Anda di halaman 1dari 30

.

1 PENGERTIAN KOLOID

Ada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran
dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja
saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan
air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid.

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara
merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar
antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal
dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari
serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem
koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.

Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid
adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran
partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang
terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom,
molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel
dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih.
Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8.
Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin.
Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.

2.2 JENIS-JENIS KOLOID

Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium pendispersi.
Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas. Berdasarkan
fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

1. Sol (fase terdispersi padat)


a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran

2. Emulsi (fase terdispersi cair)


a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk

3. BUIH (fase terdispersi gas)


a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
– Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi

sama- sama berupa gas, campurannya tergolong larutan


2.3 SIFAT-SIFAT KOLOID

 Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid.
Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat
itu disebut efek tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati
(gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan
cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu
terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk
dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya
relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

 Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka
kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa
bergerak.

Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di
tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,
pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu
sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup
kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak
zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak
ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin
tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel
medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka gerak
Brown semakin lambat.

 Absorpsi

Absorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Absorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii)
Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

 Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.

 Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara
fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan
elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

 Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses
koagulasi.

 Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis.

 Elektroforesis

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan


menggunakan arus listrik.

2.4 PEMBUATAN SISTEM KOLOID

Reaksi dekomposisi rangkap


Misalnya:
– Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan
As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) à As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)

– Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;

AgNO3 (ag) + HCl(aq) à AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

Pemanasan nitrat

Jika dipanaskan, kebanyakan nitrat cenderung mengalami dekomposisi membentuk oksida


logam, nitrogen dioksida berupa asap coklat, dan oksigen.
Sebagai contoh, nitrat Golongan 2 yang sederhana seperti magnesium nitrat mengalami
dekomposisi dengan reaksi sebagai berikut :

Pada Golongan 1, ithium nitrat mengalami proses dekomposisi yang sama – menghasilkan
lithium oksida, nitrogen dioksida dan oksigen.

Akan tetapi, nitrat dari unsur selain lithium dalam Golongan 1 tidak terdekomposisi
sempurna (minimal tidak terdekomposisi pada suhu Bunsen) – menghasilkan logam nitrit dan
oksigen, tapi tidak menghasilkan nitrogen oksida.

Semua nitrat dari natrium sampai cesium terdekomposisi menurut reaksi di atas, satu-satunya
yang membedakan adalah panas yang harus dialami agar reaksi bisa terjadi. Semakin ke
bawah golongan, dekomposisi akan semakin sulit, dan dibutuhkan suhu yang lebih tinggi.

Pemanasan karbonat

Jika dipanaskan, kebanyakan karbonat cenderung mengalami dekomposisi membentuk


oksida logam dan karbon dioksida.

Sebagai contoh, karbonat Golongan 2 sederhana seperti kalsium karbonat terdekomposisi


sebagai berikut:

Pada Golongan 1, lithium karbonat mengalami proses dekomposisi yang sama –


menghasilkan lithium oksida dan karbon dioksida.

Karbonat dari unsur-unsur selain lithium pada Golongan 1 tidak terdekomposisi pada suhu
Bunsen, walaupun pada suhu yang lebih tinggi mereka akan terdekomposisi. Suhu
dekomposisi lagi-lagi meningkat semakin ke bawah Golongan.
2.5 KEGUNAAN KOLOID

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan
untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat
stabil untuk produksi dalam skala besar.

Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:

Jenis industri Contoh aplikasi


Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:

1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid
akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat
warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.

2. Penggumpalan Darah

Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka
luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+
dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga
proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.

3. Penjernihan Air

Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur,
dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya
layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat
dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang
terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang
bermuatan positif melalui reaksi:

Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema
proses penjernihan air secara lengkap:

Fase Medium

No Terdispersi Pendispersi Nama Koloid Contoh

1. Padat Padat Sol padat Gelas berwarna, intan hitam, paduan logam

2. Padat Cair Sol Sol emas, sol belerang, tinta, cat, tanah liat

3. Padat Gas Aerosol padat Asap (smoke), debu

4. Cair Gas Aerosol cair Kabut (fog), awan, embun

5. Cair Cair Emulsi Susu, santan, minyak ikan, mayonaise

6. Cair Padat Emulsi padat Jelly, mutiara, keju, mentega, nasi

7. Gas Cair Buih/busa Buih sabun, krim kocok, pasta

8. Gas Padat Buih padat Karet busa, batu apung, styrofoam, kerupu

ifat-Sifat Koloid - Setelah mengingat kembali mengenai pengertian koloid, mari kita
menuju ke pembahasan utama kita yaitu Sifat-sifat koloid. Sistem koloid mempunyai
sifat khas, yang berbeda dengan sifat pada sistem dispersi lainnya. Sifat-sifat koloid
adalah Efek Tyndall, Gerak Brown, Adsorpsi, dan Koagulasi. Berikut penjelasan
mengenaiSifat-Sifat Koloid...

1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah terhamburnya cahaya oleh partikel koloid. Bila seberkas sinar
dilewatkan pada supspensi (dispersi pasir dalam air), koloid (air teh), dan larutan
(gula dalam air), dan dilihat tegak lurus dari arah datangnya cahaya maka lintasan
cahaya akan terlihat jejaknya pada suspensi dan koloid, sedangkan larutan tidak
akan tampak sama sekali. Terlihatnya lintasan cahaya ini disebabkan cahaya yang
dihamburkan oleh partikel-partikelnya dimana pada saat itu melewati suspensi atau
koloid, sedangkan pada larutan tidak. Partikel koloid dan suspensinya cukup besar
untuk dapat menghamburkan sinar, sedangkan partikel-partikel larutan berukuran
sangat kecil sehingga tidak dapat menghamburkan cahaya.

Penerapan Efek Tyndall kehidupan sehari-hari. Contoh Efek Tyndalladalah sebagai


berikut...

 Sorot lampu mobil atau senter di udara berkabut

 Pada sore hari munculnya warna biru dan jingga

 Sinar matahari melalui celah-celah dari daun pada waktu pagi hari

2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan partikel koloid dengan lintasan lurus dan arah yang
acak. Apabila dispersi koloid diamati dibawah mikroskop dengan menggunakan
pembesaran tinggi, akan terlihat adanya partikel yang bergerak dengan arah yang
acak atau tidak beraturan, gerakan-gerakan tersebut mempunyai lintasan lurus.
Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan partikel-partikel pendispersi terhadap
partikel terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Lontaran tersebut
akan mengakibatkan partikel terdispersi menumbuk partikel terdispersi yang lain dan
akibatnya partikel yang tertumbuk akan terlontar. Kejadian tersebut berulang secara
terus-menerus, dan itu terjadi akibat ukuran partikel terdispersi yang relatif besar
dibanding medium pendispersinya. Adapun gerak Brown ini mengakibatkan partikel-
partikel koloid relatif stabil meskipun ukuran yang relatif besar, sebab dengan
adanya partikel yang bergerak secara terus menerus, pengaruh dari gaya gravitasi
kurang berarti.
Penerapan Gerak Brown dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Gerak
Brown adalah sebagai berikut...

 Susu

3. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan muatan oleh permukaan-permukaan partikel
koloid. Adsorpsi dapat terjadi karena adanya kemampuan pada partikel koloid untuk
menarik (ditempeli) oleh partikel-partikel kecil. Kemampuan menarik tersebut, dapat
terjadi karena disebabkanya adanya tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi,
sehingga bila ada partikel yang menempel akan cenderung dipertahankan pada
permukaannya. Bila partikel-partikel koloid mengadsorbsi ion yang bermuatan positif
pada permukaannya maka koloid kana menjadi bermuatan positif, dan sebaliknya
bila yang diadsorbsi ion negatif akan menjadi bermuatan negatif. Selain dari ion,
partikel-partikel koloid dapat menyerap muatan dari listrik statis, misalnya debu
dapat menyerap muatan negatif atau positif dari adanya elektron yang berak di
udara atau dari arus listrik. Dari adanya peristiwa adsorpsi partikel koloid yang
bermuatan listrik, maka jika koloid tersebut diletakkan dalam medan listrik
partikelnya akan bergerak menuju kutub yang bermuatan listrik yang berlawanan
dengan muatan koloid.

Penerapan Adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Adsorpsi adalah sebagai


berikut...

 Penjernihan air dengan menggunakan tawas

 Penjernihan air tebu dalam pembuatan gula

 Penyembuhan sakit perut dengan norit akibat dari bakteri patogen

 Pencelupan serat wol pada proses pewarnaan

4. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel koloid. Peristiwa koagulasi pada
koloid dapat terjadi diakibatkan oleh peristiwa mekanis atau peristiwa kimia.
Peristiwa mekanis misalnya pemanasan atau pendinginan. Darah merupakan sol
butir-butir darah merah yang terdispersi dalam plasma darah, bila dipanaskan akan
menggumpal, sedangkan agar-agar akan mengumpal bila didinginkan. Peristiwa
kimia yang dapat menyebabkan terjadinya koagulasi. Hal-hal yang dapat
menyebabkan koagulasi adalah sebagai berikut...
 Pencampuran Koloid yang Berbeda Muatan. Bila sistem koloid yang
berbeda muatan dicampurkan akan terjadi koagulasi dan akhirnya
mengendap. Misalnya sol Fe(OH) 3 yang bermuatan positif akan mengalami
koagulasi bila dicampur sol As2S3. Dengan adanya peristiwa tersebut maka
bila anda mempunyai tinta dari merek yang berbeda, yang satu merupakan
koloid negatif dan yang lain merupakan koloid positif, jangan sampai
dicampurkan karena akan dapat terkoagulasi.

 Adanya Elektrolit. Bila koloid yang bermuatan positif dicampurkan dengan


suatu larutan elektrolit maka ion-ion negatif dari larutan elektrolit tersebut
akan segera ditarik oleh partikel-partikel koloid tersebut, dan akibatnya ukuran
koloid menjadi sangat besar dan akan mengalami koagulasi. Sebaliknya,
koloid negatif akan menyerap ion-ion positif dari suatu larutan elektrolit.

Penerapan Koagulasi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh koagulasi adalah


sebagai beirkut...

 Penjernihan air

 Proses penggumpalan debu atau asap pabrik

 Pengolahan karet dengan lateks

 Pembentukan delta di muara

 Proses penetralan partikel albuminoid dalam darah oleh ion Fe3 + atau Al3+

5. Elektroforesis
Elektroforesis adalah Peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik.
Manfaat Elektroforesis ini ada pada proses pemisahan potongan-potongan gen pada
proses bioteknologi, penyaringan debu pabrik pada cerobong asap yang disebut
dengan pesawat cottrel. Koloid logam atau basa umumnya mengadsorbsi ion-ion
logam pada saat proses pembentuk sehingga akan menjadi bermuatan positif.
As2S3 dan kelompok koloid sulfida lainnya, dimana pada umumnya mengadsorbsi
ion negatif, sehingga akan menjadi koloid negatif.
Penerapan Elektroforesis dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
Elektroforesis adalah sebagai berikut...

 Identifikasi DNA

 Mendeteksi kelainan genetic


 Proses penyaringan debu pabrik

6. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan ke dalam sistem koloid agar
menjadi stabil. Misalnya penambahan gelatin pada pembuatan es krim dimaksudkan
agar es krim tidak dapat memisah sehingga tetap terus kenyal, serta penambahan
gum arab dalam pembuatan semir dan lain-lainnya.

Penerapan Koloid Pelindung dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Koloid


Pelindung adalah sebagai berikut...

 Penambahan minyak silikon pada cat

 Penambahan kasein pada susu

 Penambahan gelatin pada es krim

 Penambahan lestin pada margarin

7. Dialisis
Dialisis adalah menghilangkan muatan koloid dengan cara memasukkan koloid ke
dalam membran semipermeabel dengan cara memasukkan koloid ke dalam
membran semipermeabel. Membran ini mempunyai pori-pori yang mampu ditembus
oleh ion, tetapi tidak mampu ditembus partikel koloid. Bila kantong semipermeabel
tersebut dimasukkan ke dalam aliran air, maka ion-ion yang keluar dari membran
semipermeabel akan terbawa aliran air, sedangkan koloidnya masih tetap di dalam
kantung semipermeabel.

Penerapan Dialisis dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Dialisis adalah sebagai


berikut....

 Proses cuci darah

 Memisahkan ion-ion sianida dan tepung tapioka

Baca Juga :

Kegunaan Koloid dalam Kehidupan Sehari – hari

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini


disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan
untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara
homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.

berikut ini adalah tabel aplikasi koloid :

Jenis industry Contoh aplikasi

Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad

Industri kosmetika dan


perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun

Industri cat Cat

Industri kebutuhan rumah


tangga Sabun, deterjen

Industri pertanian Peptisida dan insektisida

Minyak ikan, pensilin untuk


Industri farmasi suntikan

1. Industri Kosmetk
Bagi kalian para wanita, mungkin tak ada yang asing dengan
kosmetik.Bahkan, saat ini kosmetik tidak hanya digunakan oleh kaum
wanita saja, akan tetapi kaum pria pun mulai menggunakannya. Hal ini
ditunjukkan dengan beragamnya kosmetik yang diperuntukkan khusus pria
maupun khusus wanita.Dalam bidang kosmetik, kita sering menggunakan
koloid dalam pelarut tertentu seperti pembersih muka, pewangi badan
berbentuk spray,semprot rambut, jell untuk rambut, dan produk kosmetik
lainnya.
2. Industri Tekstil

Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya
serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid
karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga dapat melekat pada
tekstil

3. Industri Farmasi
Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk koloid agar stabil atau
tidak mudah rusak.

4. industry detergen

Sabun dan detergen merupakan emulgator untukmembentuk emulsi antara


kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat
membersihkan kotoran, terutama kotoran dari minyak

5. industry makanan

Makanan yang kita konsumsi sehari-hari ada yang berbentuk padatan


ataupun cairan. Akan tetapi, terkadang beberapa makanan yang berbentuk
padatan sulit untuk dicerna. Sehingga oleh pabrik, produkproduk makanan
dibuat dalam bentuk koloid. Produk-produk makanan yang menggunakan
sistem koloid antara lain kecap, saus,keju, mentega, dan krim

6. Pemutihan Gula

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula
ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah
diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna
tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari
gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.

7. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika
terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau
tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu
agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses
penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.

8. Penjernihan Air

Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid
tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif.
Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus
dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat
dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas
(Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis
membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:

Al3+ + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel


koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur
tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap
karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan
air secara lengkap:

9. Pembentukan delta di muara sungai

Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang
bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan
Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-
ion positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan tanah liat.
Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

10. Pengambilan endapan pengotor

Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali
mengandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untuk
memisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang
pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-
partikel koloid. (#HF)

Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk


campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun
memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 1000 nm), sehingga
mengalami Efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga
tidak terjadi pengendapan. Misalnya, sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan,
namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo,


sertaawan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-
hari.Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid.

CARA PEMBUATAN KOLOID


Sistem koloid dapat dibuat secara langsung dengan mendispersikan suatu zat ke
dalam medium pendispersi. Selain itu, dapat dilakukan dengan mengubah suspensi
menjadi koloid atau dengan mengubah larutan menjadi koloid. Jika ditinjau dari
pengubahan ukuran partikel zat terdispersi, cara pembuatan koloid dapat
dibedakan menjadi dua cara, yaitu pembuatan koloid secara
dispersi dan pembuatan koloid secara kondensasi.

Pembuatan koloid secara dispersi adalah memperkecil partikel. Cara ini


melibatkan pengubahan ukuran partikel besar (misalnya suspensi atau padatan)
menjadi ukuran partikel koloid. Sementara itu, pembuatan koloid secara
kondensasi adalah memperbesar ukuran partikel. Pada umumnya, dari larutan
diubah menjadi koloid. Secara skematis, kedua proses tersebut dapat digambarkan
sebagai proses yang berlawanan, di mana sistem koloid berada di antara dua sistem
dispersi yang lain.

1. PEMBUATAN KOLOID SECARA DISPERSI


a. Dispersi langsung (mekanik)

Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke


dalam medium pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling atau
menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol
belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan menggerus
bersama kristal gula secara berulang – ulang. Campuran semen dengan air dapat
membentuk koloid secara langsung karena partikel – partikel semen sudah digiling
sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran koloid.

b. Homogenisasi

Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan
serbuk susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel –
partikel susu berubah menjadi seukuran partikel koloid. Emulsi obat pada pabrik
obat dilakukan dengan proses homogenisasi mengunakan mesin homogenisasi.

c. Peptisasi

Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel – partikel besar,


misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah
tertentu. Sebagai contoh, endapan Al(OH) 3 akan berubah menjadi koloid dengan
menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid
dengan menambahkan larutan NH 3secukupnya. Contoh lain, karet bisa dipeptisasi
oleh bensin, agar – agar oleh air, nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat
dipeptisasi oleh H2S.

d. Busur Bredig

Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid
logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan
pada kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat
sehingga terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga
api listrik mengakibatkan logam akan menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam
air membentuk suatu koloid logam.

2. PEMBUATAN KOLOID SECARA KONDENSASI


Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan dengan mengubah suatu larutan
menjadi koloid. Proses ini umumnya melibatkan reaksi – reaksi kimia yang
menghasilkan zat yang menjadi partikel – partikel terdispersi.

a. Reaksi hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid – koloid basa dari suatu
garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air).

Contoh:

Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3.

FeCl(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)

b. Reaksi Redoks

Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi


merupakan hasil oksidasi atau reduksi.

Contoh:

Pembuatan sol belerang dengan cara mengalirkan gas H 2S ke dalam larutan SO2.

2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s)

c. Pertukaran Ion

Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat – zat yang
sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.

Contoh:

Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3.

3H2S(g) + As2O3(aq) → As2S3(s) + 3H2O(l)

Selain dengan cara – cara di atas, koloid ada yang terbentuk secara alamiah,
misalnya lumpur, getah karet, dan getah pohon nangka.

Demikian ulasan mengenai cara pembuatan koloid yang terdiri dari pembuatan
koloid secara dispersi dan pembuatan koloid secara kondensasi. Jika ada
masukan, saran ataupun pertanyaan silahkan berkomentar ya. Semoga
bermanfaat…..

Pengertian Koloid adalah campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih dimana
partikel-partikel zat koloid tersebar merata dalam zat lain. Istilah koloid berasal dari kata
"kolia"dalam bahasa yunani berarti "lem". Koloid sendiri diperkenalkan pada tahun 1861
oleh Thomas Graham. Dari hasil pengamatannya mengenai gelatin yang merupakan kristal
yang sukar mengalami difusi, padahal umumnya kristal itu mudah mengalami difusi.
Sehingga zat semacam gelatin tersebut dinamakan koloid. Pengertian Koloid atau
disebut dispersi koloid atau sistem koloid adalah sistem dispersi yang memiliki ukuran
partikel lebih besar dari larutan, tetapi lebih kecil daripada suspensi. Umumnya koloid
mempunyai ukuran partikel sekitar 1 nm-100 nm.

keju
merupakan contoh emulsi padat
Koloid adalah campuran yang berada diantara larutan dan suspensi. Sistem koloid
terdiri dari dua fase (bentuk) yang disebut komponen – komponen koloid.

1. Fase zat terdispersi, yaitu zat yang fasenya berubah, kecuali jika zat yang
dicampur mempunyai fase yang sama.

2. Fase zat pendispersi (fase medium), yaitu zat yang mempunyai fase yang
tetap pada sistem koloidnya.

Jika dua zat yang fasenya berbeda atau sama membentuk koloid, maka diperoleh
suatu koloid yang mempunyai fase yang sama dengan fase salah satu zat yang
dicampurkan. Berdasarkan pengertian ini, maka suatu koloid dapat ditentukan fase
pendispersi dan fase terdispersinya.

Berdasarkan fase zat terdispersi, jenis – jenis koloid dibedakan menjadi tiga, yaitu
koloid sol, emulsi, dan buih.
1. Koloid Sol

Koloid sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat.

2. Emulsi

Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair.

3. Buih

Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas.

Berdasarkan fase mediumnya, jenis – jenis koloid dibedakan menjadi beberapa


jenis, yaitu koloid sol, koloid emulsi, dan koloid buih.

1. Koloid Sol

Koloid sol dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Sol padat (padat – padat)

Sol padat adalah jenis koloid dengan fase padat terdispersi dalam fase padat.
Contoh: logam paduan,kaca berwarna,intan hitam, dan baja.

b. Sol cair (padat – cair)

Sol cair atau disebut sol saja adalah jenis koloid dengan fase padat terdispersi
dalam zat fase cair. Artinya zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi
(medium) berfase cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.

c. Sol gas (padat – gas)

Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat
fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium)
berfase gas. Contoh: asap dan debu.

2. Koloid Emulsi

Koloid emulsi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Emulsi padat (cair – padat)


Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase
padat. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase
padat. Contoh: mentega, keju, jeli, dan mutiara.

b. Emulsi cair (cair – cair)

Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zata fase cair terdispersi dalam zat fase
cair. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase cair.
Contoh: susu, minyak ikan, dan santa kelapa.

c.Emulsi gas (cair – gas)

Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalamzat
fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase
gas. Contoh: insektisida (semprot), kabut, dan hair spray.

3. Koloid Buih

Koloid buih dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Buih padat (gas – padat)

Buih padat adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat.
Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase padat.
Contoh: busa pada jok mobil dan batu apung.

b. Buih cair (gas – cair)

Buih cair (buih) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair.
Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase cair.
Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok.

Untuk zat berfase gas terdispersi dalamzat berfase gas bukan merupakan koloid,
misalnya larutan – larutan dalam udara bersih.

Untuk mempermudah dalam pembagian jenis – jenis koloid, berikut dirangkum


dalam bentuk tabel.

» Pembuatan Koloid
Pembuatan Koloid
By andri apryana gunawan at 10:49 AM

Oleh karena ukuran partikel koloid berada pada rentang antara larutan sejati dan
suspensi kasar, maka pembuatan koloid dapat sobat Materi Kimia SMA lakukan melalui
dua cara, yaitu:

1. Pemecahan partikel-partikel besar menjadi partikel berukuran koloid. Cara ini


disebut cara dispersi.

2. Pembentukan agregat dari molekul-molekul kecil berukuran larutan menjadi


berukuran koloid. Cara ini disebut sebagai cara kondensasi

Pembuatan koloid secara dispersi

Beberapa metode praktis yang biasa digunakan untuk membuat koloid yang tergolong
cara dispersi adalah cara mekanik, cara peptisasi, homogenisasi, dan cara busur listrik
Bredig.

a. Cara Mekanik

Zat-zat yang berukuran besar dapat direduksi menjadi partikel berukuran koloid melalui
penggilingan, pengadukan, penumbukan, dan penggerusan. Zat-zat yang sudah
berukuran koloid selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersi.

Cara mekanik, contohnya pengilingan kacang kedelai pada pembuatan tahu dan kecap.
Pembuatan cat di industri, caranya bahan cat digiling kemudian didispersikan ke dalam
medium pendispersi, seperti air.

Teknik penumbukan dan pengadukan banyak digunakan dalam pembuatan makanan,


seperti kue tart dan mayones. Kuning telur, margarin, dan gula pasir yang sudah
dihaluskan, kemudian dicampurkan dan diaduk menjadi koloid.

b. Cara Busur Listrik Bredig

Arus listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah elektrode logam (bahan
terdispersi). Kemudian, kedua elektrode itu dicelupkan ke dalam air hingga kedua ujung
elektrode itu hampir bersentuhan agar terjadi loncatan bunga api listrik. Loncatan
bunga api listrik mengakibatkan bahan elektrode teruapkan membentuk atom-atomnya
dan larut di dalam medium pendispersi membentuk sol. Perhatikan gambar disamping,
logam-logam yang dapat membentuk sol dengan cara ini adalah platina, emas, dan
perak.

c. Cara Peptisasi

Dispersi koloid dapat juga diperoleh dari suspensi kasar dengan cara memecah partikel-
partikel suspensi secara kimia. Kemudian, menambahkan ion-ion sejenis yang dapat
diadsorpsi oleh partikel-partikel koloid sampai koloid menjadi stabil. Koagulasi agregat-
agregat yang telah membentuk partikel-partikel berukuran koloid dapat dihambat
karena adanya ion-ion yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid.

Contohnya, tanah lempung pecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid jika


ditambah NaOH dan akan menjadi koloid jika didispersikan ke dalam air. Partikel-
partikel silikat dari tanah lempung akan mengadsorpsi ion-ion OH – dan terbentuk koloid
bermuatan negatif yang stabil.

d. Cara Homogenisasi

Pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin


penghomogen sampai berukuran koloid. Cara ini digunakan pada pembuatan susu.
Partikel lemak dari susu diperkecil sampai berukuran koloid dengan cara melewatkan
melalui lubang berpori dengan tekanan tinggi. Jika ukuran partikel sudah sesuai ukuran
koloid, selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersi.

Pembuatan koloid secara Kondensasi

Ion-ion atau molekul yang berukuran sangat kecil (berukuran larutan sejati) diperbesar
menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Dengan kata lain, larutan sejati diubah
menjadi dispersi koloid.

Pembentukan kabut dan awan di udara merupakan contoh pembentukan aerosol cair
melalui kondensasi molekul-molekul air membentuk kerumunan (cluster). Cara
kondensasi umumnya dilakukan melalui reaksi kimia. Tiga macam reaksi yang dapat
menghasilkan kondensasi adalah reaksi hidrolisis, reaksi redoks, dan reaksi metatesis.

a. Reaksi Metatesis
Apabila ke dalam larutan natrium tiosulfat ditambahkan larutan asam klorida akan
terbentuk partikel berukuran koloid. Persamaan reaksinya sebagai berikut.

Na2S2O3 + 2HCl →2NaCl + H2SO3 + S

Partikel berukuran koloid terbentuk akibat belerang beragregat sampai berukuran koloid
membentuk sol belerang. Jika konsentrasi pereaksi dan suhu reaksi tidak dikendalikan,
dispersi koloid tidak akan terbentuk sebab partikel belerang akan tumbuh terus menjadi
suspensi kasar dan mengendap.

b. Reaksi Redoks

Sol emas dapat diperoleh melalui reduksi emas(III) klorida dengan formalin. Persamaan
reaksinya sebagai berikut.

2AuCl 3 + CH4O + 3H 2O →2Au + 6HCl + CH 4O2

Awalnya emas terbentuk dalam keadaan atom-atom bebas, kemudian beragregat


menjadi berukuran partikel koloid. Partikel koloid distabilkan oleh ion-ion OH –yang
teradsorpsi pada permukaan partikel koloid. Ion-ion OH – ini berasal dari ionisasi air.

c. Reaksi Hidrolisis

Besi(III) klorida jika dilarutkan dalam air akan mengionisasi air membentuk ion OH – dan
H+. Ion-ion OH– bereaksi dengan besi(III) klorida membentuk besi(III) hidroksida.
Persamaan reaksinya sebagai berikut.

FeCl 3 + 3H2O →Fe(OH) 3 + 3HCl

Ukuran partikel-partikel Fe(OH) 3 yang terbentuk lebih besar dari ukuran larutan sejati,
tetapi tidak cukup besar untuk mengendap. Selain itu, koloid Fe(OH) 3 yang terbentuk
distabilkan dengan mengadsorpsi ion-ion Fe 3+ dari larutan.

In: Kimia, SMA


Home > Kimia > Cara Pembuatan Koloid – Cara Kondensasi Dan Cara Dispersi Terlengkap!

Sistem koloid berada di antara larutan sejati dan suspensi. Jadi, susu merupakan
koloid yang berada di antara larutan gula (larutan sejati) dan campuran air dengan
pasir (suspensi). Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dari larutan sejati dan
suspensi. Koloid yang berasal dari larutan sejati dibuat dengan cara kondensasi.
Caranya, dengan menggabungkan partikel-partikel dalam larutan sejati hingga
menjadi partikel berukuran koloid. Sementara itu, koloid yang berasal dari suspensi
dibuat melalui cara dispersi. Caranya, dengan menghaluskan partikel-partikel
suspensi hingga berukuran partikel koloid dan men-dispersikannya dalam medium
pendispersi.

Cara Kondensasi
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dibedakan menjadi dua, yaitu cara kimia
dan fisika. Kedua cara ini banyak diterapkan untuk membuat koloid tipe sol,
khususnya sol emas dan sol belerang.

a. Cara Kimia
Pembuatan koloid dari larutan sejati dengan cara reaksi kimia dapat dilakukan
dengan empat macam, yaitu melalui reaksi pengendapan, reaksi hidrolisis, reaksi
pemindahan, dan reaksi redoks.

Reaksi pengendapan

Pembuatan koloid melalui reaksi pengendapan dilakukan dengan cara


mencampurkan dua macam larutan elektrolit, hingga menghasilkan endapan yang
berukuran koloid, contoh pembuatan sol AgCI.
Sol AgCI dibuat dengan cara mencampurkan larutan AgN0 3 encer dengan larutan
HCI encer atau NaCI encer. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.

AgNO3(aq) + HCl(aq)→AgCl(s) + HNO3(aq)

AgNO3(aq) + NaCI(aq) AgCI(s) + NaN03(aq)

Reaksi hidrolisis
Koloid dapat dibuat melalui reaksi hidrolisis, yaitu dengan mereaksikan garam
tertentu dengan air. Misalnya Sol Fe(OH) 3. Sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara
menambahkan larutan FeCI3 ke dalam air mendidih. Larutan FeCI3 akan terionisasi
menghasilkan ion Fe3+. Ion Fe3+ini akan mengalami reaksi hidrolisis menjadi Fe(OH) 3.
Reaksi yang terjadi:

FeCI3(aq) + 3H20(ℓ) → Fe(OH)a(s) + 3HCl(aq).

Reaksi pemindahan/substitusi

Contoh koloid yang dibuat dengan cara pemindahan yaitu sol As 2S3. Sol As2S3 dibuat
dengan cara mengalirkan gas asam sulfida ke dalam larutan arsen(lll)
oksida. Reaksinya:

As203(aq) + 3H2S(g) →As2S3(s) + 3H20(ℓ).

Koloid lain yang dibuat melalui reaksi pemindahan yaitu sol belerang. Sol ini dibuat
dengan menambahkan larutan HCI ke dalam larutan Na 2S203. Campuran ini akan
menghasilkan partikel- partikel belerang yang berukuran partikel koloid. Reaksi pada
pembuatan koloid belerang sebagai berikut.

Na2S203(aq) + 2HCI (aq) → 2NaCl(aq) + H2SO 3(aq) + S (s).

Reaksi redoks

Pembuatan koloid dengan reaksi redoks selalu disertai dengan perubahan bilangan
oksidasi, misal pada pembuatan sol emas den sol belerang.

 Sol emas (Au)


Sol emas dibuat dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan reduktor
non- elektrolit seperti formaldehid.
Reaksinya: 2AuCI3 (aq) + 3HCHO(aq) + 3H20 (ℓ) → 2Au(s)+ 6HCI (aq) +
3HCOO H(aq)

 Sol belerang (s)


Sol belerang dibuat dengan mengalirkan gas H 2S ke dalam larutan S02 atau
ke dalam larutan H2O2. Reaksi yang terjadi:
2H2S(g) + S02(aq) → 3S(s) + 2H2O(ℓ)
H2S (g) + H202(aq) → S(s) + 2h2O(ℓ)

b. Cara Fisika
Cara fisika digunakan untuk membuat koloid dengan cara mengkondensasikan
partikel koloid. Proses ini dilakukan melalui cara-cara berikut.

Pengembunan uap

Cara pengembunan uap diterapkan pada pembuatan sol raksa (Hg). Sol raksa
dibuat dengan menguapkan raksa. Uap raksa selanjutnya dialirkan melalui air dingin
sehingga mengembun dan diperoleh partikel raksa berukuran koloid.

Pendinginan

Suatu koloid dapat dibuat melalui proses pendinginan, tujuannya untuk


menggumpalkan suatu larutan sehingga menjadi koloid karena kelarutan suatu zat
sebanding dengan suhu.

Penggantian pelarut

Penggantian pelarut digunakan untuk mempermudah pembuatan koloid yang tidak


dapat larut dalam suatu pelarut tertentu, misalnya pada pembuatan sol belerang.
Belerang sukar larut dalam medium air. Oleh karena itu, air diganti dengan alkohol.
Sol belerang dalam air, dibuat dengan cara melarutkan belerang ke dalam alkohol
hingga diperoleh larutan jenuh. Larutan jenuh ini selanjutnya diteteskan sedikit demi
sedikit ke dalam air hingga terbentuk sol belerang.

Cara Dispersi
Dispersi merupakan cara pembuatan koloid yang berasal dari suspensi. Pembuatan
koloid dengan cara dispersi dapat dilakukan dengan cara busur Bredig, mekanik,
peptisasi, dan homogenisasi.

Cara Busur Bredig

Pembuatan koloid dengan cara busur Bredig sering disebut juga dengan
elektrodispersi. Cara ini dilakukan untuk membuat partikel-partikel fase terdispersi
dengan menggunakan loncatan bunga api listrik. Cara ini banyak digunakan untuk
membuat sol logam. Logam yang akan didispersikan dipasang sebagai elektrode-
elektrode yang dihubungkan dengan sumber arus listrik bertegangan tinggi.
Loncatan bunga api listrik yang muncul di antara kedua elektrode akan menguapkan
sebagian logam. Uap logam yang terbentuk di dalam medium dispersi akan
menyublim dan membentuk partikel halus. Cara busur Bredig biasa digunakan untuk
membuat sol emas dan sol platina.

Cara Mekanik

Pembuatan koloid dengan cara mekanik dilakukan dengan cara penggerusan zat
padat hingga halus, kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Namun,
pada proses ini fase terdispersinya kadang-kadang mengalami penggumpalan
kembali sehingga perlu ditambahkan stabilizer atau zat pemantap. Contoh pada
pembuatan mentega, tinta, dan cat.

Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan jalan memecah partikel zat
yang mengendap dalam medium pendispersi air menjadi berukuran partikel koloid.
Proses ini diikuti dengan penambahan suatu elektrolit atau dengan menghilangkan
ion-ion elektrolit penyebab pengendapan.

Cara peptisasi ini digunakan pada pembuatan sol perak iodida (Agl). Sol perak
iodida dibuat dengan cara mencampur larutan AgN0 3 dengan larutan Kl berlebih.
Campuran kedua larutan ini menghasilkan endapan Agl. Endapan Agl kemudian
dicuci agar mengalami peptisasi, yaitu terbentuknya partikel koloid Agl. Pencucian
mengakibatkan hilangnya kelebihan elektrolit sehingga Agl dapat terdispersi kembali.

Cara Homogenisasi

Homogensasi adalah cara yang digunakan untuk membuat suatu zat menjadi
homogen dan berukuran partikel koloid. Misal untuk membuat koloid tipe emulsi,
seperti susu. Pada pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu diperkecil
hingga berukuran partikel koloid. Caranya dengan melewatkan zat tersebut melaiui
lubang berpori yang mempunyai tekanan tinggi. Apabila partikel lemak dengan
ukuran partikel koloid sudah terbentuk, zat tersebut kemudian didispersikan ke
dalam medium pendispersinya.

Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Cara Pembuatan Koloid –
Cara Kondensasi Dan Cara Dispersi. Semoga postingan ini bermanfaat bagi
pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai
jumpa pada postingan
In: Kimia, SMA
Home > Kimia > Cara Pembuatan Koloid – Cara Kondensasi Dan Cara Dispersi Terlengkap!
Sistem koloid berada di antara larutan sejati dan suspensi. Jadi, susu merupakan
koloid yang berada di antara larutan gula (larutan sejati) dan campuran air dengan
pasir (suspensi). Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dari larutan sejati dan
suspensi. Koloid yang berasal dari larutan sejati dibuat dengan cara kondensasi.
Caranya, dengan menggabungkan partikel-partikel dalam larutan sejati hingga
menjadi partikel berukuran koloid. Sementara itu, koloid yang berasal dari suspensi
dibuat melalui cara dispersi. Caranya, dengan menghaluskan partikel-partikel
suspensi hingga berukuran partikel koloid dan men-dispersikannya dalam medium
pendispersi.

ffy

Cara Kondensasi
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dibedakan menjadi dua, yaitu cara kimia
dan fisika. Kedua cara ini banyak diterapkan untuk membuat koloid tipe sol,
khususnya sol emas dan sol belerang.

a. Cara Kimia
Pembuatan koloid dari larutan sejati dengan cara reaksi kimia dapat dilakukan
dengan empat macam, yaitu melalui reaksi pengendapan, reaksi hidrolisis, reaksi
pemindahan, dan reaksi redoks.

Reaksi pengendapan

Pembuatan koloid melalui reaksi pengendapan dilakukan dengan cara


mencampurkan dua macam larutan elektrolit, hingga menghasilkan endapan yang
berukuran koloid, contoh pembuatan sol AgCI.
Sol AgCI dibuat dengan cara mencampurkan larutan AgN0 3 encer dengan larutan
HCI encer atau NaCI encer. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.

AgNO3(aq) + HCl(aq)→AgCl(s) + HNO3(aq)

AgNO3(aq) + NaCI(aq) AgCI(s) + NaN03(aq)


Reaksi hidrolisis

Koloid dapat dibuat melalui reaksi hidrolisis, yaitu dengan mereaksikan garam
tertentu dengan air. Misalnya Sol Fe(OH) 3. Sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara
menambahkan larutan FeCI3 ke dalam air mendidih. Larutan FeCI3 akan terionisasi
menghasilkan ion Fe3+. Ion Fe3+ini akan mengalami reaksi hidrolisis menjadi Fe(OH) 3.
Reaksi yang terjadi:

FeCI3(aq) + 3H20(ℓ) → Fe(OH)a(s) + 3HCl(aq).

Reaksi pemindahan/substitusi

Contoh koloid yang dibuat dengan cara pemindahan yaitu sol As 2S3. Sol As2S3 dibuat
dengan cara mengalirkan gas asam sulfida ke dalam larutan arsen(lll)
oksida. Reaksinya:

As203(aq) + 3H2S(g) →As2S3(s) + 3H20(ℓ).

Koloid lain yang dibuat melalui reaksi pemindahan yaitu sol belerang. Sol ini dibuat
dengan menambahkan larutan HCI ke dalam larutan Na 2S203. Campuran ini akan
menghasilkan partikel- partikel belerang yang berukuran partikel koloid. Reaksi pada
pembuatan koloid belerang sebagai berikut.

Na2S203(aq) + 2HCI (aq) → 2NaCl(aq) + H2SO 3(aq) + S (s).

Reaksi redoks

Pembuatan koloid dengan reaksi redoks selalu disertai dengan perubahan bilangan
oksidasi, misal pada pembuatan sol emas den sol belerang.

 Sol emas (Au)


Sol emas dibuat dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan reduktor
non- elektrolit seperti formaldehid.
Reaksinya: 2AuCI3 (aq) + 3HCHO(aq) + 3H20 (ℓ) → 2Au(s)+ 6HCI (aq) +
3HCOO H(aq)
 Sol belerang (s)
Sol belerang dibuat dengan mengalirkan gas H 2S ke dalam larutan S02 atau
ke dalam larutan H2O2. Reaksi yang terjadi:
2H2S(g) + S02(aq) → 3S(s) + 2H2O(ℓ)
H2S (g) + H202(aq) → S(s) + 2h2O(ℓ)

b. Cara Fisika
Cara fisika digunakan untuk membuat koloid dengan cara mengkondensasikan
partikel koloid. Proses ini dilakukan melalui cara-cara berikut.

Pengembunan uap

Cara pengembunan uap diterapkan pada pembuatan sol raksa (Hg). Sol raksa
dibuat dengan menguapkan raksa. Uap raksa selanjutnya dialirkan melalui air dingin
sehingga mengembun dan diperoleh partikel raksa berukuran koloid.

Pendinginan

Suatu koloid dapat dibuat melalui proses pendinginan, tujuannya untuk


menggumpalkan suatu larutan sehingga menjadi koloid karena kelarutan suatu zat
sebanding dengan suhu.

Penggantian pelarut

Penggantian pelarut digunakan untuk mempermudah pembuatan koloid yang tidak


dapat larut dalam suatu pelarut tertentu, misalnya pada pembuatan sol belerang.
Belerang sukar larut dalam medium air. Oleh karena itu, air diganti dengan alkohol.
Sol belerang dalam air, dibuat dengan cara melarutkan belerang ke dalam alkohol
hingga diperoleh larutan jenuh. Larutan jenuh ini selanjutnya diteteskan sedikit demi
sedikit ke dalam air hingga terbentuk sol belerang.

Cara Dispersi
Dispersi merupakan cara pembuatan koloid yang berasal dari suspensi. Pembuatan
koloid dengan cara dispersi dapat dilakukan dengan cara busur Bredig, mekanik,
peptisasi, dan homogenisasi.

Cara Busur Bredig


Pembuatan koloid dengan cara busur Bredig sering disebut juga dengan
elektrodispersi. Cara ini dilakukan untuk membuat partikel-partikel fase terdispersi
dengan menggunakan loncatan bunga api listrik. Cara ini banyak digunakan untuk
membuat sol logam. Logam yang akan didispersikan dipasang sebagai elektrode-
elektrode yang dihubungkan dengan sumber arus listrik bertegangan tinggi.
Loncatan bunga api listrik yang muncul di antara kedua elektrode akan menguapkan
sebagian logam. Uap logam yang terbentuk di dalam medium dispersi akan
menyublim dan membentuk partikel halus. Cara busur Bredig biasa digunakan untuk
membuat sol emas dan sol platina.

Cara Mekanik

Pembuatan koloid dengan cara mekanik dilakukan dengan cara penggerusan zat
padat hingga halus, kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Namun,
pada proses ini fase terdispersinya kadang-kadang mengalami penggumpalan
kembali sehingga perlu ditambahkan stabilizer atau zat pemantap. Contoh pada
pembuatan mentega, tinta, dan cat.

Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan jalan memecah partikel zat
yang mengendap dalam medium pendispersi air menjadi berukuran partikel koloid.
Proses ini diikuti dengan penambahan suatu elektrolit atau dengan menghilangkan
ion-ion elektrolit penyebab pengendapan.

Cara peptisasi ini digunakan pada pembuatan sol perak iodida (Agl). Sol perak
iodida dibuat dengan cara mencampur larutan AgN0 3 dengan larutan Kl berlebih.
Campuran kedua larutan ini menghasilkan endapan Agl. Endapan Agl kemudian
dicuci agar mengalami peptisasi, yaitu terbentuknya partikel koloid Agl. Pencucian
mengakibatkan hilangnya kelebihan elektrolit sehingga Agl dapat terdispersi kembali.

Cara Homogenisasi

Homogensasi adalah cara yang digunakan untuk membuat suatu zat menjadi
homogen dan berukuran partikel koloid. Misal untuk membuat koloid tipe emulsi,
seperti susu. Pada pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu diperkecil
hingga berukuran partikel koloid. Caranya dengan melewatkan zat tersebut melaiui
lubang berpori yang mempunyai tekanan tinggi. Apabila partikel lemak dengan
ukuran partikel koloid sudah terbentuk, zat tersebut kemudian didispersikan ke
dalam medium pendispersinya.

Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Cara Pembuatan Koloid –
Cara Kondensasi Dan Cara Dispersi. Semoga postingan ini bermanfaat bagi
pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai
jumpa pada postingan

Anda mungkin juga menyukai