Anda di halaman 1dari 41

BAB 10

Koloid
Venty Ratna Waty, S.Pd
Pertemuan I
Sistem Koloid dan Jenis-Jenis Koloid
SISTEM KOLOID
1. Pengertian Sistem Koloid

Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi, berkisar dari 1 nanometer (nm) sampai 1 mikrometer (µm). Secara
makroskopis, campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan
mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel terlarutnya.

Contoh koloid :
Perbandingan sifat larutan sejati , koloid, dan suspensi
Perbandingan sifat larutan sejati , koloid, dan suspensi
2. Jenis-jenis Koloid
Sistem Koloid
Koloid terdiri atas fase terdispersi dan medium pendispersi.
 Fase terdispersi adalah zat yang didispersikan.
 Medium pendispersi adalah medium yang digunakan untuk
mendispersikan.
• Emulsi adalah dispersi koloid zat cair dengan
zat cair.
• Bila medium pendispersinya berupa zat padat
disebut emulsi padat.

• Contoh emulsi adalah air dalam minyak


dan minyak dalam air.
 Contoh emulsi minyak dalam air adalah
santan dan susu
 Contoh emulsi air dalam minyak adalah
minyak bumi, minyak ikan, dan
mayonase.
• Sol adalah koloid dengan fase
terdispersi zat padat dan medium
pendispersi zat cair atau zat padat.

 Jika medium pendispersi zat cair


dinamakan sol.
 jika medium pendispersinya padat
dinamakan sol padat.

• Contoh sol padat adalah kaca berwarna dan paduan logam .


• Contoh sol adalah agar-agar, cat, dan tinta.
• Busa merupakan sistem koloid yang
fase terdispersinya berupa gas dan
medium pendispersinya berupa zat
cair.
• Bila medium pendispersinya berupa
zat padat disebut busa padat.

• Contoh busa padat adalah batu


apung dan busa karet .
• Contoh busa cair adalah busa sabun
dan busa pemadam kebakaran.
• Aerosol adalah koloid dengan medium
pendispersinya merupakan gas.
 Aerosol padat jika fase terdispersinya
zat padat, contohnya asap dan debu.
 Aerosol cair jika fase
terdispersinya zat cair,
contohnya kabut dan awan.

• Contoh produk yang menggunakan bentuk aerosol antara lain


minyak wangi, obat anti nyamuk semprot, dan cat semprot.
• Gel terjadi Bila zat cair dan zat padat dicampur pada
konsentrasi yang tepat maka zat cair yang ada dapat terserap
oleh zat padatnya.
• Peristiwa perubahan gel
menjadi sol atau sebaliknya
dinamakan tiksotropi.
• Contoh gel antara lain mentega,
keju, agar-agar, lem kanji, selai,
gel sabun, dan produk-produk
kosmetik misalnya minyak
rambut.
Pertemuan II
Sifat-Sifat Koloid
SIFAT – SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall : peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid.

Bila suatu larutan sedangkan oleh partikel-partikel


(larutan sejati) berkas koloid dan suspensi, berkas cahaya
cahaya diteruskan dihamburkan sehingga berkas
cahaya terlihat dengan jelas
Contoh Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari

cahaya matahari pagi di udara


yang berkabut
sorot lampu mobil saat udara berkabut
2. Gerak Brown
Telah disebutkan bahwa partikel koloid dapat menghamburkan cahaya. Jika diamati
dengan mikroskop ultra, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terus-menerus
dengan gerak acak (gerak zig-zag). Gerak acak partikel koloid ini disebut gerak Brown,
sesuai dengan nama penemunya yaitu Robert Brown.

Gerak Brown itu disebabkan adanya tumbukan dari partikel


medium pendispersi pada partikel koloid yang terdispersi.

Semakin tinggi temperatur maka semakin cepat gerak Brown


karena energi kinetik molekul medium meningkat, sehingga
menghasilkan tumbukan yang lebih kuat.

Gerak Brown adalah suatu gerak zig-


zag partikel koloid yang dapat diamati
menggunakan mikroskop ultra.
3. Elektroforesis

Elektroforesis : pergerakan partikel koloid dalam


medan listrik.

Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua


batang elektrode dan dihubungkan dengan sumber
arus searah maka partikel koloid akan bergerak ke
salah satu elektrode tergantung pada jenis
muatannya.
 Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode
(elektrode positif).
 Koloid yang bermuatan positif akan bergerak ke
katode (elektrode negatif).
4. Adsorpsi

Adsorpsi : Proses penyerapan suatu partikel zat, baik berupa ion,


atom, maupun molekul pada permukaan zat tersebut
sehingga koloid akan memiliki muatan listrik.

 Zat yang diadsorpsi disebut dengan


adsorbad.
 Zat yang mengadsorpi disebut dengan
adsorban.

Proses penyerapan di permukaan


partikel koloid disebut adsorpsi
koloid.
Adsorpsi ion-ion menyebabkan partikel koloid
bermuatan listrik.
Contoh adsorpsi pada koloid :
-Proses pemisahan mineral logam dari bijihnya pada
industri logam
-Penjernihan air tebu pada proses pembuatan gula
pasir menggunakan tanah diatome dan arang tulang
-Proses penyembuhan sakit perut karena bakteri
patogen menggunakan norit
-Penjernihan air dengan tawas (Al2(SO4)3 pada proses
pengolahan air minum
5. Koagulasi

Penggumpalan sistem koloid disebut koagulasi. Antarpartikel koloid


terdapat gaya tolak-menolak listrik karena bermuatan sejenis.

Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang
bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Semakin besar muatan ion, semakin
kuat daya tarik-menariknya dengan partikel koloid, sehingga semakin cepat terjadi
koagulasi.
Koagulasi koloid dapat melalui cara :

1. Cara mekanis adalah menggumpalkan koloid dengan pemanasan,


pengadukan, dan pendinginan.

Koloid agar-agar dalam air akan


menggumpal bila dipanaskan.
2. Penggumpalan koloid cara fisis adalah penggunaan alat cottrel. Asap
atau debu dari cerobong pabrik dapat digumpalkan dengan alat listrik
atau cottrel.

Alat cottrel biasanya dipakai pada cerobong asap di industri-


industri besar, untuk menggumpalkan asap dan debu sebagai
partikel koloid.
3. Pengumpulan dengan cara kimia dilakukan dengan menambahkan elektrolit
bermuatan lawan ke dalam koloid.

Tawas mengandung elektrolit Al2(SO4)3


yang berisi ion Al3+ dapat menggumpalkan
partikel koloid dalam air, karena lumpur
berupa koloid yang bermuatan negatif. Hal
ini digunakan juga pada proses
penjernihan air.
Contoh koagulasi antara lain :
-Penggumpalan lumpur atau tanah liat pada proses
penjernihan air menggunakan tawas
-Proses pembentukan delta dimuara sungai.
-Penetralan albuminoid dalam darah sehingga
penggumpalan tersebut dapat menutup luka
-Penggumpalan debu atau asap pabrik dengan alat
koagulasi listrik yaitu cotrell.
6. Dialisis

Dialisis merupakan cara mengurangi ion-ion pengganggu yang


terdapat dalam sistem koloid menggunakan selaput semi permeabel

Dialisis dilakukan dengan cara memasukkan


koloid yang akan dimurnikan ke dalam kantung
yang dibuat dari selaput semipermeabel.

Selaput semipermeabel dapat melewatkan


molekul-molekul air atau ion-ion, tetapi tidak
dapat dilewati oleh partikel-partikel koloid.
Hemodialisis
Hemodialisis adalah proses membersihkan
darah dari zat-zat sampah hasil
metabolisme.

Hemodialisis dilakukan karena ginjal tidak


mampu lagi menyaring darah karena
kehilangan atau berkurang fungsinya.

Alat yang digunakan dalam hemodialisis


disebut dialiser (tabung cuci darah).
7. Koloid Pelindung

Koloid pelindung adalah koloid yang dapat


memberikan efek kestabilan.
Koloid pelindung pada emulsi dinamakan
emulgator.
Koloid pelindung membentuk lapisan di sekeliling
partikel koloid, sehingga melindungi muatan
partikel koloid tersebut.

 Pada pembuatan es krim dicampurkan


gelatin sebagai koloid pelindung, yang
berguna mencegah pengkristalan es.
8. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Koloid liofildan liofob digolongkan ke dalam koloid tipe sol.


Berdasarkan afinitas atau gaya tarik menarik antara partikel fase terdispersi dan
medium pendispersinya sol dibedakan menjadi dua :
1. Sol hidrofil
2. Sol hidrofob
ofilHidrofil
Sol
merupakan sol yang fase terdispersinya mempunyai afinitas yang besar dalam
menarik medium pendispersinya.
Liofil berasal dari bahasa Yunani, lyo yang berarti cairan dan philia yang berarti
cinta dan jika medium pendispersinya air maka disebut hidrofil.

Koloid hidrofil mempunyai gugus ionik atau


gugus polar di permukaannya sehingga
koloid ini dapat berinteraksi baik dengan air.
Jika zat padat tersebut dicampurkan
kembali dengan air, sol hidrofil akan
terbentuk kembali. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa sol hidrofil bersifat Agar-agar merupakan contoh
reversible. Contoh sol hidrofil : agar-agar, sol hidrofil
kanji, gelatin.
Pertemuan III
Proses Pembuatan Koloid
Pembuatan Sistem Koloid

Kondensasi Dispersi

1. Cara kondensasi adalah pembuatan sistem koloid dengan


menggabungkan ion-ion, atom-atom, molekul-molekul, atau
partikel yang lebih halus membentuk partikel yang lebih besar
dan sesuai dengan ukuran partikel koloid.

2. Cara dispersi adalah cara pembuatan sistem koloid dengan


menghaluskan butir-butir zat yang bersifat makroskopis (kasar)
menjadi butir-butir zat yang bersifat mikroskopis (halus), sesuai
dengan ukuran partikel koloid.
Kondensasi Dispersi
1. Cara kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan menggabungkan ion-ion,
atom-atom, molekul-molekul, atau partikel yang lebih halus
membentuk partikel yang lebih besar dan sesuai dengan
ukuran partikel koloid.

Pembuatan koloid dengan cara kondensasi cara kimia dilakukan


melalui :
a. Reaksi Redoks
b. Reaksi Hidrolisis
c. Reaksi substitusi / dekomposisi rangkap
d. Pengendapan
a. Reaksi Redoks
----> reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh : Pembuatan sol belerang dari reaksi gas H2S dengan SO2.

2H2S (g)+ SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O (l)

b. Reaksi Hidrolisis
----> reaksi suatu zat dengan air.
Contoh : Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara meneteskan larutan
FeCl3 dalam air mendidih.
FeCl3(aq) + 3H2O (l) Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl (aq)
c. Reaksi Substitusi/dekomposisi rangkap
Contoh 1 : sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan perak
nitrat encer dengan larutan HCl encer.
AgNO3(aq) + HCl (aq) Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl (aq)

Contoh 2 : sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3
dengan larutan H2S.

2H3AsO3(aq) + 3H2S (l) As2S3 (koloid) + 6H2O (l)


d. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan
larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh:

AgNO3 (aq)+ NaCl (aq)  AgCl (koloid) + NaNO3 (aq)


Ketika NaCl ditambahkan ke dalam larutan perak nitrat, terbentuk agregat
AgCl
2. Cara dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan menghaluskan butir-butir zat
yang bersifat makroskopis (kasar) menjadi butir-butir zat yang
bersifat mikroskopis (halus), sesuai dengan ukuran partikel koloid.

Cara ini dapat dilakukan melalui :


a. Cara Mekanik
b. Cara Peptisasi
c. Cara Busur Bredig
d. Cara Homogenisasi
a. Cara Mekanik
Cara ini dilakukan dari gumpalan partikel yang besar
kemudian dihaluskan dengan cara penggerusan atau
penggilingan.
Contoh : sol belerang dapat dibuat dengan
menggerus serbuk belerang bersama-sama
dengan gula pasir, kemudian mencampur
serbuk halus tersebut dengan air.
b. Cara Peptisasi
Cara Peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar
suatu endapan dengan bantuan zat pemeptisasi (pemecah).

Contoh :
Pembuatan agar-agar (agar-agar dipeptisasi oleh air)
Endapan NiS dipeptisasi gas H2S menghasilkan belerang yang
dapat membentuk sol belerang.
Endapan Al(OH)3 oleh AlCl3 terpeptisasi menjadi koloid Al(OH)3
c. Cara Busur Bredig

Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan
koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan pada medium pendispersi,
kemudian diberi loncatan listrik diantara kedua ujungnya, sehingga atom logam
akan terlempar ke dalam air, lalu atom tersebut akan mengalami kondensasi
untuk membentuk partikel koloid. Jadi, cara ini merupakan gabungan cara
dispersi dan kondensasi.
d. Cara Homogenisasi

Homogenisasi adalah cara yang digunakan untuk membuat


suatu zat menjadi homogen dan berukuran partikel koloid.
Misal untuk membuat koloid tipe emulsi, seperti susu.
Pada pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu
diperkecil hingga berukuran partikel koloid. Caranya dengan
melewatkan zat tersebut melalui lubang berpori yang
mempunyai tekanan tinggi. Apabila partikel lemak dengan
ukuran partikel koloid sudah terbentuk, zat tersebut
kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersinya.

Anda mungkin juga menyukai