Anda di halaman 1dari 3

JENIS-JENIS KOLOID

1. Busa/Buih (gas + cair)


fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi cair, atau bisa disebut juga gas
yang terdispersi di dalam cairan. Contoh jenis koloid berbentuk buih adalah buih sabun
karena adanya udara (fase terdispersi) yang terjebak di dalam larutan sabun (medium
pendispersi). Hal ini terjadi karena molekul sabun yang saling tarik menarik membentuk
jaring atau lapisan yang dapat menjebak udara, sehingga membentuk gelembung-gelembung
bening berisi udara.

2. Busa/Buih Padat (gas + padat)


fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi padatan, atau bisa disebut juga
gas yang terdispersi di dalam padatan. Contoh sistem koloid berupa buih padat adalah spons.
Jika dilihat, spons itu merupakan sebuah padatan, tapi ketika dipencet ternyata isinya udara.
Itu tandanya, partikel-partikel udara atau gasnya tersebar dalam medium padat.

3. Aerosol (cair + gas)


fase terdispersi berupa cairan dan medium pendispersi berupa gas. Jadi, bedanya aerosol
dengan aerosol padat terletak pada fase terdispersinya. Aerosol tidak bisa bertahan lama. Hal
ini karena zat penyusunnya yang mudah rusak oleh perubahan suhu dan tekanan udara
lingkungan. Contoh aerosol adalah parfum. Saat parfum disemprotkan di udara, cairan
parfum akan terdispersi atau tersebar di udara yang wujudnya gas sebagai merupakan
medium pendispersi.

4. Aerosol Padat (padat + gas)


fase terdispersi padat dalam medium pendispersi gas. Contoh aerosol padat adalah asap
kendaraan. Asap kendaraan mengandung padatan berupa timbal, karbon, karbon monoksida,
dan lain sebagainya, yang merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari mesin. Makanya,
ketika kamu melewati kendaraan bermotor yang mengeluarkan asap, kadang kamu akan
merasakan kelilipan karena adanya padatan (fase terdispersi) di dalam asap (medium
pendispersi). 

5. Emulsi (cair + cair)


fase terdispersi dan medium pendispersinya berupa cairan, maka disebutnya emulsi.
Emulsi biasanya tersusun oleh cairan dengan kepolaran senyawa yang berbeda, sehingga
tidak saling bercampur. Contoh jenis sistem koloid berupa emulsi adalah susu. Emulsi pada
campuran susu dan air itu terjadi ketika partikel air terdispersi atau tersebar dalam partikel-
partikel susu. Nah, karena partikel air dan susu ini punya level kepolaran yang beda, maka
kedua zat ini ga bisa bercampur dengan sempurna, sehingga susu itu termasuk koloid, bukan
larutan.

6. Elmusi Padat
fase terdispersi berupa cairan dalam medium pendispersi padat. Contoh emulsi padat
adalah agar-agar. Agar-agar terbuat dari air (fase terdispersi) yang dicampur dengan bubuk
agar-agar (medium pendispersi). Pada saat bubuk agar-agar dipanaskan dalam air, serat dari
agar-agar akan bergerak bebas. Saat proses pendinginan, serat tersebut akan saling merapat
dan memadat. Jadi, pada agar-agar itu, partikel-partikel air terdispersi atau tersebar dalam
partikel agar-agar.

7. Sol (Padat + Cair)


fase terdispersi padat dalam medium pendispersi cair yang tidak mudah berubah sifatnya.
Jadi, bedanya sol dengan sol padat itu terletak di medium pendispersinya, ya. Kalau sol padat
mediumnya padat, sedangkan sol mediumnya cair. Contoh jenis sistem koloid berupa sol
adalah cat tembok. Cat tembok terdiri dari banyak jenis padatan, di antaranya kalsium
karbonat (CaCO3), kaolin, dan lain sebagainya. Zat padat (fase terdispersi) inilah yang
mengalami penyebaran dalam medium cair (medium pendispersi) yang berupa air (H2O).

8. Sol Padat (padat + padat)


fase terdispersi padat dalam medium pendispersi yang padat juga. Sol padat ini terbentuk
karena pengaruh tekanan dan suhu, sehingga menghasilkan padatan yang kokoh dan keras.
Contoh sol padat adalah batuan ruby (batuan permata). Batuan ruby ini merupakan padatan
kromium (Cr) yang tersebar dalam padatan aluminium oksida. Sehingga, dari sini bisa
kelihatan ya, kalau padatan kromium (Cr) itu sebagai fase terdispersi dan padatan aluminium
oksida (AI2O3) sebagai medium pendispersi. 

Sifat-Sifat Koloid
1. Koagulasi
Koagulasi adalah proses rusaknya sistem koloid yang ditandai dengan proses
penggumpalan akibat terbentuknya partikel-partikel yang lebih besar ukurannya
daripada ukuran koloid (lebih besar dari 100 nm). Terbentuknya partikel-partikel itu dapat
disebabkan juga karena ketidakstabilan pada koloid, yang dimana koloid bermuatan positif
digumpalkan oleh katoda, sedangkan koloid bermuatan negatif digumpalkan oleh anoda.
Koagulasi dapat dipengaruhi oleh pemanasan, pendinginan, penambahan elektrolit,
pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda muatan, dan elektroforesis. Contoh
koagulasi koloid dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pada penggumpalan susu yang basi dan
telur yang direbus hingga menggumpal atau mengeras bagian putih dan kuningnya.

2. Elektroforesis
Elektroforesis merupakan pergerakan partikel koloid di dalam medan listrik. Manfaat sifat ini
biasanya digunakan pada proses pemisahan potongan gen dalam bioteknologi. Untuk
mengetahui muatan dalam koloid dapat menggunakan alat berikut.

Jika koloid diberi arus tegangan, maka koloid akan terpisah berdasarkan muatannya. Jika
koloid bermuatan negatif, maka akan koloid menjauhi katoda (-) dan mendekati anoda (+).
Jika koloid bermuatan positif, maka koloid akan menjauhi anoda (+) dan mendekati katoda
(-).

3. Dialisis
Dialisis merupakan cara menghilangkan/mengurangi ion ion pengganggu dalam koloid agar
tetap stabil. Koloid tidak akan keluar-keluar dikarenakan koloid ditampung dalam selaput
koloid yang terbuat dari selaput semipermeabel yang dimana selaput ini menyaring koloid
sehingga hanya partikel yang lebih kecil saja yang dapat lewat. Contohnya adalah “cuci
darah”.

4. Pelindung
Pelindung dari sifat koloid ini berfungsi agar koloid tidak mengalami pengendapan atau
koagulasi. Pelindung akan ada disekitar koloid yang dilindungi. Contohnya Gelatin, Lesitin,
Minyak Silikon, dan Kasein.

Anda mungkin juga menyukai