Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOLOID

Guru Pembina :
I Ketut Wiswana Kusuma, S.T

Disusun Oleh :

NI KADEK RINA AMELIA PUTRI


17
XI MIPA 1

SMA NEGERI 1 PENEBEL


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyusun makalah ini sesuai dengan
kemampuan yang kami miliki.
Makalah ini merupakan makalah yang pertama kami buat dalam bidang studi
Kimia, makalah ini juga sangatlah sederhana dari makalah yang lain. Makalah ini pun
mengambil tentang “Koloid”, yang kami kiranya para pembaca dapat mengetahui dari koloid
apa itu koloid serta contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan tangan terbuka demi
kesempurnaan penyusunan makalah kami yang selanjutnya. kami berharap penyusunan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami semua.

Penebel, 13 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Pengertian Koloid........................................................................................................3
2.2 Penggolongan Koloid..................................................................................................4
2.3 Jenis Koloid.................................................................................................................4
2.4 Sifat-sifat Koloid.........................................................................................................5
2.5 Kestabilan Koloid........................................................................................................8
2.6 Cara Pembuatan Koloid...............................................................................................8
2.7 Penggunaan Koloid dalam kehidupan.......................................................................10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................11
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................11
3.2 Saran...............................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai
bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum
digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan
protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita
temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut
dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk atau
tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa
kita konsumsi, mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam
lemari es agar tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi
(tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara
yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam
tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan
sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan
kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang
mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga merupakan sistem koloid.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa itu koloid ?
B. Apa saja jenis-jenis koloid ?
C. Apa saja sifat-sifat koloid ?
D. Apa saja contoh koloid dalam kehidupan sehri-hari ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Menjelaskan apa itu koloid.
b. Menjelaskan macam-macam koloid.
c. Menjelaskan sifat-sifat koloid.
d. Menjelaskan contoh-contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari.

1
1.4 Manfaat Penulisan
a. Agar dapat mengetahui dan memahami apa itu koloid.
b. Agar dapat mengetahui macam-macam koloid.
c. Agar dapat mengetahui sifat-sifat koloid.
d. Agar dapat mengetahui contoh-contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Koloid


Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid
berkisar antara 1-100 nm. Contoh : mayones dan cat, mayones adalah campuran
homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.
Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran
homogen (larutan) dan heterogen (suspensi). Dengan kata lain, campuran koloid
merupakan bentuk peralihan campuran dari heterogen menjadi homogen.
Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur pembentuk
campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja campuran itu tidak
dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan berupa gabungan dari beberapa
molekul. Namun karena bentuknya sangat kecil, gabungan-gabungan molekul itu sulit
dikenali lagi.

Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem pemcapuran lainnya, perhatikanlah


tabel berikut!

LARUTAN KOLOID SUSPENSI


Terdiri atas satu fasa Terdiri atas satu fasa Terdiri atas dua fasa
Homogen Homogen Heterogen
Jernih Keruh Keruh
Tidak memisah jika Tidak memisah jika
didiamkan didiamkan Memisah jika didiamkan
Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring
Dapat diamati dengan Dapat diamati dengan
Tidak dapat diamati mikroskop ultra mikroskop biasa

3
Diameter partikel < 10- Diameter partikel 10-7 -
7
 cm. 10-5 cm. Diameter partikel > 10-5 cm.
Penulisan A (aq) Penulisan A (s) Penulisan A (s)

2.2 Macam-macam Koloid dan Pengelompokkannya


Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan
fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi.
Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.
Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid sol,
emulsi, dan buih.
1. Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya fase padat.
2. Emulsi ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair.
3. Buih ialah koloid dengan zat terdispersinya fase gas.
Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa jenis
1. KOLOID SOL
Koloid sol terdiri atas bagian-bagian berikut:
a. Sol padat (padat-padat)
Sol padat ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat.
Contoh: logam paduan, kaca berwama, intan hitam, dan baja.
b. Sol cair (padat-cair)
Sol cair ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair. Berarti,
Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase cair. Contoh: cat, tinta, dan
kanji.
c. Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas.
Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase gas. Contoh: asap dan debu.
2. KOLOID EMULSI
Koloid emulsi terbagi ke dalam tiga jenis, yakni sebagai berikut:
a. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Hal
ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh: mentega, keju, jeli,
dan mutiara.

4
b. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Hal
ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan
santan kelapa.
c. Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas.
Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase gas. Contoh: obat-obat
insektisida (semprot), kabut, dan hair spray.
3. KOLOID BUIH
Kolodi buih erdiri atas dua jenis, , yaitu sebagai berikut:
a. Buih padat (gas-padat)
Buih padat ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini
berarti zat terdispersi fase gas dan medium fase padat. Contoh: busa jok dan batu apung.
b. Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Berarti,
zat terdispersi faso gas dan medium fase cair. Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim
kocok
Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola penggolongan, yakni seperti
dalam tabel berikut.

No Fase Terdispersi Fase Pendispersi Nama Koloid Contoh


1 Gas cair buih, deterjen buih sabun, shampoo,
krim kocok
2 Gas padat busa padat karet busa, batu apung
3 cair gas aerosol cair Kabut
4 cair cair emulsi susu, santan, minyak ikan,
es krim
5 cair padat emulsi padat mutiara, jeli, keju
6 padat gas aerosol padat Asap
7 padat cair sol cat, tinta, larutan agar-
agar
8 padat padat sol padat, logam kaca berwarna, campuran

5
2.3 Sifat-sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh karena itu
sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk membedakan system
koloid dari larutan sejati, contoh dalam kehidupan sehari – hari dapat diamati dari langit
yang tampak berwarna biru atau terkandang merah/oranye.

Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar
dihamburkan oleh system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati hal ini
dapat dilihat terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid kanji memiliki partikel-
partikel koloid relatif besar untuk dapat menhamburkan sinar dan sebaliknya Na2Cr2O7
memiliki partikel-partikel yang relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi sedikit kecil
dan sulit diamati.
2. Gerak Brown
Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika
pergerakan titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terus-menerus
dengan gerakan zigzag. Hal ini pertama kali diamati oleh Robert Brown (1773-1858),
seorang ahli botani inggris pada tahun 1827. Ia sedang mengamati butiran sari tumbuhan
pada permukaan air dengan mikroskop. Partikel koloid dalam medium pendispersinya
disebut gerak brown. Gerak brown dapat diuraikan sebagai berikut: Partikel – partikel
suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak seperti pada zat cair dan
gas. Sistem koloid dengan medium pendipersi zat cair atau gas, partikel-partikel
menghasilkan tumbukan.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Partikel koloid cukup kecil, tumbukan
cenderung tidak seimbang. Dan menyebabkan perubahan arah partikel sehingga terjadi
gerak zigzag atau gerak brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin besar ukuran
partikel, semakin lambat gerak brown.
Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid, semakin
besar energi kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel fase terdispersinya semakin cepat. Semakin rendah suhu system koloid, maka
gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi koloid

6
Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas
akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi adsorpsi terkait dengan penyerapan
partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk
mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid
tergolong besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini
telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.

4. Muatan koloid sol


Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki
muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel
koloid. Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada
sistem koloid. Sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral.
a. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu dengan proses
adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.
- Proses adsorpsi
Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis
muatan tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3
kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga bermuatan
positif, sedangkal partikel sol As2S3 mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya
sehingga bermuatan negatif. Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation Ag+
berlebihan akan mengadsorpsi Ag+ sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih,
maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif.
- Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada
pada permukaan partikel koloid.
* Koloid protein
Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-
COOH) dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan
pada molekul protein. Pada ph rendah , gugus basa –NH2 akan menerima proton dan
membentuk gugus –NH3. Ph tinggi, gugus –COOH akan mendonorkan proton dan
membentuk gugus –COO-. Pada pH intermediet partikel protein bermuatan netral karena
muatan –NH3+ dan COO- saling meniadakan.

7
* Koloid sabun dan deterjen
Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel
berukuran koloid yang disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung secara spontan
dalam suatu fase pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid disebut koloid
terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+.
Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor non-
polar tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.
b. Kestabilan koloid
Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.
c. Lapisan bermutar ganda
Permukaan partikel Koloid mendapat muatan bahwa partikel-partikel. lapisan bermuatan
listrik ini selanjutnya akan menarik ion-ion dengan
Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang lebih
akurat adalah :
Lapisan padat : koloid menarik ion-ion dengan muatan yang berlawanan.
Lapisan difusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium pendispersi
difusi.
d. Elektroforesis
Partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalm medan listrik.
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektrofesis.
Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel
koloid.
5. Koagulasi
Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis.
Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung
membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya
disebut Koagulasi.
Koagulasi biasa digunakan untuk perebusan telur, pembuatan yoghurt, tahu, lateks,
penjernihan air sungai, pembentukan delta, dan pengolahan asap atau debu.
Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan empat cara yaitu :
a. Menggunakan prinsip elektroforesis

8
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke electrode
dengan muatan berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode, maka partikel akan
kehilangan muatannya.
b. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan
negatif, kedua koloid tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk
kogulasi.
c. Penambahan elektrolit
Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang bermuatan
negatif akan menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang bermuatan positif
akan menarik ion negatif dari elektrolit. Menyebabkan partikel koloid tersebut dikelilingi
lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan.
d. Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol
dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang
teradsorpsi pada permukaan koloid.
6. Koloid pelindung
Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara
pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil
partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan iystem koloid
sol, yaitu:
- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil
larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga
menjadi partikel-partikel berukuran koloid.

2.4 Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur zat-
zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi
skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam
industri (aplikasi koloid untuk produksi cukup luas). Tetapi selain industri, sistem koloid
juga banyak dapat kita jumpai dsalam kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di alam,
kedokteran, pertanian, dsb;

9
 Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat luka
kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu
menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu penggumpalan darah.
 Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan
negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan
positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut
akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan
membentuk suatu delta.
 Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-
zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan
alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk
menarik partikel-partikel koloid.
 Pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid
tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat
warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
 Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk
menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel
koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas
(Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk
partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O Al(OH)3
+ 3H+ . Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid
tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian
mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran
homogen (larutan) dan heterogen (suspensi).
Sistem koloid terdiri atas dua fase yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase
pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi.
Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.
Sifat-sifat Koloid yaitu : efek tyndall, gerak brown, adsorpsi koloid, muatan koloid sol,
koagulasi, dan koloid pelindung.
Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau
memperkecil partikel suspensi. Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid
sol, yaitu:
- Metode kondensasi
- Metode dispersi
Untuk pertikel-partikel yang mngganggu pembuatan sistem koloid, digunakan metode
pemurnian yaitu: dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus tetap berpegang
teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kita lakukan tidak melanggar norma-
norma yang berlaku di masyarakat sertabtidak merugikan pihak lain. Dengan begitu
semua pihak akan merasa diuntungkan oleh apa yang kita lakukan.

11

Anda mungkin juga menyukai