Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat
dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam
menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Hadits-Hadits tentang
Aqidah di program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir kelas A semester 2, dengan
ini penulis mengangkat judul “Dasar-Dasar Aqidah: Islam, Iman, dan Ihsan”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran-saran yang
dapat membangun atau memperbaiki demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 17 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………… 1

Daftar Isi………………………………………… .............................2

BAB I
A. Pendahuluan………………………………………...............3
B. Rumusan Masalah…………………………………………...3
C. Tujuan……………………………...………………………. 3

BAB II
A. Dasar-dasar Aqidah……………………………..…………. 4
1. Pengertian Islam……………..………………………… 7
2. Pengertian Iman………………………………………... 11
3. Pengertian Ihsan……………………….......…………... 13
a. Kedudukan Ihsan didalam Islam…………………... 13
b. Dalil dan perintah untuk berbuat Ihsan……………..14
c. Contoh perbuatan Ihsan…………………………….. 16
d. Cara menjadi seorang Muhsin (pelaku Muhsin)……. 17

Kesimpulan.......................................................................................... 18
Kritik dan Saran....................................................................................18

Daftar Pustaka………………..……………………………………... 19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT. adalah semata-mata untuk


ta’abbudi yaitu penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena
Allah SWT. beribadah tanpa ilmu tiada guna dan akan sia-sia. Ada tiga komponen
yang saling berkaitan satu sama lain dan sangat urgen untuk dijaga dan diamalkan
oleh seorang hamba. Tiga komponen dasar yang menjadikan sempurnanya
predikat hamba disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut adalah Islam, Iman, dan
Ihsan.
Seseorang dinyatakan beriman jikalau mereka meyakini dan membenarkan
adanya Allah Ta’ala tuhan yang maha Esa. Sedangkan seseorang dikatakan
muslim ketika ia melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan agama dan
dikatakan muhsin ketika seseorang dapat merasakan manisnya beribadah serta
selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. pada ujungnya segala yang diperbuat
lillahita’ala hanya karena-Nya.
Maka dari itu, mengingat pentingnya tiga komponen itu, makalah ini dibuat
untuk terlebih dahulu mengetahui apa itu Islam, Iman, dan Ihsan, rukun-rukun
iman dan islam, tingkatan-tingkatan dalam iman maupun islam, serta korelasi
antar ketiga komponen tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Islam, Iman, dan Ihsan?


2. Bagaimana Rukun-rukun Islam, Iman?
3. Bagaimana tingkatan Ihsan serta pencapaian muhsin?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Islam, Iman, Ihsan


2. Untuk mengetahui Rukun-rukun Islam, Iman
3. Untuk mengetahui tingkatan Ihsan serta pencapaian muhsin

3
‫‪A. DASAR-DASAR AQIDAH‬‬

‫]‬

‫‪Iman, Islam, dan Ihsan adalah pokok-pokok ajaran Islam. Iman adalah‬‬
‫‪kepercayaan atau keyakinan. Islam adalah pelaksanaan atau pembuktian‬‬
‫‪keyakinan. Ihsan adalah etika dalam keyakinan dan pengamalannya. Pelaku iman‬‬
‫‪disebut Mukmin. Pelaksana Islam disebut Muslim. Pengamal Ihsan disebut‬‬
‫‪Muhsin. Iman, Islam, dan Ihsan disebutkan langsung Rasulullah Saw dalam‬‬
‫‪sebuah hadits shahih berikut ini:1‬‬

‫صلَّى هللاُ‬‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَيْضا ً قَا َل ‪ :‬بَ ْينَ َما نَحْ ُن ُجلُوْ سٌ ِع ْن َد َرسُوْ ِل هللاِ َ‬ ‫ع َْن ُع َم َر َر ِ‬
‫ْر‪ ،‬الَ‬‫ب َش ِد ْي ُد َس َوا ِد ال َّشع ِ‬ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َذاتَ يَوْ ٍم إِ ْذ طَلَ َع َعلَ ْينَا َر ُج ٌل َش ِد ْي ُد بَيَ ِ‬
‫اض الثِّيَا ِ‬
‫ْرفُهُ ِمنَّا أَ َح ٌد‪َ ،‬حتَّى َجلَ َ‬
‫س إِلَى النَّبِ ِّي صلى هللا عليه‬ ‫يُ َرى َعلَ ْي ِه أَثَ ُر ال َّسفَ ِر‪َ ،‬والَ يَع ِ‬
‫ض َع َكفَّ ْي ِه َعلَى فَ ِخ َذ ْي ِه َوقَا َل‪ :‬يَا ُم َح َّمد أَ ْخبِرْ نِي‬
‫وسلم فَأ َ ْسنَ َد ُر ْكبَتَ ْي ِه إِلَى ُر ْكبَتَ ْي ِه َو َو َ‬
‫ال َرسُوْ ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ‫‪َ :‬ع ِن ْا ِإل ْسالَ ِم‪ ،‬فَقَ َ‬
‫صالَةَ ’’’‘‬ ‫ش َه َد أَنْ الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َر ُ‬
‫س ْو ُل هللاِ َوتُقِ ْي َم ال َّ‬ ‫سالَ ُم أَنْ تَ ْ‬
‫ْا ِإل ِ‬
‫ستَطَعْتَ إِلَ ْي ِه َ‬
‫سبِ ْيالً‬ ‫ضانَ ‪َ   ‬وت َُح َّج ا ْلبَيْتَ إِ ِن ا ْ‬ ‫ص ْو َم َر َم َ‬‫َوت ُْؤتِ َ‪M‬ي ال َّزكاَةَ َوتَ ُ‬
‫ال‪ :‬فَأ َ ْخبِرْ نِي ع َِن ْا ِإل ْي َما ِن قَا َل‬ ‫ص َد ْقتَ ‪ ،‬فَ َع ِج ْبنَا لَهُ يَسْأَلُهُ َويُ َ‬
‫ص ِّدقُهُ‪ ،‬قَ َ‬ ‫‪ :‬قَا َل ‪َ :‬‬
‫اآلخ ِر َوت ُْؤ ِمنَ بِا ْلقَ َد ِر َخ ْي ِر ِه َوش َِّر ِه‬
‫سلِ ِه َوا ْليَ ْو ِم ِ‬‫‪.‬أَنْ ت ُْؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِ‪M‬ه َو ُر ُ‬

‫‪1‬‬
‫‪Al-Utsaimin, Muhammad Shalih. Syara Hadits Arbain Imam An-Nawawi. (Jakarta: Ummul Qura.‬‬
‫‪2012)hlm. 27‬‬

‫‪4‬‬
َ َ‫ ق‬،‫ان‬
‫ال‬ ِ ‫ قَا َل فَأ َ ْخبِرْ نِي ع َِن ْا ِإلحْ َس‬، َ‫ص َد ْقت‬ َ ‫قَا َل‬:
‫أَنْ تَ ْعبُ َد هللاَ َكأَنَّ َك تَ َراهُ فَإِنْ لَ ْم تَ ُكنْ تَ َراهُ فَإِنَّهُ يَ َرا َك‬
َ َ‫ ق‬،‫ فَأ َ ْخبِرْ نِي َع ِن السَّا َع ِة‬:‫قَا َل‬:
‫ال‬
‫ قَا َل‬،‫ قَا َل فَأ َ ْخبِرْ نِي ع َْن أَ َما َراتِهَا‬.‫سائِ ِل‬َّ ‫ل َع ْن َها بِأ َ ْعلَ َم ِمنَ ال‬Mُ ‫سؤ ُْو‬
ْ ‫َما ا ْل َم‬
‫اولُ ْونَ فِي‬َ َ‫أَنْ تَلِ َد ْاألَ َمةُ َربَّتَ َها َوأَنْ تَ َرى ا ْل ُحفَاةَ ا ْل ُع َراةَ ا ْل َعالَةَ ِرعَا َء الشَّا ِء يَتَط‬
‫ا ْلبُ ْنيَان‬
ُ ‫ يَا ُع َم َر أَتَ ْد ِري َم ِن السَّائِ ِل ؟ قُ ْل‬: ‫ال‬
ُ‫ هللاُ َو َرسُوْ لُه‬: ‫ت‬ ُ ‫ق فَلَبِ ْث‬
َ َ‫ ثُ َّم ق‬،‫ت َملِيًّا‬ َ َ‫ثُ َّم ا ْنطَل‬
َ َ‫ ق‬. ‫أَ ْعلَ َم‬
‫ال‬
ْ‫فَإِنَّهُ ِج ْب ِر ْي ُل أَتـَا ُك ْم يُ َعلِّ ُم ُك ْم ِد ْينَك‬

Dari Umar r.a. ia berkata: ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah Saw suatu
hari, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat
putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan
jauh dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Hingga
kemudian dia duduk di hadapan Nabi Saw lalu menempelkan kedua lututnya
kepada kepada lututnya (Rasulullah Saw) seraya berkata:

“Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?"Maka bersabdalah Rasulullah


Saw: “

Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah)
selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau
mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika
mampu.

"Kemudian dia berkata: “Anda benar!“. 


Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian
dia bertanya lagi:

“Beritahukan aku tentang iman’’.

5
Lalu dia bersabda:

‘’ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-


rasul-Nya, dan hari akhir dan Engkau beriman kepada takdir yang baik dan
takdir yang buruk.’’

Kemudian dia berkata: “Anda benar“. Kemudian dia berkata lagi:


“Beritahukan aku tentang Ihsan“. Lalu beliau Saw bersabda:

“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-


Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka Dia melihat engkau.” 
Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)”.

Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. 
Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “.

Beliau bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya."
Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar.

Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: ‘’Tahukah engkau siapa yang


bertanya?’’ Aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau
bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud)
mengajarkan agama kalian (islam)’’.2

. Hal ini sebagaimana yang Allah swt. firmankan,


       
      
        
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih
di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri
mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka

2
Riwayat Muslim Hadits Arba’in No. 2. Hadis ini diriwayatlan juga oleh Bukhari, Abu Dawud, at-
Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad bin Hambal.

6
ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan3 dengan izin Allah. yang demikian
itu adalah karunia yang Amat besar.” 4

1. Pengertian Islam

Islam secara bahasa artinya berserah diri dan damai. Islam adalah agama
Allah SWT.

    

‘’Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.’’5

Kata Islam berasal dari bahasa Arab yaitu aslama yang artinya patuh,
pasrah, menyerah diri atau selamat. Pemeluk Islam atau orang yang tunduk dan
patuh berserah diri kepada Allah disebut Muslim.

Rukun islam ada 5 pembahagian:6

3
Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak
kesalahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya
berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu
dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya Amat banyak dan Amat jarang
berbuat kesalahan.
4
QS. Fathir:32
5
QS. Ali-Imran:19
6
Imam Ibnu Daqiqil’led, Syarah Empat Puluh Hadits,(( :‫محيي الدين النوور – الرياض‬
‫ ه‬1429), hlm. 21

7
1) Mengucapkan dua kalimat syahadat.

2) Mendirikan shalat.

3) Puasa pada bulan ramadhan.

4) Membayar zakat.

5) Haji bagi yang mampu.

Diantara ayat yang menguatkan pembedaan antara iman dengan islam


adalah firman Allah ;

        


       
        
    
‘’Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu
belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk
ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan
mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang."7

Tetapi, pendalilan dengan ayat ini di sanggah dengan dikatakan bahwa

makna ayat, ( ‫ا‬)‘’kami telah masuk islam’’


adalah kami tunduk secara lahir, dan sebenarnya mereka adalah orang orang
munafik, dan ini adalah salah satu dari dua pendapat ulama tafsir tentang makna
ayat ini.8

Sanggahan ini di jawab dengan pendapat ke dua dan pendapat kedua inilah
yang rajih, bahwa mereka bukan orang orang mukmin dengan iman yang
sempurna, tetapi mereka bukan pula orang orang munafik, makna ini di tunjukkan
oleh indikator ayat dan konteksnya. Surat ini, dari awal hingga ayat ini adalah

7
QS. Al-Hujurat:14
8
Imam Al-Mundziri, Mukhtashar Shahih Muslim(Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm. 224-225

8
tentang larangan terhadap kemasiatan kemaksiatan, hukum hukum sebagian
pelaku kemaksiatandn lainnya, tidak ada yang menyinggung orang orang
munafik. Kemudian allah berfirman sesudahnya;

......      


.....  

....‘’Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi
sedikitpun pahala amalanmu.’’9.....

Seandainya mereka adalah orang orang munafik, niscaya ketaatan mereka


tidak berguna. Kemudian allah berfirman;

      


 

‘’Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang


percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-
ragu.’’ 10

Yakni, wallahhu’alam, bahwa orang orang mukmin yang iman mereka


sempurna adalah mereka itu dan bukan kalian, sebaliknya iman yang sempurna
tidak kalian miliki. Hal ini di kuatkan bahwa allah memerintahkan mereka atau
mengizinkan mereka untuk berkata kami telah islam, dan hal ini tidak untuk orang
munafik, seandainya mereka adalah orang orang munafik, niscya allah sudah
menaikan islam dari mereka, sebagaimana telah menafikan iman dari mereka.
Allah melarang mereka untuk merasa berjasa dengan keislaman mereka, allah
menatapkan islam bagi mereka, dan melarang mereka umtuk memandangnya
sebagai jasa atas rasulnya. Seandainya islam mereka tidsk sahih, nicaya allah
berfirman, kalian belum islam, akan tetapi kalian dusta. Sebagaimana allah
mendustakan mereka dalam firmannya

...... .....    


9
QS. Al-Hujurat:14
10
QS. Al-Hujurat:15

9
.... "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah".....11

Lihatlah kalimat syahadat nabi bersabda,

‫ ال اله اال هللا‬: ¡‫امرت ان اقاتل الناس حتى يقولوا‬.


‘’Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan La
ilaha illallah (tidak ada tuhan selain allah).’’

Bila mereka mengucapkan La ilaha illallah, namun mereka mengingkari


risalah, niscaya mereka tidak berhak di lindungi, sebaliknya mereka harus
meengucapkan La ilaha illallah dengan menegakkan haknya, dan dia tidak
menegakkan hak La ilaha illallah dengan sebenar-benarnya, kecuali bila dia
membenarkan risalah.

Demikian juga siapa yang bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan allah,
dia tidak di anggap menegakkan kesaksian ini dengan sebenarnya kecuali bila dia
membenarkan rasulullah dalam segala apa yang beliau bawa. Maka terbentuklah
syahadat tauhid. Bila syahadat La ilaha illallah di satukan dengan syahadat
Muhammad Rasulullah, maka yang di maksud dengan yang pertama adalah
menetapkan tauhid dan yang di maksud dengan yang keduanya adalah yang
menetapkan risalah.

2. Pengertian Iman

Iman adalah kepercayaan atau keyakinan. Kata iman berasal dari bahasa
Arab, yaitu amana-yu'minu yang artinya percaya atau menerima. Menurut
istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan
memperbuat dengan anggota badan (beramal). Tashdiqun bil qolbi ikrarun bil
12
lisan wa 'amalun bil arkan. Orang beriman disebut mukmin.
Allah swt. berfirman:
11
QS. Munafiqun ; 1
12
Risalahislam.com/2018/01/pengertian-iman-islam-dan-ihsan-trilogi.html, 14:45, 16 Maret 2020

10
....      
.....   

‘’ Akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.’’....13

Rukun iman ada 6 pembahagian antara lain :


1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada malaikat.
3. Iman kepada kitab kitab Allah.
4. Iman kepada rasul.
5. Iman kepada hari akhir.
6. Iman kepada qadha dan qodar.

Contoh iman dalam bentuk ucapan lisan adalah: zikr, do’a, amar ma’ruf
nahi munkar, membaca Al-qur’an dan lain-lain. Dan dalam bentuk keyakinan hati,
seperti meyakini ke-esaan allah dalam rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa sifat,
keyakinan tentang wajibnya beribadah hanya untuk Allah semata tanpa
menyekutukan nya dengan suatu apapun dan hal-hal lain berhubungan dengan
niat.14

Dan termasuk dalam kategori iman, perbuatan hati, seperti rasa cinta,
takut, pasrah, tawakkal kepada Allah dan sebagainya.begitu pula amalan-amlan
anggota badan termasuk dalam kategori iman, sperti: shalat, puasa, dan rukun
islam lainnya, Allah swt berfirman:

     

‘’Dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya).’’15

Dan iman seorang hamba akan bertambah dan meningkat bila mana
ketaatan dan ibadah nya bertambah dan meningkat, sebaiknya keimanannya akan

13
QS. Al-Baqarah:177
14
Erwandi Tarmizi, Rukun Iman, Universitas Islam Madinah Bidang Riset & kajian Ilmiah, hlm.
8-9
15
QS. Al-Anfal:2

11
menurun bila mana kadar ketaatan dan ibadahnya menurun. Sebagaimana
perbuatan maksiat sangat berpengaruh kepada iman seseorang , apabila
kemaksiatan tersebut dalam bentuk syirik besar atau kekufuran, maka bisa
mengikis keimanan sampai ke akar-akarnya. Apabila kemaksiatan tersebut tidak
sampai ketingkatan syirik atau kufur, maka akan menghambat kesempurnaan
iman yang wajib di miliki setiap orang, atau bisa megeruhkan kejernihannya, atau
melemahkannya.

3. Pengertian Ihsan

Ihsan berasal dari bahasa Arab yaitu ahsan-yuhsinu-ihsanan yang artinya


kebaikan atau berbuat baik. Menurut istilah, ihsan ialah berbakti dan mengabdikan
diri kepada Allah swt. atas dasar kesadaran dan keikhlasan. Pelakunya disebut
Muhsin.16

Ihsan atau kebaikan tertinggi adalah seperti disabdakan Rasulullah Saw:


"Ihsan hendaknya kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya,
dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.” 17

Selain dalam hal ibadah kepada Allah SWT, ihsan juga bermakna akhlak
atau perilaku baik kepada sesama sebagai pengamalan iman dan Islam. Rasulullah
Saw bersabda:

‫ فَ ْليُ ْك ِر ْ¡م‬، ‫وم اآل ِخ ِر‬ ¡ِ َ‫ َو َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ باهللِ َوالي‬، ُ‫اره‬ َ ‫ فَالَ ي ُْؤ ِذ َج‬، ‫اآلخر‬
ِ ِ َ‫َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ باهلل َوالي‬
‫وم‬
‫ق َعلَي ِه‬ ٌ َ‫ت )) ُمتَّف‬ْ ‫ فَ ْليَقُلْ خَ يْراً أَوْ لِيَ ْس ُك‬، ‫اآلخ ِر‬
ِ ‫وم‬ ¡ِ َ‫ َو َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ باهللِ َوالي‬، ُ‫ض ْيفَه‬
َ

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia
tidak menyakiti tetangganya, barangisiapa yang beriman kepada Allah dan
kepada hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau
diam.” 18
16
Risalahislam.com/2018/01/pengertian-iman-islam-dan-ihsan-trilogi.html, 14:45, 16 Maret 2020
17
HR. Bukhari
18
Sunarto, Achmad. Mutiara Hadits Shahih Muslim,(Surabaya:Karya Agung Surabaya,2007),hlm.
201

12
a. Kedudukan Ihsan di dalam Islam
Ihsan menduduki posisi tertinggi didalam Islam diatas derajat iman dan
Islam, dapat dikatakan bahwa seorang muhsin ia sudah pasti muslim dan mu’min,
seorang mu’min sudah pasti muslim tapi belum tentu muhsin, sedangkan seorang
muslim belum tentu mu’min apalagi muhsin.

Kedudukan Ihsan diatas iman dan Islam ini berdasarkan dalil dari sebuah
hadits yang sangat populer yang dikenal dengan hadits Jibril riwayat Muslim
Hadits Arba’in No. 2. Hadis ini diriwayatlan juga oleh Bukhari, Abu Dawud, at-
Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad bin Hambal.

b. Dalil dan Perintah untuk Berbuat Ihsan

Sangat banyak dalil baik dari Al-quran maupun As-sunnah (hadits) yang
memuji perilaku ihsan dan mendorong untuk menjadi muhsin, diantaranya
adalah hadits Jibril. Diantara dalil dari Al-quran firman Allah Ta’ala:

13
ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َس‬
‫ان َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰ¡ى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُمن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِ¡ي ۚ يَ ِعظُ ُك ْم‬
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬

‘’Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat ihsan


(kebajikan), memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.’’  19

Firman Allah ‘Azza wa Jalla,

‫َو َم ْن أَحْ َسنُ ِدينًا ِّم َّم ْن أَ ْسلَ َم َوجْ هَهُ هَّلِل ِ َوهُ َو ُمحْ ِس ٌن َواتَّبَ َع ِملَّةَ إِب َْرا ِهي َم َحنِيفًا ۗ َواتَّخَ َذ هَّللا ُ إِب َْرا ِهي َم‬
‫َخلِياًل‬

‘’Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan Ihsan
(kebaikan), dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil
Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.’’  20

Firman Allah Ta’ala:

َ ْ‫ۖ قُلْ تَ َعالَوْ ا أَ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم ۖ أَاَّل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا ۖ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِح‬
…‫سانًا‬

Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh


Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa…’’21

Serta firman-Nya juga:

َ‫اس ۗ َوهَّللا ُ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬


ِ َّ‫ضرَّا ِء َو ْال َكا ِظ ِمينَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِينَ ع َِن الن‬
َّ ‫الَّ ِذينَ يُنفِقُونَ فِي ال َّسرَّا ِء َوال‬

‘’(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang


maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.’’ 22

19
QS. An-Nahl: 90
20
QS. An-Nisa: 125
21
QS. Al-An’am: 151
22
QS. Ali- Imran: 134

14
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dalam sebuah konteks hadits tentang ihsan
dalam menyembelih hewan untuk dimakan bersabda,

َّ ‫ وإذا ذبحتم فأحسنوا‬،‫ فإذا قتلتم¡ فأحسنوا القِ ْتلَة‬،‫إن هللا كتب اإلحْ َسان على كلِّ شيء‬
((،‫الذبح‬ َّ
‫ فليُرح ذبيحته‬،‫))وليُ ِح َّد أحدكم َش ْف َرتَه‬

“Sesungguhnya Allah menulis (menetapkan)  ihsan pada segala sesuatu, oleh


karena itu jika engkau hendak membunuh (dalam peperangan atau hukum hadd
maupun qisas) maka berlaku ihsanlah, dan apabila kalian hendak menyembelih
(hewan untuk dimakan) maka berlaku ihsanlah dalam penyembelihan, hendaklah
kalian mengasah pisaunya sampai tajam sehingga sembelihannya cepat mati dan
tidak tersiksa.”  23

c. Contoh Perbuatan Ihsan

Semua amal dan perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan


sepenuh hati merupakan perbuatan ihsan, baik dalam ibadah maupun dalam
kehidupan interaksi sehari-hari.24

 Contoh ihsan dalam melakukan ibadah sholat, yaitu melakukan sholat


dengan penuh khusyu’, tidak riya, melakukan semua prosesnya
sesempurna mungkin, berupaya mencontoh cara shola
Nabi shallallahu’alaihi wasallam sebaik mungkin dan melakukan sholat
seolah-olah ia melihat dan diawasi oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
 Contoh ihsan dalam kehidupan sehari-hari seperti melakukan pekerjaan
kantor dengan tekun dan sebaik mungkin, melakukannya tulus dari hati,
bukan karena ingin mencari muka, melainkan karena rasa tanggung jawab
dalam diri untuk melaksanakan beban amanah yang ditanggungnya.

Pada dasarnya ihsan adalah kesadaran diri atas tugas dan tanggung jawab
seorang hamba kepada Allah Ta’ala yang telah mempercayakan hidup kepadanya

23
HR. Muslim no. 1955

24
https://islamdalil.com/arti-ihsan-menurut-bahasa-dan-istilah-tingkatan-dan-contohnya/, 15:23,
16 Maret 2020

15
untuk menanggung amanah sebagai khalifah di muka bumi untuk menjadi hamba
Allah yang terbaik dalam segala aspek kehidupan. Dengan kesadaran dan rasa
tanggung jawab ini maka muncullah sifat ihsan yang tercermin dalam ucapan,
perilaku dan perbuatannya.

d. Cara Menjadi Seorang Muhsin (Pelaku Ihsan)

Menjadi seorang muhsin yang berlaku ihsan terus menerus bukanlah


proses instan, ia tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menjadi seorang
muhsin butuh waktu, latihan dan kesabaran. Para sahabat Nabi harus melewati
proses yang panjang dan melelahkan sampai mereka menjadi  generasi Muhsinin
yang tangguh, mereka adalah model dan panutan kita dalam menggapai derajat
Ihsan, dan tentunya model yang paling utama adalah guru yang telah
membimbing mereka yaitu baginda Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa
sallam.25

Seseorang yang ingin menjadi muhsin harus melewati proses menjadi


seorang muslim yang baik terlebih dahulu, kemudian menjalani proses menjadi
mukmin yang baik kemudian baru memasuki proses ihsan.

Ihsan adalah suatu akhlak yang sangat mahal dan berharga. Menjadi
muhsin dan memiliki perilaku ihsan terus menerus adalah anugrah Allah yang
sangat besar kepada hamba Nya yang tidak semua orang bisa meraihnya.

Maka untuk menjadi seorang yang muhsin, seseorang harus konsisten


dalam beribadah kepada Allah, terus berdo’a dan bertawakkal kepada Allah setiap
waktu, sabar dan syukur dalam segala kondisi dan bertakwa kepada Allah dimana
dan kapan saja. Jika seseorang menjalani proses hidup ini dengan baik sesuai
petunjuk Allah dan Rasul Nya, maka Allah akan memberikannya kedudukan
Ihsan atas izin Nya.

25
Ibid.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Islam adalah hendaknya kamu bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada


illah (tuhan) selain Allah SWT. Dan sesungguhnya Muhammad adalah
utusan Allah, kamu mendirikan Shalat, menunaikan zakat, berpuasa
dibulan Ramadhan, dan kamu menunaikan haji ke Baitullah jika kamu
mampu diperjalanannya.
2. Iman bahwa kamu beriman kepada Allah, kepada malaikatnya, kitab-
kitabnya, rasul-rasulnya, kepada hari akhir, dan beriman kepada
ketentuan Allah, yang baik maupun yanga buruk.
3. Ihsan adalah bahwa kamu menyembah Allah dengan kondisi seakan-
akan kamu melihatnya. Jika kamu tidak dapat melihatnya maka yakini
bahwa Allah melihat kamu.

B. SARAN DAN KRITIK

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mundziri, Imam. Mukhtasar Shahih Muslim. Jakarta: Ummul Qura.


2016.

Al-Utsaimin, Muhammad Shalih. Syara Hadits Arbain Imam An-Nawawi.


Jakarta: Ummul Qura. 2012.

Erwandi Tarmizi. Rukun Iman. Universitas Islam Madinah Bidang Riset &
kajian Ilmiah.

Hamid, Mulkan dan Labib. Koleksi Hadits Nabi yang Disepakati Bukhari
dan Muslim Dilengkapi dengan Penjelasan. Jawa: Yayasan “Amanah” Tuban.
1997.

Sunarto, Achmad. Mutiara Hadits Shahih Muslim. Surabaya: Karya Agung


Surabaya.

Imam Ibnu Daqiqil’led. Syarah Empat Puluh Hadits.‫النوور‬ ‫محيي الدين‬


‫ ه‬1429 :‫الرياض‬,

https://islamdalil.com/arti-ihsan-menurut-bahasa-dan-istilah-tingkatan-dan-
contohnya/, 15:23, 16 Maret 2020

Risalahislam.com/2018/01/pengertian-iman-islam-dan-ihsan-trilogi.html,
14:45. 16 Maret 2020

18

Anda mungkin juga menyukai