Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SISTEM KOLOID

Disusun Oleh : Nurul Handini


Kelas : XI pms 5

SMA NEGERI 2 BINJAI


T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirrabbil Alamin kepada Allah SWT, karena atas
Rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyusun makalah ini, tugas sekolah pelajaran
kimia tentang “sistem koloid”
Penyusunan makalah ini semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunan nya. Untuk itu tidak lupa
saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya Dalam
menyelesaikan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Jika terdapat kesalahan kata maupun hal hal yang kiranya tidak berkenan bagi pembaca
dalam penyusunan makalah ini saya mohon maaf. Untuk itu saya mohon kritik dan sarannya
yang positif dan membangun untuk perbaikan makalah-makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat. Sehingga memperoleh ridho dari
Allah SWT.

Binjai, 6 Mei 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1. Latar belakang.................................................................................................................1
2. Tujuan..............................................................................................................................1
BAB 2....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................2
1. Pengertian koloid............................................................................................................2
2. Sifat-sifat koloid.............................................................................................................3
3. Pembuatan koloid...........................................................................................................9
BAB 3..................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................12
Kesimpulan..........................................................................................................................12
Saran....................................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Tahukah Anda mengapa pada siang hari ruangan yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung
tampak terang? Mengapa biskuit di dalam kaleng tetap kering walaupun telah lama disimpan?
Zat apakah yang ditambahkan ke dalam kaleng itu? Lain pula halnya pada minyak dan zaitun jika
dicampurkan menghasilkan campuran berupa susu. Campuran ini dapat menghamburkan cahaya,
sedangkan air dan minyak zaitun, masing-masing dapat tembus cahaya. Perubahan apakah yang
terjadi dalam sistem tersebut? Peristiwa-peristiwa di atas terjadi karena adanya sistem koloid.
Apakah sistem koloid itu?

Koloid adalah salah satu jenis campuran homogen yang memiliki sifatsifat berbeda dengan
larutan yang selama ini Anda ketahui. Perbedaan sifat ini disebabkan oleh ukuran partikel zat
terlarut yang lebih besar dibandingkan dengan larutan. Koloid memiliki aplikasi luas mencakup
banyak material yang ada di alam maupun yang dikembangkan di industri, seperti kosmetik,
obat-obatan, pengolahan air minum, sampai material bangunan.

2. Tujuan
• Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid.
• Untuk mengetahui jenis-jenis serta sifat-sifat koloid
• Agar dapat menjelaskan proses pembuatan koloid dan peranannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian koloid


Istilah koloid pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan
pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tetapi sukar mengalami difusi,
padahal umumnya kristal mudah mengalami difusi. Koloid berasal dari kata “kolia”, yang
artinya “lem”. Pada umumnya koloid mempunyai ukuran partikel an100 Oleh karena ukuran
partikelnya relatif kecil, sistem koloid tidak dapat diamati dengan mata langsung (mata
telanjang), tetapi masih bisa diamati dengan menggunakan mikroskop ultra.

koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat
berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam medium zat lain. Zat
yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang menjadi
medium mendispersikan partikel disebut medium pendispersi.

Secara makroskopis, koloid terlihat larutan, di mana terbentuk campuran homogen dari
zat terlarut dan pelarut. Namun, secara mikroskopis, terlihat seperti suspensi, yakni campuran
heterogen di mana masing-masing komponen campuran cenderung saling memisah.

Salah satu contoh nya ialah, Warna pada cat berasal dari warna pigmen yang sebenarnya
tidak larut dalam air ataupun medium pelarut lainnya. Namun demikian, cat terlihat seperti
campuran yang homogen layaknya larutan garam dan bukan seperti campuran heterogen
layaknya campuran pasir dengan air. Hal ini terjadi sebagaimana cat merupakan sistem
koloid dengan pigmen terdispersi dalam air atau medium pelarut cat lainnya.

2.2 Sifat-sifat koloid


1. Efek Tyndall

Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Ketika berkas
cahaya diarahkan ke larutan, cahaya tersebut akan diteruskan sehingga kita tidak bisa
melihatnya. Kenapa? Hal ini dikarenakan larutan bersifat homogen. Di sisi lain, ketika berkas
cahaya diarahkan ke partikel-partikel koloid dan suspensi, berkas sinar akan dihamburkan
sehingga jejaknya dapat terlihat.
Contoh Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari yaitu saat di bioskop. Sorot lampu
proyektor akan tampak jelas ketika ada asap rokok yang melewatinya, sehingga gambar film
yang ada di layar menjadi tidak jelas. Hal ini karena adanya hamburan cahaya oleh partikel-
partikel asap rokok yang menyebabkan daya tembus lampu proyektor menjadi berkurang.

2. Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi
tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra,
maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa
bergerak
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak
brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak
brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-
partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan
yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak
Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang
terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak
ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown
juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi
kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Gambar gerak Brown yang terjadi pada sisitem koloid:
3. Adsorpsi

Adsorpsi merupakan peristiwa menempelnya muatan di permukaan parikel-partikel


koloid. Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan partikel koloid untuk menarik (ditempeli)
oleh partikel-partikel kecil. Kemampuan untuk menarik ini disebabkan adanya tegangan
permukaan koloid yang cukup tinggi. Alhasil, ketika ada partikel kecil yang menempel ke
koloid, partikel itu akan cenderung tidak mudah lepas (tetap menempel). Zat-zat teradsorpsi
dapat terikat kuat membentuk lapisan yang tebalnya tidak lebih dari satu atau dua lapisan
partikel. Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya.
Ketika partikel koloid menyerap ion bermuatan, ion-ion tersebut akan menempel pada
permukaannya dan partikel koloid tersebut menjadi bermuatan.
4. Koagulasi

Koagulasi adalah peristiwa terjadinya pengendapan pada koloid. Penggumpalan partikel


terjadi karena adanya kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan partikel
koloid yang berbeda muatan sehingga membentuk partikel yang lebih besar. Koagulasi
dapat dipengaruhi oleh pemanasan, pendinginan, penambahan elektrolit, pembusukan,
pencampuran koloid yang berbeda muatan, dan elektroforesis. Contoh koagulasi koloid
dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada penggumpalan susu yang basi dan telur yang
direbus hingga membeku.

5. Kestabilan Koloid

Pernahkah kalian mengamati apa yang terjadi jika susu atau darah didiamkan tanpa ada
pengaruh dari luar? Ternyata koloid tersebut mengalami pengendapan dan akhirnya
menggumpal. Penggumpalan ini disebabkan oleh adanya penetralan muatan
partikel koloid oleh ion yang berlawanan dengan muatan koloid, sehingga mengakibatkan
terjadinya penggabungan partikel-partikel koloid menjadi suatu agregat yang lebih besar.
Bagaimana caranya agar tidak terjadi penggumpalan supaya koloid tersebut tetap stabil?
Perhatikanlah uraian berikut.
a. Penambahan ion
Kalian telah mengetahui bahwa koloid dapat bermuatan dengan cara menyerap ion.
Setelah partikel koloid bermuatan, maka akan terjadi tolak-menolak sesamanya sehingga
tidak akan terjadi penggumpalan dan tetap stabil. Contohnya, koloid Fe CO menjadi stabil
2 3

ketika ditambahkan/menyerap ion Fe .5+

b. Dialisis
Telah dijelaskan di atas bahwa terjadinya penggumpalan koloid disebabkan adanya ion
yang bermuatan berbeda dengan koloid tersebut sehingga menjadi netral. Cara mencegah
koagulasi tersebut adalah dengan mengeluarkannya secara dialisis. Dialisis adalah proses
mengeluarkan ion yang ada dalam koloid dengan cara memasukkan koloid ke dalam kantong
yang terbuat dari selaput semipermeabel, kemudian dialiri cairan murni secara terus-menerus,
maka molekul kecil atau ion yang terdapat dalam koloid akan menembus selaput
semipermeabel den terbawa keluar, sehingga koloid akan stabil dan murni kembali.
c. Penambahan emulgator
Kalian tentu mengetahui bahwa jika air dan minyak tidak dapat dicampur. Tetapi, jika
keduanya dikocok dengan kuat, akan terjadi suatu koloid minyak dalam air (oil in water).
Keadaan koloid ini tidak akan stabil dan bertahan lama karena air dan minyak tetap akan
memisah. Namun, jika kalian menambahkan sabun dalam campuran tersebut, maka partikel
minyak tetap akan teremulsi dalam air membentuk misel-misel. Sabun di sini bertindak
sebagai emulgator minyak dalam air.

Gambar 1. Emulsi minyak dalam air (o/w). Ekor dari anion asam lemak yang hidrofobik akan
bercampur, sehingga kepalanya yang bermuatan negatif dan bersifat hidrofilik akan
mengarah ke pelarut air.
Dalam istilah kimia, emulgator sering disebut juga dengan surfaktan atau zat aktif
permukaan. Zat ini dapat meningkatkan sifat rambatan suatu cairan pada suatu obyek. Sifat
zat semacam ml dimanfaatkan untuk menurunkan tegangan permukaan suatu cairan, sehingga
dua jenis cairan yang berbeda dapat bercampur dengan ditambahkannya surfaktan.

6. Koloid liofil dan koloid liofob


 Koloid Liofil

Adalah koloid dimana fase terdispersinya memiliki afinitas besar sehingga mudah menarik
medium pendispersinya. Partikel-partikelnya dapat mengadsorpsi cairan
pendispersinya sehingga terbentuk selubung cairan di sekitara partikel koloid. Jika medium
pendispersinya adalah air maka disebut dengan hidrofil.
Contoh Koloid Liofil : Kanji, Protein, Agar-agar, gelatin, dan lain-lain.

 Koloid liofob

Berbeda dengan koloid liofil, koloid liofob adalah koloid yang partikel-partikelnya tidak
mengadsorpsi medium pendispersianya. Fase terdispersi tidak menarik medium pnedispersi.
Jika mediumnya berupa air disebut dengan hidrofob.
Contoh Koloid Liofob : Sol-sol logam, sol sulfida, susu, mayonaise, sol besi III hidroksida
Fe(OH) .
3

2.3 Pembuatan Koloid


Pembuatan koloid secara dispersi adalah memperkecil partikel. Cara ini
melibatkan pengubahan ukuran partikel besar (misalnya suspensi atau padatan) menjadi
ukuran partikel koloid. Sementara itu, pembuatan koloid secara kondensasi adalah
memperbesar ukuran partikel. Pada umumnya, dari larutan diubah menjadi koloid. Secara
skematis, kedua proses tersebut dapat digambarkan sebagai proses yang berlawanan, di
mana sistem koloid berada di antara dua sistem dispersi yang lain.
1. Pembuatan Koloid Secara Dispersi
a. Dispersi langsung (mekanik)
Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke
dalam medium pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling atau
menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol
belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan menggerus
bersama kristal gula secara berulang – ulang. Campuran semen dengan air dapat
membentuk koloid secara langsung karena partikel – partikel semen sudah digiling
sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran koloid.

b. Homogenisasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan
serbuk susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel – partikel
susu berubah menjadi seukuran partikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan
dengan proses homogenisasi mengunakan mesin homogenisasi.
c. Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel – partikel besar, misalnya
suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah tertentu. Sebagai
contoh, endapan Al(OH) akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan AlCl ke
3 3

dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan
NH secukupnya. Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air,
3

nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H S.


2

d. Busur Bredig
Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid
logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada
kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi
loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik
mengakibatkan logam akan menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk
suatu koloid logam.

2. Pembuatan Koloid Secara Kondensasi


Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan dengan mengubah suatu larutan
menjadi koloid. Proses ini umumnya melibatkan reaksi – reaksi kimia yang menghasilkan
zat yang menjadi partikel – partikel terdispersi.
a. Reaksi hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid – koloid basa dari suatu garam
yang dihidrolisis (direaksikan dengan air).

Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH) dengan cara memanaskan larutan FeCl .
3 3

FeCl(aq) + 3H O(l) → Fe(OH) (s) + 3HCl(aq)


2 3

b. Reaksi Redoks
Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan
hasil oksidasi atau reduksi.
Contoh:
Pembuatan sol belerang dengan cara mengalirkan gas H S ke dalam larutan SO .
2 2

2H S(g) + SO (aq) → 2H O(l) + 3S(s)


2 2 2

c. Pertukaran Ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat – zat yang
sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.
Contoh:
Pembuatan sol As S dengan mengalirkan gas H S ke dalam larutan As O .
2 3 2 2 3

3H S(g) + As O (aq) → As S (s) + 3H O(l) Selain dengan cara – cara di atas, koloid ada yang
2 2 3 2 3 2

terbentuk secara alamiah, misalnya lumpur, getah karet, dan getah pohon nangka.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
 Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui
sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek
Tyndall.
 Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak
dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena
tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel koloid.
 Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas
permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
 Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan
listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid,
sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi).
 Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik.
 Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena
berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan
menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
 Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan
koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya;
sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada
 Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan
kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara
kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi
(pengelompokan).

2. Saran
Dalam kehidupan sehari-hari koloid sangat bermanfaat bagi kita. Khususnya dalam bidang
kosmetik. Akan tetapi banyak jenis kosmetik yang berbahaya bagi kesehatan karena
mengandung zat kimia yang berbahaya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam
memilih dan menggunakan kosmetik.

Anda mungkin juga menyukai