Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“SISTEM KOLOID”

Nama Kelompok
Ni Putu Uripiani Damayanti (34)
Ni Luh Putu Yuli Agustini (27)
Ni Komang Suardani (24)
Ni Made Okta Sari (30)
I Nengah Suardana (14)

XI.IPA 2

SMA NEGERI 1 MANGGIS


TAHUN AJARAN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan susunan

makalah ini tepat pada waktunya. Adapun isi dari makalah ini yakni membahas tentang

“Sistem Koloid”.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang

setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari

bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….... ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….....1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………....2

C. Tujuan Penulisan………...………………………………………………...2

D. Manfaat Penulisan………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….3

A. Pengertian Sistem Koloid………………………………...………………...3

B. Jenis-Jenis Koloid……………………………………..…………………...4

C. Sifat-Sifat Koloid…………………………………………………………..9

D. Cara Pembuatan Koloid…………………………………………………...11

E. Kegunaan Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari………………………..16

BAB III PENUTUP………………………………………………………………21

A. Kesimpulan……………………………………………………………….21

B. Saran-saran……………………………………………………………….21

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang

mencakup berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan

(dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu

diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel – sel

makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui

beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat

tersebut dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat kita membuat

susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan air panas.

Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang

beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak

meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem koloid.

Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat

yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air

yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid.

Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh

tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk

mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan

kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca

lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga

merupakan sistem koloid.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Koloid ?

2. Apa saja jenis-jenis koloid ?

3. Bagaimana sifat koloid ?

4. Bagaimana cara pembuatan koloid ?

5. Apa saja kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :

- Menjelaskan pengertian koloid

- Menjelaskan jenis-jenis koloid

- Menjelaskan sifat-sifat koloid

- Menjelaskan cara pembuatan koloid

- Memberikan contoh kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu

koloid, jenis-jenis koloid, sifat-sifat koloid, dan cara mpembuatan

koloid, serta mengetahui contoh kegunaan koloid dalam kehidupan

sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Koloid

- Thomas Graham (1861)

Menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan

pati, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau tidak sama sekali

menyebar. Zat yang sulit untuk berdifusi disebut koloid.

- Ostwald (1907)

Sistem koloid merupakan campuran heterogen antara dua atau lebih zat

partikel berukuran zat koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat

lain (penyebaran media).

Jadi, Koloid adalah suatu keadaan materi yang memiliki ukuran di antara

ukuran partikel dan suspensi. Dalam larutan, suatu zat disebarkan/dilarutkan

ke dalam pelarut membentuk campuran homogen, dimana partikel-partikel

zat terlarut bercampur sempurna dengan pelarut sehingga tidak terlihat

adanya perbedaan. Dengan cara yang mirip, partikel koloid

disebarkan/didispersikan ke dalam suatu medium, dan menghasilkan sistem

koloid. Partikel koloid yang didispersikan disebut dengan zat terdispersi,

dan medium tempat partikel didispersikan disebut medium pendispersi.

Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur

pembentuk campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja

campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan

3
berupa gabungan dari beberapa molekul. Namun karena bentuknya sangat

kecil, gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi.

Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem pemcapuran lainnya,

perhatikanlah tabel berikut!

LARUTAN KOLOID SUSPENSI

Terdiri atas satu fasa Terdiri atas satu fasa Terdiri atas dua fasa

Homogen Homogen Heterogen

Jernih Keruh Keruh

Tidak memisah jika Tidak memisah jika


Memisah jika didiamkan
didiamkan didiamkan

Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring

Dapat diamati dengan Dapat diamati dengan


Tidak dapat diamati
mikroskop ultra mikroskop biasa

Diameter partikel < 10-7 Diameter partikel 10-7 - 10-5


Diameter partikel > 10-5 cm.
cm. cm.

Penulisan A (aq) Penulisan A (s) Penulisan A (s)

B. Jenis-Jenis Koloid

Sistem koloid tersusun atas fase terdispersi yang tersebar merata pada

medium pendispersi. Fase terdispersi maupun medium pendispersi dapat

berupa gas, cair, atau padat. Tetapi campuran gas dengan gas tidak

membentuk sistem koloid, sebab semua gas akan bercampur homogen dalam

segala perbandingan. Sistem koloid dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

4
1. Sol

Sol mempunyai fase terdispersi padat. Sol terdiri atas

1) Sol padat dengan medium pendispersi padat, contoh paduan logam,

gelas berwarna, dan intan;

2) Sol cair atau sol dengan medium pendispersi cair, contoh cat, tinta,

tepung dalam air, tanah liat;

3) Sol gas atau aerosol padat dengan mediumpendispersi gas, contoh

asap, debu di udara.

2. Emulsi

Emulsi mempunyai fase terdispersi cair. Emulsi terdiri atas

1) Emulsi padat atau gel dengan medium pendispersi padat, contoh

keju, mentega, agar-agar.

2) Emulsi cair atau emulsi dengan medium pendispersi cair, contoh

susu, mayones, dan krim tangan.

3) Emulsi gas atau aerosol cair dengan medium pendispersi gas,

contoh kabut, awan, dan hairspray.

3. Buih

Buih mempunyai fase terdispersi gas. Buih terdiri atas

1) Buih padat dengan medium pendispersi padat, contoh batu apung,

karet busa, dan styrofoam

2) Buih cair atau buih dengan medium pendispersi cair, contoh buih

sabun dan putih telur.

Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola penggolongan,

yakni seperti dalam tabel berikut.       

5
Fase Fase
No Nama Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi

Buih sabun, shampoo, krim


1 Gas Cair Buih, deterjen
kocok

2 Gas Padat Busa padat Karet busa, batu apung

3 Cair Gas Aerosol cair Kabut

Susu, santan, minyak ikan, es


4 Cair Cair Emulsi
krim

5 Cair Padat Emulsi padat Mutiara, jeli, keju

6 Padat Gas Aerosol padat Asap

7 Padat Cair Sol Cat, tinta, larutan agar-agar

Sol padat,
8 Padat Padat Kaca berwarna, campuran
logam

Jika ditinjau dari tabel tersebut maka sistem koloid mencakup hampir semua

materi baik yang dihasilkan dari proses alam maupun yang dikembangkan oleh

manusia.

a) Koloid Liofil dan Liofob

Berdasarkan tingkat kestabilannya, koloid dapat digolongkan

menjadi dua macam, yaitu koloid liofob dan liofil. Koloid liofob memiliki

kestabilan rendah, sedangkan koloid liofil memiliki kestabilan tinggi.

6
Liofob berasal dari bahasa Latin yang artinya menolak pelarut, sedangkan

liofil berarti menyukai pelarut. Jika medium pendispersi dalam koloid

adalah air maka digunakan istilah hidrofob dan hidrofil sebagai pengganti

liofob dan liofil.

Koloid hidrofil relatif stabil dan mudah dibuat, misalnya dengan

cara pelarutan. Gelatin, albumin telur, dan gom arab terbentuk dari

dehidrasi (penghilangan air) koloid hidrofil. Dengan menambahkan

medium pendispersi, gelatin dapat terbentuk kembali menjadi koloid sebab

prosesnya dapat balik (reversible). Koloid hidrofob umumnya kurang

stabil dan cenderung mudah mengendap. Waktu yang diperlukan untuk

mengendap sangat beragam bergantung pada kemampuan agregat

(mengumpul) dari koloid tersebut. Lumpur adalah koloid jenis hidrofob.

Lumpur akan mengendap dalam waktu relatif singkat. Namun, ada juga

koloid hidrofob yang berumur panjang, misalnya sol emas. Sol emas

dalam medium air dapat bertahan sangat lama.

Koloid hidrofob bersifat tidak dapat balik (irrerersible). Jika koloid

hidrofob mengalami dehidrasi (kehilangan air), koloid tersebut tidak dapat

kembali ke keadaan semula walaupun ditambahkan air. Sejumlah kecil

gelatin atau koloid hidrofil sering ditambahkan ke dalam sol logam yang

bertujuan untuk melindungi atau menstabilkan koloid logam tersebut.

Koloid hidrofil yang dapat menstabilkan koloid hidrofob disebut koloid

protektif atau koloid pelindung. Koloid protektif bertindak melindungi

muatan partikel koloid dengan cara melapisinya agar terhindar dari

koagulasi. Protein kasein bertindak sebagai koloid protektif dalam air

7
susu. Gelatin digunakan sebagai koloid pelindung dalam es krim untuk

menjaga agar tidak membentuk es batu.

b) Jelifikasi (Gelatinasi)

Pada kondisi tertentu, sol dari koloid liofil dapat mengalami

pemekatan dan berubah menjadi material dengan massa lebih rapat,

disebut jeli. roses pembentukan jeli disebut jelifikasi atau gelatinasi.

Contoh dari proses ini, yaitu pada pembuatan kue dari bahan agar-agar,

kanji, atau silikagel.

Pembentukan jeli terjadi akibat molekul-molekul bergabung

membentuk rantai panjang. Rantai ini menyebabkan terbentuknya ruang-

ruang kosong yang dapat diisi oleh cairan atau medium pendispersi

sehingga cairan terjebak dalam jaringan rantai. Peristiwa medium

pendispersi terjebak di antara jaringan rantai pada jeli ini dinamakan

swelling. Pembentukan jeli bergantung pada suhu dan konsentrasi zat.

Pada suhu tinggi, agar-agar sukar mengeras, sedangkan pada suhu rendah

akan memadat. Pembentukan jeli juga menuntut konsentrasi tinggi agar

seluruh pelarut dapat terjebak dalam jaringan.

Kepadatan jeli bergantung pada zat yang didispersikan. Silikagel

yang mengandung medium air sekitar 95% membentuk cairan kental

seperti lendir. Jika kandungan airnya lebih rendah sekitar 90% maka akan

lebih padat dan dapat dipotong dengan pisau.

Jika jeli dibiarkan, volumenya akan berkurang akibat cairannya

keluar. Gejala ini dinamakan sinersis. Peristiwa sinersis dapat diamati

8
pada agar-agar yang dibiarkan lama. Jeli dapat dikeringkan sampai

kerangkanya keras dan dapat membentuk kristal padat atau serbuk. Jeli

seperti ini mengandung banyak pori dan memiliki kemampuan

mengabsorpsi zat lain. Silikagel dibuat dengan cara dikeringkan sampai

mengkristal. Silikagel digunakan sebagai pengering udara, seperti pada

makanan kaleng, alat-alat elektronik, dan yang lainnya.

C. Sifat-Sifat Koloid

- Efek Tyndall 

Efek Tyndal adalah kemampuan koloid untuk menghamburkan

cahaya ke segala arah. Fenomena ini dapat juga digunakan untuk

membedakan larutan dengan koloid, sebab larutan tidak memiliki sifat

menghamburkan cahaya dan dapat menjelaskan buramnya dispersi koloid

(minyak zaitun dan air dapat tembus cahaya, namun jika keduanya

dicampur akan membentuk koloid yang nampak seperti susu).

- Gerak Brown

Jika suatu sistem koloid diamati menggunakan mikroskop optik,

dengan arah tegak lurus terhadap berkas cahaya dan latar belakang yang

gelap, maka akan nampak partikel-partikel yang berbentuk seperti bintik-

bintik berkilauan. Jika gerakan bintik-bintik tersebut diikuti, maka terlihat

bahwa bintik-bintik tersebut bergerak secara acak ke segala arah. Gerakan

acak ini disebut gerakan Brown. Hal ini terjadi karena banyaknya

tabrakan molekul pada satu sisi molekul tidak sama pada sisi yang lain.

- Adsorpsi

9
Adsorpsi disebabkan oleh adanya gaya Van der Waals di

permukaan partikel yang dapat menarik atom-atom (molekul/ion) dari zat

lain. Padatan dapat bersifat sebagai adsorben (penyerap), namun

kemampuan koloid dalam mengadsorpsi lebih tinggi daripada padatan,

karena koloid memiliki luas permukaan lebih besar.

Contoh:

(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion

H+.

(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion

S2.

- Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid

bermuatan negatif.

- Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk

endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi

membentuk koloid.

Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan,

pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan

elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

- Koloid pelindung

10
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat

melindungi koloid lain dari proses koagulasi.

- Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan

cara mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran

semipermeabel yang berfungsi sebagai penyaring. Membran

semipermeabel ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid,

sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

- Elektroforesis

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang

bermuatan dengan menggunakan arus listrik.

D. Cara Pembuatan Koloid

Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi,

karena itu cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel

larutan atau memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode

dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu:

- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-

partikel kecil larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran

koloid.

- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel

besar sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.

1. Metode kondensasi

11
Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan

dengan cara kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau

dengan penggatian pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan

menggabungkan partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi

pertikel-partikel berukuran koloid.

a.   Reaksi dekomposisi rangkap

Misalnya:

- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan

melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna

kuning terang: As2O3 (aq) + 3H2S(g) → As2O3 (koloid) + 3H2O(l)

(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2)

- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan

HCl encer: AgNO3 (ag) + HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

b.   Reaksi hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:

- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan

memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air

mendidih;

FeCl3 (aq) + 3H2O(l) → Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion

H+)

- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air

mendidih;

AlCl3 (aq) + 3H2O(l) → Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

12
c.   Reaksi reduksi-oksidasi (redoks)

Misalnya:

- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya

dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;

2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)

- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air

dengan mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) →3S(s) + 2H2O(l)

d. Penggatian pelarut

Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi

sehingga fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya

menjadi berukuran koloid. Misalnya:

- untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut

dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang

harus terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian

larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke

dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi

pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.

- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula

dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut

ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid

kalsium asetat.

2. Metode Dispersi

13
Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi

berukuran koloid yang kemudian akan didispersikan dalam medium

pendispersinya. Ada 3 cara dalam metode ini, yaitu:

a.   Cara Mekanik

Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat

dengan proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel

berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut

penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:

- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.

- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu,

deterjen, dsb.

- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.

- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan

kertas.

b.   Cara peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-

butir kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan

bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat

berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut

tertentu.

Contoh:

- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.

- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

- Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru

14
terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3

sehingga bermuatan positif

- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk

sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air.

c. Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol

logam, sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah

menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode.

Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air

suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian,

kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan

menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi

dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut

berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid

dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode

dispersi.

d.   cara ultrasonik

Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama

berfungsi dalam pembuatan sol logam. Kalau busur Bredig menggunakan

arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi

bunyi berfrekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.

E. Kegunaan Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari

15
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid :

Jenis industry Contoh aplikasi


Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan
perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah
tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Minyak ikan, pensilin untuk
Industri farmasi suntikan

  Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :

1.   Pemutihan Gula

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula

ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah

diatomae atau karbon. Partikel koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut.

Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu

sehingga gula dapat berwarna putih.

2.   Penggumpalan Darah

Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika

terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas

yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar

partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah

dapat lebih mudah dilakukan.

3.   Penjernihan Air

16
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid

tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh

karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan

beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu

dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang

terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid

Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:

Al3+   +   3H2O       Al(OH)3   +      3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel

koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut

kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh

gravitasi. 

4. Pembentukan Delta di Muara Sungai

Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang

bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan

Ca+2 yang bermuatan positif. Karena air sungai bertemu di laut, maka ion-ion

positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga

terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

5. Pengambilan Endapan Pengotor

Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industry seringkali

mengandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untuk

memisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat

logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel

koloid.

17
6. Agar-agar

Padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan

sistem koloid yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada

keadaan dingin, sol ini akan berwujud cair. Sebaliknya, jika konsentrasi agar-

agar tinggi pada keadaan dingin sol akan menjadi padat dan kaku. Keadaan

seperti ini disebut gel

7. Pektin

Pektin adalah teoung yang diperoleh dari buah papaya muda, apel, dan

kulit jeruk. Jika di dispersikan di dalam air, terbentuk sol yang kemudian

memadat sehingga membentuk gel. Pektin biasa digunakan untuk membuat

selai.

8. Gelatin

Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki

binatang, misalnya sapi. Jika gelatin di dispersikan di dalam air, terbentuk

suatu sol yang kemudian memadat dan membentul gel. Gelatin banyak

digunakan untuk pembuatan cangkang kapsul. Agar-agar, pektin, gelatin juga

digunakan untuk pembuatan makanan seperti jelly, atau permen yang kenyal

(gummy candies)

9. Cairan Kanji

Tepung kanji yang dilarutkan di dalam air dingin akan membentuk suatu

suspensi. Jika suspensi dipanaskan terbentuk sol, dan jika konsentrasi tepung

kanji cukup tinggi, sol tersebut akan memadat sehingga membentuk gel.

Suatu gel terbentuk karena fase terdispersi menyerap medium pendispersi

sehingga fase terdispersi mengembang, memadat, dan menjadi kaku.

18
10. Cat Tembok dan Tinta

Zat warna terdispersi di dalam medium air

11. Cat Kayu dan Cat Besi

Zat warna terdispersi di dalam pelarut organik

12. Proses Menghilangkan Bau Badan

Pada produk roll on deodorant, digunakan adsorben (zat yang

mengabsorpsi) berupa Al-strearat. Jika deodorant digosokkan pada anggota

badan, Al-Strearat mengabsorpsi keringat yang menyebabkan bau badan.

13. Proses Rebusan Telur

Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi

berupa protein. Jika telur tersebut direbus, akan terjadi koagulasi sehingga

telur tersebut menggumpal.

14. Pembuatan Yoghurt

Susu dapat berubah menjadi yoghurt melalui proses fermentasi. Pada

fermentasi susu, akan terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa

asam.

15. Pembuatan Tahu

Pada pembuatan tahu dari kedelai, mula-mula kedelai dihancurkan

sehingga terbentuk bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan

larutan elektrolit, yaitu CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu sehingga protein

kedelai menggumpal dan membentuk tahu.

16. Pembuatan Lateks

19
Lateks terbuat dari getah karet, salah satu sistem koloid. Pada pembuatan

lateks, getah karet digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau asam

format.

17. Pengolahan Asap atau Debu

Asap atau debu yang dihasilkan dari suatu proses industry dapan

mencemari udara disekitarnya. Asap dan debu merupakan sistem koloid zat

padat dalam medium pendispersi gas(udara). Padatan dalam asap atau debu

dapat diendapkan dengan menggunakan lat Cottrel.

Asap dan debu dilewatkan melalui cerobong yang didalamnya terdapat

ujung-ujung elektorda bermuatan dengan bertegangan 20.000 V hingga

75.000 V. elektroda mengakibatkan asap dan debu akan tertarik pada

elektroda yang lainnya dan mengendap. Endapan yang terbentuk dipisahkan

secara berkala sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong sudah terbebas

dari pastikel padatan yang berbahaya.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

- Sistem koloid adalah suatu keadaan materi yang memiliki ukuran

di antara ukuran partikel dan suspensi.

- Jenis-jenis koloid dibedakan menjadi 3 yaitu Sol, Emulsi, dan Buih

- Sifat-sifat koloid yaitu Efek Tyndall, Gerak Brown, Adsorpsi,

Muatan koloid, Koagulasi koloid, Koloid pelindung, Dialisis, dan

Elektroforesis

- Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan

memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel suspensi.

Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu:

Metode kondensasi dan Metode dispersi

B. Saran

Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus

tetap berpegang teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kita

lakukan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat serta

tidak merugikan pihak lain. Dengan begitu semua pihak akan merasa

diuntungkan oleh apa yang kita lakukan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Foliatini. 2009. Buku Pintar Kimia SMA untuk Kelas 1, 2, & 3. Jakarta: PT

Wahyumedia

http://bakriekimia.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-dan-jenis-sistem-koloid.html

http://iskabere.blogspot.co.id

http://thierydrizzle.blogspot.co.id/2014/11/makalah-kimia-manfaat-koloid-

bagi.html

http://www.gurupendidikan.com/sifat-pengertian-sistem-koloid-menurut-para-

ahli-beserta-jenisnya

https://hengky11blog.wordpress.com/2014/02/04/kegunaan-koloid-dalam-

kehidupan-sehari-hari

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

22

Anda mungkin juga menyukai