Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATERI TENTANG KOLOID

 PENGERTIAN KOLOID
Koloid merupakan jenis campuran heterogen yang terbentuk karena adanya dispersi suatu zat ke dalam zat lain yang
dicampurkan. Dalam koloid itu terdapat fase terdispersi (terlarut) dan medium pendispersi (pelarut)
 PERBEDAAN LARUTAN,KOLOID,SUSPENSI
 JENIS JENIS KOLOID

1. Sol Padat

Sol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi yang padat juga. Sol padat ini terbentuk karena
pengaruh tekanan dan suhu, sehingga menghasilkan padatan yang kokoh dan keras. Contohnya, batuan ruby (batuan
permata). Batuan ruby ini merupakan padatan kromium (Cr) yang tersebar dalam padatan aluminium oksida. Sehingga,
dari sini bisa kelihatan ya, kalau padatan kromium (Cr) itu sebagai fase terdispersi dan padatan aluminium oksida
(AI2O3) sebagai medium pendispersi.

2. Sol

Sol memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi cair yang tidak mudah berubah sifatnya. Jadi, bedanya
sol dengan sol padat itu terletak di medium pendispersinya, ya. Kalau sol padat mediumnya padat, sedangkan sol
mediumnya cair. Contohnya, cat tembok. Cat tembok terdiri dari banyak jenis padatan, di antaranya kalsium karbonat
(CaCO3), kaolin, dan lain sebagainya. Zat padat (fase terdispersi) inilah yang mengalami penyebaran dalam medium cair
(medium pendispersi) yang berupa air (H2O).

3. Aerosol Padat

Aerosol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi gas. Contohnya, asap kendaraan. Asap
kendaraan mengandung padatan berupa timbal, karbon, karbon monoksida, dan lain sebagainya yang merupakan hasil
pembakaran tidak sempurna dari mesin. Makanya, ketika kamu melewati kendaraan bermotor yang mengeluarkan asap,
kadang kamu akan merasakan kelilipan karena adanya padatan (fase terdispersi) di dalam asap (medium pendispersi).

4. Aerosol

Aerosol memiliki fase terdispersi berupa cairan dan medium pendispersi berupa gas. Jadi, bedanya aerosol dengan
aerosol padat terletak pada fase terdispersinya. Aerosol tidak bisa bertahan lama. Hal ini karena zat penyusunnya yang
mudah rusak oleh perubahan suhu dan tekanan udara lingkungan. Contohnya, parfum. Saat parfum disemprotkan di
udara, cairan parfum akan terdispersi atau tersebar di udara yang wujudnya gas sebagai merupakan medium pendispersi.

5. Emulsi Padat
Selanjutnya, ada emulsi padat yang memiliki fase terdispersi berupa cairan dalam medium pendispersi padat.
Contohnya, agar-agar. Agar-agar terbuat dari air (fase terdispersi) yang dicampur dengan bubuk agar-agar (medium
pendispersi). Pada saat bubuk agar-agar dipanaskan dalam air, serat dari agar-agar akan bergerak bebas. Saat proses
pendinginan, serat tersebut akan saling merapat dan memadat. Jadi, pada agar-agar itu, partikel-partikel air terdispersi
atau tersebar dalam partikel agar-agar.

6. Emulsi

Nah, kalau fase terdispersi dan medium pendispersinya berupa cairan, maka disebutnya emulsi. Emulsi biasanya
tersusun oleh cairan dengan kepolaran senyawa yang berbeda, sehingga tidak saling bercampur. Contohnya, susu.
Emulsi pada campuran susu dan air itu terjadi ketika partikel air terdispersi atau tersebar dalam partikel-partikel susu.
Nah, karena partikel air dan susu ini punya level kepolaran yang beda, maka kedua zat ini ga bisa bercampur dengan
sempurna, sehingga susu itu termasuk koloid, bukan larutan.

7. Buih Padat

Busa padat memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi padatan, atau bisa disebut juga gas yang
terdispersi di dalam padatan. Contohnya, spons. Jika dilihat, spons itu merupakan sebuah padatan, tapi ketika dipencet
ternyata isinya udara. Itu tandanya, partikel-partikel udara atau gasnya tersebar dalam medium padat, ya.

8. Buih

Jenis koloid yang terakhir, yaitu buih. Bedanya dengan buih padat, kalau buih memiliki fase terdispersi berupa
gas dalam medium pendispersi cair, atau bisa disebut juga gas yang terdispersi di dalam cairan. Contohnya, buih
sabun karena adanya udara (fase terdispersi) yang terjebak di dalam larutan sabun (medium pendispersi). Hal ini terjadi
karena molekul sabun yang saling tarik menarik membentuk jaring atau lapisan yang dapat menjebak udara, sehingga
membentuk gelembung-gelembung bening berisi udara.

 SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Sifat optik/dapat menghamburkan cahaya

Peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel partikel koloid disebut efek tyndall.
Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-
partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-
partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati. Contoh lainnya dapat
kita lihat saat asap mengepul dari cahaya proyektor.
2. Sifat kinetik
Gerak Brown adalah sifat koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika
kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak
membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran
partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi
suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya.
Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3. Sifat listrik

Elektroforesis adalah Peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik. Manfaat Elektroforesis ini ada pada
proses pemisahan potongan-potongan gen pada proses bioteknologi, penyaringan debu pabrik pada cerobong asap yang
disebut dengan pesawat cottrel. Koloid logam atau basa umumnya mengadsorbsi ion-ion logam pada saat proses
pembentuk sehingga akan menjadi bermuatan positif. As2S3 dan kelompok koloid sulfida lainnya, dimana pada
umumnya mengadsorbsi ion negatif, sehingga akan menjadi koloid negatif. Penerapan Elektroforesis dalam kehidupan
sehari-hari. Contoh Elektroforesis adalah Identifikasi DNA ,Mendeteksi kelainan genetic,Proses penyaringan debu
pabrik

4.Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses melekatnya suatu zat pada permukaan padatan atau cairan.Partikel koloid
mudah mengadsorpsi warna. Adsorpsi dapat terjadi karena adanya kemampuan pada partikel koloid untuk
menarik (ditempeli) oleh partikel-partikel kecil. Kemampuan menarik tersebut, dapat terjadi karena disebabkanya
adanya tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi, sehingga bila ada partikel yang menempel akan cenderung
dipertahankan pada permukaannya. Bila partikel-partikel koloid mengadsorbsi ion yang bermuatan positif pada
permukaannya maka koloid kana menjadi bermuatan positif, dan sebaliknya bila yang diadsorbsi ion negatif akan
menjadi bermuatan negatif.  Selain dari ion, partikel-partikel koloid dapat menyerap muatan dari listrik statis, misalnya
debu dapat menyerap muatan negatif atau positif dari adanya elektron yang berak di udara atau dari arus listrik. Dari
adanya peristiwa adsorpsi partikel koloid yang bermuatan listrik, maka jika koloid tersebut diletakkan dalam medan
listrik partikelnya akan bergerak menuju kutub yang bermuatan listrik yang berlawanan dengan muatan koloid. Sol
+
Fe(OH)3 mampu mengadsorpsi ion-ion H , sehingga Sol Fe (OH)3 bermuatan positif.

Penerapan Adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Adsorpsi adalah sebagai berikut…


 Penjernihan air dengan menggunakan tawas
 Penjernihan air tebu dalam pembuatan gula
 Penyembuhan sakit perut dengan norit akibat dari bakteri patogen
 Pencelupan serat wol pada proses pewarnaan
5. koagulasi

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid, sehingga kestabilan system koloid menjadi hilang.

Penyebab koagulasi pada sistem koloid, antara lain karena pengaruh :pemanasan,,pendinginan,pencampuran
elektrolit, elektroforesis yang berlangsung lama.
Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut:

Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif
akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila
selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi
koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat
terjadi koagulasi.

Gambar di atas memperlihatkan bahwa ion fosfat yang bermuatan 3- tertarik lebih dekat daripada ion
klorida yang bermuatan 1-, walaupun konsentrasi ion fosfat itu lebih kecil.

proses koagulasi:

Contoh penerapan dalam kehidupan sehari hari:

Merebus telur mentah dalam air,mendinginkan agar agar yang panas,pembentukan delta di muara sungai,penjernihan air
sungai,dan penggumpalan karet dalam lateks.

6. koloid pelindung

Koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan ke dalam sistem koloid agar menjadi stabil. Misalnya penambahan
gelatin pada pembuatan es krim dimaksudkan agar es krim tidak dapat memisah sehingga tetap terus kenyal, serta
penambahan gum arab dalam pembuatan semir dan lain-lainnya.

Penerapan Koloid Pelindung dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Koloid Pelindung adalah sebagai berikut…
 Penambahan minyak silikon pada cat
 Penambahan kasein pada susu
 Penambahan gelatin pada es krim
 Penambahan lestin pada margarin

 PEMBUATAN KOLOID:

Pembuatan koloid bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu kondensasi dan dispersi
Gambar di atas memperlihatkan bahwa ion fosfat yang bermuatan 3- tertarik lebih dekat daripada ion klorida
yang bermuatan 1-, walaupun konsentrasi ion fosfat itu lebih kecil.

proses koagulasi:

Contoh penerapan dalam kehidupan sehari hari:

Merebus telur mentah dalam air,mendinginkan agar agar yang panas,pembentukan delta di muara sungai,penjernihan air
sungai,dan penggumpalan karet dalam lateks.

6. koloid pelindung

Koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan ke dalam sistem koloid agar menjadi stabil. Misalnya penambahan
gelatin pada pembuatan es krim dimaksudkan agar es krim tidak dapat memisah sehingga tetap terus kenyal, serta
penambahan gum arab dalam pembuatan semir dan lain-lainnya.
Penerapan Koloid Pelindung dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Koloid Pelindung adalah sebagai berikut…
 Penambahan minyak silikon pada cat
 Penambahan kasein pada susu
 Penambahan gelatin pada es krim
 Penambahan lestin pada margarin

 PEMBUATAN KOLOID:

Pembuatan koloid bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu kondensasi dan dispersi
1. 1. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi

Pada cara ini, pembuatan dilakukan dengan menggabungkan partikel kecil atau partikel larutan dengan partikel
yang lebih besar. Secara sederhana, pembuatan ini menggabungkan koloid yang sudah ada dengan partikel kecil yang
lainnya. Penggabungan ini bisa dilakukan melalui tiga cara, yaitu reaksi redoks, dekomposisi, dan hidrolisis.

Reaksi redoks, merupakan reaksi yang ditandai dengan adanya perubahan bilangan oksidasi. Contohnya, pada
pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.

2H2S(g)+ SO2(aq) → 3S (koloid) +2H2O(I)

Dekomposisi, merupakan reaksi penguraian suatu zat menjadi zat yang lebih sederhana. Contohnya, pada pembuatan
sol As2S3 dengan mengalirkan gas asam sulfida ke dalam larutan arsenit.

As2O3(aq) + 3H2S(g) → As2S3(s) + 3H2O(l)

Hidrolisis, merupakan reaksi suatu senyawa dengan molekul air untuk menghasilkan sol logam. Contohnya, pada
pembuatan sol Fe(OH)3 dengan mencampurkan larutan jenuh FeCl3 ke dalam air mendidih, dan diaduk hingga larutan
berwarna merah kecoklatan.

FeCl3(aq) + 3H2O(I) → Fe(OH)3(koloid) + 3HCl(aq)

2. Pembuatan koloid dengan cara dispersi

Cara pembuatan ini terbalik dengan kondensasi, cara dispersi adalah memecahkan partikel yang besar atau suspensi
menjadi partikel kecil atau koloid. Untuk melakukan pemecahan ini bisa dilakukan dengan 3 cara, yaitu peptisasi,
busur bredig, dan mekanik.

Peptisasi: Pada cara ini, partikel-partikel besar dipecah dengan bantuan zat pemeptisasi (pemecah). Contoh: endapan
Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3; endapan NiS oleh H2S; dan agar-agar dipeptisasi oleh air.
Busur Bredig: Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam, seperti Ag, Au, dan Pt. Caranya, arus listrik
bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah elektrode logam (bahan terdispersi). Kemudian, kedua elektrode itu
dicelupkan ke dalam air, hingga kedua ujung elektrode hampir bersentuhan, agar terjadi loncatan bunga api.

Mekanik: Pada cara ini, butiran-butiran kasar digerus atau digiling dengan penggiling koloid, hingga tingkat kehalusan
tertentu. Lalu, diaduk dalam medium pendispersi. Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang
bersama-sama dengan gula pasir, kemudian serbuk yang sudah halus tersebut dicampur dengan air.

 Pemurnian koloid:

1. Dialisis

Dialisis adalah, suatu proses untuk menghilangkan ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid.
Pada proses ini, sistem koloid yang berada dalam kantong koloid, dimasukkan ke dalam bejana yang berisi
air mengalir.
Kantong koloid terbuat dari selaput semipermeable, yang dapat dilewati oleh ion-ion, tetapi tidak dapat
dilewati oleh partikel koloid.

2.ultra filtrasi

Pori kertas dapat diperkecil dengan mencelupkan ke dalam kolodian. Pada penyaringan perlu menggunakan
pompa air atau pompa vakum.

Penggunaan koloid dalam kehidupan sehari hari,karna memiliki sifat adsorbsi maka:

 Penjernihan air (misalnya air sungai). Penambahan tawas pada air sungai, akan membentu koloid Al(OH)3, yang akan
mengadsorbsi pengotor dalam air,sehingga menggumpal dan mengendap, sehingga air akan menjadi jernih.

 Menghilangkan bau badan

Produk roll on deodorant menggunakan Aluminium stearat sebagai adsorben, jika deodorant digosokkan pada anggota badan,
maka Al-stearat akan mengadsorbsi keringat yang menyebabkan bau badan.

 Penggunaan Norit

Norit mengandung arang aktif yang akan menyerap berbagai racun dalam usus.

 Sifat koagulasi koloid dapat dimanfaatkan untuk mengurangi polusi


udara dari pabrik.

 Kegunaan lainnya ,Pada pencelupan tekstil digunakan zat koloid untuk mempermudah pemberian warna.

 Cat emulsi dan emulsi fotografi termasuk koloid pengotor yang tidak bercampur dengan air.

 Untuk keperluan kosmetik seperti bodylotion dan handcream, dsb.

Anda mungkin juga menyukai