Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KIMIA

TENTANG KOLOID

DI SUSUN OLE:
Nama : Steven Lepong Bulan
Kelas : XI IPA 2

SMA NEGRI 2 TANA TORAJA


KECAMATAN MAKALE
KABUPATEN TANA TORAJA
TAHUN 2020/202

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas makalah untuk memenuhi tugas tentang koloid yang di berikan oleh
Guru.
Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Trima
kasih

Maroson, Mei 2020

Steven Lepong Bulan

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Koloid .......................................................................................................... 2
B. Jenis-jenis koloid ............................................................................................................ 2
C. Sifat- Sifat Koloid........................................................................................................... 4
D. Pembuatan Koloid ......................................................................................................... 5
E. Kegunaan Koloid ........................................................................................................... 7
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/
homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu
bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh
orang mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es
agar tidak meleleh. Kesemuanya merupakan contoh koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi
(tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang
disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah,
yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun
untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran
yang melekat (minyak).
Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan
cahaya warna merah merupakan sistem koloid.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu koloid ?
2. Apa saja jenis-jenis koloid?
3. Apa saja sifat-sifat koloid?
4. Bagaimana pembuatan koloid?
5. Dimana saja koloid itu di temukan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu koloid
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis koloid
3. Untuk mengetahui apa saja sifat-sifat koloid
4. Untuk mengetahui bagaimana pembuatan koloid
5. Untuk mengetahai dimana saja koloid itu di temukan

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen( dua fase) anatar dua zat atau
lebih di masa partikel-partikel zat yang berukuran koloid ( fase terdispersi/
pemecah. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1*100 nm ukuran yang di mkasud
dapat berupa diameter, pammnjang lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh
lain dari sistem koloid adalah tinta yang terdiri serbuk-saebuk warna ( padat)
dengan cairan ( air) selain tinta masih terdapat banyak sistem koloid yang lain
seperti mayones. Harspray, jely dan lain-lain.
B. Jenis-jenis koloid
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas.
Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Koloid Sol
Sol merupakan jenis koloid diamana fase terdispersinya merupakan zat pada
berdasarkan medium mendespersinya sol dapat di bagi menjadi 3 yaitu:
a. Sol padat
Merupakan so yang ada di dalam medium pendispersi padat contohnya paduan
logam, gelas berwarna dan tinta hitam.
b. Sol cair ( sol)
Merupakan sol yang dalam medium pendispersi cair contohnya cat, tinta, tepung
dalam air tanah liat dan lain- lain
c. Sol gas
Meruapakan sol yang di dalam medium pendispersi gas Contohnya demu di udara
dan pembakaran
2. Kolid emulasi
Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair.
Berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi:
a. Emulsi gas (aerosol cair)
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi
gas. Aerosol cair seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk
sistem koloid dengan bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga
mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
b. Emulsi cair
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi
cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika
dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu
zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya pada susu.
Sifat emulsi cair yang penting ialah: demulsifikasi dan pengenceran.

2
c. Emulsi padat (gel
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat
fase padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat.
Contoh: mentega, keju, jeli, dan mutiara.
3. Koloid buih
Buih adalah koloid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi
zat cair atau zat padat. Berdasarkan medium pendisperasinya, buih
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: buih cair dan buih padat.
a. Buih cair
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan
medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa
udara atau karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih
dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke
daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga
diperoleh suatu kestabilan. Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung
gas seperti pada sistem kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan
tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid
berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak beraturan.
Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi
kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung
gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka
bentuk gelembung gas adalah polihedral.
Beberapa sifat buih cair yang penting:
Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena:
pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas
dan zat cair yang jauh berbeda,
terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar
akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih
besar,
rusaknya film antara dua gelembung gas.
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang
diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya
tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi
deformasi. Contoh buih cair:
1. Buih hasil kocokan putih telur
Karena udara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan
zat pembuih, yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur
itu sendiri untuk membentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur
yang dikocok akan mengembang.
2. Buih hasil akibat pemadam kebakaran
Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium
bikarbonat, aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida
yang dilepas akan membentuk buih dengan bamtuam zat pembuih tersebut

3
b. Buih padat
Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan dengan
medium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat
pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:
1. Roti
Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses
pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan
membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida
untuk membentuk buih padat.
2. Batu apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung.
3. Styrofoam
Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta
medium pendisperasi polistirena.
C. Sifat- Sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup
besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli
fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan sejatidisinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya
akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak
lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Gerakan tersebut dapat
bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti
pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,
pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-
partikel koloid itu sendiri. ukuran partikel koloid dan semakin cepat kecepatan
gerak partikel, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel
cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga
terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak
partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
3. Absorpsi
Absorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.

4
Absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang
terjadi di dalam suatu partikel. Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
4. Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid
bermuatan negatif.
5. Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.
6. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid
lain dari proses koagulasi.
7. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini
disebut proses dialisis.
8. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan
dengan menggunakan arus listrik.
D. Pembuatan Koloid
1. Cara Kondensasi
Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan
cara kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau dengan penggatian
pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan menggabungkan partikel-partikel
larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-partikel berukuran koloid.
a. Reaksi dekomposisi rangkap, Misalnya:
Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan
melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna
kuning terang; As2O3(aq) + 3H2S(g) → As2O3(koloid) + 3H2O(l) (Koloid
As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl
encer; AgNO3(ag) + HCl(aq) → AgCl(koloid) + HNO3(aq)
b. Reaksi redoks, Misalnya:
Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH; 2AuCl3(aq)
+ HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirinya gas H2S; 2H2S(g) + SO2(aq) → 3S(s) + 2H2O(l)

5
c. Reaksi hidrolisis, Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:
Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan
larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih; FeCl3(aq) +
3H2O(l) → Fe(OH)3(koloid) + 3HCl(aq) (Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif
karena permukaannya menyerap ion H+)
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air
mendidih; AlCl3(aq) + 3H2O(l) → Al(OH)3(koloid) + 3HCl(aq)
d. Reaksi pergantian pelarut, Cara ini dilakukan dengan mengganti medium
pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti
pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya;
Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut
dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belerang harus
terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan
belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air
sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid
dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.
Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula
dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut
ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium
asetat.
2. Cara Dispersi,
Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran
koloid yang kemudian akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 3
cara dalam metode ini, yaitu:
a. Cara mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan
proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa
digunakan dalam:
– Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
– Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen,
dsb.
– Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
– Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
b. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar
atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat
pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya
yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu. Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

6
Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH)33 yang baru terbentuk
dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga
bermuatan positif
Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk system
kolid. Contohnya; gelatin dalam air.
c. Cara busur bredig
ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, seperti Ag, Au, dan
Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid akan
digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam
medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua ujungnya saling
berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang
timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi
dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa
pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap
logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
E. Kegunaan Koloid
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan sifat karakteristik koloid yang penting,
yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan
secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar.
Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam
industri (aplikasi kolid untuk produksi cukup luas). Beberapa contoh koloid dalam
bidang industri :
- Industri makanan : Keju, mentega, susu, saus salad
- Industri kosmetika dan perawatan tubuh : Krim, pasta gigi, sabun
- Industri cat : Cat
- Industri kebutuhan rumah tangga : Sabun, deterjen
- Industri pertanian : Peptisida dan insektisida
- Industri farmasi : Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dalam
kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dsb;
 Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika
terdapat luka kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau
tawas yang mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan
membantu menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu
penggumpalan darah.
 Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu,
untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar
partikel koloid tersebut dapat dipisahkan.Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.

7
Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk
partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3++3H2O 
Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid
tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian
mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.

8
BAB III

KESIMPULAN

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen( dua fase) anatar dua zat atau lebih di masa
partikel-partikel zat yang berukuran koloid ( fase terdispersi/ pemecah. Ukuran partikel koloid
berkisar antara 1x100 nm ukuran yang di mkasud dapat berupa diameter, pammnjang lebar,
maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah tinta yang terdiri serbuk-
saebuk warna ( padat) dengan cairan ( air) selain tinta masih terdapat banyak sistem koloid yang
lain seperti mayones. Harspray, jely dan lain-lain.
Adapun jenis-jenis koloid yaitu koloid sol, koloid emulasi, dan koloid biuh. Adapun sifat-
sifat koloid yaitu efek tyndall, gerak brown, absorpsi, muatan koloid ,koagulasi koloid, koloid
pelindung, dialisis dan ektroforesis. Adapun pembuatan koloid ada dua cara yang di gunakan yaitu
cara kondensasi dan despersi dan adapun kegunaan koloid yaitu pengumpalan darah dan
penjernihan air.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/27061987/makalah-koloid-lengkap-47890122
https://dataspellarchives.blogspot.com/2015/12/makalah-tentang-sistem-koloid-sma-
kelas.html

10

Anda mungkin juga menyukai