Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu
kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang senyawa tentang
penolakan wacana nyalakan lampion selama setahun sebagai peringatan imlek yang
dapat menyebabkan disintegrasi.
Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibu Luluk
Edahwati selaku dosen mata kuliah Kimia Fisika Teknik kimia upn veteran jawa timur
yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami dengan
lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami dapt memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap makalah ini bisa memberikan manfaat dan
menambah pemahaman pembaca.

Surabaya, 5 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................(1)

DAFTAR ISI ......................................................................................................(2)

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................(3)

1.1. Latar Belakang ............................................................................(3)


1.2. Rumusan Masalah ................................................. ................(3)
1.3. Tujuan .........................................................................................(3)
BAB II ISI .......................................................................................................(4)

BAB III PENUTUP .........................................................................................(10)

3.1. Kesimpulan .................................................................................(10)


3.2. Saran ...........................................................................................(10)
Daftar Pustaka ....................................................................................................(11)
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid
sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan
mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak.
Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan
produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi. Dalam
industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem
koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya
adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai
koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Sistem koloid berhubungan dengan proses-proses dialam yang mencakup
berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan didalam tubuh makhluk hidup, yaitu
makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh terlebih
dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam makhluk hidup
merupakan suatu koloid sehingga proses-proses dalam sel melibatkan sistem koloid.
Dalam udara juga terdapat sistem koloid, misalnya polutan padat yang
terdispersi dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara
yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral-mineral yang terdispersi dalam
tanah yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan juga merupakan sistem koloid. Proses
majunya garis diakibatkan pembentukan sistem koloid yang disebut proses
pengendapan koloid dan terbentuknya delta pada muara sungai juga proses
pembentukan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk
membentuk koloid antara air dan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam
selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah
merupakan sistem koloid. Banyak sekali campuran dialam ini yang kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari yang merupakan system koloid. Untuk mengetahui apakah AgCl
termasuk koloid maka disusunlah makalah yang berjudul sol AgCl.

I.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian Koloid ?
2. Apa saja jenis-jenis Koloid?
3. Bagaimana cara pembuatan Koloid?
4. Untuk apa saja penggunaan Koloid dalam kehidupan sehari – hari ?

I.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian Koloid.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis Koloid.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan Koloid.
4. Untuk mengetahui ntuk apa saja penggunaan Koloid dalam kehidupan sehari –
hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PENGERTIAN KOLOID


Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu
dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara
homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar. Salah satu sistem koloid
adalah emulsi. Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengelmusi (emuglator). Salah
satu contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari sistem koloid adalah lulur,
berikut penjelasannya

Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan
suspensi. Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen
dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan
sistem heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu media yang
homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga satu
mikrometer (µm). Perhatikan perbedaan tiga contoh campuran di bawah ini :
1. Campuran antara air dengan sirup.
2. Campyuran antara air dengan susu.
3. Campuran antara air dengan pasir.
Jika kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi (bercampur)
dengan air secara homogen (bening) Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan
juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa maupun penyaringan yang
lembut (penyaringan mikro). Secara makroskopis maupun mikroskopis campuran ini
tampak homogen, tidak dapat dibedakan mana yang air dan mana yang sirup.
Campuran seperti inilah yang disebut larutan.
Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu
"larut" tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu
tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan
tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika
diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak
susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid.
Jika kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur)
dengan air secara heterogen dan langsung memisah antara air dengan pasir, yang
keadaannya pasir akan mengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan
penyaringan biasa, bahkan dapat dipisahkan dengan cara dituang perlahan-lahan.
Secara makroskopis campuran ini sudah tampak hetrogen, dapat dibedakan mana yang
air dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspensi.
Jadi, koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan stabil. Zat yang
didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan zat disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu
(terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu.

II.2 JENIS-JENIS KOLOID


Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan fase
pendispersinya. Berdasarkan fase terdispersi, jenis koloid ada tiga, antara lain sol (fase
tersispersi padat), emulsi (fase terdispersi cair), dan buih (fase terdispersi gas). Koloid
dengan fase pendispersi gas disebut aerosol. Berdasarkan fase terdispersi dan
pendispersinya, jenis koloid dapat dibagi menjadi 8 golongan seperti pada tabel berikut.
Fase Terdispersi Fase Pendispersi Jenis Koloid Contoh Koloid
Cair Gas Aerosol Kabut dan Awan
Padat Gas Aerosol Debu diudara
Gas Cair Buih Krim Kocok
Cair Cair Emulsi Susu dan Santan
Padat Cair Sol Sol emas, Tinta
Gas Padat Buih Padat Styrofoam
Cair Padat Emulsi Padat (gel) Margarin dan Keju
Padat Padat Sol Padat Gelas berwarna
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari. Hal ini disebabkan
sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-
zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk
produksi dalam skala besar. Beberapa pengertian dari jenis-jenis koloid tersebut antara
lain;
1. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
Aerosol yang dapat kita saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di udara. Dalam
industri modern, banyak sediaan insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam
bentuk aerosol, dan sering kita sebut sebagai obat semprot, Contohnya antara lain
adalah hair spray, deodorant dan obat nyamuk.
2. Sol
Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan.
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi, kita
mengenal dua macam sol yaitu:
a. Sol liofil, dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga
terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya “cinta cairan”
(Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat disebut gel.
Contoh gel antara lain selai dan gelatin.
b. Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib
artinya “takut cairan” (phobia=takut).
3. Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium
pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus
ditambahkan zat pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air,
dengan kasein sebagai emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak
yang dibuat dan dipanaskan dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan.
Emulsi yang dalam bentuk semipadat disebut krim.

II.3 SIFAT-SIFAT KOLOID


1. Efek Tyndall
Ketika seberkas cahaya diarahkan kepada larutan, cahaya akan diteruskan. Namun,
ketika berkas cahaya diarahkan kepada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan.
Efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Efek
Tyndall dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dari larutan.
Penghamburan cahaya ini terjadi karena ukuran partikel koloid hampir sama dengan
panjang gelombang cahaya tampak (400 – 750 nm).

2. Gerak Brown

Secara mikroskopis, partikel-partikel koloid bergerak secara acak dengan jalur


patahpatah (zig-zag) dalam medium pendispersi. Gerakan ini disebabkan oleh
terjadinya tumbukan antara partikel koloid dengan medium pendispersi. Gerakan
acak partikel ini disebut gerak Brown. Gerak Brown membantu menstabilkan
partikel koloid sehingga tidak terjadi pemisahan antara partikel terdispersi dan
medium pendispersi oleh pengaruh gaya gravitasi.

3. Muatan koloid

a. Partikel Adsorpsi

Partikel koloid dapat menyerap partikel-partikel lain yang bermuatan maupun tidak
bermuatan pada bagian permukaannya. Peristiwa penyerapan partikel-partikel pada
permukaan zat ini disebut adsorpsi. Partikel koloid dapat mengadsorpsi ion-ion dari
medium pendispersinya sehingga partikel tersebut menjadi bermuatan listrik. Jenis
muatannya bergantung pada muatan ion-ion yang diserap. Sebagai contoh, sol
Fe(OH)3 dalam air bermuatan positif karena mengadsorpsi ion-ion positif,
sedangkan sol As2S3 bermuatan negatif karena mengadsorpsi ion-ion negatif.

b. Elektroforesis

Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa
partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik di
mana partikel bermuatan bergerak ke arah elektrode dengan muatan berlawanan ini
disebut elektroforesis. Koloid bermuatan positif akan bergerak ke arah elektrode
negatif, sedangkan koloid bermuatan negatif akan bergerak ke arah elektrode
positif. Oleh karena itu, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis
muatan koloid dan juga untuk memisahkan partikel-partikel koloid berdasarkan
ukuran partikel dan muatannya.

4. Koagulasi

Muatan listrik sejenis dari partikel-partikel koloid membantu menstabilkan sistem


koloid. Jika muatan listrik tersebut hilang, partikel-partikel koloid akan menjadi
tidak stabil dan bergabung membentuk gumpalan. Proses pembentukan gumpalan-
gumpalan partikel ini disebut koagulasi. Setelah gumpalan-gumpalan ini menjadi
cukup besar, gumpalan ini akhirnya akan mengendap akibat pengaruh gravitasi.

Koagulasi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:

1. mekanik, yakni dengan pengadukan, pemanasan atau pendinginan;

2. menggunakan prinsip elektroforesis, di mana partikel-partikel koloid bermuatan


negatif akan digumpalkan di elektrode positif dan partikel-partikel koloid bermuatan
positif akan digumpalkan di elektrode negatif jika dialirkan arus listrik cukup lama;
3. menambahkan elektrolit, di mana ion positif dari elektrolit akan ditarik partikel
koloid bermuatan negatif dan ion negatif dari elektrolit akan ditarik partikel koloid
bermuatan positif sehingga partikel-partikel koloid dikelilingi oleh lapisan kedua
yang memiliki muatan berlawanan dengan lapisan pertama. Apabila jarak antara
kedua lapisan tersebut cukup dekat, muatan partikel koloid akan menjadi netral
sehingga terjadilah koagulasi. Semakin besar muatan ion dari elektrolit, proses
koagulasi semakin cepat dan efektif;

4. menambahkan koloid lain dengan muatan berlawanan, di mana kedua sistem


koloid dengan muatan berlawanan akan saling tarik-menarik dan saling
mengadsorpsi

II.4 KARAKTERISTIK KOLOID


1. Dispersi molekuler
2. Sifat campuran koloid merupakan heterogen.
3. Dimensi partikel kurang dari 1 nm, sehingga dibutuhkannya mikroskop khusus
untuk mengamati koloid.
4. Walaupun koloid bersifat heterogen, akan tetapi koloid tidak dapat disaring.
Seperti air laut yang juga mengandung garam didalamnya, akan tetapi setelah
dilakukan penyaringan juga tidak kunjung didapatkan hasil.
5. Sistem koloid stabil diakibatkan oleh gaya tarik menarik (London-van der
waals), yang menyebabkan partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan
mengendap. Juga akibat gaya tolak menolak yang disebabkan oleh pertumpang
tindihan lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama.

II.5 KESTABILAN KOLOID

Terdapat beberapa gaya yang menentukan kestabilan koloid, yaitu sebagai berikut :
 Gaya tarik – menarik atau biasa dikenal dengan gaya London – Van der
Waals.

Gaya ini menyebabkan partikel – partikel koloid berkumpul dan akhirnya


mengendap.

 Gaya tolak menolak.

Gaya ini terjadi karena pertumpangtindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan
sama. Gaya tolak – menolak tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil.

 Gaya tarik – menarik antara partikel koloid dengan medium pendispersinya.

Gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel koloid dan gaya ini juga
dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan
koloid. Besarnya muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi
elektrolit dalam medium pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel
koloid yang bermuatan negatif akan menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan
koloid menjadi tidak stabil.

Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat
tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai
emulgator dari emulsi minyak dan air.

II.6 CARA PEMBUATAN KOLOID

Sistem koloid dapat dibuat secara langsung dengan mendispersikan suatu zat
ke dalam medium pendispersi. Selain itu, dapat dilakukan dengan mengubah suspensi
menjadi koloid atau dengan mengubah larutan menjadi koloid. Jika ditinjau dari
pengubahan ukuran partikel zat terdispersi, cara pembuatan koloid dapat dibedakan
menjadi dua cara, yaitu pembuatan koloid secara dispersi dan pembuatan koloid
secara kondensasi.

Pembuatan koloid secara dispersi adalah memperkecil partikel. Cara ini


melibatkan pengubahan ukuran partikel besar (misalnya suspensi atau padatan)
menjadi ukuran partikel koloid. Sementara itu, pembuatan koloid secara kondensasi
adalah memperbesar ukuran partikel. Pada umumnya, dari larutan diubah menjadi
koloid. Secara skematis, kedua proses tersebut dapat digambarkan sebagai proses yang
berlawanan, di mana sistem koloid berada di antara dua sistem dispersi yang lain.
1. Pembuatan Koloid Secara Dispersi

a. Dispersi langsung (mekanik)

Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan


ke dalam medium pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling
atau menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol
belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan menggerus
bersama kristal gula secara berulang – ulang. Campuran semen dengan air dapat
membentuk koloid secara langsung karena partikel – partikel semen sudah digiling
sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran koloid.

b. Homogenisasi

Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan


mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga
partikel – partikel susu berubah menjadi seukuran partikel koloid. Emulsi obat pada
pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi mengunakan mesin homogenisasi.

c. Peptisasi

Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel – partikel besar,


misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah
tertentu. Sebagai contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid dengan
menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid
dengan menambahkan larutan NH3 secukupnya. Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh
bensin, agar – agar oleh air, nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi
oleh H2S.

d. Busur Bredig

Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk
koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan
dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup
kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan
bunga api listrik mengakibatkan logam akan menguap dan selanjutnya terdispersi ke
dalam air membentuk suatu koloid logam.

2. Pembuatan Koloid Secara Kondensasi


Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan dengan mengubah suatu
larutan menjadi koloid. Proses ini umumnya melibatkan reaksi – reaksi kimia yang
menghasilkan zat yang menjadi partikel – partikel terdispersi.

a. Reaksi hidrolisis

Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid – koloid basa dari suatu
garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air).

Contoh:

Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3.

FeCl(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)

b. Reaksi Redoks

Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi


merupakan hasil oksidasi atau reduksi.

Contoh:

Pembuatan sol belerang dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.

2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s)

c. Pertukaran Ion

Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat – zat
yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.

Contoh:

Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3.

3H2S(g) + As2O3(aq) → As2S3(s) + 3H2O(l)

II.7 PERBEDAAN ANTARA LARUTAN, SUSPENSI DAN


KOLOID
1. Partikel dalam koloid sering lebih besar dari partikel zat terlarut dalam suatu
larutan.
2. Larutan adalah benar-benar homogen dibandingkan dengan koloid, yang juga
bisa menjadi campuran heterogen.
3. Campuran koloid tampak buram atau transparan, tetapi larutan adalah
transparan.
4. Suspensi merupakan campuran heterogen, namun koloid bisa homogen atau
heterogen.
5. Perbedaan utama antara suspensi dan koloid adalah diameter partikel yang
tersebar; partikel dalam suspensi lebih besar dari partikel dalam koloid.
6. Partikel dalam suspensi dapat menetap di bawah pengaruh gravitasi, jika
terganggu. Namun partikel dalam koloid tidak menetap dalam kondisi normal.
Namun, dengan kekuatan tambahan endapan dapat diperoleh, seperti di
sentrifugasi.
7. Partikel dalam suspensi tidak bisa melewati kertas saring, namun partikel
koloid bisa.
8. Koloid dapat menghamburkan cahaya, dan suspensi tidak memancarkan
cahaya. Oleh karena itu, koloid bisa buram atau tembus, tapi suspensi buram.

II.8 PENGGUNAAN KOLOID DALAM KEHIDUPAN

Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam


(tanah, air, dan udara), industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian. Di industri
sendiri, aplikasi koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat
karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat
yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk
produksi skala besar.

Berikut ini merupakan beberapa contoh aplikasi koloid dalam dunia industri :
JENIS INDUSTRI CONTOH APLIKASI

Industri Makanan Keju, Mentega, Susu, Saos Salad

Industri Komestika dan Perawatan Krim, Pasta gigi, Sabun


Tubuh
Industri Cat Cat dinding

Industri Kebutuhan Rumah Tangga Sabun, Detergen

Industri Pertanian Peptisida, Insektisida

Industri Farmasi Minyak Ikan

Berikut ini merupakan beberapa contoh lainnya penggunaan koloid :


1. Pemutihan Gula Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan
melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah
diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-
partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat
berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan
negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau
tawas yang mengandung ionion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar
partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat
lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan
air. Kadang-kadang air dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat
dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum
dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga)
maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM).Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid
tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena
itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah
agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi:
Al(OH)3 + 3H+àAl3+ + 3H2O
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid
tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian
mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut
ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:
4. Pembentukan delta di muara sungai Air sungai mengandung partikel-partikel
koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung
ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di
laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat.
Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
5. Pengambilan endapan pengotor Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu
proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel
koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang
pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel
koloid.
6. Mengurangi polusi udara Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel
berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel.
Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga
gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya. Asap dari
pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam
yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt).
Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion
tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya,
partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya.
Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu
mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang
berharga (misalnya debu logam).
7. Penggumpalan lateks Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah
karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam
merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam
terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah karet. Untuk mendapatkan
karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet menggumpal dan terpisah dari
medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan
asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan
merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-
nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai
lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk
keperluan lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak
digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk
menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3.
Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari
zat-zat yang bersifat asam sehingga sol tidak menggumpal.
8. Membantu pasien gagal ginjal Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel
koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan
dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal.
Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput semipermiabel dengan demikian
pada akhir proses pada kantung hanya tersisa koloid saja. Dengan melakukan cuci
darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan
keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih
kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
9. Sebagai deodoran Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat
mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam keringat.endapan protein ini dapat
menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga keringat dan potein yang dihasilkan
berkurang.
10. Sebagai bahan makanan dan obat Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga
harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam
bentuk kapsul.
11. Sebagai bahan kosmetik Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan,
tetapi lebih baik digunakan dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa
koloid dengan tertentu.
12. Sebagai bahan pencuci Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian
dengan sabun dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/
detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak
dalam air sehingga kotorankotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan
dengan cara pembilasan dengan air.
13. Penghilang Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup Kadang-kadang gulam masih
mengandung pengotor sehingga jika dilaturkan tidak jernih, pada industri pembuatan
sirup, untuk menghilangkan pengotor ini biasanya digunakan putih telur. Setelah gula
larut, sambil diaduk ditambahkan putih telur sehingga putih telur tersebut
menggumpal dan mengadsorpsi pengotor. Selain putih telur, dapat juga digunakan zat
lain, seperti tanah diatome atau arang aktif.
14. Penggunaan Arang Aktif Arang aktif merupakan contoh dari adsorben yang
dibuat dengan cara memanaskan arang dalam udara kering. Arang aktif memiliki
kemampuan untuk menjerap berbagai zat. Obat norit (obat sakit perut) mengandung
zat arang aktif yang berfungsi menjerap berbagai zat dan racun dalam usus. Arang
aktif ini juga digunakan para topeng gas, lemari es (untuk menghilangkan bau), dan
rokok filter (untuk mengikat asap nikotin dan tar)
15. Perebusan Telur Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase
terdispersi berupa protein. Jika telur tersebut direbus akan terjadi koagulasi sehingga
telur tersebut menggumpal.
16. Pembuatan Yoghurt Susu dapat diubah menjadi yoghurt melalui fermentasi.
Pada fermentasi susu akan terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa asam.
17. Pembuatan Tahu Pada pembutan tahu dari kedelai, mula-mulai kedelai
dihancurkan sehingga terbentuk bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan
larutan elektrolit, yaitu CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu sehingga protein kedelai
menggumpal dan membentuk tahu.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 KESIMPULAN
Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua
atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar. Macam-macam sistem koloid : Aerosol, sol, buih, emulsi dan gel.
Sifat-sifat sistem koloid : Efek Tyndall, Gerak Brown, muatan listrik, kestabilan
koloid, koloid liofil dan liofod. Pembuatan sistem koloid dibedakan menjadi 2 yaitu
dengan cara kondensi dan dispepersi. Komponen penyusun koloid dibedakan menjadi
2 yaitu fase kontinyu dan fase diskontinyu. Bentuk- bentuk sistem koloid antara lain
bulatan, batang, serat dam piringan. Kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-
hari seperti dalam bidang industri, makanan, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya.
Saran
Dalam kehidupan sehari-hari koloid sangat bermanfaat bagi kita. Khususnya dalam
bidang kosmetik. Akan tetapi banyak jenis kosmetik yang berbahaya bagi kesehatan
karena mengandung zat kimia yang berbahaya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati
dalam memilih dan menggunakan kosmetik.

III.2 SARAN
1. Harapan penulis dari simpulan tersebut bahwa para pembaca dapat mengetahui
koloid apa saja yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan juga pembaca
dapat menguasai materi koloid dari makalah ini, lebih baik dari berbagai sumber
lain.
2. Dalam kehidupan sehari-hari koloid sangat bermanfaat bagi kita. Khususnya
dalam bidang kosmetik. Akan tetapi banyak jenis kosmetik yang berbahaya bagi
kesehatan karena mengandung zat kimia yang berbahaya. Oleh karena itu, kita
harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan kosmetik
DAFTAR PUSTAKA

https://www.utakatikotak.com/kongkow/detail/5849/CARA-PEMBUATAN-
KOLOID-Secara-Dispersi-dan-Secara-Kondensasi
https://usaha321.net/perbedaan-larutan-koloid-dan-suspensi.html
gudangilmubudi.blogspot.com/2018/02/sistem-koloid.html
https://semuanyaadasaja.blogspot.com/2018/01/koloid-pengertian-jenis-dan-sifat-
sifat.html
https://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/17/koloid/

Anda mungkin juga menyukai