A. Pendahuluan
Sebagai manusia tentunya kita tidak terlepas dari yang namanya ilmu.
Karena ilmu merupakan hal terpenting bagi manusia dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari. Apalagi bagi umat islam, bahwa ilmu itu diibaratkan
seseperti cahaya, tanpanya kita akan seperti orang buta yang tak bisa melihat apa-
apa. Laksana bulan yang senantiasa menerangi bumi di malam yang gelap gulita.
Pada hakikatnya semua ilmu itu berasal dari Allah Swt. baik itu ilmu dunia
maupun ilmu akhirat. Tanpa petunjuk dari Allah manusia tidak akan mampu
meningkatkan pemahamannya tentang alam semesta kecuali dengan ilmu
pengetahuan. Dengan akal yang telah diberikan oleh Allah, manusia dapat
mengembangkan ilmu tersebut dan dapat memahami tentang alam semesta ini, akan
tetapi ilmu pengetahuan akan dapat berkembang di dalam keterbatasan manusia itu
sendiri. 1
Ilmu merupakan inti kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, dan buah dari
ilmu adalah meraih kedekatan kepada Allah, ilmu dapat menimbulkan kemuliaan
di dunia dan akhirat.3
1
Fuad Amsary, Mukjizat al-Qur’an dan as-Sunnah tentang Iptek. Jakarta: Gema Insani
Press, 1997. Jilid 1, hal. 192.
2
Taufik Ahmad dkk. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Direktorat Jendral
Pendidikan Islam RI, Cetakan ke-1, 2019. hal. 68.
3
Imam Ghazali, Minhazul Abidin. (Wasiat Imam Ghazali). Jakarta: Darul ‘Ulum Press,
hal. 5.
Betapa mulianya seorang ‘aalim dan mu’alim (ulama) yang mempelajari,
memperdalami, memahami ilmu agama islam, serta senantiasa mengamalkan dan
mendakwahkan ilmunya kepada orang lain, sampai-sampai ia disebut sebagai
waroosatul ‘anbiya, yaitu pewaris para nabi. Karena mereka senantiasa meneruskan
perjuangan Rosulullah Saw. dalam menyampaikan kalaamullah dan
mendakwahkan ajaran agama islam setelah wafatnya Rosullah Saw.
ْ َ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ َ َّ َ ُّ َ ْ َّ َ ْ َ ْ ْ َ ُ ْ ُ َ ُ َ َ َّ َ
اء حدثنا الو ِليد بن ج ِمي ٍل َّ
ٍ حدثنا محمد بن عب ِد اللأعلىى الصنع ِاني حدثنا سلمة بن رج
ٰ َّ َ ٰ
ُاّلل ْ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ َُ َ ْ َ َ ْ ْ َ ُ
َ
ُ َ ْ َ ََّّ َ
اّلل صلى َ َ
ِ ذ ِكر ِلرسو ِل:اه ِلي قال ْ َّ
اسم أبو عب ِد الرحم ِن عن أ ِبي أمامة الب
ِ ِ ِ حدثنا الق
َّ َ َ ْ َ َ ُ ٰ َّ َ ٰ ُ ْ ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ
َ ُ َ َ ُ ُ َ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ
: اّلل صلى اّلل علي ِه وسلم
ِ علي ِه وسلم رجل ِان أحدهما ع ِابد والآخر عا ِلم فقال رسول
َ َّ َ َ ْ َ َ ُ ٰ َّ َ ٰ ُ ْ ُ َ َ َ َُّ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ ََ َْ َ َ َْ ُ ْ َ
: اّلل صلى اّلل علي ِه وسلم
ِ ل وس ر ال ق مث . ماك ندأ ى لع ْ
ي ل ض فك د اب
ِ ِ عال ى لع مِ ِ فضل ال
ل ا ع
ِ
َ ْ ُ ْ َّ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َّ َّ َ ْ َ َ ْ َ َ َّ ُ ْ ََ ُ َ َ َ َ َ َ ٰ َّ
ات والأر ِضي ِن حتى النملة ِفي جح ِرها وحتى الحوت
ِ و مالس ل ه أو ه ت ك اء
ِ ِإن اّلل وم
آل
َْ َّ َ َ َ َ ُّ َ َ
} {رواه الترمذي. ل ُيصل ْون على ُمع ِل ِم النا ِس الخ ْي َر
Dari hadits ini kita dapat mengetahui bahwa ada dua keutamaan bagi
seorang ‘Aalim, yaitu orang-orang yang berilmu dan memahami syari’at agama
islam serta senantiasa mengamalkan ilmunya.
Shalawat dari Allah, malaikat serta para penghuni langit dan bumi
maknanya berbeda satu sama lain. Kalau shalawat dari Allah maknanya rahmat
(kasih sayang) dan ridho-Nya, kalau shalawat dari malaikat maknanya istigfar
(memohon pengampunan), kalau shalawat dari para penghuni langit dan bumi
maknanya doa dan pujian. Maka sungguh beruntung orang-orang yang berilmu dan
senantiasa mengamalkan dan mendakwahkan ilmunya.
Dalam kutipan hadits ini juga memiliki makna bahwa seorang ‘aalim dalam
keadaan tidak ibadahnya pun sudah mendapat banyak kebaikan, sebab setiap
makhluk mendoakannya. Sementara seorang ahli ibadah harus berupaya berdoa
atas dirinya.
4
Al-Mundziri, Kitab at-Targhib wa at-Tarhib. Baitul Afkar ad-Daulat, 2008.
Menurut sya’ir Muhammad bin Hasan bin Abdillah dalam kitab Ta’lim
Muta’lim:
َ َ
َ ْ َ ْ َّ َ َ ُّ َ َ إن َفق ْيها َواح ْيدا ُم َت
َّ َ
ان ِمن أ ِلف ع ِاب ِد
ِ ط يالش ى لع د ش أ * اع رِ و ِ ِ ف
Maka sesungguhnya satu (orang) ahli fiqih yang wara’ lebih berat atas
syetan dari pada seribu (orang) ahli ibadah. (Orang yang ahli agama dan bersifat
wara’ lebih berat bagi syetan daripada menggoda seribu ahli ibadah tapi bodoh)5
Syair tersebut mengandung maksud bahwa orang yang ahli ilmu, ahli
agama, ahli fiqih yang menjaga (wara’) terhadap ilmunya, itu lebih utama
dibandingkan ahli ibadah yang ahli ibadahnya tidak didasari dengan ilmunya.
Bahkan syetan pun lebih berat atau lebih sulit menggoda satu orang ahli fiqih yang
wara’ daripada menggoda seribu orang ahli ibadah. Karena seorang ahli ilmu agama
dan seorang ahli fiqih yang wara’ pasti sudah mengetahui cara-cara dan celah-celah
bagi syetan untuk menggoda manusia, sehingga ia senantiasa selalu memperkuat
dirinya dengan iman dan taqwa kepada Allah Swt. bahkan ada yang setiap detik,
setiap detakkan jantung, setiap denyutan nadi, dan setiap hembusan nafasnya selalu
diiringi dengan menyebut nama Allah Swt. di dalam hatinya, sehingga tidak ada
ruang sedikitpun bagi syetan untuk menggodanya.
5
Syekh Az-Zarnuji dkk, Terjemah Ta’lim Muta’lim. Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009. hal. 7.
َ ُ َ َ ُ ْ َ َ ْ ْ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ ُ ُّ َ َ َّ َ ْ ْ ْ َّ َ َ
استه ت ْس ِب ْيح َوال َبحث عنه ِج َهاد َوطل َبه ِع َبادة ِ ِ تعل ُموا ال ِعل َم ف ِإن تعل َمه
ّلل حسنة و ِدر
َ َ
َام َو ُم َذاك َر َت ُه َت ْعد ُل ْالق َيام
َ َو َت ْعل ْي َم ُه َص َد َقة َو َب ْذل ُه لأَ ْهله ُق ْر َبة َو ْلف ْك َر فى ْالع ْلم َي ْعد ُل الص َي
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ
Keutamaan ‘aalim disebutkan juga oleh Allah Swt. di dalam al-qur’an surat
al-Mujadalah ayat 11:
َ َ َ ْ ْ ُ ْ ُ َ ْ َّ َ ْ ُ ْ ْ ُ َ َ ْ َّ ُ ٰ َ ْ َ
.....…يرف ِع اّلل ال ِذين امنوا ِمنكم وال ِذين اوتوا ال ِعلم درج ٍت..
Kata ‘aalim biasanya selalu disandingkan dengan kata mu’allim yaitu orang
mengajarkan atau mendakwahkan ilmu. Dan biasanya kata ‘aalim dan kata
mu’allim ini seperti dua sisi mata uang, yang selalu disandingkan dan tidak bisa
dipisahkan.
6
Abu Nu’aim Al Ashfahani,Kitab Hilyatul Auliya (Jakarta:Pustaka Azzam : 2014)
َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ َحَّدثَ َنا
الر ِب ْي ُع ْب ُن ُسل ْيمان ال ُمؤ ِذن حدثنا ْاب ُن َوه ٍب ع ْن ُسل ْيمان َيع ِن ْي ْاب ُن ِبل ٍال ع ِن
َاّلل َع َل ْي ِه َو َسَّلم ٰ َ ْ ُ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ َ ُ
ُ ٰ اّلل َصَّلى ْ َّ ْ َ ُ ْ َ َ ْ
ِ ررة أن رسول الرحم ِن أراه عن أ ِبي ِه عن أ ِب ْي ه ي العل ِاء بن عب ِد
ْ َْ َ َ َ َ َ ْ َ
َ
ْ َ َ َ ْ َّ ُ ُ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ ْ َ َ َ َ َ
َ
ِإذا مات ال ِإنسان انقطع عنه عمله ِإلا ِمن ثلاث ِة أشياء ِمن صدق ٍة ج ِاري ٍة أو ِعل ٍم:قال
َ َ َ َْ
ُ ْ ُ َْ َ َ ْ
} ُينف ُع ِب ِه أو ول ٍد صا ِل ٍح يدعوله { رواه أبو داود
َ ْ ْ ُ َ َّ َ ََ ْ ْ ُ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َّ
اد ْرهما ِإنما َوَّرث ْوا ال ِعل َم ف َم ْن
ِ لو ارانِ اء ِإن الأن ِبياء لم يو ِرثوا ِدي
ِ ِإن العلماء ورثة الأن ِبي
َ َ
َ َ َ َ ُ َ َ
أخذه أخذ ِبح ٍظ و ِاف ٍر
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu.
Barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.”
} H.R. al-Imam at-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam
Musnadnya 5/169 {
Bahkan keutamaan ‘aalim dan mu’allim (ulama) juga disebutkan oleh Allah
Swt. di dalam al-qur’an surat fathir ayat 28
Dalam ayat ini Allah Swt. menyebutkan salah satu keutamaan seorang
‘aalim dan Mu’allim (ulama) sekaligus pujian dari Allah Swt. kepada para ‘aalim
dan mu’allim (ulama) atas perjuangannya, pengabdiannya, keistiqomahannya, dan
ketaqwaannya kepada Allah Swt. yang senantiasa diiringi dengan rasa cinta dan
rasa khauf kepada-Nya.
Kata ‘aalim berasal dari bahasa Arab, dan merupakan isim faa’il dari lafadz
‘ilmun yang artinya mengetahui. Sedangkan kata ‘aamil artinya orang yang
mengetahui. Sedangkan secara istilah ‘aamil adalah orang yang mempelajari,
memperdalami, memahami ilmu agama islam, serta senantiasa mengamalkan
ilmunya, baik dalam beribadah maupun dalam kehidupannya sehari-hari.
Seperti para sahabat yang menghormati Rosulullah Saw. maka kita juga
harus menghormati para ‘aalim ulama sebagai penerus para nabi. Jika kita
menghormati para ‘aalim ulama maka Allah akan memberikan keberkahan dalam
hidup kita. Salah satunya adalah dikarunia anak atau cucu yang nantinya akan
menjadi seorang ‘aalim ulama.
Jadi perbedaan ‘aalim dan ‘aabid itu terletak pada pemahaman tentang ilmu
agamanya, kalau ‘aalim ketika beribadah senantiasa selalu diiringi dengan ilmunya
karena memiliki pemahaman tentang ilmu agama khususnya ilmu fiqih yang
mendalam, sehingga ibadahnya bisa lebih sempurna, karena mengikuti apa yang
diajarkan Allah dan Rosul-Nya. Sedangkan ‘aabid walaupun ibadahnya rajin (kuat
dalam beribadah) tetapi kalau tidak diiringi dengan pemahaman ilmunya, maka
ibadahnya menjadi tidak sesempurna seorang ‘alim.
7
Syekh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’lim. Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009. hal. 29.
8
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia. Surabaya: Pusat
Bahasa, 2008. hal. 518.
9
Abi’al-‘Ula Muhammad ‘Abd al-Rohman ibn ‘Abd al-Rohim, Tukhfah al-ahwazi bi
syarah jami’ al Tirmizi(Beirut: Dar al-Fikr, 1995 M/ 1415H), jilid VII: hlm. 426.
D. Kesimpulan
‘Aalim dan Mu’allim adalah seperti dua sisi mata uang yang selalu
disandingkan dan tidak bisa dipisahkan.‘Aalim adalah orang yang mempelajari,
memperdalami, memahami ilmu agama islam, serta senantiasa mengamalkan
ilmunya, sedangkan mu’allim adalah orang yang mengajarkan dan mendakwahkan
ilmunya. Berbeda dengan ‘aabid, kalau ‘aabid yaitu orang yang senantiasa selalu
melakukan ibadah karena Allah Swt. Tetapi seorang ‘aabid terkadang tidak
memiliki pemahaman ilmu agama khususnya ilmu fiqih, sehingga dalam praktik
ibadahnya menjadi kurang sempurna.
‘Aalim dan mu’allim memilki keutamaan dan kemuliaan disisi Allah Swt.
karena mereka adalah orang yang paling hebat perjuangannya, pengabdiannya,
keistiqomahannya, dan ketaqwaannya kepada Allah Swt. dan senantiasa diiringi
dengan rasa cinta dan rasa khauf kepada-Nya.
DAFTAR PUSTAKA