa kali penyarian disatukan kemudian diuapkan
sampai mendapatkan ekstrak kental. Setelah itu ditimbang ekstrak
kering.
3. Partisi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
Lapisan air dari hasil ekstraksi dengan n-Heksan dimasukkan
dalam corong pisah kemudian ditambahkan dengan n-butanol
sebanyak 30 ml, kocok sampai merata dengan sekali-kali membuka
kran corong pisah kemudian diamkan sampai terjadi pemisahan dari
fase air dan fase n-butanol, pisahkan fase air dan fase n-butanol.
Kemudian fase air dimasukkan kembali ke dalam corong pisah dan
diekstraksi lagi dengan n-butanol sebanyak 30 ml dan dilakukan
hingga jernih (sebanyak 3 kali). Ekstrak n-butanol yang diperoleh dari
beberapa kali penyarian disatukan kemudian diuapkan sampai
mendapatkan ekstrak kental. Setelah itu ditimbang ekstrak kering.

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Tabel Pengamatan
No

Pengamatan

Bobot ekstrak metanol (penyari I) (g)

Bobot ekstrak n-heksan (penyari II) (g)

Persentase ekstrak n-heksan (penyari II) (%)

Bobot ekstrak n-butanol (penyari III)

Persentase ekstrak n-butanol (penyari III)(%)

% ekstrak n-heksan

% ekstrak n-butanol

Maserasi

Soxhletasi

2. Perhitungan
a. % ekstrak n-heksan

x 100 %

b. % ekstrak n-butanol

x 100 %

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

BAB V

PEMBAHASAN
Partisi ekstrak (ekstraksi cair-cair) adalah proses pemisahan
zat terlarut di dalam dua macam zat pelarut yang tidak saling
bercampur, dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut
dalam pelarut organik dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan
karena adanya sifat senyawa yang dapat larut dalam air dan ada pula
yang dapat terlarut dalam pelarut organik. Sedangkan ekstraksi padatcair adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat
terlarut dari campurannya dalam padatan dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. Pada umumnya metode ini digunakan untuk
sampel yang tidak larut dalam air (Najib, 2008).
Tujuan dilakukannya partisi yaitu bertujuan untuk memisahkan
analit yang dituju dari penganggu dengan cara melakukan partisi
sampel antar 2 pelarut yang tidak saling campur. Salah satu fasenya
seringkali berupa air dan fase yang lain adalah pelarut organik.
Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan ditemukan di dalam fase
air, sementara senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk
pada pelarut organik, begitupula dengan ekstraksi padat cair akan
tetapi sampel yang digunakan tidak larut air (Tobo, 2001).
Pada praktikum

kali ini hanya

dilakukan

partisi cair-cair

Digunakan partisi cair-cair dilihat dari kelarutan ekstrak dengan pelarut

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

air, dan tenyata ekstrak daun lobe-lobe (Flacourtia inermis Roxb.) larut
pada air.
Prinsip dari proses partisi yaitu digunakannya dua pelarut yang
tidak saling bercampur untuk melarutkan zat-zat yang ada dalam
ekstrak. Ekstrak yang digunakan dalam percobaan ini adalah ekstrak
daun lobe-lobe (Flacourtia inermis Roxb.). Pelarut yang digunakan
yaitu pelarut yang bersifat polar dan non polar.
Pada

pengerjaan awal, terlebih dahulu membuat larutan n-

Butanol jenuh air dengan dengan cara memisahkan larutan n-Butanol


dengan larutan air. Kemudian fraksi n-Butanol jenuh air dikumpulkan.
Partisi cair-cair dilakukan dengan menggunakan pelarut non
polar (n-Heksan), hal ini disebabkan karena jika pada pengerjaan awal
digunakan pelarut polar, maka dikhawatirkan adanya senyawa
nonpolar yang ikut terlarut, sebagaimana kita ketahui bahwa pelarut
polar, selain mampu melarutkan senyawa yang bersifat polar juga
mampu melarutkan senyawa yang bersifat non polar.
Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut
yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Ahyari,
2009):
1. Kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam
campuran
2. Kemampuan tinggi untuk diambil kembali.
3. Perbedaan berat jenis antara ekstark dan rafinat lebih besar

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

4. Pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah


campur.
5. Tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi.
6. Tidak merusak alat secara korosi
7. Tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah.
Tahap-tahap dalam melakukan proses partisi yaitu pertamatama ekstrak kental daun katuk dilarutkan dalam air. Setelah larut,
kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan 40 ml
n-heksan dan dikocok pada satu arah hingga homogen. Sesekali
membuka keran corong pisah untuk mengeluarkan udara dari hasil
pengocokan. Dipisahkan hingga terlihat adanya dua lapisan, dimana
lapisan atas adalah lapisan n-heksan, sedangkan lapisan bawah
adalah lapisan air. Hal ini disebabkan karena air memiliki massa jenis
yang lebih besar daripada n-heksan.
Selanjutnya untuk lapisan ekstrak n-heksan ditampung dan
diuapkan sehingga di dapatkan ekstrak kering. Sedangkan untuk
lapisan air, dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan lagi
n-heksan dan dikocok hingga homogen, prosedur ini dilakukan sama
halnya pada prosedur awal, dan dilakukan terus-menerus hingga
lapisan atas kelihatan jernih.
Setelah dipartisi dengan menggunakan n-heksan, kemudian
dilanjutkan dengan menggunakan pelarut n-butanol jenuh air, dengan
melakukan proses yang sama dengan penggunaan pelarut n-heksan.

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

Penggunaan n-butanol pada partisi cair yaitu sebagai pelarut


polar, pemilihan pelarut ini didasarkan bahwa n-butanol dapat
dijenuhkan dengan air tetapi tetap tidak bercampur dengan air.
Adapun perbandingan dalam menjenuhkan n-butanol yaitu 100:40
(100 ml n-Butanol dalam 40 ml aquadest), digunakan n-butanol lebih
banyak daripada airnya, karena yang akan dijenuhkan adalah nbutanol, sedangkan air hanya sebagai penjenuh saja.

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

DAFTAR PUSTAKA
Abraham Muzakkir. 2006. Tumbuhan Obat Taman Nasional Gunung
Halimun. Palmedia creative pro : Bandung
Ahyari, Agus. 2009. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi.
Edisi. Keempat. BPFE: Yogyakarta
Dalimartha., Setiawan. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6.
Jakarta: Pustaka Bunda.
Ditjen POM, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI :
Jakarta.
Gembong, T., 1998. Taksonomi Tumbuhan Spermathophyta.UGM Press :
Yogyakarta.
Ibrahim. 2009. Ekstraksi. Sekolah Farmasi ITB : Bandung
Tobo, F. 2001. Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I.Universitas
Hasanuddin : Makassar.
Santoso, H.B.2008. Ragam dan khasiat tanaman obat. Agromedia
Pustaka :Jakarta.
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search
_value=506435 , diakses tanggal 31 Oktober 2014, pukul 19.35

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

PARTISI EKSTRAK

LAMPIRAN

Skema Kerja
1. Ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-heksan
2 g ekstrak kental daun lobi-lobi ditimbang
Disuspensikan dengan 20 ml aquadest
Corong pisah
+ 40 mL n-heksan dikocok didiamkan
Pemisahan fase air dan fase n-heksan
Fase air + 30 ml (diulang 3 x)
Ekstrak cair n-heksan diuapkan
Ditimbang
2. Ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-butanol
Fase air hasil ekstraksi n-heksan
Corong pisah
Diekstraksi dengan n-butanol 3 x
Ekstrak cair n-butanol diuapkan
Ditimbang

VERA FEBRIANTI
150 2014 0332

SUHENDRO HASAN

Anda mungkin juga menyukai