Oleh :
1. Tiara Yoselina
2. Viora Alifah
3. Yovin Aqdamal Yazid
Pembimbing :
Dina srimulyani S.pd
SMA N 4 BUKITTINGGI
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi
petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga makalah, “KOLOID” ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada. Materi – materi
bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam belajar mengenai
koloid. Serta dapat memahami nilai – nilai dasar
yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir semester untuk
bidang study kimia, dan lebih lanjut semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan seputar Sistem Koloid. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
1
DAFTAR ISI
BAB I I I PENUTUP
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen
namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga
terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh
oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi
pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki
oleh campuran biasa (suspensi).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1.Agar pembaca dapat mengerti serta paham, akan apa itu sistem koloid.
2.Tidak hanya sekedar mengerti, tapi dapat membedakan sistem koloid, larutan sejati, dan
supensi besar dengan benar.
3
D. Manfaat
5.Dapat berguna bagi pembaca jika ingin tau bagaimana pembuatan sistem koloid.
6. Dapat berguna bagi pembaca jika ingin mempraktekan sendiri sistem koloid dalam
kehidupan sehari-hari.
4
BAB I I
PEMBAHASAN
Sistem koloid
Campuran yang memiliki sifat antara campuran homogen dan campuran heterogen.
Diameter partikel koloid lebih besar dari pada partikel larutan sejati, tetapi lebih kecil
dari pada partikel subtensi besar. Sistem koloid tersusun atas dua komponen, yaitu
terdispersi atau fasa pendispersi. Fasa terdispersi bersifat terputus putus , sedangkan
medium dispersi bersifat kontinu.
Campuran susu dengan air merupakan contoh koloid dengan fasa terdispersi adalah
susu, sedangkan medium dispersinya adalah air.
( susu)
5
Larutan sejati
Merupakan sistem dispersi yang partikel-partikel zat terdispersi dan partikel medium
pendispersinya tidak lagi dapat di bedakan, meskipun menggunakan mikroskop ultra.
Jadi sistem dispersi ini homogen.
Larutan sejati bersifat stabil (tidak dapat memisah) dan tidak dapat di saring.
Contohnya adalah larutan garam, alkohol, larutan cuka, bensin, dan air laut.
(larutan garam)
Suspensi besar
Merupakan sistem dispersi yang teridiri dari partikel- partikel terdispersi yang relatif
besar dan tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Jadi sistem dispersi
tersebut heterogen.
Contoh suspensi kasar antara lain adalah campuran kopi bubuk dengan air, campuran
air dengan minyak, dan camputan pasir dengan air sungai.
6
C. PENGELOMPOKKAN KOLOID
1. Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh
sol/gel yaitu agar-agar, pektin(selai), gelatin(jelly), cairan kanji, air sungai, tinta, cat, gel
kalsium asetat dalam alkohol, sol emas, sol Fe(OH)3, sol Al(OH)3, dan sol belerang.
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh
sol padat yaitu kaca berwarna dan logam campuran (aloi) seperti stainless steel (campuran
antara besi, nikel, dan kromium).
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat gas. Contoh
aerosol padat yaitu asap.
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat gas. Contoh
aerosol yaitu kabut, awan, parfum, hairspray, cat semprot dan lain-lain.
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh
emulsi yaitu campuran antara minyak yang bersifat nonpolar dengan air yang bersifat polar,
7
susu, air santan, dan krim. Dalam emulsi terdapat emulgator yaitu zat penghubung yang
menyebabkan pembentukkan emulsi, contoh zat emulgator adalah sabun, detergen, lesitin dan
kasein (dalam susu).
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh
emulsi padat yaitu keju, mentega, dan mutiara.
Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh busa
yaitu buih.
Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh busa
padat yaitu karet busa dan batu apung.
8
D. SIFAT KOLOID
1. Gerak Brown
Apabila disperse koloid diamati dalam mikroskop ultra maka akan teramati adanya patrikel
yang bergerak dengan arah yang tidak beraturan akan tetapi memiliki jalur lintasan yang
lurus. Gerak koloid tersebut merupakan salah satu sifat dari koloid yaitu gerak Brown. Gerak
Brown adalah gerak acak, zigzag partikel koloid. Hal ini dikarenakan benturan yang tidak
teratur pada partikel koloid ketika medium pendispersi yang menabrak pertikel terdispersi dari
berbagai sisi dengan jumlah yang berbeda. Gerakan ini terus menerus terjadi, sebagai akibat
dari lebih besarnya ukuran mendium terdispersi daipada ukuran medium pendispersinya.
Dalam suatu larutan sejati, gerakan partikel terdispersi tidak acak dan gerakan partikel
terdispersi disebabkan oleh molekul itu sendiri, bukan akibat tabrakan dengan medium
pendispersi. Sedangkan dalam suspensi, gerakan kebawah partikel dipengaruhi oleh gaya
gravitasi.
2. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Hal ini dikarenakan
partikel koloid dapat memantulkan dan menghamburkan cahaya yang mengenainya sehingga
cahaya akan terlihat lebih terang. Selain koloid, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat
pula menghamburkan cahayadikarenakan partikelnya yang besar sedangkan pada larutam
9
sejati, tidak dapat menghamburkan cahaya. Efek Tyndall ini terlihat ketika cahaya matahari
memasuki ruangan, dan lampu kendaraan pada malam yang berkabut
3. Adsorpsi
Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya. Sifat ini
disebut dengan adsorpsi. Adsorpsi terjadi akibat dari adanya kemampuan partikel koloid
untuk menarik partikel-partikel yang lebih kecil. Kemampuan ini dikarenakan adanya
tegangan permukaan koloid yang cukup besar, sehingga apabila terdapat suatu partikel yang
menempel pada permukaan koloid akan cenderung dipertahankan.
Bila partikel koloid mengadsorpsi ion yang bermuatan positif maka koloid tersebut menjadi
bermuatan positif, dan sebaliknya ketika permukaan koloid mengadsorpsi ion bemuatan
negatif negatif maka koloid tersebut akan bermuatan negatif. Contohnya sol Fe(OH)3 mampu
mengadsorpsi ion-ion H+ sehingga bermuatan positif, dan sol As2S3 mampu mengadsorpsi
ion S2- sehingga bermuatan negatif.
Selain mengadsorpsi ion, partikel koloid dapat menarik muatan dari listrik statis, sebagai
contoh adanyan debu yang dapat menyerap muatan negatif atau positif dati elektron yang
berada di udara atau dari arus listrik. Peristiwa ini mengakibatkan adanya elektroforesis, yaitu
proses bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik. Elektroforesis dimanfaatkan dalam
pemisahan potongan-potongan gen, dan penyaringan debu pada pesawat Cottrel.
4. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid akibat kerusakan stabilitas sistem koloid atau
karena penggabungan partikel koloid yang bermuatan sehingga membentuk patikel yang lebih
besar. Koagulasi suatu koloid dapat ditinjau dari peristiwa mekanis dan peristiwa kimiawi.
Peristiwa mekanis seperti pemanasan atau pendinginan, contoh pada perebusan telur dan agar-
agar yang didinginkan. Peristiwa kimiawi yang dapat menyebabkan koagulasi misalnya
10
pencampuran koloid yang berbeda muatan, misalnya sol Fe(OH)3 dengan sol As2S3, dan
pencampuran koloid dengan suatu larutan elektrolit.
Berdasarkan interaksi antara partikel terdsipersi dengan medium pendispersi, system koloid
terbagi menjadi koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil yang fase terdispersinya suka
menarik medium pendispersinya. Hal ini terjadi akibat pengikatan medium pendispersi oleh
gaya tarik-menarik (gaya elektrostatik) pada setiap ujung gugus molekul terdispersi.
Contohnya yaitu agar-agar, lem, gelatin, dan tinta. Pada sol yang berifat liofob, fase
terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya. Zat pendispersi tidak akan
bercampur dengan baik jika ditambahkan kembali medium pendispersinya dikarenakan akan
menjadi koloid yang tidak stabil.
6. Koloid Pelindung
Koloid pelidung adalah sistem koloid yang ditambahkan pada sistm koloid lainnya agar stabil.
Contoh yaitu gelatin pada es krim
7. Dialisis
Adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang teradsorpsi sehingga dapat
dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion yang tidak diinginkan. Caraya yaitu
dengan membungkus koloid dalam selaput semipermeabel, kemudian melewatkan air
mengalir sehingga ino pengotor akan terbawa keluar melewati selaput semipermeabel.
Tahap-tahap yang terjadi dalam penjernihan air adalah penggumpalan pengotor (koagulasi)
dengan menggunakan tawas (KAl(SO4)2), PAC, dan Al2(SO4)3 yang akan menghasilkan
Al(OH)3, penyaringan pengotor dengan menggunakan pasir, kerikil, dan ijuk, proses adsorpsi
dengan menggunakan kaporit dan karbon aktif, dan terakhir proses desinfeksi
11
E. PEMBUATAN KOLOID
1. Cara dispersi.
a. peptisasi(proses kimia)
adalah suatu cara pembuatan koloid dengan penambahan elektrolit (peptisator) ke dalam
suatu endapan. contoh:
terdiri dari 2 pelat baja yang berdekatan, berputar dengan arah berlawanan
&berkecepatan tinggi partikel dapat dihancurkan menjadi ukuran koloid,lalu terdispersi dlm
cairan membentuk sol
menggunakan 2 kawat logam yang diberi tegangan anggi saling didekatkan di dalam
air.terjadi panas yang dpt menguapkan logam lalu logam kondensasi membentuk partikel
koloid.
2. Cara kondensasi
Pada cara ini, partikel-partikel kecil (partikel larutan) bergabung menjadi partikel-partikel
yang lebih besar (partikel koloid), yang dapat dilakukan melalui:
12
Reaksi redoks
Hidrolisis
Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3 dengan menambahkan larutan FeCl3 ke dalam air
mendidih
FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(koloid) + 3HCl(aq)
Dekomposisi rangkap
Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3 dengan menambahkan larutan FeCl3 ke dalam air
mendidih
FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(koloid) + 3HCl(aq)
Dekomposisi rangkap
Contoh: pembuatan sol AgCl
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(koloid) + HNO3(aq)
Penggantian pelarut
Contoh: bila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu
koloid berupa gel
Pada cara ini, partikel-partikel besar (partikel suspensi) dipecah menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil (partikel koloid), yang dapat dilakukan melalui:
Cara mekanik
Pada cara ini, butiran-butiran kasar digerus ataupun digiling dengan penggiling koloid hingga
tingkat kehalusan tertentu lalu diaduk dalam medium pendispersi. Contoh: sol belerang dapat
dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan gula pasir, kemudian serbuk
yang sudah halus tersebut dicampur dengan air.
Cara peptisasi
13
Pada cara ini, partikel-partikel besar dipecah dengan bantuan zat pemeptisasi (pemecah).
Contoh: endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3; endapan NiS oleh H2S; dan agar-agar
dipeptisasi oleh air.
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam seperti Ag, Au, dan Pt.Logam yang akan
dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium pendispersi lalu
kedua ujung elektroda diberi loncatan listrik.
F. KEGUNAAN KOLOID
Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah,
air, dan udara), industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian. Di industri sendiri,
aplikasi koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid
yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar.
14
akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat
warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka
luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+
dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga
proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air dari
mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika
tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat
dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung
partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan
negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan
beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan
cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
15
pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik
partikel-partikel koloid.
7. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi
koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat
besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah karet.
Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet menggumpal dan
terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya
digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan
merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan
menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran
yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain,
misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan
dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah
karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi
partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol tidak
menggumpal.
16
darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput
semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa koloid saja.
Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun
seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang
telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
9. Sebagai deodoran
Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan
protein dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat
sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas kita dapat mengetahui atau mengambil kesimpulan
sebagai berikut
Koloid merupakan campuran dari dua zat atau lebih yang tersebar secara merata
dengan ukuran partikel terdispersi antara 1-1000 nm. Sedangkan, sistem koloid adalah
bentuk campuran yang keadaanya terletak di antara larutan dan suspensi (campuran
kasar) dan memiliki sifat-sifat yang khas.
Perbedaan sistem koloid, larutan sejati, suspensi besar
Sistem koloid
Campuran yang memiliki sifat antara campuran homogen dan campuran
heterogen.
Larutan sejati
Merupakan sistem dispersi yang partikel-partikel zat terdispersi dan partikel
medium
Suspensi besar
Merupakan sistem dispersi yang teridiri dari partikel- partikel terdispersi yang
relatif besar dan tersebar merata di dalam medium pendispersinya.
Pengelompokkan sistem koloid
Sol
Emulsi
Buih
Sifat koloid
Tyndall
Gerak brown
Adorpsi
Koagulasi
Koloid Liofil dan Liofob
Koloid Pelindung
Dialisis
18
Sistem Koloid dalam Pengolahan Air
Pembuatan Koloid.
Cara dispersi
Cara kondensasi
Kegunaan koloid
Pemutihan Gula
Penggumpalan Darah
Penjernihan Air
Pembentukan delta di muara sungai
Pengambilan endapan pengotor
Mengurangi polusi udara
Penggumpalan lateks
Membantu pasien gagal ginjal
Sebagai deodoran
Sebagai bahan makanan dan obat
19
DAFTAR PUSAKA
https://www.academia.edu/38683513/Makalah_kimia_koloid
http://www.makalah.co.id/2013/04/makalah-koloid.html?m=1
http://www.ruangguru.com
https://www.indonesian.id/read/143988/manfaat-koloid-dalam-kehidupan-sehari-hari
20