Anda di halaman 1dari 15

Modul Praktikum Farmasi Fisika

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

EMULSIFIKASI (PENGARUH HLB)

DOSEN PENGAMPU :

Andriyani Rahma Fahrianti, M.Farm

Kelompok

amalia cinta rubiyana 211030700360

Dinda Amelia Julianti 211030700365

Dina sepiana 211030700368

Fitri rahayu 211030700356

Lusi Annisa Safitri 211030700375

Moulina Mustafa 211030700363

Natasya Salsabila 211030700376

zahra maulida rahmah

01FKKP006

JURUSAN FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA

Jl. Pajajaran No.1 Pamulang Barat, kec.Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten
15417

2021

1
Modul Praktikum Farmasi Fisika

MODUL 3
EMULSIFIKASI

A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan
2. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam
pembuatan emulsi
3. Menentukan nilai HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi 4.
Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi

B. TEORI UMUM
Emulsi adalah suatu sistem disperse yang tidak stabil secara termodinamika,
terdiri dari paling sedikit dua cairan yang tidak tercampurkan dan salah satu cairan
terdispersi dalam cairan yang lainnya. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal 2 jenis
emulsi, yaitu sebagai berikut:
- Emulsi minyak dalam air (M/A), jika fase terdispersinya adalah fase minyak
- Emulsi air dalam minyak (A/M), jika fase terdispersinya adalah fase air
System disperse ini umumnya distabilkan oleh emulgator. Dalam pembuatan
suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan factor penting untuk diperhatikan karena
emulgator merupakan salah satu factor yang mempengaruhi mutu dan kestabilan suatu
emulsi. Emulgator yang biasa digunakan dalam bidang farmasi dapat dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu emulgator golongan surfaktan, koloid hidrofilik, dan serbuk padat
terbagi halus.
Emulgator yang biasanya banyak digunakan dalam pembuatan emulsi adalah
surfaktan. Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara membentuk lapisan
monomolecular pada permukaan globul fase terdispersi sehingga tegangan permukaan
anatar fase terdispersi dan pendispersi menurun. Surfaktan merupakan molekul
amfifilik, yaitu molekul yang memiliki gugus polar akan cenderung membentuk emulsi
minyak dalam air. Sebaliknya, surfaktan yang didominasi gugus non polar akan
cenderung menghasilkan emulsi air dalam minyak. Oleh karena itu, diperlukan
pengetahuan untuk melihat kekuatan gugus polar dan non polar daru suatu surfaktan.

2
Modul Praktikum Farmasi Fisika

Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi surfaktan sebagai


emulgator adalah metode HLB (hydrophilic-lipophilic balance). Griffin menyusun
suatu skala ukuran HLB surfaktan yang dapat digunakan menyusun daerah efisiensi
HLB optimum untuk setiap fungsi surfaktan. Semakin tinggi nilai HLB suatu surfaktan,
sifat kepolarannya akan meningkat.
Selain mengetahui HLN surfaktan, dalam pembuatan emulsi perlu juga diketahui
nilai HLB butuh dari suatu minyak. Nilai HLB butuh suatu minyak adalah tetap untuk
emulsi tertentu dan nilai ini ditentukan berdasarkan percobaan. Menurut Griffin, nilai
HLB butuh tersebut setara dengan nilai HLB surfaktan atau kombinasi surfaktan yang
digunakan untuk membentuk suatu emulsi yang stabil.
Sebagai contoh:
R/ Paraffin cair 20% HLB 12
Emulgator 5%
Air ad 100%
Secara teoritis, emulgator dengan HLB 12 meruapkan emulgator yang paling
cocok untuk membuat emulsi dengan formula di atas. Namun, pada kenyataannya
jarang sekali ditemukan surfaktan dengan nilai HLB yang sama persis dengan nilai
HLB butuh fase minyak. Oleh karena itu, biasanya digunakan kombinasi surfaktan
dengan nilai HLB tinggi dan rendah untuk memperoleh nilai HLB yang mendekati nilai
HLB butuh minyak. Di samping itu, penggunaan kombinasi 2 emulgator akan
menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena terbentuk lapisan monomolecular yang
lebih rapat pada permulaan globul.
Emulsi yang secara termodinamika tidak stabil umumnya disebabkan oleh
tingginya energi bebas permukaan. Hal ini terjadi karena pada proses pembuatannya
luas permukaan salah satu fase akan bertambah berlipat ganda. Sedangkan seluruh
system umumnya cenderung kembali kepada posisinya yang paling stabil, yaitu pada
saat energi bebasnya paling rendah. Oelh karena itu, globul-globul akan bergabung
sampai akhirnya system memisah kembali. Berdasarkan fenomena semacam itu, dikenal
beberapa peristiwa ketidakstabilan emulsi, yaitu:
1. Flokulasi dan Creaming
Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya
energi bebas permukaan semata. Flokulasi adalah suatu peritiwa terbentuknya
kelompok-kelompok globul yang posisinya tidak beraturan di dalam emulsi.
Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi

3
Modul Praktikum Farmasi Fisika

yang berbeda-beda di dalam emulsi. Lapisan dengan konsentrasi paling pekat akan
berada di sebelah atas atau bawah tergantung dari bobot jenis fase.
2. Koalesen dan Demulsifikasi
Peristiwa ini terjadi tidak semata-mata disebabkan karena energi bebas permukaan,
tetapi disebabkan pula oleh ketidaksempurnaan pelapisan globul. Koalesen adalah
peristiwa terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar. Sedangkan
demulsifikasi adalah peristiwa yang disebabkan oleh terjadinya proses lanjut dari
koalesen. Kedua fase akhirnya terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak
bercampur. Untuk kedua peristiwa semacam ini, emulsi tidak dapat diperbaiki
melalui pengocokan.
Misalnya pada emulsi di atas digunakan kombinasi Tween 80 (HLB 15) dan
Span 80 (HLB 4,3). Untuk menentukan jumlah masing-masing emulgator yang
dibutuhkan, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Untuk 100 g emulsi:
Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 5% c 100 g = 5 g
Misalnya: jumlah Tween 80 = a gram, jumlah Span 80 = (5-a) gram
Perhitungan:
(a x 15) + [(5-a) x 4,3] = 5 x 12
10,7 a + 21,5 = 60
10,7 a =
38,5
a = 3,6
Jadi, jumlah Tween 80 yang dibutuhkan adalah sebesar 3,6 gram, sedangkan
jumlah Span 80 yang dibutuhkan adalah (5 – 3,6) gram = 1,4 gram.
Tabel 3.1. Nilai HLB butuh beberapa minyak dan lemak
No. Nama Bahan Nilai HLB Butuh

M/A A/M

1. Minyak biji kapas 12 5

2. Metil salisilat 14 -

3. Vaselin 12 5

4. Paraffin cair 12 5

4
Modul Praktikum Farmasi Fisika

5. Paraffin padat 9 4

6. Adeps lanae 10 8

7. Setil alcohol 15 -

Tabel 3.2. Nilai HLB Beberapa Surfaktan


No. Nama Generik Nama Dagang HLB

Ester asam lemak dari Sorbitan

1. Sorbitan mono laurat Span 20 8,6

2. Sorbitan mono palmitat Span 40 6,7

3. Sorbitan mono stearate Span 60 4,7

4. Sorbitan tri stearat Span 65 2,1

5. Sorbitan mono oleat Span 80 4,3

6. Sorbitan tri oleat Span 85 1,8

Ester asam lemak dari Polioksietilen sorbitan

5
Modul Praktikum Farmasi Fisika

7. Polioksietilen sorbitan (20) mono laurat Tween 20 16,7

8. Polioksietilen sorbitan (4) mono laurat Tween 21 13,3

9. Polioksietilen sorbitan (20) mono palmitat Tween 40 15,6

10. Polioksietilen sorbitan (20) mono stearate Tween 60 14,9

11. Polioksietilen sorbitan (4) mono oleat Tween 61 9,6

12. Polioksietilen sorbitan tri stearate Tween 65 10,5

13. Polioksietilen sorbitan (20) mono oleat Tween 80 15,0

14. Polioksietilen sorbitan (5) mono oleat Tween 81 10,0

15. Polioksietilen sorbitan (20) tri oleat Tween 85 11,0

16. Natrium lauril sulfat 40,0

17. Setosteril alcohol 1,2

C. KEGIATAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa ditugaskan untuk menghitung jumlah emulgator yang digunakan dalam
pembuatan emulsi
2. Mahasiswa ditugaskan untuk menentukan nilai HLB yang digunakan dalam
pembuatan emulsi

6
3. Mahasiswa ditugaskan untuk mengevaluasi ketidakstabilasn suatu emulsi

Modul Praktikum Farmasi Fisika


D. ALAT DAN BAHAN
- Mixer - Minyak kelapa
- Gelas ukur - Aquadest
- Gelas beker - Tween
- Hot plate - Span
- Tabung sedimentasi - Metilen biru
- Vial

E. PROSEDUR KERJA
PRAKTIKUM I
Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB lebar
1. Buat formula seperti dibawah ini:
R/ 20
5
Minyak
Tween 80
Span 40
Air Ad 100
2. Buatlah satu seri emulsi dengan HLB butuh masing-masing 6, 8, 10, 12, 14.
3. Hitunglah jumlah Teen dan Span yang diperlukan untuk setiap nilai HLB butuh.
4. Timbang masing-masing minyak, air, Tween dan Span sejumlah yang diperlukan.
5. Campurkan Span dengan minyak, Tween dengan air, panaskan masing-masing
campurkan pada penangas air hingga bersuhu 70oC.

6. Gabungkan kedua campuran, lalu dicampur dengan menggunakan mixer pada


kecepatan dan waktu yang sama untuk masing-masing nilai HLB butuh.
7. Masukkan emulsi ke dalam tabung sedimentasi dan beri tanda sesuai nilai HLB
masing-masing.
8. Usahakan tinggi emulsi yang dimasukkan ke dalam tabung sama satu dengan yang
lainnya dan catat waktu saat mulai memasukkan emulsi ke dalam tabung.
9. Amati ketidakstabilan emulsi yang terjadi pada 30 menit, 1 jam, 2 jam, 24 jam dan 6
hari setelah pembuatan. Bila terjadi creaming, ukur dan catat tinggi emulsi yang
membentuk cream.
10. Tentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relative paling stabil.

7
Modul Praktikum Farmasi Fisika

PRAKTIKUM II
Evaluasi ketidakstabilan emulsi
1. Stabilitas sediaan emulsi
- Suhu kamar selama 6 hari
- Di oven suhu 40oC selama 3 hari
2. Penetapan bobot jenis (FI IV hal 1030)
3. Penentuan volume terpindahkan (FI IV hal 1089)
4. Penentuan tinggi sedimentasi
Perbandingan tinggi lapisan koloid emulsi terhadap tinggi seluruh sediaan, emulsi
dikatakan baik dan stabil jika perbandingannya mendekati 1.
5. Penentuan tipe emulsi
- Metode Pengenceran
Emulsi yang telah dibuat dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian
diencerkan dengan air. Jika emulsi dapat diencerkan maka tipe emulsi adalah
minyak dalam air (M/A), sebaliknya jika tidak dapat diencerkan maka tipe
emulsinya A/M
- Metode disperse warna
Emulsi yang dibuat dimasukkan ke dalam vial, kemudian ditetesi dengan
beberapa tetes larutan biru metilen. Jika warna biru segera terdispersi ke seluruh
emulsi maka tipe emulsinya adalah tipe M/A, sebaliknya jika tidak dapat
terdispersi maka tipe emulsinya A/M

F. PEMBAHASAN:
Pada praktikum ini dilakukan percobaan emulsifikasi. Pada percobaan ini kita
dapat menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan pada
pembuatan emulsi, mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi, dan menentukan HLB
butuh minyak yang di gunakan dalam pemuatan emulsi.

Pada percobaan emulsifikasi ini akan dibuat satu seri emulsi dengan nilai HLB
butuh masing-masing 6,8,12, dan 14. Bahan yang digunakan adalah minyak dan air,
sedangkan untuk emulgator digunakan emulgator kombinasi surfaktan yaitu Tween 80
dan gliserin. Proses pengerjaan diawali dengan menghitung jumlah Tween 80 dan
gliserin yang dibutuhkan untuk setiap nilai HLB butuh mulai dari HLB butuh 6 sampai
HLB 14.

8
Modul Praktikum Farmasi Fisika

G. PERTANYAAN:
1. Tentukan sifat emulsi pada masing-masing HLB yang telah dibuat!
Jawab:
-Nilai HLB 6 menunjukan sifat emulsi Minyak dalam Air (o/w)
- Nilai HLB 8 menunjukan sifat emulsi Air dalam Minyak ( w/o)
- Nilai HLB 10 menunjukan sifat emulsi Air dalam Minyak (w/o)
- Nilai HLB 12 menunjukan sifat emulsi air dalam minyak (w/o)
- Nilai HLB 14 menunjukan sifat emulsi air dalam Minyak (w/o)

2. Apakah yang dimaksud dengan emulsi, emulsifikasi dan emulgator?


Jawab: Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok.

Emulsifikasi adalah proses pembentukan emulsi dari bahan-bahan yang tidak saling
melarut karena perbedaan polaritas.

Emulgator merupakan senyawa pengemulsi yang akan mendispersi fase air ke


dalam fase minyak pada krim tipe A/M, sehingga sediaan yang dihasilkan stabil
(Lachman et al., 2008).

3. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi?


Jawab:
 Perbedaan berat jenis antara kedua fase
 Kohesi fase terdispersi
 Persentase padatan didalam emulsi.
 Temperatur luar yang ekstrim
 Ukuran butiran fase terdispersi
 Viskositas fase kontinue

H. HASIL PERCOBAAN
Perhitungan HLB
1. HLB 6

9
Modul Praktikum Farmasi Fisika

2. HLB 8
3. HLB 10
4. HLB 12
5. HLB 14

Penyelesaian :
1. HLB 6
Dik : a = HLB Tween = 15
b = HLB span = 6,7
x=6
Dit : Emulgator tween dan span

( x−HLBb )
A%: ×100 %
HLBa−HLBb
(6−6,7)
¿ ×100 %
15−6,7
0,7
= × 100 %
8,3
70
¿ %
8,3
=8%
8
a. HLB Tween = x 5 gr
100
40
=
100
= 0 , 4 gr

b. HLB Span = 100 %−8 %


= 92 %
92
= x 100 %
100
460
= x 100 %
100
= 4,6 gr
2. HLB 6
Dik : a = HLB Tween = 15
b = HLB span = 6,7

10
Modul Praktikum Farmasi Fisika

x=8
Dit : Emulgator tween dan span

( x−HLBb )
A%: ×100 %
HLBa−HLBb

(8−6,7)
¿ ×100 %
15−6,7

1,3
= ×100 %
8,3
1300
¿ %
8,3

¿ 16 %

16
a. HLB Tween = x 5 gr
100

80
=
100

= 0,8 gr

b. HLB Span = 100 %−16 %


= 74 %
74
= x 5 gr
100
370
=
100
= 3,7 gr
3. HLB 10
Dik : a = HLB Tween = 15
b = HLB span = 6,7
x = 10
Dit : Emulgator tween dan span

( x−HLBb )
A%: ×100 %
HLBa−HLBb

(10−6,7)
¿ ×100 %
15−6,7

11
Modul Praktikum Farmasi Fisika

3 ,3
= ×100 %
8,3
3300
¿ %
8,3

¿ 40 %
40
a. HLB Tween = x 5 gr
100

20
=
10

= 2 gr
b. HLB Span = 100 %−40 %
= 60 %
60
= x 5 gr
100
30
=
100
= 3 , gr
4. HLB 12
Dik : a = HLB Tween = 15
b = HLB span = 6,7
x = 12
Dit : Emulgator tween dan span

( x−HLBb )
A%: ×100 %
HLBa−HLBb

(1 2−6,7)
¿ × 100 %
15−6,7

5 ,3
= ×100 %
8,3
5300
¿ %
8,3

¿ 64 %
64
a. HLB Tween = x 5 gr
100

12
Modul Praktikum Farmasi Fisika

320
=
10 0

= 3 , 2 gr
b. HLB Span = 100 %−64 %
= 36 %
36
= x 5 gr
100
180
=
100
= 1 , 8 gr
5. HLB 14
Dik : a = HLB Tween = 15
b = HLB span = 6,7
x = 14
Dit : Emulgator tween dan span

( x−HLBb )
A%: ×100 %
HLBa−HLBb

(1 4−6,7)
¿ × 100 %
15−6,7

7,3
= ×100 %
8,3
7300
¿ %
8,3

¿ 88 %

88
a. HLB Tween = x 5 gr
100

44 0
=
100

= 4 , 4 gr

b. HLB Span = 100 %−88 %


= 12 %

13
Modul Praktikum Farmasi Fisika

12
= x 5 gr
100
60
=
100
= 0 , 6 gr

14
Pengamatan Emulsi

Pengamatan Bobot jenis Volume Tipe emulsi


terpindahkan
Metode Metode
pengenceran disperse warna

Pengamatan 1

Pengamatan Tinggi Tinggi Perbandingan tinggi sediaan :


sediaa sedimentasi tinggi sedimentasi
n

24 jam 3 hari 24 jam 3 hari

Pengamatan 2
Suhu kamar
Pengamatan Tinggi Tinggi Perbandingan tinggi sediaan :
sediaan sedimentasi tinggi sedimentasi

24 jam 6 hari 24 jam 6 hari

Suhu 40 oC

Anda mungkin juga menyukai