Anda di halaman 1dari 4

Sistem Koloid

Koloid adalah jenis campuran heterogen yang terbentuk karena adanya dispersi suatu zat ke
dalam zat lain yang dicampurkan. Nah, makanya, dalam sistem koloid itu terdapat fase
terdispersi dan medium pendispersi. Apa sih bedanya?

Fase terdispersi adalah zat yang mengalami penyebaran secara merata dalam suatu zat lain,
sedangkan medium pendispersi adalah zat yang menyebabkan terjadinya penyebaran secara
merata. 

Nah, kamu perlu tahu ya, pengertian fase di sini berbeda dengan wujud. Kenapa? Karena ada zat
yang wujudnya sama, tetapi fasenya berbeda. Contohnya, santan. Kalau kita lihat lebih jelas,
pada santan terdapat butiran minyak dalam air. Butiran minyak tersebut mempunyai fase yang
berbeda dengan air, walaupun keduanya berwujud cair.

Butiran minyak dalam santan bertindak sebagai fase terdispersi, sedangkan air sebagai medium
pendispersi. Oleh sebab itu, santan juga termasuk contoh sistem koloid yang lain karena punya
fase terdispersi dan medium pendispersi, ya.

 Contoh sistem koloid lainnya yang bisa kita temui di kehidupan sehari-hari, antara lain ada
mayones, keju, jelly, cat, kosmetik, dan obat-obatan. Bahkan, darah yang ada di dalam tubuh
kita itu termasuk sistem koloid, lho! Kok bisa? Hayo, coba kamu ingat, kira-kira apa saja
komposisi darah di dalam tubuh kita?

 Perbedaan Koloid dengan Larutan dan Suspensi


Oh iya, selain koloid, larutan dan suspensi juga termasuk campuran dua atau lebih zat, loh!
Terus, bedanya apa ya antara koloid, larutan, dan suspensi? Nah, untuk memudahkan kamu
membedakan koloid dengan larutan dan suspensi, perhatikan tabel berikut!
 Ciri-Ciri Koloid
Nah, dari pengertian serta perbedaannya dengan larutan dan suspensi, kita bisa simpulkan ciri-
ciri koloid, yaitu sebagai berikut:

1. Terlihat homogen bila dilihat mata, namun berbentuk heterogen bila diamati
menggunakan mikroskop ultra.
2. Terdapat fase terdispersi dan medium pendispersi.
3. Partikel berdimensi antara 1-100 nm.
4. Bersifat stabil.
5. Tidak dapat disaring, kecuali menggunakan alat penyaringan ultra. 

 Jenis-Jenis Koloid
Pada koloid, fase terdispersi dan medium pendispersi bisa berwujud padat, cair, dan gas. Oleh
karena itu, berdasarkan perbedaan antara fase terdispersi dan medium pendispersinya, sistem
koloid dibagi menjadi 8 jenis, di antaranya bisa lihat di tabel berikut:
1. Sol Padat

Sol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi yang padat juga. Sol
padat ini terbentuk karena pengaruh tekanan dan suhu, sehingga menghasilkan padatan yang
kokoh dan keras. Contoh sol padat adalah batuan ruby (batuan permata). Batuan ruby ini
merupakan padatan kromium (Cr) yang tersebar dalam padatan aluminium oksida. Sehingga,
dari sini bisa kelihatan ya, kalau padatan kromium (Cr) itu sebagai fase terdispersi dan padatan
aluminium oksida (AI2O3) sebagai medium pendispersi. 

 2. Sol

Sol memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi cair yang tidak mudah
berubah sifatnya. Jadi, bedanya sol dengan sol padat itu terletak di medium pendispersinya, ya.
Kalau sol padat mediumnya padat, sedangkan sol mediumnya cair. Contoh jenis sistem koloid
berupa sol adalah cat tembok. Cat tembok terdiri dari banyak jenis padatan, di antaranya kalsium
karbonat (CaCO3), kaolin, dan lain sebagainya. Zat padat (fase terdispersi) inilah yang
mengalami penyebaran dalam medium cair (medium pendispersi) yang berupa air (H2O).

 3. Aerosol Padat

Aerosol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi gas. Contoh aerosol
padat adalah asap kendaraan. Asap kendaraan mengandung padatan berupa timbal, karbon,
karbon monoksida, dan lain sebagainya, yang merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari
mesin. Makanya, ketika kamu melewati kendaraan bermotor yang mengeluarkan asap, kadang
kamu akan merasakan kelilipan karena adanya padatan (fase terdispersi) di dalam asap (medium
pendispersi). 

 
4. Aerosol

Aerosol memiliki fase terdispersi berupa cairan dan medium pendispersi berupa gas. Jadi,
bedanya aerosol dengan aerosol padat terletak pada fase terdispersinya. Aerosol tidak bisa
bertahan lama. Hal ini karena zat penyusunnya yang mudah rusak oleh perubahan suhu dan
tekanan udara lingkungan. Contoh aerosol adalah parfum. Saat parfum disemprotkan di udara,
cairan parfum akan terdispersi atau tersebar di udara yang wujudnya gas sebagai merupakan
medium pendispersi.

5. Emulsi Padat

Selanjutnya, ada emulsi padat yang memiliki fase terdispersi berupa cairan dalam medium
pendispersi padat. Contoh emulsi padat adalah agar-agar. Agar-agar terbuat dari air (fase
terdispersi) yang dicampur dengan bubuk agar-agar (medium pendispersi). Pada saat bubuk agar-
agar dipanaskan dalam air, serat dari agar-agar akan bergerak bebas. Saat proses pendinginan,
serat tersebut akan saling merapat dan memadat. Jadi, pada agar-agar itu, partikel-partikel air
terdispersi atau tersebar dalam partikel agar-agar.

 6. Emulsi

Nah, kalau fase terdispersi dan medium pendispersinya berupa cairan, maka disebutnya
emulsi. Emulsi biasanya tersusun oleh cairan dengan kepolaran senyawa yang berbeda, sehingga
tidak saling bercampur. Contoh jenis sistem koloid berupa emulsi adalah susu. Emulsi pada
campuran susu dan air itu terjadi ketika partikel air terdispersi atau tersebar dalam partikel-
partikel susu. Nah, karena partikel air dan susu ini punya level kepolaran yang beda, maka kedua
zat ini ga bisa bercampur dengan sempurna, sehingga susu itu termasuk koloid, bukan larutan. 

 7. Buih Padat

Busa padat memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi padatan, atau
bisa disebut juga gas yang terdispersi di dalam padatan. Contoh sistem koloid berupa buih padat
adalah spons. Jika dilihat, spons itu merupakan sebuah padatan, tapi ketika dipencet ternyata
isinya udara. Itu tandanya, partikel-partikel udara atau gasnya tersebar dalam medium padat, ya.

 8. Buih

Jenis koloid yang terakhir, yaitu buih. Bedanya dengan buih padat, kalau buih memiliki fase
terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi cair, atau bisa disebut juga gas yang
terdispersi di dalam cairan. Contoh jenis koloid berbentuk buih adalah buih sabun karena adanya
udara (fase terdispersi) yang terjebak di dalam larutan sabun (medium pendispersi). Hal ini
terjadi karena molekul sabun yang saling tarik menarik membentuk jaring atau lapisan yang
dapat menjebak udara, sehingga membentuk gelembung-gelembung bening berisi udara.

Anda mungkin juga menyukai