Anda di halaman 1dari 18

Buku Saku 1

Sistem Koloid
 Nungki Shahna Ashari
2

Daftar Isi

Pengertian koloid ....................................................................... 3

Pengelompokan koloid ............................................................ 4

Sifat-sifat koloid .......................................................................... 5

Pembuatan koloid ..................................................................... 12

Kegunaan koloid ........................................................................ 13


3

A Pengertian & Pengelompokan Koloid

Berdasarkan fase yang terbentuk,


campuran dibedakan menjadi 2 yaitu
campuran homogen dan campuran
heterogen. Campuran yang kondisinya
antara homogen dan heterogen disebut
sebagai koloid (Justiana, 2010).
Pada koloid dikenal dengan adanya
fasa terdispersi (komponen yang tersebar
/ jumlahnya sedikit) dan fasa pendispersi
(komponen yang banyak jumlahnya). Zat
yang terdispersi akan berubah fase jika
dicampur dengan zat lain yang fasenya
berbeda, sedangkan fase pendispersinya
tidak berubah.
4

Berdasarkan kombinasi fase terdispersi dan medium


pendispersinya, koloid dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
Fasa Medium
Nama Type Contoh
Terdispersi Pendispersi
Gas Cair Busa Busa sabun,
busa air
Gas Padat Busa Padat Batu apung,
karet busa
Cair Gas Aerosol Cair Kabut, awan
Cair Padat Emulsi Keju,
padat Mentega
Cair Cair Emulsi Cair Susu,
santan, es
krim
Padat Gas Aerosol Asap, debu
Padat
Padat Cair Sol Cat, selai
Padat Padat Sol Padat Paduan
logam, Kaca
5

B Sifat-Sifat Koloid

1. Efek Tyndall adalah efek


penghamburan cahaya
oleh partikel koloid
sehingga tampak lintasan
Gambar 1. Efek Tyndal pada koloid
berkas sinar tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat kita
amati seperti:
• Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang
berasap atau berdebu.
• Di daerah berkabut, sorot lampu mobil terlihat lebih
jelas.

• Sinar matahari yang masuk melewati celah ke dalam


ruangan berdebu, maka partikel debu akan terlihat
dengan jelas.

2. Gerak Brown
Sistem koloid menunjukan adanya gerak Brown yaitu
pergerakan yang tidak teratur (zig-zag) dari partikel-
6

partikel koloid, gerakan diamati oleh Robert Brown.


Gerakan ini terjadi secara terus menerus akibat dari
tumbukan yang tidak seimbang antara medium koloid
dengan partikel koloid. Gerak Brown dapat menstabilkan
sistem koloid atau mencegah terjadinya pengendapan.
Gerakan ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop. Contohnya susu.
3. Adsorbsi
Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan suatu molekul
atau ion pada permukaan suatu zat. Partikel koloid
mempunyai kemampuan untuk menyerap ion atau
muatan listrik pada permukaannya sehingga partikel
koloid menjadi bermuatan listrik. Contohnya sol Fe(OH)3
dalam air mengadsorbsi ion positif sehingga menjadi
Koloid bermuatan positif. Adsorpsi dapat dimanfaatkan
sebagai berikut:

• Menjernihkan air dengan tawas K Al (SO4)2. 24 H2O

• Pemutihan gula tebu

• Menghilangkan bau badan


7

• Penyembuhan sakit perut dengan norit

4. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid sehingga
membentuk endapan karena kerusakan stabilitas sistem
koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti
pemanasan, pendinginan, pengadukan atau secara kimia
seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid
yang berbeda muatan. Sehingga menyebabkan fase
terdispersi terpisah dengan pendispersinya. Contoh
proses Koagulasi antara lain : pembentukan delta di
muara sungai, Asap dan debu dari pabrik dapat
digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel,
Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan
asam format, proses pembuatan tahu.

Gambar 4. Pembentukan Gambar 5. Pembuatan

Delta sungai tahu


8

5. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam
medan listrik. Apabila ke dalam sistem koloid
dimasukkan dua batang elektrode, kemudian
dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel
koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung
pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan
bergerak ke anode (elektroda positif). sedangkan koloid
yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode
negatif) sehingga elektroforesis dapat digunakan untuk
menentukan jenis muatan koloid. Contoh : pembuatan
sarung tangan, cerobong asap .

Koloid pelindung

Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid


lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan
membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak terjadi
penggumpalan.Contoh :
9

1. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk


mencegah pembentukkan kristal besar es atau gula.

2. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena


menggunakan koloid pelindung.

3. Penambahan kasein pada susu, pemnambahan lestin


pada mergarin dan penambahan minyak silikon pada
cat.

Dialisis

Pada pembuatan suatu koloid, sering kali terdapat ion-ion


yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion
pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang
disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan
ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu
dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir.
Kantong koloid terbuat dari selaput semipermiabel, yaitu
selaput yang dapat melewatkan partikelpartikel kecil, seperti
ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid.
Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut
bersama air.
10

Proses cuci darah di rumah sakit juga menggunakan prinsip


dialisis dengan alat dialisator.

Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Koloid Liofil (suka cairan) : adalah koloid yang memiliki gaya
tarik menarik yang kuat antara partikel - partikel terdispersi
dengan medium pendispersi.
Koloid Liofob (takut cairan): adalah koloid yang memiliki
gaya tarik menarik yang lemah antara Partikel- partikel
terdispersi dengan medium pendispersi. Jika medium
pendispersi berupa air maka disebut koloid hidrofil dan
koloid hidrofob
Contoh :

1. Koloid hidrofil : protein, sabun, detergen, agar-agar,


kanji, dan gelatin, lem.

2. Koloid hidrofob : susu, mayonaise, sol


belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol
logam.
11

Koloid liofil/hidrofil lebih kental daripada koloid


liofob/hidrofob. Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada
penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol
hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau
penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali
dengan air maka dapat membentuk kembali sol hidrofil
(bersifat reversibel). Sebaliknya, sol hidrofob akan
terkoagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat
terdispersi sudah dipisahkan , tidak akan membentuk sol lagi
jika dicampur kembali dengan air.

Sifat hidrofob dan hidrofil dimanfaatkan dalam proses


pencucian pakaian pada penggunaan detergen. Apabila
kotoran yang menempel pada kain tidak mudah larut dalam
air, misalnya lemak dan minyak. Dengan bantuan sabun atau
detergen maka minyak akan tertarik oleh detergen. Oleh
karena detergen larut dalam air, akibatnya minyak dan
lemak dapat tertarik dari kain. Kemapuan detergen menarik
lemak dan minyak disebabkan pada molekul detergen
terdapat ujung-ujung liofil yang larut dalam air dan ujung
liofob yang dapat menarik lemak dan minyak. Akibat adanya
12

tarik-menarik tersebut , tegangan permukaan lemak dan


minyak dengan kain menjadi turun dehingga lebih kuat
tertarik oleh molekul-molekul air yang mengikat kuat
detergen.

Kepala sabun: gugus hidrofil, bagian polar

Ekor sabun : gugus hidrofob, bagian non polar


13

C Pembuatan Koloid

Pembuatan
Koloid

Cara Dispersi Cara Kondensasi

Dispersi Mekanik: Dengan cara penggerusan


dan penggilingan/ pengadukan dan
pengocokan, contoh: pembuatan sol belerang.

Dispersi Elektrolitik (Busur Bredig): Dengan


mengaliri arus lidtrik bertegangan tinggi,
contoh: sol platina emas dan perak.

Dispersi Peptisasi: Dengan menambahkan zat


kimia (zat elektrolit) untuk memecah partikel
besar (kasar), contoh: sol belerang dibuat dari
endapan nikel sulfida dengan cara
mengalirkan gas asam sulfida.

Dilakukan melalui pertukaran atau penurunan


kelarutan. Contohnya menuangkan larutan jenuh
belerang dalam alkohol ke dalam air. Belerang lebih
larut dalam alkohol, sedangkan dalam air dapat
membentuk koloid atau dengan cara pendinginan
berlebih.
14

D Kegunaan Koloid

Pengendap Cottrel

Asap pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan


melalui elemen yang beraliran Listrik tegangan tinggi, sehingga
ion-ion pengotor mengendap

Proses pengolahan air


15

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid sehingga


membentuk endapan karena kerusakan stabilitas sistem
koloid

• Air sungai di endapkan lumpurnya lalu


tambahkan tawas / Al2(SO4)3 dan gas klorin /
kaporit.

• Fungsi tawas : menggumpalkan lumpur koloid


shg mudah disaring

Membentuk koloid Al(OH)3 yang dapat mengadsorbsi


zat pencemar dan mengendapkannya
16

• fungsi kaporit : pembasmi kuman

Penyaringan

• Air disaring dengan saringan yang terdiri dari


lapisan kerikil dan pasir

Adsorbsi

Sifat adsorbsi : penyerapan terhadap partikel atau ion atau


senyawa yang lain sehingga partikel koloid bermuatan.

• Penyerapan dilakukan oleh Al(OH)3 dan karbon


aktif. Fungsi karbon aktif yaitu menghilangkan
bau, warna, rasa, dan zat-zat kimia.

Desinfeksi

• Air yang sudah cukup bersih ditambahkan kapur


untuk menaikkan Ph dan gas Klorin guna
mematikan hama

Penggunaan koloid

1. Kosmetik : Krim, Lotion, Haircream, Gel, dll


17

2. Makanan : es krim, mayonase, agar-agar, susu, santan,


sirup, dll
18

Anda mungkin juga menyukai