Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat karunianya kami dapat
menyelaesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Hubungan Koloid dengan Hemodialisis
dan Sistem Penggolongan Darah “ sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjunan
alam Rasullulah Muhammad SAW berikut kepada seluruh keluarganya ,para shohabat dan
mudah mudahan sampai kepada kita kaum muslimin yang mengharapkan syafaatnya di akhirat
kelak.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Umum program studi
pendidikan biologi Universitas Siliwangi Tasikmalaya . Makalah ini berhasil disususn atas
bantuan berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyususnannya.
1. Dosen Kimia Umum Program Study Pendidikan Biologi Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Bapak Popo Musthofa Kamil,M.Pd yang telah memberikan tugas dan petunjuk penulisan
makalah ini.
2. Teman-teman kelompok lima yang telah membantu dalam penyususan makalah ini
3. Dan secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan besar kepada kami
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pemyusunan makalah ini untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran atas penyusunan makalah ini di karenakan kurangnya
kemampuan yang kami miliki. Akhirnya kami berharap semoga Allah SWT memberikan balasan
kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Amiin ya
robbal alamin

Tasikmalaya, November 2015

penyusu

ABSTRAK
Makalah ini membahas tentang sitem koloid dan kaitannya dengan hemodialisis serta
sistem penggolongan darah manusia , sehingga dengan adanya sistem penggolongan ini terdapat
aturan / ketentuan ketentuan yang harus dilaksannakan saat akan melakukan proses transfusi
darah.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koloid merupakan intermediet antara larutan dan suspensi. Koloid memiliki sifat sifat khusus
yaitu efek tyndal, gerak brown, dan adsorpsi.
Salah satu jenis adsorpsi yang kita ketahui yaitu dialisis, merupakan salah satu sistem koloid
yang sering digunakan di dunia kedokteran yang sering di sebut dengan proses cuci darah.
Darah manuasia bisa dibedakan berdasarkan sistem penggolongan darah A,B,O,AB dan juga
sistem rhesus. Sistem darah A,B,O,AB di dasarkan pada antigen/ aglutinogen yang terkandung
dalam darahnya, sementara sistem rhesus di dasarkan pada ada tidaknya antigen-rh yang
terkandung dalam darah. Sistem rhesus ini merupakan sistem yang sangat kompleks dan masih
sering diperdebatkan oleh para peneliti.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengkaji materi tentang koloid ,darah dan hubungannya dengan hemodialisis , maka
kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu koloid ?
2. Apa itu hemodialisis ?
3. Apa itu darah ?
4. Bagaimana ketentuan transfusi darah ?
5. Bagaimana hubungan koloid dengan hemodialisis ?

1.3 Tujuan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah yang kami buat, maka tujuan dari penyusunan makalah ini
yaitu :
1. Mengetahui apa itu koloid
2. Mengetahui apa itu hemodialisis
3. Mengetahui apa itu darah
4. Mengetahui bagaimana ketentuan transfusi darah
5. Mengetahui bagaimana hubungan koloid dengan hemodialisis

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Koloid
A. Pengertian Sistem Koloid
Koloid mempergunakan istilah partikel terdispersi yaitu koloid yang tersebar merata
(terdispersi) di dalam suatu medium yang disebut medium pendispersi medium (tempat
terdispersinya partikel koloid). Adanya istilah dispersi (tersebar) kita dapat membedakan koloid
dengan larutan (larutan berhubungan dengan proses melarut). Sehingga kita bisa membedakan
melarutnya gula dalam air (sistem larutan) dengan melarutnya susu dalam air (sistem koloid).
Zat padat didispersikan ke dalam cairan, maka ada tiga kemungkinan yang terjadi, tergantung
pada kelarutan , sifat, dan ukuran partike zat tersebut.
1. Zat padat dapat larut dalam cairan membentuk larutan homogen berfasa tunggal yang
disebut larutan sejati. Larutan sejati dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dua atau
lebih komponen). Misalnya melarutkan gula pasir ke dalam air , maka akan terbentuk larutan
sejati gula pasir.
Partikel-partikel dalam larutan sejati ukurannya sangat kecil (berdiameter < 10 -9 meter).
Sehingga partikel-partikel zat terlarut dalam larutan sejati tidak dapat dipisahkan dari pelarutnya
melaui penyaringan (filtrasi) juga tidak bisa di lihat dalam mikroskop.
2. Dispersi zat padat dalam cairan dapat pula menghasilkan suspensi, yaitu campuran heterogen
yang partikel-partikel zat padatnya dapat dengan segera mengendap jika dibiarkan atau
disentrifusi. Misalnya campuran air dengan kopi, atau air dengan serbuk karbon atau air dengan
serbuk belerang.
Pada suspensi dapat dibedakan antara zat terlarut dan pelarut walaupun tidak menggunaan
mikroskop, dapat disaring dengan kertas saring biasa, bersifat tidak stabil, terdiri dari dua fasa ,
salah satu atau semua partikelnya berdiameter > 100 nm( > 10-7 meter).
3. Koloid adalah intermediet antara laruta sejati dan suspensi. Dalam koloid, zat padat (fasa
dispersi) tersebar secara merata dalam cairan (medium dispersi) baik sebagai molekul vyang
sangat besar (misalnya protein) atau sebagai agregat (gabungan dari banyak unit) molekul-
molekul yang disebut misel. Contoh koloid adalah air susu.
Partikel-partikel koloid lebih besar dari pada molekul atau ion dalam larutan sejati, tetapi lebih
kecil dari pada partikel-partikel dalam suspensi (ukuran partikelnya antara 10-9 meter – 10-
7
meter).
B. Penggolongan Koloid
Dipandang dari kelarutannya, koloid dibedakan menjadi dua golongan, yaitu kolod dispersi
dan koloid asosiasi (Sukri, S, 1999: 454):
 Koloid dispersi yaitu koloid yang partikelnyatidak dapat larut secara individu dalam medium.
Yang terjadi hanyalah penyebaran (dispersi) partikel tersebut. Yang termasuk kelompok ini
adalah koloid mikromolekul (protein dan plastik), agregat molekul (molekul belerang), dan
agregat atom (sol emas dan plantina).
 koloid asosiasi yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) partikel kecil yang larut
dalam medium , contohnya koloid Fe(OH)3. Senyawa ini larut dalam air menjadi ion Fe3+ dan
OH- dicampur sedemikian rupa sehingga berasosiasi membentuk kristal kecil yang melayang-
layang dalam air sebagai koloid.
Medium pendispersi koloid tidak terbatas pada cairan, melainkan dapat berwujud gas,
cairan, dan padatan. Fasa terdispersi koloid juga dapat berwujud gas , cairan, dan padatan.
Berdasarkan fasa terdispersi dan medium pendispersinya, kolid disebut juga dispersi koloid
dapat dibagi atas delapan jenis, yaitu:
1. buih/ busa, yaitu fasa terdispersinya gas dan medium pendispersinya cair. Contohnya busa
sabun dan busa air;
2. busa padat, yaitu fasa terdispersiya gas dan medium pendispersinya padat. Contohnya batu
apung dan karet busa;
3. aerosol cair, yaitu fasa terdispersinya cair dan medium pendispersinya gas. Contohnya kabut
dan awan;
4. Emulsi cair, yaitu fasa terdispersinya cair dan medium pendispersinya cair. Contohnya minyak
ikan dan santan;
5. Emusi padat, yaitu fasa terdispersinya cair dan medium pendispersinya padat. Contohnya keju
dan mentega;
6. Aerosol padat, yaitu fasa terdispersinya padat dan medium pendispersinya gas. Contohnya asap
roko dan abu di udara;
7. Sol, yaitu fasa terdispersinya padat dan mdium pendispersinya cair. Contohnya tinta dan lotion;
8. Sol padat, yaitu fasa terdispersinya padat dan medium pendispersinya padat. Contohnya gelas
berwarna dan batu perhiasan;
Ditinjau dari afinitasnya terhadap medium pendispersinya, koloid dapat pula dibagi menjadi
dua golongan, yaitu koloid hofil dan koloid liofob.
Koloid liofil adalah koloid yang suka berikatan dengan mediumnya sehingga sulit dipisahkan
atau sangat stabil . jika mediumnya air disebut koloid hidrofil, yaitu suka air, contohnya agar-
agar dan tepung kanji (amilum) dalam air.
1. Bila mediumnya air, disebut koloid hidrofob (tidak suka air), contohnya perunggu dan koloid
Fe(OH)3 dalam air.
Koloid dapat berubah menjadi tidak koloid atau sebaliknya. Berdasarkan perubahan itu,
ada koloid reversibel dan ada koloid irreversibel.
2. Koloid reversibel adalah suatu koloid yang dapat berubah menjadi tidak koloid dan kemudian
menjadi koloid kembali. Misalnya air susu (koloid) yang bila dibiarkan akan mengendap (tidak
koloid) dan airnya terpisah, tetapi bila dikocok akan bercampur seperti semula. Koloid
irreversible adalah koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid tidak dapat menjadi koloid
lagi. Contohnya sol emas.
C. Sifat Koloid
Koloid adalah suatu campuran, sehingga sifatnya ada yang sama dan ada yang berbeda dengan
larutan. Sifat khusus koloid timbul sebagai akibat partikelnya yang lebih besar dari pada partikel
larutan. Sift koloid yang lainnya sebagai akibat adanya muatan dari partikel koloid.
1. Sifat Kinetik
Sebagai partikel yang bebas dalam mediumnya, partikel koloid selalu bergerak ke segala
arah. Gerakannya lurus dan akan patah bila bertabrakan dengan partikel lain. Gerakan itu
disebut gerak brown.
Gerak Brown terjadi akibat tumbukan partikel-pertikel dengan molekul-molekul medium.
Molekul-molekul cairan bergerak acak dan jika lebih banyak terjadi tumbukan antara molekul-
molekul medium dengan partikel koloid pada salah satu sisinya , maka partikel koloid itu akan
berpindah tempat (bergerak). Gejala ini pertama kali ditemukan akan mengamati dengan
mikroskop tepung dari sari gandum yang didispersikan dalam air tampak bergerak secara terus
menerus.
2. Sifat Optik
Jalan yang ditempuh seberkas sinar akan tampak jika berkas itu dilewatkan pada larutan
koloid. Jalan berkas sinar itutidak tampak jika sinar tadi melewati larutan sejati. Gejala ini
ditemukan pertama kali oleh ajahon Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris pada tahun
1869,sehingga efek ini diebut efek Tyndall.
Efek Tyndall terjadi karena sinar dihamburkan oleh partkel-partikel koloid. Gejala yang sama
dengan efek Tyndall dapat diamati ketika seberkas sinar matahari melewati udara berkabut atau
udara berdebu.
3. Sifat Koagulasi
Koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya grafitasi bumi,
sehingga partikelnya turun perlahan ke dasar bejana yang disebut koagulasi atau peggumpalan.
Misalnya kalu kita ingin mengatahui kualitas air:
Waktu koaguasi koloid bervariasi antara satu dengan yang lain. Koagulasi spontan umunya
lambat dan dapat dipercepat dengan alat sentrifugal ultra. Alat ini memutar koloid dengan
kecepatan tinggi hingga partikel didorong ke dasar tabung reaksi.
4. Dialisis
Ion-ion dan mlekul dalam larutan sejati ukurannya lebih kecil dari partikel koloid, maka ion-
ion dan molekul berdifusi lebih cepat daripada partikel koloid. Sifat ini dapat dipakai untuk
memisahkan suatu sol dari larutan sejati dengan cara menyimpan campuran itu dalam membran
berupa kantong yang terbuat dari selofan, perkamen, atau bahan-bahan lain (selaput dialisa), dan
direndam dalam air yang mengalir. Secara berangsur-asur partikel zat terlarut dari larutan sejati
berdifusi menembus membran untuk meninggalkan partikel koloid.
Proses pemisahan partikel koloid dari ion-ion/molekul-molekul sederhana melaui selaput
dialisa disebut dialisis. Proses dialisis ini pertama kali ditemukan pada tahun 1861 oleh seorang
ahli kimia orang Skotlandia yang bernama Thomas Graham (1805-1869).
5. Adsorpsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorpsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion
atau senyawa yang lain. Hal ini disebabkan pada permukaan koloid terhadap gaya van der Waals
terhadap molekul atau ion lain di sekitarnya. Melekatnnya zat lain pada permukaan koloid
disebut adsorpsi (harus dibedakan dari absorpsi yang artinya penyerapan sampai kebawah
permukaan). Contohnya koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion
H+ dan koloid AsS3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-.
6. Elektroforesis
Partikel koloid membawa muatan listrik. Muatan listrik dari koloid ini timbul dari adsorpsi
(pengikatan) ion-ion H+(aq) atau ion-ion OH-(aq) dari medium dispersi oleh partikel koloid. Contoh
koloid yang bermuatan positif adalah Al(OH) dan Fe(OH)3. Contoh koloid yang bermuatan
negatif adalah As2S3, koloid be-lerang, koloid asam salisilat C7H6O3), koloid emas, perak,
plantina, dan gelatin.
Akibat adanya muatan tersebut, maka partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik ke
arah kutub yang berlawanan muatannya. Migrasi (perpindahan) partikel koloid bermuatan dalam
medan listrik disebut elektroforesis.
2.2 Darah
A. Pengertian
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi,
oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat,
protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih)
dan trombosit.
B. Sistem Penggolongan Darah
Menurut sistem ini, golongan darah manusia dibedakan atas 4 macam, yaitu sebagai
berikut :
1) Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan
membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
2) Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah B
negative atau O negatif.
3) Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta
tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan
darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-B-O apapun dan
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat
mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
4) Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi
terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah A-B-O apapun dan disebut donor
universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari
sesama O-negatif
Dibawah ini ilustrasi penggolongan darah berdasarkan antigen yang dimilikinya:

Sistem Rhesus
Rhesus adalah protein (antigen) yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Di dalam
sistem rhesus terdapat aturan khusus dalam urusan sumbang-terima darah. Pemilik rhesus negatif
tidak boleh ditranfusi dengan darah rhesus positif. Ini dikarenakan sistem pertahanan tubuh si
reseptor (penerima donor) akan menganggap darah (rhesus positif) dari donor itu sebagai “benda
asing” yang perlu dilawan seperti virus atau bakteri. Sebagai bentuk perlawanan, tubuh reseptor
akan memproduksi antirhesus. Saat transfusi pertama, kadar antirhesus masih belum cukup
tinggi sehingga relatif tak menimbulkan masalah serius. Tapi pada tranfusi kedua, akibatnya bisa
fatal karena antirhesus mencapai kadar yang cukup tinggi. Antirhesus ini akan menyerang dan
memecah sel-sel darah merah dari donor, sehingga ginjal harus bekerja keras mengeluarkan sisa
pemecahan sel-sel darah merah itu. Kondisi ini bukan hanya menyebabkan tujuan tranfusi darah
tak tercapai, tapi malah memperparah kondisi si reseptor sendiri.
Golongan darah ini berbeda dengan A B O, karena hanya memiliki dua jenis, yaitu Rhesus
positif (Rh+) dan Rhesus negatif (Rh-)Tidak jauh dari sistem A B O, golongan darah Rhesus ini
juga menggolongkan darah seseorang berdasarkan adanya antigen tertentu dalam darah. Antigen
yang digunakan untuk menggolongkan darah berdasarkan Rhesus disebut sebagai antigen D.,
jika seseorang memiliki antigen D dalam darahnya, ia termasuk Rh+. Sebaliknya, jika seseorang
tidak memiliki antigen D, ia termasuk Rh-Meski penggolongannya lebih sederhana, ternyata
Rhesus tidak bisa begitu saja diabaikan. Orang dengan Rh- tidak bisa menerima donor dari
Rh+ Hal ini disebabkan karena darah Rh- cenderung akan membuat antibodi terhadap antigen D,
sehingga akan menolak adanya antigen D di dalam darahnya. Sehingga orang dengan Rh- harus
menerima darah dari orang Rh- juga. Sayangnya, jumlah orang dengan Rh- di dunia ini sangat
sedikit, sehingga pasokan darahnya pun terbatas.
Selain itu, golongan darah Rhesus ini juga wajib diperhatikan bagi ibu hamil. Seorang ibu
dengan Rh- jika mengandung anak dengan Rh+, kemungkinan darah sang ibu akan membentuk
antibodi pula. Antibodi ini dapat masuk ke dalam plasenta janin.Hal ini bisa menyebabkan bayi
dalam kandungan mengalami anemia, kulit kekuning-kuningan, atau bahkan keguguran dalam
kandungan. Sistem penggolongan darah ini didasarkan atas ada atau
tidaknya aglutinogen (senyawa yang menjadi faktor penggumpalan darah) resus di dalam darah.
Pada sistem resus (rh) apabila orang tersebut memiliki aglutinogen resus maka orang tersebut
termasuk dalam golongan resus positif (rh+). Namun apabila orang tersebut tidak memiliki
aglutinogen resus, maka orang tersebut termasuk dalam golongan resus negatif (rh-).Sistem
penggolongan darah ini berguna untuk membantu transfusi darah. Jika dilakukan transfusi darah
dari orang yang bergolongan darah resus positif kepada orang yang bergolongan darah resus
negatif, maka akan terjadi rangsangan untuk
pembentukan antibodi Rh.[2] Bila resipien mendapatkan transfusi darah lagi dengan golongan
resus positif, maka akan terjadi hemaglutinasi (penggumpalan darah) yang berakibat pada
kematian
Syarat-Syarat Transfusi Darah
1. Umur 17 – 60 tahun ( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin
tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan
jarak penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter )
2. Berat badan 50 kg atau lebih
3. Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral
4. Kadar Hemogblin 12,5 g/dl atau lebih
5. Tekanan darah 120/140/80 – 100 mmHg
6. Nadi 50-100/menit teratur
7. Tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit perdarahan,
kejang, kanker, penyakit kulit kronis.
8. Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita)
9. Bagi donor tetap, penyumbangan 5 (lima) kali setahun.
10. Kulit lengan donor sehat.
11. Tidak menerima transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir.
12. Tidak menderita penyakit infeksi ; malaria, hepatitis, HIV/AIDS.
13. Bukan pencandu alkohol/narkoba
14. Tidak mendapat imunisasi dalam 2/4 bulan terakhir.
15. Beritahu Petugas bila makan aspirin dalam 3 hari terakhir.
16. Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak
penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum
donor.
Orang Yang Tidak Dapat Menjadi Pendonor.
Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan:
1. Pernah menderita hepatitis B.
2. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis.
3. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.
4. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga.
5. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
6. Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
7. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
8. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus dipteria
atau profilaksis.
9. Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles,
tetanus toxin.
10. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic.
11. Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
12. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
13. Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
14. Sedang menyusui.
15. Ketergantungan obat.
16. Alkoholisme akut dan kronik.
17. Sifilis.
18. Menderita tuberkulosa secara klinis.
19. Menderita epilepsi dan sering kejang.
20. Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh balik) yang akan ditusuk.
21. Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD,
thalasemia, polibetemiavera.
22. Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk
mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum
suntik tidak steril).
23. Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.
C. Manfaat Donor Darah
1. Dapat memeriksakan kesehatan secara berkala 3 bulan sekali seperti tensi, Lab Uji
Saring .(HIV, Hepatitis B, C, Sifilis dan Malaria).
2. Mendapatkan piagam penghargaan sesuai dengan jumlah menyumbang darahnya antara
lain 10, 25, 50, 75, 100 kali.
3. Donor darah 100 kali mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari
Pemerintah.
4. Merupakan bagian dari ibadah.
D. Proses Transfusi Darah
1. Pengisian Formulir Donor Darah.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah.
3. Pengambilan Darah
Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan pengambilan darah.
4. Pengelolahan Darah
Beberapa usaha pencegahan yang di kerjakan oleh PMI sebelum darah diberikan kepada
penderita adalah penyaringan terhadap penyakit di antaranya :
a. Penyakit Hepatitis B
b. Penyakit HIV/AIDS
c. Penyakit Hipatitis C
d. Penyakit Kelamin (VDRL)
Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1-2 jam
5. Penyimpanan Darah
Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 26 derajat celcius.
Darah ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti :
PRC,Thrombocyt,Plasma,Cryo precipitat
2.3 Hemodialisis
A. Pengertian Hemodialisis
Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis ” artinya pemisahan zat-
zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses
penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan
berupa mesin dialisis sebagai pengganti fungsi ginjal.
Hemodialisis merupakan salah satu dari Terapi Pengganti Ginjal, yang digunakan pada
penderita dengan penurunan fungsi ginjal, baik akut maupun kronik. Hemodialisis dapat
dikerjakan untuk sementara waktu (misalnya pada Gagal Ginjal Akut) atau dapat pula untuk
seumur hidup (misalnya pada Gagal Ginjal Kronik).
Hemodialisis berfungsi membuang produk-produk sisa metabolisme seperti potassium dan
urea dari darah dengan menggunakan mesin dialiser. Mesin ini mampu berfungsi sebagai ginjal
menggantikan ginjal penderita yang sudah rusak kerena penyakitnya, dengan menggunakan
mesin itu selama 24 jam perminggu, penderita dapat memperpanjang hidupnya sampai batas
waktu yang tidak tertentu.
B. Cara Kerja Mesin Hemodialisis
Prinsip dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses osmotis dan ultrafiltrasi pada
ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Pada hemodialisis, darah dipompa
keluar dari tubuh lalu masuk kedalam mesin dialiser ( yang berfungsi sebagai ginjal buatan )
untuk dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus
untuk dialisis (dialisat). Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan
tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat racun di dalam darah
disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat. Proses hemodialisis melibatkan difusi
solute (zat terlarut) melalui suatu membrane semipermeable. Molekul zat terlarut (sisa
metabolisme) dari kompartemen darah akan berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap saat
bila molekul zat terlarut dapat melewati membran semipermiabel demikian juga sebaliknya.
Setelah dibersihkan, darah dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Mesin hemodialisis (HD) terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan dialisat, dan
sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah dari tempat tusukan vaskuler ke
alat dializer. Dializer adalah tempat dimana proses HD berlangsung sehingga terjadi pertukaran
zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Sedangkan tusukan vaskuler merupakan tempat
keluarnya darah dari tubuh penderita menuju dializer dan selanjutnya kembali lagi ketubuh
penderita. Kecepatan dapat di atur biasanya diantara 300-400 ml/menit. Lokasi pompa darah
biasanya terletak antara monitor tekanan arteri dan monitor larutan dialisat. Larutan dialisat
harus dipanaskan antara 34-39 C sebelum dialirkan kepada dializer. Suhu larutan dialisat yang
terlalu rendah ataupun melebihi suhu tubuh dapat menimbulkan komplikasi. Sistem monitoring
setiap mesin HD sangat penting untuk menjamin efektifitas proses dialisis dan keselamatan.
Pada saat proses Hemodialisa, darah kita akan dialirkan melalui sebuah saringan khusus
(Dialiser) yang berfungsi menyaring sampah metabolisme dan air yang berlebih. Kemudian
darah yang bersih akan dikembalikan kedalam tubuh. Pengeluaran sampah dan air serta garam
berlebih akan membantu tubuh mengontrol tekanan darah dan kandungan kimia tubuh jadi lebih
seimbang.
Dialisator tersedia dalam berbagai jenis ukuran. Dialisator yang ukurannya lebih besar mengalami peningkatan dalam membran area, dan biasanya
akan memindahkan lebih banyak padatan daripada dialisator yang ukurannya lebih kecil, khususnya dalam tingkat aliran darah yang tinggi. Kebanyakan jenis
dialisator memiliki permukaan membran area sekitar 0,8 sampai 2,2 meter persegi dan nilai KoA memiliki urutan dari mulai 500-1500 ml/min. KoA yang dinyatakan
dalam satuan ml/min dapat diperkirakan melalui pembersihan maksimum dari dialisator dalam tekanan darah yang sangat tinggi dari grafik tingkat alirannya.
Secara singkat konsep fisika yang digunakan dalam hemodialisis adalah konsep fluida bergerak. Syarat fluida yang ideal yaitu cairan tidak viskous (tidak ada
geseran dalam), keadaan tunak (steady state) atau melalui lintasan tertentu, mengalir secara stasioner, dan tidak termampatkan (incompressible) serta mengalir
dalam jumlah cairan yang sama besarnya (kontinuitas). Selama proses HD, darah pasien diberi Heparin agar tidak membeku ketika berada di luar tubuh yaitu
dalam sirkulasi darah mesin. Selama menjalani HD, posisi pasien dapat dalam keadaan duduk atau berbaring
Selain menjalani HD, dalam jangka panjang, obat-obat yang diperlukan antara lain obat yang mengatasi anemia seperti suntikan hormon eritropoetin serta
pemberian zat besi. Selain itu obat yang menurunkan kadar fosfat darah yang meningkat yang dapat mengganggu kesehatan tulang, diberikan obat pengikat
fosfat (Phosphate binder). Obat-obat lain yang diperlukan sesuai kondisi pasien misalnya obat hipertensi, obat-obat antigatal, vitamin penunjang (yang bebas
fosfor maupun mineral yang tidak perlu).

C. Manfaat Hemodialisis
Hemodialisis mempunyai beberapa keuntungan,diantaranya sebagai berikut.
1. Tidak ada nyeri/sakit selama prosedur
2. Dilaksanakan secara santai, pasien bisa sambil makan/nonton TV, baca buku dll.
3. Hemodialisis sebagai terapi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan
memperpanjang usia
4. Hemodialisis dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal akut dan gagal ginjal
kronik.Hemodialisis dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal karena sumbatan batu yang akan
menjalani operasi dan pasien yang menunggu cangkok ginjal.

D. Risiko Hemodialisis
Di samping memiliki beberapa keuntungan, hemodialisis juga mempunyai beberapa
kerugian, diantaranya sebagai berikut.
1. Fungsi ginjal yang tersisa cepat menurun.
2. Pembatasan asupan cairan dan diet lebih ketat.
3. Pembatasan asupan cairan dan diet lebih ketat.
4. Efek samping hemodialisis antara lain tekanan darah rendah, anemia, kram otot,
detak jantung tak teratur, mual, muntah, sakit kepala, infeksi, pembekuan darah (trombus), dan
udara dalam pembuluh darah (emboli). (Haven,2005).

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah kami buat dan pemaparan materi dari bab 2 , maka kami dapat menyimpulkan beberapa pokok bahasan
dalam makalah ini, yaitu :
1. Koloid adalah intermediet antara laruta sejati dan suspensi
2. Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen,
antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh.
3. Transfusi darah harus dilakukan pada darah yang golongan nya sama, tetapi ada pengecualian untuk darah O, darah O disebut donor universal karena bisa
menjadi pendonor untuk semua golongan darah, sementara golongan darah AB disebut resepien universal karena bisa menerima donor darah dari semua jenis
golongan darah.Berikut adalah penjelasannya
 Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan
membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
 Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah B
negative atau O negatif.
 Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta
tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan
darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-B-O apapun dan
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat
mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
 Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi
terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah A-B-O apapun dan disebut donor
universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari
sesama O-negatif
5. Hemodialisis merupakan salah satu aplikasi dari sisten koloid yaitu dialisis.
Hemodialisi dijadikan sebagai sebuah sistem pengganti fungsi ginjal manusia yang rusak,
sehingga orang yang mengalami kerusakan ginjal masih dapat melanjutkan hidupnya .
DAFTAR PUSTAKA
Hernawan.Edi.2015.Kimia Umum.LPPM Universitas Siliwangi : Tasikmalaya
Bitsream.2015.Darah chapter I pdf. [ online ].Tersedia ; www.repository.usu.ac.id. ( 20
november 2015 )
Bitsream.2015.Darah chapter II pdf. [ online ].Tersedia ; www.repository.usu.ac.id. ( 22
november 2015 )
Bitsream.2015. Hemodialisi chapter I pdf. [ online ].Tersedia ; www.repository.usu.ac.id. ( 20
november 2015 )
Romdhoni.2015.Koloid.[ online ]. Tersedia ; www.staff.gunadarma.ac.id ( 20 November 2015 )
Bagus-08331.2015.Cara Penggunaan mesin Hemodialisis.[ online ]. Tersedia
; www.unhas.ac.id ( 20 November 2015 )
Pengertian hemodialisis.[ online ]. Tersedia ; www.wikipediaindonesia.com ( 21 November 2015
)
DAFTAR ISI
Kata pengantar..........................................................................................................i
Abstrak ....................................................................................................................ii
BAB I
Latar belakang .........................................................................................................ii
Rumusan masalah ...................................................................................................ii
Tujuan makalah ......................................................................................................iii
BAB II
Koloid ......................................................................................................................1
Darah .......................................................................................................................5
Hemodialisis ............................................................................................................9
BAB III
Kesimpulan ...........................................................................................................13
Daftar pustaka .......................................................................................................14

Anda mungkin juga menyukai