Anda di halaman 1dari 10

HIASAN WANITA MUSLIMAH

➢ ILMU ADALAH HIASAN TERBAIK

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi Wasallam bersabda:

ُ َ َ َ ْ ْ َ َ
‫طلب ال ِعل ِم ف ِريضة َعل كل م ْس ِلم‬
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”.
(HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu
Majah no. 224)

Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ين‬ ْ َ ًْ َ ّ ْ َ
ِ ‫من ي ِر ِد اَلل ِب ِه خ ْيا يفقهه ِف الد‬
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan
memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037).

Katsir bin Qais berkata:


َ َ ْ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َّ َ ُْ َ َ َْ ْ َ ْ َ
‫ال َيا أ َبا الد ْرد ِاء ِإب ِجئتك ِم ْن َم ِدين ِة‬ ‫ال كنت َج ِال ًسا َم َع أ ِب الد ْرد ِاء ِف َم ْس ِج ِد ِد َمش َق ف َج َاءه َرجل فق‬ ‫عن ك ِث ْ ِي ب ِن قيس ق‬
َ‫ َقال‬. ‫اجة‬ َ ‫ َما ج ْئت ل َح‬-‫صل هللا عليه وسلم‬- ‫اَلل‬ ّ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َّ
ِ ِ ِ ‫ول‬ ِ ‫ ِلح ِديث بلغ ِن أنك تحدثه عن َرس‬-‫صل هللا عليه وسلم‬- ‫ول‬ ِ ‫َالرس‬
ً َ ّ َ َ ْ ُ َْ ً َ َ َ ْ َ َ ّ َ
‫يه ِعل ًما َسلك اَلل ِب ِه ط ِريقا ِم ْن طر ِق‬ ِ ‫ يقول «من سلك ط ِريقا يطلب ِف‬-‫صل هللا َعليه وسلم‬
َ
ِ ‫ف ِإب س ِم ْعت رسول‬
- ‫اَلل‬ َ
َْ ْ َ َ ‫الس َم َو‬ َ َ ْ َّ ْ ْ
َّ ‫الئكة ل َت َضع أ ْجن َح َت َها ر ًضا ل َطالب العلم َوإن ال َعال َم ل َي ْس َت ْغفر له َم ْن ف‬ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َّ َ ْ
‫ض‬ ِ َ ‫ات َّوم ْن ِ َف األر‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َِ َ ِ ِ ْ ِ َ ِ ِ ِ ‫الجن ِة و ِإن الم‬
َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ ْ ْ ْ َ َّ ْ َ ْ
‫َوال ِحيتان ِف َج ْو ِف ال َم ِاء َو ِإن فض َل ال َع ِال ِم َعل ال َع ِاب ِد كفض ِل الق َم ِر ل ْيلة ال َبد ِر َعل َسا ِئ ِر الك َو ِاك ِب َو ِإن العل َم َاء َو َرثة‬
َ ََ َ ََ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ َّ َْ
‫» األن ِب َي ِاء َو ِإن األن ِب َي َاء ل ْم ي َورثوا ِدين ًارا َول ِد ْره ًما َو َّرثوا ال ِعل َم ف َم ْن أخذه أخذ ِب َحظ َو ِافر‬

“aku pernah duduk bersama Abu Darda’ di Masjid Damasqus, lalu datang seorang pria yang
lantas berkata, “Wahai Abu Ad Darda’, aku sungguh mendatangi dari kota Rasul -shallallahu
‘alaihi wa sallam- (Madinah Nabawiyah) karena ada suatu hadits yang telah sampai padaku
di mana engkau yang meriwayatkannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku
datang untuk maksud mendapatkan hadits tersebut. Abu Darda’ lantas berkata,
sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di
antara jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda
ridho pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap
penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air. Sesungguhnya
keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di
malam badar dari bintang-bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi.
Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang
mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” (HR.
Abu Daud no. 3641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:


‫العالمي وااللتحاق بعالم المالئكة وصحبة المأل االعل لكف به فضال ر‬
‫وشفا‬ ْ ‫ولو لم يكن ف العلم اال القرب من رب‬
‫ر‬
‫فكيف وعز الدنيا واآلخرة منوط به ومشوط بحصوله‬

“Seandainya keutamaan ilmu hanyalah kedekatan pada Rabbul ‘alamin (Rabb semesta
alam), dikaitkan dengan para malaikat, berteman dengan penduduk langit, maka itu sudah
mencukupi untuk menerangkan akan keutamaan ilmu. Apalagi kemuliaan dunia dan akhirat
senantiasa meliputi orang yang berilmu dan dengan ilmulah syarat untuk mencapainya”
(Miftah Daarissa’adah 1/104)

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,


ْ َ َ ْ ُّ َ َّ ُ ْ َ ‫هللا َت َع‬
َ ‫إ َّن‬
‫اهل ِباآل ِخ َرة‬
ِ ‫ال يب ِغض كل ع ِالم ِبالدنيا ج‬ ِ
“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh
dalam perkara akherat”. (HR. Al-Hakim ,dishahihkan oleh al-Albani)
ILMU APA SAJA YANG WAJIB DIPELAJARI

Ibnul Qoyyim rahimahullah telah menjelaskan ilmu apa saja yang wajib dipelajari oleh setiap
muslim. Artinya, tidak boleh ada seorang muslim pun yang tidak mempelajarinya.

1. Ilmu tentang pokok-pokok keimanan


Yaitu keimanan kepada Allah Ta’ala, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
akhir.

2. Ilmu tentang syariat-syariat Islam


Di antara yang wajib adalah ilmu tentang hal-hal yang khusus dilakukan sebagai seorang
hamba seperti ilmu tentang wudhu, shalat, puasa, haji, zakat. Kita wajib untuk mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan ibadah-ibadah tersebut, misalnya tentang syarat, rukun dan
pembatalnya.

3. Ilmu tentang lima hal yang diharamkan yang disepakati oleh para Rasul dan syariat
sebelumnya
Kelima hal ini disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
ً َْ َ َ ّ ُ ْ‫َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ ر‬ َْ َّ
ö ‫اَلل َما ل ْم يي ْل ِب ِه سلطانا‬
ِ ‫ش َكوا ِب‬ِ ‫ق ْل ِإن َما َح َّر َم َر َب الف َو ِاحش ما ظهر ِمنها وما بطن و ِاْلثم والبغ ِبغ ْ ِي الحق وأن ت‬
َ َ َ َ ّ ََ ُ َ ْ َ
‫اَلل َما ل ت ْعلمون‬
ِ ‫وأن تقولوا عل‬
“Katakanlah,’Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak
maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa
yang tidak kamu ketahui’”. (QS. Al-A’raf [7]: 33)
Kelima hal ini adalah haram atas setiap orang pada setiap keadaan. Maka wajib bagi kita
untuk mempelajari larangan-larangan Allah Ta’ala, seperti haramnya zina, riba, minum
khamr, dan sebagainya, sehingga kita tidak melanggar larangan-larangan tersebut karena
kebodohan atau ketidaktahuan kita.

4. Ilmu yang berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain
secara khusus (misalnya istri, anak, dan keluarga dekatnya) atau dengan orang lain secara
umum
Ilmu yang wajib menurut jenis yang ke empat ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan
keadaan dan kedudukan seseorang.
Misalnya, seorang pedagang wajib mempelajari hukum-hukum yang berkaitan dengan
perdagangan atau transaksi jual-beli. Ilmu yang ke empat ini berbeda-beda sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan masing-masing. (Lihat Miftaah Daaris Sa’aadah, 1/156).

Lalu, bagaimana dengan ilmu duniawi (ilmu sains)? Apakah mempelajari ilmu-ilmu tersebut
menjadi tidak berpahala alias perbuatan sia-sia?

Jika Mendatangkan Kebaikan untuk Umat Islam, Hukum Mempelajari Ilmu Duniawi adalah
Fardhu Kifayah
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullahu Ta’ala- pernah ditanya,
”Apakah (mempelajari) ilmu seperti ilmu kedokteran dan industri termasuk tafaqquh fid diin
(mempelajari agama Allah Ta’ala, pen.)?”
Beliau -rahimahullahu Ta’ala- menjawab,
“Ilmu-ilmu tersebut tidaklah termasuk dalam ilmu agama (tafaqquh fid diin). Karena dalam
ilmu-ilmu tersebut tidaklah dipelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Akan tetapi, ilmu tersebut
termasuk dalam ilmu yang dibutuhkan oleh umat Islam.

Oleh karena itu, sebagian ulama berkata,’Sesungguhnya mempelajari ilmu industri


(teknologi), kedokteran, teknik, geologi, dan semisal itu, termasuk dalam fardhu kifayah.
Bukan karena ilmu-ilmu tersebut termasuk dalam ilmu syar’i (ilmu agama yang bersumber
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, pen.), akan tetapi karena tidaklah maslahat bagi umat (Islam)
ini bisa terwujud kecuali dengan mempelajari ilmu-ilmu tersebut. (Kitabul Ilmi 1/125)
Adab dan Etika dalam Menuntut Ilmu
Berikut beberapa adab dan etika yang wajib diperhatikan dalam menuntut ilmu.

1. Memperbaiki Niat
Dalam menuntut ilmu, seorang muslim sebaiknya berniat untuk mendapatkan keridhaan
Allah SWT. Sebab dengan ridha Allah maka ilmu akan mudah diterima.

Pentingnya niat telah diingatkan Rasulullah SAW kepada para umatnya dalam hadits yang
berbunyi,
ّ َ ْ َ ّ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ َّ َ ْ َّ
‫ َو َم ْن‬،‫ول ِه‬
ِ ‫اَلل َو َرس‬
ِ ‫ول ِه ف ِهج َرته إل‬
ِ ‫اَلل َو َرس‬
ِ ‫ فمن كانت ِهجرته إل‬،‫ َو ِإن َما ِلكل ْام ِرئ َما ن َوى‬،‫ات‬
ِ ‫إن َما األ ْع َمال ِبالن َّي‬
َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َْ ََ ْ َْ َ ْ ْ َ َ
‫اج َر إل ْي ِه‬ ‫كانت ِه ْج َرته ِلدن َيا ي ِصيبها أو امرأة ين ِكحها ف ِهجرته إل ما ه‬

Artinya: "Sebuah perbuatan dinilai berdasarkan motivasinya (niyyah), dan tiap orang
mendapatkan apa yang diniatkan. Mereka yang hijrah karena Allah dan RasulNya maka Allah
SWT dan RasulNya akan membalas orang tersebut, namun mereka yang hijrah karena hal
yang bersifat duniawi atau wanita yang akan dinikahi maka dia akan mendapatkan hal
tersebut." (HR Bukhari dan Muslim).

2. Bersungguh-sungguh
Setelah berniat karena Allah SWT, seorang muslim harus bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu. Usaha terbaik (ihsan) akan memberikan hasil yang baik pula sesuai hadits
Rasulullah SAW
َ ْ َ ُ َ َّ ْ َ ََ َ َ َ َْ ْ ََ ََْ َ َ َ ‫اَلل َك َت‬
ْ َ‫ان َع َل ُكل ر‬
‫شء ف ِإذا قتلت ْم فأ ْح ِسنوا ال ِقتلة َو ِإذا ذ َب ْحت ْم فأ ْح ِسنوا الذ ْب َحة َولي ِحد أ َحدك ْم شف َرته‬
َ َ ْ
‫ب ِاْلحس‬ َ ّ ‫إ َّن‬
ِ
َ َ َ ْ َْ
‫ول ْ ِيح ذ ِبيحته‬

Artinya: "Sungguh Allah SWT telah menetapkan ihsan dalam segala hal. Jika kalian
berperang maka lakukanlah yang terbaik. Jika sedang menyembelih hewan maka lakukan
juga usaha terbaik. Salah satu dari kalian mengasah pisaunya, sedangkan yang lain
menenangkan hewan yang akan disembelih." (HR Tirmidzi).

3. Tawakal
Setelah berusaha dengan sungguh-sungguh, seorang muslim sebaiknya tawakal. Syekh
Shahhat bin Mahmud Ash Shawi mengatakan tawakal artinya percaya sepenuhnya kepada
Allah SWT.
Apapun yang ditetapkan Allah SWT atas usaha dalam mencari ilmu, seorang muslim sudah
sepatutnya menerima hal itu dengan ikhlas. Sebab, semua yang dikehendaki Allah SWT pasti
mengandung hikmah di baliknya.

4. Menjauhi Maksiat
Dalam menuntut ilmu, seorang muslim harus menjauhi perbuatan maksiat agar ilmu yang
didapatkan bermanfaat dan berkah. Maksiat juga membuat seseorang sulit berkonsentrasi
sehingga ilmu sulit dimengerti.

َ َ َ َْ َْ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َّ َ ‫ َق‬-‫صل هللا عليه وسلم‬- ‫اَلل‬


ّ َ َ
‫ال « ِإن ال َع ْبد ِإذا أخطأ خ ِطيئة ن ِكتت ِف قل ِب ِه نكتة َس ْوداء ف ِإذا‬ ِ ‫ول‬ ِ ‫َع ْن أ ِب ه َر ْي َرة َع ْن َرس‬
َ َ َّ َ ّ َ َ ّ َّ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ََّ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ‫ه َو َن َز َع َو ْاس َت ْغ َف َر َو َت‬
‫الران ال ِذى ذك َر اَلل (كال َب ْل َران َعل‬ ‫اب س ِقل قلبه و ِإن عاد ِزيد ِفيها حن تعلو قلبه وهو‬
َ ْ َ ُ
‫وب ِه ْم َما كانوا َيك ِسبون‬ ِ ‫» )ق ل‬
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Seorang
hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik
hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya
dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut
hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan "ar raan" yang Allah sebutkan dalam
firman-Nya (yang artinya), 'Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu menutupi hati mereka'."

5. Berdoa
Dalam mencari ilmu, seorang muslim sebaiknya selalu berdoa supaya terhindar dari rasa
malas dan kesulitan dalam menuntut ilmu. Berikut doanya:
‫ال‬ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َ ْ ‫الله َّم إب َأعوذ ب َك م ْن ْال َهم َو ْال َح َزن َو ْال َع ْجز َو ْال َك َسل َو ْالب ْخل َو ْالج‬
ّ
ِ ‫ي وضل ِع الدي ِن وغلب ِة الرج‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kecemasan dan kesedihan, kelemahan dan
kemalasan, sesat dan pengecut, beban hutang dan dari penguasaan manusia."
Jika menemui kesulitan, doa ini bisa dibaca untuk memohon bantuan dari Allah SWT
َ ْ َ َ َ َ َ َْ َْ َّ َ ّ
‫الح ْزن ِإذا ِشئت َس ْهال‬ ‫الله َّم ل َس ْه َل ِإل َما َج َعلته َس ْهال َوأنت ت ْج َعل‬
Artinya: "Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali Kau buat mudah. Dan engkau menjadikan
kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah."

6. Berprasangka Baik
Seorang muslim diharapkan selalu berprasangka baik atas ketetapan Allah SWT. Meskipun
hasil dan proses pembelajaran yang telah dilakukan tidak sesuai dengan yang direncanakan.
َ َ َ َ َْ َ ّ ُ َ ‫ُّ َ ْ ً َ َ رَ ر‬ َْ ‫َ ًْ َ َ َ ْ َ ُْ َ َ َ ى‬ ْ َ َْ َ َ َ
‫ش لك ْم ۗ َواَلل َي ْعلم َوأنت ْم ل ت ْعلمون‬ ‫س أن ت ِحبوا شيئا وهو‬ ‫س أن تك َرهوا شيئا وهو خ ْي لكم ۖ وع‬
‫وع ى‬
Artinya: "Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui." (QS Al Baqarah: 216).

7. Memperhatikan Materi
Agar mendapatkan ilmu dengan mudah, maka konsentrasi dengan memperhatikan guru
saat menjelaskan. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT.

َۡ ۡ ْ ُ ُ َ َ ُ ّ َ َ َ ّ َ ‫َ َ ۡ َ َ ُْ َى‬ َّ َ َۡ َ َ َ ‫ٱ ّلذ‬
‫ين هد ىىهم ٱَلل َوأ ْول ى ِئك ه ۡم أ ْولوا ٱألل َب ى ِب‬ ‫ين َي ۡست ِمعون ٱلق ۡو َل ف َيت ِبعون أحسنهۥ أول ِئك ٱل ِذ‬ ِ
Artinya: yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya.
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang
yang mempunyai akal.(Surah Az-Zumar Ayat 18)

8. Jangan Ragu Bertanya


Banyak bertanya seputar ilmu yang tidak dapat dipahami termasuk adab dalam mencari
ilmu. Dalam Al Quran sendiri mengisyaratkan bahwa bertanya dianjurkan bagi yang tidak
mengetahui saat menuntut ilmu.
Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 43,
َ َ َ َ ُْ ْ ْ ْ َ َُ ْ َ
‫اسألوا أه َل الذك ِر ِإن كنت ْم ل ت ْعلمون‬ ‫ف‬
Artinya: "maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui."

9. Hormati Gurumu
Seorang muslim dalam menuntut ilmu harus bisa menghormati dan memuliakan guru.
Mengerjakan perintah guru dan tidak mencelanya jika terjadi perbedaan pendapat.
Dalam Kitab Lababul Hadits dijelaskan bahwa seseorang yang memuliakan guru sama
dengan memuliakan Allah SWT.
‫ ومن أكرم هللا فمأواه الجنة‬،‫ ومن أكرمن فقد أكرم هللا‬،‫من أكرم عالما فقد أكرمن‬: ‫وقال النن صل هللا عليه وسلم‬
Artinya: Barang siapa memuliakan orang alim (guru) maka ia memuliakan aku. Dan
barangsiapa memuliakan aku maka ia memuliakan Allah. Dan barangsiapa memuliakan Allah
maka tempat kembalinya adalah surga.(Kitab Lubabul Hadits).
10. Mengamalkan Ilmu yang Dimiliki
Seorang muslim yang telah menuntut ilmu, dianjurkan untuk mengamalkannya. Sebab, jika
tidak diamalkan maka Anda termasuk golongan orang-orang yang celaka.

Hiasilah Dirimu Dengan Akhlak Yang Mulia

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan betapa beratnya nilai timbangan akhlaq
mulia di akhirat kelak jika dibandingkan dengan seluruh amalan. Beliau bersabda:
َ َّ َ ْ َّ
‫الصال ِة‬‫اح ِب الصو ِم و‬ َ َ َ ََ ََُْ ُ ْ ْ َ ‫وضع ف ْالم ْ َيان َأ ْث َقل م ْن ح ْسن ْالخ ُلق َوإ َّن َص‬
َ ْ َ‫َما ِم ْن ر‬
ِ ‫احب حس ِن الخل ِق ليبلغ ِب ِه درجة ص‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫شء ي‬
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat timbangannya dari akhlaq mulia ketika diletakkan
di atas mizan (timbangan amal) dan sungguh pemilik akhlaq mulia akan mencapai derajat
orang yang mengerjakan puasa dan shalat.” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi, dishahihkan
oleh Asy Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah No. 876)

Dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
َْ َّ ‫إ َّن ْالم ْؤم َن َلي ْدرك بح ْسن خ ُلقه َد َر َج َة‬
‫الص ِائ ِم الق ِائ ِم‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
“Sesungguhnya dengan akhlaq mulia seorang mukmin akan sampai ke derajat orang yang
mengerjakan puasa dan shalat malam.”’ (HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib 2643)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ً َ َْ ُ َ َ ُ َ َّ
‫ِإن ِم ْن أ َحبك ْم ِا َّل أ ْح َسنك ْم أخالقا‬
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah yang paling bagus
akhlaqnya”. (HR. Al-Bukhari).

Ketahuilah bahwa ulama salaf sangat perhatian sekali pada masalah adab dan akhlak.
Mereka pun mengarahkan murid-muridnya mempelajari adab sebelum menggeluti suatu
bidang ilmu dan menemukan berbagai macam khilaf ulama. Imam Darul Hijrah, Imam Malik
rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
‫تعلم األدب قبل أن تتعلم العلم‬
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al
Husain berkata,
‫باألدب تفهم العلم‬
“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”
Guru penulis, Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi berkata, “Dengan memperhatikan adab maka akan
mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan.”

Oleh karenanya, para ulama sangat perhatian sekali mempelajarinya.


Ibnul Mubarok berkata,
ً
‫ وتعلمنا العلم ر‬،‫عاما‬
‫عشين‬ ‫ثالثي‬
ْ ‫تعلمنا األدب‬
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu
selama 20 tahun.”
Ibnu Sirin berkata,

َ
‫الهدي كما يتعلمون العلم‬ ‫كانوا يتعلمون‬
“Mereka -para ulama- dahulu mempelajari petunjuk (adab) sebagaimana mereka menguasai
suatu ilmu.”
Makhlad bin Al Husain berkata pada Ibnul Mubarok,
‫كثي من حديث‬
ْ ‫كثي من األدب أحوج منا إل‬
ْ ‫نحن إل‬
“Kami lebih butuh dalam mempelajari adab daripada banyak menguasai hadits.” Ini yang
terjadi di zaman beliau, tentu di zaman kita ini adab dan akhlak seharusnya lebih serius
dipelajari.
Dalam Siyar A’lamin Nubala’ karya Adz Dzahabi disebutkan bahwa ‘Abdullah bin Wahab
berkata,
‫ما نقلنا من أدب مالك أكي مما تعلمنا من علمه‬
“Yang kami nukil dari (Imam) Malik lebih banyak dalam hal adab dibanding ilmunya.” –
Imam Malik juga pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku untuk duduk bermajelis dengan
Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di kota Madinah di masanya-. Ibuku berkata,
‫تعلم من أدبه قبل علمه‬
“Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”
Imam Abu Hanifah lebih senang mempelajari kisah-kisah para ulama dibanding menguasai
bab fiqih. Karena dari situ beliau banyak mempelajari adab, itulah yang kurang dari kita saat
ini. Imam Abu Hanifah berkata,
َ َْ َْ َ َّ َ ْ ْ َ ُّ ‫ْالح َك َايات َع ْن ْالع َل َماء َوم َج َال َسته ْم َأ َح‬
َّ َ ‫ب‬
‫إل ِم ْن ك ِث ْي ِم ْن ال ِفق ِه ِألن َها آداب الق ْو ِم َوأخَلقه ْم‬ ِِ ِ ِ

“Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai
beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur
mereka.” (Al Madkhol, 1: 164)

Anda mungkin juga menyukai