Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul " Sistem Koloid " dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini.Semoga Allah SWT meridhai segala usaha kami
Amin.

Kimia – Sistem Koloid

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….......1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………......2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang………………………………………………………………..3
B. Rumusan masalah…………………………………………………………….3
C. Tujuan makalah………………………………………………………………4
D. Manfaat makalah……………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem koloid……...........................................................................................5 - 6
B. Macam macam sistem koloid....…………………………………..................6 - 9
C. Sifat sifat sistem koloid...................................................................................9 - 13
D. Pembuatan sistem koloid................................................................................14 - 16
E. Komponen sistem koloid................................................................................16
F. Bentuk partikel sistem koloid.........................................................................16
G. Penggunaan sistem koloid..............................................................................16 - 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………….19
B. Saran………………………………………………………………………....19
DAFTAR PUSTAKA ......………………………………………………………….20

Kimia – Sistem Koloid

2
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup


berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu
makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun
lebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel
makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga proses – proses dalam sel melibatkan
sitem koloid.

Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/
homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu
bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh
orang mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es
agar tidak meleleh. Kesemuanya merupakan contoh koloid.

Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi
(tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang
disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah,
yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun
untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran
yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil
yang menghasilkan cahaya warna merah merupakan sistem koloid.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, makalah ini mempunyai
tujuan sebagaimana berikut :

Kimia – Sistem Koloid

3
1. Apa yang dimaksud sistem koloid ?
2. Jelaskan macam macam sistem koloid ?
3. Bagaimana sifat sifat sistem koloid ?
4. Bagaimana proses pembuatan sistem koloid ?
5. Apa saja komponen sistem koloid, bentuk partikel, dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari hari

C.    TUJUAN MAKALAH
Dari latar belakang diatas, makalah ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan
sebagaimana berikut :

1. Agar pembaca mengetahui sistem koloid


2. Agar pembaca mengetahui macam macam sistem koloid
3. Agar pembaca mengetahui sifat sifat sistem koloid
4. Agar pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid
5. Agar pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel, dan
kegunaannya dalam kehidupan sehari hari

D.    MANFAAT MAKALAH
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan makalah diatas, makalah
ini mempunyai manfaat sebagaimana yang berikut :
1. Pembaca mengetahui sistem koloid
2. Pembaca mengetahui macam macam sistem koloid
3. Pembaca mengetahui sifat sifat koloid
4. Pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid
5. Pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel, dan
kegunaannya dalam kehidupan sehari hari
  

Kimia – Sistem Koloid

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Koloid
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran
(sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel
terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat
homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasiatau gaya lain
yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen
ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar,tinta, sampo,


serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari
hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian
tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.

Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :

 Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid


 Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid

Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut :

Fase Fase Nama koloid Contoh


Terdispersi Pendispersi

Gas Gas

Gas Cair Busa Buih, sabun, ombak, krim


Kocok

Gas Padat Busa padat Batu apung, kasur busa

Cair Gas Aerosol cair Obat semprot, kabut, hair


spray di udara

Kimia – Sistem Koloid

5
Cair Cair Emulsi Air santan, air susu,
mayones

Cair Padat Gel Mentega, agar-agar

Padat Gas Aerosol padat Debu, gas knalpot, asap

Padat Cair Sol Cat, tinta

Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca, lumpur

B. Macam Macam Sistem Koloid


Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat
terdispersinya. Beberapa jenis koloid:

1.    Aerosol

Aerosol  yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat
terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang
memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam
udara).

2. Sol 

Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air
sungai, sol sabun, sol detergen dan tinta).

No. Hidrofob Hidrofil

1. Tidak menarik molekul air tetapi Menarik molekul air hingga menyelubungi
mengadsorbsi ion partikel terdispersi

2. Tidak reversible, apabila mengalami Reversibel, bila mengalami koagulasi akan


koagulasi sukar menjadi sol lagi dapat membentuk sol lagi jika ditambah
lagi
Kimia – Sistem Koloid

6
medium pendispersinya

3. Biasanya terdiri atas zat anorganik Biasanya terdiri atas zat organic

4. Kekentalannya rendah Kekentalannya tinggi

5. Gerak Brown terlihat jelas Gerak Brown tidak jelas

6. Mudah dikoagulasikan oleh elektrolit Sukar dikoagulasikan oleh elektrolit

7. Umumnya dibuat dengan cara Umumnya dibuat dengan cara disperse


kondensasi

8. Efek Tyndall jelas Efek Tyndall kurang jelas

9. Contoh: sol logam, sol belerang, sol Contoh: sol kanji, sol protein, sol sabun,
Fe(OH)3, sol As2S3, sol sulfide sol gelatin

3.    Emulsi 
Emulsi adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair
yang tidak dapat bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam air: santan, susu, lateks,
minyak ikan. Emulsi air dalam minyak: mentega, minyak rambut, minyak bumi.

Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu zat yang
dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut.

Contoh: sabun untuk mengemulsikan minyak dan air;kasein sebagai emulgator pada susu.

4.  Buih 
Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan
bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).

a) Buih Cair (Buih)

Kimia – Sistem Koloid

7
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan
medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara
atao karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh
dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan
mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan.

.Jika Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem
kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase
dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair
memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat
cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair
lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bolakurang
dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.

Beberapa sifat buih cair yang penting:

 Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena: pemisahan medium
pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang
jauh berbeda,
 terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar
akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih
besar,
 rusaknya film antara dua gelembung gas.

Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang
diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya
tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi
deformasi.

Contoh buih cair:

 Buih hasil kocokan putih telur

Karena audara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan


zat pembuih, yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu
sendiri untukmembentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang
dikocok akan mengembang.

Kimia – Sistem Koloid

8
 Buih hasil akibat pemadam kebakaran

Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium


bikarbonat, aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang
dilepas akan membentuk buih dengan bamtuam zat pembuih tersebut.

b) Buih Padat

Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan
denganmedium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat
pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh buih padatyang mungkin kita ketahui:

 Roti

Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam


proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian
akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi gelembung-gelembung
karbondioksida untuk membentuk buih padat.

 Batu apung

Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung

 Styrofoam

Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta


medium pendisperasi polistirena.

5. Gel 

Gel merupakan sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh:
agar-agar, Lem).

C. Sifat Sifat Sistem Koloid


1. Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel


koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall
Kimia – Sistem Koloid

9
ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu
sifat itu disebut efek tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan
cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena
partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat
menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya
relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

2. Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus


tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak
membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel
suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair
dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di
tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair
atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-
partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena
ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak
partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang
terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak
ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown
juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar
energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak
Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3. Adsorpsi
Kimia – Sistem Koloid

10
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan :
Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam
suatu partikel).

Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:

 Pemutihan gula tebu.


 Norit.
 Penjernihan air.

Contoh:

ü  koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.

ü  Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +.


Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga
partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.

ü  Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan


bermuatan - dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan
menggerombol.

4. Muatan Koloid dan Elektroforesis


Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid.
Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.

Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik.
Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan
positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan
terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).

Kimia – Sistem Koloid

11
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik
dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.

5. Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan


terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia
seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

Koagulasi koloid merupakan penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya


berlawanan.

Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:

 Perubahan suhu.
 Pengadukan.
 Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
 Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.

Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:


a) Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.

b) Kimia

Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).

Contoh:

 susu + sirup masam —> menggumpal


 lumpur + tawas —> menggumpal

Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.

Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur


As2S3 yang bermuatan negatif.

6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Kimia – Sistem Koloid

12
a) Koloid Liofil

Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk


selubung di sekeliling koloid. Contoh: agar-agar.

b) Koloid Liofob

Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid
stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni
pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.

7. Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke dalam
koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai
emulsifier.

8. Kestabilan Koloid
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk
penggunaannya. Contoh: es krim, tinta, cat.

Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid
tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung.

Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.

Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat
tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai
emulgator dari emulsi minyak dan air.

9. Pemurnian Koloid

Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu


kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan
dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput yang
hanya dapat dilewati partikel ion saja dan tidak dapat dilewati molekul koloid.Contoh:
kertas perkamen, selopan atau kolodion.

Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion
dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam
Kimia – Sistem Koloid

13
kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang
disebut elektro dialisis.

Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses
dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani
“cuci darah” dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan
dengan penyaring ultra.

10. Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain
dari proses koagulasi.

11. Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut
proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui
membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable
ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan
akan berpisah.

D. Pembuatan Sistem Koloid


1. Cara Kondensasi

Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara


penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

a) Reaksi Pengendapan

Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan


larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.

Contoh: AgNO3 + NaCl —> AgCl(s) + NaNO3

b) Reaksi Hidrolisis

Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat
dengan mereaksikan suatu zat dengan air.
Kimia – Sistem Koloid

14
Contoh: AlCl3 +H2O —> Al(OH)3(s) + HCl

c) Reaksi Redoks

Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.

Contoh: pada larutan emas

Reaksi: AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH

Emas formaldehid

d) Reaksi Pergeseran

Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam laruatn
H3AsO3 encer pada suhu tertentu.

Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S —> 6 H2O + As2S3

e) Reaksi Pergantian Pelarut

Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96%
ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.

2. Cara Dispersi

Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil


partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel
kasar menjadi koloid.

a) Cara Mekanik

Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan
menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.

Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk


koloid dengan kotoran air.

Kimia – Sistem Koloid

15
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian
didispersikan dalam air.

Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gulapada


penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang
menjadi sol.

b) Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan
menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah.
Contoh:

 Sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.


 Sol NiS dengan menambahkan H2S.
 karet dipeptisasi oleh bensin.
 agar-agar dipeptisasi oleh air.
 endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.

c) Cara Busur Bredia/Bredig


Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan
mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga
kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.

d) Cara Ultrasonik
Yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)
e) Campuran homogen

Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air. Campuran
homogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem koloid termasuk dalam
bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi 2, yaitu:

 Suspensi, contoh: pasir dalam air.


 Koloid, contoh: susu dengan air.

E. Komponen Penyusun Koloid


1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.

Kimia – Sistem Koloid

16
2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.
F. Bentuk Partikel Koloid
1. Bulatan : misalnya virus, silika.
2. Batang : misalnya virus.
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.
4. Serat : misalnya selulosa.

G. Koloid Penggunaan Sistem

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat
karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang
tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala
besar. Berikut contoh penggunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari hari.

1. Bidang Industri

Sistem koloid digunakan di bidang industri di antaranya daiam industri karet, cat,
pemutihan gula, pembentukan delta di muara sungai, pengambilan endapan pengotor
udara, dan penjernihan air.

a.) Karet

Contoh koloid yang digunakan di bidang industri adalah getah karet. Getah
karet merupakan koloid tipe sol, yaitu dispersi koloid fase padat daiam cairan.
Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid daiam sol getah karet. Karet
alam dengan rumus kimia (C5H8)x merupakan zat padat dengan mOlekul raksasa.
Karet alam dianggap sebagai polimer dari C5H8 (isoprena) yang saling berikatan
membentuk rantai atom C yang sangat panjang melalui reaksi adisi.

b.) Cat

Cat merupakan koloid tipe sol cair. Dalam pembuatan cat, partikel-partikel
padat didispersikan daiam suatu pelarut berwujud cair. Partikel-partikel ini berupa
zat warna, oksida logam, bahan penstabil, bahan pengawet, zat pencemerlang, dan
zat pereduksi yang dihaluskan hingga berukuran partikel koloid. Agar kestabilan
cat tetap terjaga dan bahan-bahan yang didispersikan tidak menggumpal atau
mengendap, ke daiam cat ditambahkan emulgator. Jenis emulgator ini tergantung
dari jenis medium pendispersinya. Apabila medium pendispersinya berupa senyawa
Kimia – Sistem Koloid

17
polar, misal air dan alkohol, emulgatomya harus dapat larut daiam pelarut polar.
Sebaiiknya, jika medium pendispersinya bersifat nonpolar seperti minyak,
emulgatomya harus dapat larut daiam pelarut nonpolar.

c.) Pemutihan Gula

Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui


sistem koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan
mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat
diputihkan.

d.) Pembentukan Delta di Muara Sungai

Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang
bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2
yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari
air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi
yang akan membentuk suatu delta.

f.) Pengambilan Endapan Pengotor

Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali
mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan
pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang
bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.

g.) Penjernihan Air

Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu,
untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar
partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi:
Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+

Kimia – Sistem Koloid

18
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel
koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut
kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh
gravitasi.

2. Bidang Kosmetik

Bagi kalian para wanita, mungkin tak ada yang asing dengan kosmetik. Bahkan,
saat ini kosmetik tidak hanya digunakan oleh kaum wanita saja, akan tetapi kaum pria
pun mulai menggunakannya. Hal ini ditunjukkan dengan beragamnya kosmetik yang
diperuntukkan khusus pria maupun khusus wanita. Dalam bidang kosmetik, kita sering
menggunakan koloid dalam pelarut tertentu seperti pembersih muka, pewangi badan
berbentuk spray, semprot rambut, jell untuk rambut, dan produk kosmetik lainnya.

3. Bidang Farmasi

Seperti halnya makanan, obat pun ada yang berwujud padatan (tablet) sehingga
bagi anak-anak sulit untuk menelannya. Untuk mengatasinya, obat tersebut dikemas
dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum Contohnya obat batuk yang berbentuk
sirup.
4. Bidang Makanan

Makanan yang kita konsumsi sehari-hari ada yang berbentuk padatan ataupun
cairan. Akan tetapi, terkadang beberapa makanan yang berbentuk padatan sulit untuk
dicerna. Sehingga oleh pabrik, produk-produk makanan dibuat dalam bentuk koloid.
Produk-produk makanan yang menggunakan sistem koloid antara lain kecap, saus, keju,
mentega, dan krim.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kimia – Sistem Koloid

19
Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau
lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup
besar. Macam-macam sistem koloid : Aerosol, sol, buih, emulsi dan gel. Sifat-sifat sistem
koloid : Efek Tyndall, Gerak Brown, muatan listrik, kestabilan koloid, koloid liofil dan
liofod. Pembuatan sistem koloid dibedakan menjadi 2 yaitu dengan cara kondensi dan
dispepersi. Komponen penyusun koloid dibedakan menjadi 2 yaitu fase kontinyu dan fase
diskontinyu. Bentuk- bentuk sistem koloid antara lain bulatan, batang, serat dam piringan.
Kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam bidang industri,
makanan, kosmetik, farmasi dan sebagainya.

B. Saran

Dalam kehidupan sehari-hari koloid sangat bermanfaat bagi kita. Khususnya dalam
bidang kosmetik. Akan tetapi banyak jenis kosmetik yang berbahaya bagi kesehatan karena
mengandung zat kimia yang berbahaya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam
memilih dan menggunakan kosmetik. 

Kimia – Sistem Koloid

20
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://verliany.wordpress.com/2008/03/16/27/
http://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-kimia/
http://www.nafiun.com/2013/07/peranan-manfaat-koloid-dalam-industri-dan-
kehidupan.html
http://www.pelajaran.co.id/2016/07/penggunaan-sistem-koloid-dalam-kehidupan-sehari-
hari.html
Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta :
Yudhistira. Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.

Kimia – Sistem Koloid

21

Anda mungkin juga menyukai