Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SISTEM KOLOID

DISUSUN OLEH:

NUR RESKI SEPTI HARDIANI

MUH. ALTHAF ALAFZIAN

DANY FINSKY PUTRA B

ANDI ARUL AR-RAZAQ

MIFTAHUL JANNAH

CANTIKA DEWI
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Tuhan yang maha esa, berkat
rahmat serta karunianya sehingga karya ilmia dengan berjudul “SITEM
KOLOID” dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas membuat karya ilmia yg di
berikan Ibu Hasdiana selaku guru kimia. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang kenakalan ramaja
dilingkungan SMAN 22 Makassar. Kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Ibu Hasdiana selaku guru kimia. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diambil dan cara membuat
karya ilmia. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
rekan satu kelompok yg sudah besama-sama menyalesaikan karya ilmia ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf ketika ada salah kata
dalam penulisan atau perkataan kami yg meyinggung pembaca.

a
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................a
DAFTAR ISI...........................................................................................................b
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II PENJELASAN
2.1 SISTEM KOLOID.........................................................................................3
2.2 SIFAT SISTEM KOLOID.............................................................................4
2.3 JENIS JENIS KOLOID.................................................................................6
BAB III PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................9
DAFATAR PUSTAKA.........................................................................................10

b
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai koloid baik dalam bentuk
produk-produk maupun dalam keadaan terlihat yang biasa dijumpai. Seperti
produk sabun, dan produk aerosol atau yang sering kali kita lihat seperi udara
yang berdebu, kabut, dan lain sebagainya.
Sistem Koloid adalah campuran hampir homogen antara fase terdispensi
dan fase pendispersi. Campuran ini hampir homogen, artinya campuran dua
zat hampir menyatu dan sulit dibedakan. Fase terdispensinya bukan dalam
bentuk molekuler (bukan setiap molekul tersebar). Akan tetapi, gabungan dari
beberapa molekul. Jika diambil contoh zat terdispensi air, sistem koloid
merupakan dispensi padatan (gabungan dari molekul) yang tersebar dalam
medium pendispersi. Hanya saja partikel padatan yang terdispersi ini kecil
sehingga tidak bisa dibedakan mana fase terdispensi dan mana fase
pendispersi.
Pada dasarnya setiap konsep dan penerapan serta perlakuan melalui
praktek kimia membutuhkan larutan dan campuran. Di sini akan di bahas
mengenai campuran yang secara khusus yakni campuran koloid. Sistem
koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan
dan suspensi ( larutan kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas
yang berbeda dengan sifat larutan dan suspensi. Keadaan bukan ciri dari zat
tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dan dapat di buat
dalam keadaan koloid.
Sistem Koloid terdiri dari atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu
dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi,
sedangkan medium yang digunakan untuk mendespersikan disebut medium
dispersi. Fase terdespersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan
medium despersi bersifat kontinu.

1
Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang
mencakup berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam
ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses
sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup.
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur
secara merata. Misalnya saja saat kita membuat susu,
serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan air panas.
Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang beragam,
es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh.
Semua itu merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang
terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang
terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral
– mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh –
tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan
mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang
melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang
mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga merupakan sistem
koloid.
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa itu sistem koloid
2 Sifat sistem koloid
3 Jenis jenis koloid
4 Aplikasi sistem koloid di kehidupan sehari hari

1.3 Tujuan
1 Mengetahui apa itu sistem koloid
2 Mengetahui sifat sistem koloid
3 Mengetahui jenis jenis koloid
4 Mengetahui aplikasi sistem koloid dalam kehidupan sehari hari

2
BAB II
PENJELASAN
2.1 SISTEM KOLOID
Sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah
suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan
ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran
partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel
dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid
emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing
mengandung jutaan atom emas atau lebih.

Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu


molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul
makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan
mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.

Bila kita melarutkan suatu zat ke dalam suatu pelarut, maka kita akan
mendapatkan bermacam-macam sistem, tergantung dari besarnya diameter partkel
yang dialarutkan. Walaupun demikian kita dapat membagi sistem ini menjadi tiga
jenis yaitu:

a) Larutan sejatu atau dispers molekuler, bila diameter partikelnya lebih kecil dari
1mm, misalnya larutan gula, garam, dan sebaginya

b) Larutan kolid atau dispers halus, bila diameter partikelnya terletak antara 1mm-
100mm, misalnya sol emas, sol AgCl, larutan makromolekul, dan sebagainya.

c) Dispers kasar, bila diameter partikelnya lebih besar dari 100mm

Campuran dua macam zat, dimana zat yang satu terbagi halus dalam zat lain,
disebut sistem dispers. Sistem dipers terdidri atas fase dispers dan medium
dispers.

3
Ciri-ciri sistem koloid sebagai berikut :

a. Sistem koloid mempunyai ukuran partikel 10-7 – 10-5 cm.

b. Partikelnya dapat dilihat dengan mikroskop ultra.

c. Partikel koloid tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa, tetapi dapat
disaring menggunakan kertas perkamen.

d. Koloid tahan lama.

e. Koloid akan terakugulasi apabila ditambah larutan.

f. Koloid mempunyai sifat elektrolit.

g. Koloid termasuk campuran homogen.

2.2 SIFAT SISTEM KOLOID


1. Efek Tyndall

Efek tyndall merupakan gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh


partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid
yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893),
seorang ahli fisika Inggris, sehingga sifat itu disebut efek tyndall. Di sisi lain
efek tyndall juga memiliki makna, yaitu efek yang terjadi jika suatu larutan
terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan
tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid,
cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan
sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil,
sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

2. Gerak Brown

4
Gerak Brown juga merupakan gerakan partikel-partikel koloid yang
senantiasa bergerak lurus, tetapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan).
Bila koloid diamati di bawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa
partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag
ini dinamakan gerak brown. Partikel-partikel akan senantiasa terus bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas (gerak
brown), sedangkan pada zat padat hanya berosilasi di tempat (tidak termasuk
gerak brown).

Bagi koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid
itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Ukuran partikel
yang cukup kecil membuat tumbukan cenderung tidak seimbang, sehingga
terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak
partikel, sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown yang
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat
gerak brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair
dengan zat padat (suspensi).

Gerak brown salah satunya juga dipengaruhi suhu. Semakin tinggi suhu
sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-
partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak brown dari partikel-partikel
fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah
suhu sistem koloid, maka dapat dipastikan gerak brown semakin melambat

. 3. Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain
pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan
partikel. Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan
yang terjadi di dalam suatu partikel. Contoh: (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan

5
positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan
negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

4. Koagulasi Koloid

Koagulasi dapat dimaknai sebagai penggumpalan partikel koloid dan


membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, dapat dimaknai bahwa zat
terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi ini dengan mudah dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau
secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda
muatan.

5. Koloid Pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi


koloid lain dari proses koagulasi.

6. Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara


mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran
semipermeabel yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semipermeabel
ini dapat dilewati cairan, tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid
dan cairan akan berpisah.

7. Elektroforesis

Elektroferesis adalah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan


dengan menggunakan arus listrik. Demikianlah sifat-sifat koloid yang dapat
dengan mudah ditemukan di sekitar kehidupan. Seperti deterjen, alat kosmetik
hingga makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

2.3 JENIS JENIS KOLOID


Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam
medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat

6
berupa zat padat, cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem
koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

1.      Sol (fase terdispersi padat)


a.   Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi pada
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b.   Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c.       Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
2.   Emulsi (fase terdispersi cair)
a.   Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b.   Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c.   Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
3.   Buih (fase terdispersi gas)
a.       Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat.
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
 b.      Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi
sama- sama berupa gas, campurannya tergolong larutan
3. APLIKASI KOLOID DI KEHIDUPAN SEHARI HARI
1. Meskipun istilah koloid jarang sekali digunakan, namun manfaatnya
sangat erat dengan kehidupan manusia. Contohnya seperti:
2. Dalam industri kosmetik, koloid biasanya digunakan untuk membuat
sampo, deodorant, foundation, pembersih wajah, serta pelembab badan.

7
3. Dalam industri tekstil, koloid sol biasa dimanfaatkan untuk mewarnai
pakaian
4. Dalam industri farmasi, koloid digunakan dalam proses membuat obat-
obatan
5. Dalam industri sabun, koloid sangat bermanfaat untuk menghasilkan
sabun atau detergen.
6. Dalam industri makanan, koloid bermanfaat untuk membuat kecap,
susu, mayones, mentega, dan saus.
7. Dalam dunia kesehatan, koloid bisa digunakan untuk mengidentifikasi
DNA, atau proses cuci darah.

8
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara
campuran homogen (larutan) dan heterogen (suspensi).

Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase
dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap,
disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan
zat terdispensi.Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga
bagian, yaitu koloid sol, emulsi, dan buih. Sedangkan fase pendepersinya
adalah gel.

9
DAFATAR PUSTAKA
Media, K. (2023) Proses Pembuatan Koloid dan Manfaatnya dalam Kehidupan
Sehari-hari Halaman all - Kompas.com, KOMPAS.com. Available at:
https://www.kompas.com/skola/read/2023/03/03/200000569/proses-
pembuatan-koloid-dan-manfaatnya-dalam-kehidupan-sehari-hari?
page=all#:~:text=Manfaat%20koloid%20dalam%20kehidupan%20sehari
%2Dhari&text=Dalam%20industri%20tekstil%2C%20koloid
%20sol,untuk%20menghasilkan%20sabun%20atau%20detergen.

(di Akses: 17 May 2023).

10

Anda mungkin juga menyukai