PROPOSAL
OLEH :
MIFTAHUL JANNAH
11930220222
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber ajaran islam pertama kebenarannya dan
utama menurut keyakinan umat islam dan diakui kebenarannya oleh penelitian
ilmiah. Al-Qur’an adalah kitab suci yang di dalamnya terdapat firman-firman
Allah swt yang disampaikan oleh malaikat jibril as kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai Rasul Allah secara berangsur-angsur yang bertujuan menjadi
petunjuk bagi umat islam dalam hidup dan kehidupannya guna mendapatkan
kesejahteraan di dunia dan akhirat.1
Al-Qur’an secara harfiyah berarti “Bacaan Sempurna” merupakan suatu
nama pilihan Allah Swt yang sungguh tepat, karena tidak suatu bacaan apa pun
sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat
menandingi al-Qur’an Al-Karīm, bacaan sempurna lagi mulia itu.2
Al-Qur’an adalah kitab suci dan mukjizat Nabi Muhammad Saw yang
terbesar dan tidak ada seorang pun yang mampu menirukan yang semisal dengan
al-Qur’an. Al-Qur’an juga sebagai kalam atau firman Allah Swt yang datang
untuk memberikan petunjuk kebenaran bagi manusia dalam menghadapi segala
persoalan hidup serta kehidupannya sepanjang zaman, yang tak akan layu oleh
waktu dan tak lekang oleh zaman.3
Al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup bagi manusia yang di dalamnya
berisi tentang peringatan atau janji baik berupa ganjaran maupun hukuman, tetapi
juga berisi perintah seperti pada QS. Al Alaq ayat 1-5 , Allah SWT berfirman :
1
Ajahari, Ulumul Qur’an (Ilmu-Ilmu Al-Qur’an), ( Yogyakarta: Aswaja Pressindo,2018), h. 1
2
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2009), h. 3
3
Rusydie Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits Teori dan Metodologi, (Yogyakarta:
IRCiSoD,2015), h. 21-24.
الَّ ِذ ْي َعلَّ َم٣ ك ااْل َ ْك َر ۙ ُم ِ ۚ َ خلَ ق ااْلِ نْس ا َن ِمن عل١ ق
ۚ ِ َّ ِّاِ ْق رْأ بِاس ِم رب
َ ُّ ا ْق َرْأ َو َرب٢ ق
ٍ َ ْ َ َ َ َ َك الذ ْي َخل َ َ ْ َ
4
Kementerian Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan (Jakarta: Lajnah
Pentashian Mushaf Al-Qur’an 2019), h 902
5
M.Quraish Shihab , Oh.cit , h. 7
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-Hijr: 9) 6
Meskipun sudah dijamin bahwa Allah SWT memelihara Al-Qur’an, tetapi
kita tidak boleh terpaku hanya pada penafsiran harfiyah saja sehingga kita tidak
melakukan usaha apapun. Oleh karena itu, salah satu cara kita sebagai umat
islam untuk menjaga Al-Qur’an adalah dengan menghafalnya. Untuk menarik
minat umat Islam di zaman Modern ini untuk menghafal Al-Qur’an adalah
dengan adanya metode menghafal yang memudahkan dan sistematis.
Maka dari itu umat Islam disunnahkan untuk memperbanyak membaca dan
menghafal al-Qur’an karena di dalam hadis disebutkan :
)َخ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُرْ آنَ َو عَلَّ َمهُ (رواه الترمذي
Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan
mengajarkannya.” (HR.Tirmidzi).7
Hadits tersebut menganjurkan bagi setiap umat islam untuk selalu
membaca Al-Qur’an karena sangat besar manfaat yang terkandung di dalamnya.
Karena bagi setiap penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan 2 keistimewaan,
yaitu keistimewaan dunia dan keistimewaan akhirat.
Meskipun sudah dijamin bahwa Allah SWT memelihara Al-Qur’an, tetapi
kita jangan sampai terpaku hanya pada penafsiran harfyah saja sehingga kita
tidak melakukan usaha apapun. Oleh karena itu, salah satu cara kita sebagai umat
islam untuk menjaga Al-Qur’an adalah dengan menghafalnya. Untuk menarik
minat umat Islam di zaman Modern ini untuk menghafal Al-Qur’an adalah
dengan adanya metode menghafal yang memudahkan dan sistematis.
Berdasarkan hasil observasi awal, mata pelajaran Tahfidz Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Daarun Nahdhah Thawalib Bangkinang dan mata pelajaran
Tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Muallimin Bangkinang merupakan mata
6
Kementerian Agama, Oh.cit , h 363
7
Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurat al-Turmuzi (dikenal sebagai al-Turmuzi), Sunan al-Turmuzi
wa huwa al-Jami’ al-ṣāhih (Beirut: Dar al-Fikri, 1980 M), No. 2910
pelajaran wajib, artinya menghafal Al-Qur’an tercantum dalam susunan
kurikulum.
Dalam menghafal Al-Qur’an tentunya tidak terlepas dari berbagai metode
yang digunakan oleh guru mata pelajaran Tahfidz Al-Qur’an karena kemampuan
seseorang berbeda-beda. Ada yang sangat mudah dalam mengahafal, sebaliknya
ada yang sulit menghafal, dan ada juga yang kemampuan menghafalnya biasa-
biasa saja. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan strategi, cara dan metode
yang tepat dan cocok. Oleh karena itu, metode merupakan salah satu faktor yang
turut menentukan keberhasilan dalam menghafal al-Qur’an.
Dari fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan
menggunakan pendekatan komparatif dalam menghafal Al-Qur’an pada 2
Pondok Pesantren, yaitu Pondok Pesantren Daarun Nahdhah Thawalib
Bangkinang dan Pondok Pesantren Muallimin Bangkinang dalam sebuah judul
“Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren (Studi Komparatif di
Pondok Pesantren Daarun Nahdhah Thawalib dan Pondok Pesantren
Muallimin Bangkinang)”.
D. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan yang muncul, diantaranya yaitu :
1. Dari sekian banyak metode dalam menghafal Al-Qur’an, penulis perlu
menelusuri metode apa yang digunakan oleh santri di Pondok Pesantren
Daarun Nahdhah Thawalib Bangkinang dan Pondok Pesantren Muallimin
Bangkinang.
2. Dari 2 pondok pesantren yang diteliti, bagaimana persamaan dan perbedaan
metode mereka dalam menghafal Al-Qur’an.
E. Batasan Masalah
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (https:/kkbi.web.id/metode accessed to 15 April 2021)
9
Isna Amalia Akhmar, Hana Lestari dan Zulfikar Ismail, Metode Efektif Menghafal Al-Qur’an Bagi
Siswa Madrasah Ibtidaiyah (Sebuah Kajian Pustaka). Jurnal El-Mujtama’, Vol.1 No. 1 (2021). h. 4
10
Subhi As-Shalih, Mabahits fii Ulumi Al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Ilm Li al-Malayin, 1985) h. 15
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia. ( https:/kkbi.web.id/pesantren.html accessed to 15 April 2021)
Dalam penelitan ini, perlu adanya batasan masalah agar penulis lebih
fokus, maka penulis memberikan batasan masalah ini hanya membahas tentang
perbandingan metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Daarun
Nahdhah Thawalib Bangkinang dan Pondok Pesantren Muallimin Bangkinang.
F. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Daarun
Nahdhah Thawalib Bangkinang dan Pondok Pesantren Muallimin
Bangkinang?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan metode menghafal Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Daarun Nahdhah Thawalib Bangkinang dan Pondok
Pesantren Muallimin Bangkinang?
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah dapat menambah wawasan dan
pengetahuan referensi di bidang ilmu Al-Qur’an dan tafsir mengenai
metode dalam menghafal Al-Qur’an.
b. Manfaat Praktis dari penelitian ini adalah menjadi bahan masukan dan
pertimbangan dalam mengembangkan dan meningkatkan kompetensi
menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren serta menjadi wawasan ilmu
sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas dalam menghafal Al-Qur’an
bagi para generasi qur’ani.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman dan mendapatkan gambaran yang jelas
tentang isi penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika penelitian sebagai
berikut :
BAB II : membahas tentang berbagai teori yang menjadi landasan teori, yang
meliputi definisi metode dan menghafal Al-Qur’an, serta tinjauan kepustakaan
yang berisi kajian penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian saat ini.
BAB III : merupakan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, sumber
data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini, akan
dibahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian, penyajian dan analisis data.
BAB V : merupakan bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-
saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teori
a. Metode Menghafal Al-Qur’an
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan.12
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis pada mushaf serta
diriwayatkan dengan mutawatir dan membacanya termasuk ibadah.13
Menghafal Al-Qur’an merupakan proses memindahkan Al-Qur’an ke
dalam memori otak sampai ke hati sanubari. Proses tersebut akan terasa
mudah jika mengetahui metodenya.
Jadi, Metode menghafal Al-Qur’an adalah cara yang tepat dan
alternatif yang dapat digunakan untuk menghafal Al-Qur’an.
Metode dalam menghafal Al-Qur’an sangat banyak, bahkan secara inti,
setiap orang memiliki metode masing-masing sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya.14
Diantara metode menghafal Al-Qur’an menurut Sa’dulloh adalah :
1. Metode Bi-Nazhar
Yaitu metode menghafal Al-Qur’an dengan membaca cermat ayat-
ayat Al-Qur’an yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur’an
secara berulang-ulang. Proses menghafal Al-Qur’an dengan metode Bi-
Nazhar ini bisa dilakukan sebanyak 40 kali seperti yang telah dilakukan
ulama’ terdahulu.
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (https:/kkbi.web.id/metode accessed to 15 April 2021)
13
Subhi As-Shalih, Mabahits fii Ulumi Al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Ilm Li al-Malayin, 1985) h. 15
14
Rendi Rustandi, Menghafal Al-Qur’an Metode Taqlil dan Takrir, (Bandung:Tarbiyah Sunnah
Learning Press,2020), h. 9
2. Metode Tahfizh
Yaitu metode menghafal Al-Qur’an dengan menghafalkan sedikit
demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca berulang-u;ang secara
bi-nazhar.
3. Metode Talaqqi
Yaitu metode menghafal Al-Qur’an dengan menyetorkan atau
memperdengarkan hafalan yang baru duhafal kepada seorang guru
tahfidz.
4. Metode Takrir
Yaitu metode menghafal Al-Qur’an dengan mengulang-ulang
hafalan dan menyimakkan hafalan yang pernah dihafal kepada guru
tahfidz. Metode takrir ini bertujuan agar hafalan yang pernah dihafal tetap
terjaga dengan baik.
5. Metode Tasmi’
Yaitu metode menghafal Al-Qur’an dengan memperdengarkan
hafalan kepada orang lain, baik kepada perseorangan ataupun kepada
jama’ah. Dengan metode tasmi’, seseorang akan lebih berkonsentrasi
dalam hafalan.15
15
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), h. 52
diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga
dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian.16
Allah SWT senantiasa memudahkan bagi hambanya yang mau
menghafal dan mempelajari Al-Qur’an. Allah SWT berfirman :
)17 :54/ ( القمر١٧ َولَقَ ْد يَسَّرْ نَا} ْالقُرْ ٰانَ لِل ِّذ ْك ِر فَهَلْ ِم ْن ُّم َّد ِك ٍر
Artinya : Sungguh, Kami benar-benar telah memudahkan Al-Qur’an sebagai
pelajaran. Maka, adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Q.S Al-
Qamar/54:17).17
16
Sucipto, Tahfidz Al-Quran Melejitkan Prestasi. (Bogor: Guepedia,2020), h.13
17
Kementerian Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan (Jakarta: Lajnah
Pentashian Mushaf Al-Qur’an, 2019), h.778
18
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kitab bad’ al-waḥy, bab bad’ al-waḥy, Hadist No.3
3. Naskah-naskah yang ditulis oleh mereka yang pandai menulis dan
membaca untuk mereka masing-masing.19
Setiap kali Al-Qur’an diturunkan, Nabi Muhammad SAW
menerimanya dengan menghafal kemudian nabi membacakannya kepada
sahabat. Setelah para sahabat menghafal ayat-ayat Al-Qur’an yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, mereka menyebarkan apa yang
telah mereka hafalkan kepada sahabat-sahabat lain. Maka dengan cara ini
tidak sampai satu atau dua hari lewat, kecuali wahyu al-Qur’an sudah dihafal
di dalam dada para sahabat yang menghafalnya.20
Ada beberapa sahabat yang tekun membaca Al-Quran, menghafal dan
memelihara surah-surah dan ayat-ayatnya. Mereka inilah yang kemudian
dikenal dengan sebutan ”al-qurra’ ”. Setiap kali ada surah atau ayat Alquran
yang turun, langsung dicatat pada lembaran-lembaran papan, atau kulit
domba, atau pelepah kurma, dan dihapalkan.21 Diantara sahabat yang terkenal
sebagai al-qurra’ adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin
Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas’ud, Abu Darda’ dan Abu Musa al-
Asy’ary.
Ada beberapa faktor yang mendorong sahabat untuk menghafal Al-
Qur’an, diantaranya :
1. Masyarakat arab adalah kaum ummi (tidak mengenal baca tulis), maka
dari itu yang dapat mereka andalkan ialah menghafal
2. Masyarakat arab dikenal sebagai masyarakat yang sederhana.
Kesederhanaan itu menjadikan mereka memiliki waktu luang yang cukup
untuk digunakan dengan menghafal
19
A.Gani, Bustami & Chatibul Umam, Beberapa Aspek Ilmiah tentang Quran, ( Jakarta : Litera
Antarnusa, 1994), h. 140
20
Akram ‘Abd Khalifah al-Dalimi, Jam al-Qur’an: Dirᾱsah Taḥliliyyah li Marwiyyᾱtih cet. I, (Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2006),h. 27
21
Thabathaba’i, Sayyid Muhammad Husain, Memahami Esensi Alquran, (Jakarta: Lentera Basritama
2003), h. 146
3. Masyarakat arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan,
mereka bahkan sampai melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang
ini.
4. Al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan
sangat mengagumkan. Disamping mengagumi keindahan bahasa al-
Qur’an kaum muslimin juga mengagumi kandungannya dan meyakini
bahwa al-Qur’an sebagai petunjuk yang akan membawa kebahagiaan
hidup di dunia maupun di akhirat
5. Allah Swt dan Rasul menganjurkan kepada kaum muslimin untuk
membaca dan mempelajari al-Qur’an.
6. Ayat-ayat al-Qur’an berdialog kepada mereka dan mengomentari keadaan
serta peristiwa-peristiwa yang terjadi kepada mereka, bahkan menjawab
pertanyaan-pertanyaan mereka, disamping itu ayat al-Qur’an turun sedikit
demi sedikit sehingga memudahkan pencernaan maknanya dan proses
penghafalannya
7. Dalam al-Qur’an dan hadis-hadis nabi Saw ditemukan berbagai petunjuk
yang mendorong sahabat untuk bersikap teliti dan berhati-hati dalam
menyampaikan berita, lebih-lebih apabila perintah itu adalah firman Allah
Swt dan sabda Rasulullah Saw.22
24
Tanzil Khaerul Akbar dan Ardi Gunawan, Menghafal Al-Qur’an dengan Otak Kanan, (Jakarta:PT
Elex Media Komputindo,2018), h. 36
25
Kementerian Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan (Jakarta: Lajnah
Pentashian Mushaf Al-Qur’an, 2019), h. 662
26
Oh.cit, h. 36
Artinya : (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan
mengingat Allah hati akan selalu tenteram. (Q.S Ar-Ra'd/13:28).27
e. Pondok Pesantren
Perkataan pesantren berasal dari kata “santri”, dengan awalan pe - di
depan dan akhiran - an berarti tempat tinggal para santri.28
Zamakhsyari Dhofier berpendapat, kata santri dalam bahasa India
berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana
ahli kitab suci agama Hindu. Atau secara umum dapat diartikan buku-buku
suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. 29 Kedua,
pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari
bahasa Jawa , dari kata “cantrik”, berarti seseorang yang selalu mengikuti
seorang guru kemana guru ini pergi menetap.
Menurut Sadjoko, Pesantren adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran agama Islam, umumnya dengan cara non klasikal (weton, sorogan
dan lain – lain) dimana seorang Kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada
santri berdasarkan kitab – kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama –
ulama Arab abad pertengahan dan biasanya santri tinggal di asrama.30
Jadi, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang
mempunyai kekhasan tersendiri, dimana kyai sebagai figur pemimpin, santri
sebagai objek yang diberi ilmu agama dan asrama sebagai tempat tinggal para
santri. Lembaga pesantren bisa dikatakan sebagai lembaga Islam tertua yang
dalam sejarah Indonesia lembaga ini mempunyai peran besar dalam
membantu proses keberlanjutan pendidikan nasional.
27
Oh.cit, h. 350
28
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, cet ke – 6 , (Jakarta
; LP3ES, 1994) h. 18
29
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren … , h. 18
30
Sudjoko Prasodjo, Profil Pesantren ,Cet ke – 2 , (Jakarta: LP3ES , 1982), h. 6
a) Unsur-unsur Pondok Pesantren
Pesantren terdiri dari lima unsur yaitu : Kyai, Santri, Masjid, Pondok
dan Pengajaran Kitab – kitab Islam klasik. Kelima elemen tersebut
merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren dan membedakan dengan
lembaga pendidikan bentuk lain. Sekali pun kelima elemen ini saling
menunjang eksistensi sebuah pesantren, tetapi Kyai memainkan peranan yang
begitu sentral dalam dunia pesantren.31
Yang menjadi ciri khas pesantren dan sekaligus menunjukkan unsur-
unsur pokok pesantren, yaitu :
1. Kyai
Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren.ia
seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sebagai pemimpin pesantren,
watak dan keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan
kedalaman ilmu, kharismatik dan wibawa, serta ketrampilan kyai. Dalam
konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh
sentral dalam pesantren.32
Kyai juga merupakan tempat bertanya, tempat meminta fatwa dan
nasihat, dan menjadi sumber referesi ilmu. Diantara unsur-unsur pokok
pesantren, kyai adalah tokoh kunci yang menentukan corak kehidupan
pesantren.
2. Santri
Santri merupkan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren.
Menurut tradisi pesantren, santri terdiri dari 2 kelompok :
1) Santri Mukim, yaitu Santri yang menetap dalam pondok pesantren dan
biasanya berasal dari daerah jauh.
31
Yasmadi, Modernisasi Pesantren ; Kritik Nurcholish Madjid terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, (Ciputat : Quantum Teaching, 2005), h. 63
32
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia : Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h.144
2) Santri Kalong, yaitu santri yang tidak menetap dalam pondok tetapi
pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai mengikuti suatu
pelajaran di pesantren. Santri kalong biasanya berasal dari daerah-
daerah sekitar pesantren. Mereka pulang kerumah masing – masing
setiap selesai mengikuti pelajaran di Pesantren.33
3. Pondok
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan
Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar
dibawah bimbingan guru yang biasa disebut “kyai”. Pondok merupakan
asrama bagi para santri merupakan ciri khas tradisi pesantren. 34 Pondok
merupakan tempat latihan bagi santri untuk mengembangkan
keterampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri dalam
masyarakat sesudah tamat dari pesantren.
4. Masjid
Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren
merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan islam
trdisional. Para kyai selalu mengajar murid-muridnya di masjid dan
menganggap masjid merupakan tempat paling tepat untuk menanamkan
disimplin para murid dalam mengerjakan kewajiban shalat, memperoleh
pengetahuan agama dan kewajiban agama yang lain.
Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantrem,
biasanya pertama-tama akan mendirikan masjid di dekat rumahnya.
Langkah ini biasanya diambil atas perintah gurunya yang telah menilai
bahwa ia akan sanggup memimpin sebuah pesantren.35
5. Pengajaran Kitab-Kitab Islam Klasik
33
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia : Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangannya..., h. 143
34
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren..., h.45
35
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren... , h. 49
Tujuan utama pengajaran kitab-kitab Islam klasik ini adalah untuk
mendidik calon-calon ulama. Di kalangan pesantren, pengajaran kitab-
kitab Islam klasik disebut juga dengan kitab kuning karena warna kertas
kitab itu adalah kuning.
Sekarang, meskipun kebanyakan pesantren telah memasukkan
pengajaran pengetahuan umum sebaga suatu bagian penting dalam
pendidikan pesantren, nmum pengajaran kitab-kitab Islam klasik tetap
diberikan sebagai upaya meneruskan tujuan utama pesantrem mendidik
calon-calon ulama, yang setia kepada faham Islam tradisional.36
b) Jenis-Jenis Pesantren
1. Pondok Pesantren Tradisional
Pondok pesantren tradisional yaitu pondok yang dalam
perkembangannya pesantren tersebut menyelenggarakan pelajaran
dengan pendekatan tradisional. Pembelajarannya ilmu-ilmu agama
Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi
dengan kitab-kitab klasik berbahasa Arab.
2. Pondok Pesantren Modern
Pondok pesantren modern adalah pondok pesantren yang
menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendekatan modern
melalui suatu pendidikan formal, baik madrasah ataupun sekolah,
tetapi dengan menggunakan cara klasikal.
3. Pondok Pesantren Komprehensif
Pondok pesantren komprehensif adalah pondok pesantren yang
sistem pendidikan dan pengajarannya gabungan antara yang
tradisional dan yang moderen. Artinya didalamnya ditetapkan
pendidikan dan pengajarannya kitab kuning dengan metode sorogan,
36
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren... , h.50
bandongan, wetonan, namun secara regular sistem persekolahan terus
dikembangkan.37
B. Tinjauan Kepustakaan
Berdasarkan dari judul penelitian yang berjudul “Metode Menghafal Al-
Qur’an di Pondok Pesantren (Studi Komparatif di Pondok Pesantren Daarun
Nahdhah Thawalib dan Pondok Pesantren Muallimin Bangkinang)”. Pada bagian
ini, penulis melakukan penelitian dari berbagai macam sumber referensi
diantaranya:
1. Skripsi oleh Roni Prasetyawan, IAIN Palangkaraya (2016) yang berjudul
“Metode Menghafal Al Qur’an Di Pondok Pesantren Al-Wafa Palangkaraya”.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perbedaan metode yang digunakan
oleh santri dalam menghafal Al-Qur’an. Adapun masalah yang dibahas antara
lain38 :
a. Metode apa yang digunakan santri dalam menghafal Al Qur’an di Pondok
Pesantren Al-Wafa Palangkaraya ?
b. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam proses
menghafal Al-Qur’an?
c. Usaha apa saja yang dilakukan ustadz mengatasi hambatan dalam
menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Wafa Palangkaraya?
2. Skripsi oleh Jannati Hidayati, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (2020) yang
berjudul “Perbandingan Metode Menghafal Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Daarul Huffaazh Al-Islami Dan Pondok Pesantren Satu Qur’an Jambi”.
Penelitian ini dilatarbelakangi karena terjadinya perbedaan kemampuan
setiap orang dalam menghafal Al-Qur’an. Penelitian ini bermaksud mencari
37
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Pedoman Ilmu, 2001),
h. 14
38
Roni Prasetyawan, “Metode Menghafal Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Al-Wafa Palangkaraya”
Skripsi, (Palangkaraya: IAIN Palangkaraya,2016), h. 3
karakteristik masing-masing pesantren dalam metode menghafal Al-Qur’an
dengan menggunakan studi komparasi atau perbandingan. Adapun masalah
yang dibahas antara lain39 :
a. Bagaimana sejarah pondok pesantren Darul Huffadz Al-Islami dan Pondok
Pesantren Satu Qur’an jambi ?
b. Bagaimana metode menghafal yang digunakan santri pesantren Darul
Huffadz Al-Islami dan Pondok Pesantren Satu Qur’an ?
c. Apakah perbedaan dan persamaan metode menghafal santri di Pondok
pesantren darul huffadz danPondok Pesantren Satu Qur’an?
3. Skripsi oleh Mariah Ulfah, UIN Syarif Hidayatullah (2021) yang berjudul
“Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur”.
Penelitian ini dilatarbelakangi karena kewajiban bagi umat muslim agar
mengetahui adanya perintah untuk memahami dan menghafalkan Al-Qur’an
dengan menggunakan metode-metodenya. Adapun masalah yang dibahas antara
lain40 :
a. Metode apa yang digunakan santri dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur?
b. Bagaimanakan implementasi dari metode menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur?
c. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur?
39
Jannati Hidayati, “Perbandingan Metode Menghafal Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Daarul
Huffaazh Al-Islami Dan Pondok Pesantren Satu Qur’an Jambi”. Skripsi, (Jambi : UIN Sulthan Thaha
Saifuddin,2020), h. 5
40
Mariah Ulfah“Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur”.Skripsi, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah,2021), h. 7
4. Jurnal IAIN Syekh Nurjati Vol.14 No.02 2013 yang berjudul “Metode Tahfidz
Al-Qur’an (Studi Komparatif Metode Tahfidz Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Madrasah Al-Hufadzh II Gedongan Ender, Pangenan Cirebon Dengan Pondok
Pesantren Tahfidz Qur’an Terpadu Alhikmah Bobos, Dukupuntang Cirebon)”
oleh IAIN Ahmad Lutfy Syekh Nurjati, Cirebon.
Di dalam jurnal ini, menjelaskan tentang metode Tahfidzul Qur’an yang
dilaksanakan di Pondok Pesantren Madrosatul Hufadz Gedongan Ender dan
Pondok Pesantren al-Hikmah Bobos. Fokus penelitian ini kepada :
a. Bagaimanakah kondisi obyektif Pondok Pesantren Madrosatul Hufadz
Gedongan Ender dan Pondok Pesantren al-Hikmah Bobos?
b. Bagaimanakah metode Tahfidzul Qur’an yang dilaksanakan di Pondok
Pesantren Madrosatul Hufadz Gedongan Ender dan Pondok Pesantren al-
Hikmah Bobos?41
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian menggunakan
paradigma penelitian kualitatif, dengan metode komparatif, yang bertujuan
untuk menggambarkan realita emprik di balik sebuah fenomena secara
mendalam, rinci, tuntas dan sistematis. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian kualitatif tidak berupa angka-angka, melainkan data yang berasal dari
naskah wawancara, catatan lapangan. Dokumen pribadi, dan dokumen resmi
lainnya. Data yang sudah dikumpulkan dari lapangan akan di cocokkan dengan
teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.
5. Jurnal El-Mujtama: Jurnal Pengabdian Masyarakat IAI Sahid Bogor Vol 1 No.1
2021 yang berjudul “Metode Efektif Menghafal Al-Qur’an Bagi Siswa
Madrasah Ibtidaiyah (Sebuah Kajian Pustaka)” oleh Isna Amalia, Hana Lestari,
dan Zulfikar Ismail IAI Sahid Bogor.
41
Ahmad Lutfy, “Metode Tahfidz Al-Qur’an (Studi Komparatif Metode Tahfidz Al-Qur’an Di
Pondok Pesantren Madrasah Al-Hufadzh II Gedongan Ender, Pangenan Cirebon Dengan Pondok
Pesantren Tahfidz Qur’an Terpadu Alhikmah Bobos, Dukupuntang Cirebon)” Jurnal IAIN Syekh
Nurjati Vol.14 No.2 2013, Cirebon: IAIN Syekh Nurjati. h.160
Di dalam jurnal ini, menjelaskan tentang Teknik atau cara menghafal Al –
Qur’an yang dianggap paling mudah. Fokus penelitian ini adalah metode-
metode yang digunakan di lembaga pendidikan MI untuk mencetak anak-anak
penghafal Al Quran.42
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu
penelitian yang menghasilkan informasi berupa catatan dan data deskriptif yang
terdapat di dalam teks yang diteliti. Data yang dikumpulkan melalui proses
review dengan mencari hasil penelitiaan melalui Google Scholar baik dalam
bentuk Jurnal, Naskah Ilmiah berupa Skripsi/Thesis. Langkah berikutnya
adalah menganalisa data yang diperoleh secara manual dan disusun secara
naratif.
Adapun Buku-buku yang menjelaskan tentang metode menghafal Al-
Qur’an, diantaranya :
1. “9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an” oleh H. Sa’dulloh, S.Q diterbitkan
oleh Gema Insani Jakarta tahun 2008. Dalam buku ini menjelaskan
mengenai keistimewaan Al-Qur’an dan Keutamaan bagi Penghafalnya serta
menjelaskan metode-metode dalam menghafal Al-Qur’an.43
2. “Menghafal Al-Qur’an” oleh Yusuf Qardhawi diterbitkan oleh Diniyah
Takmiliyah Awwaliyah Sabilul Jama’ah tahun 2014. Di dalam buku ini
menjelaskan mengenai pemahaman tentang menghafal Al-Qur’an dan
Keutamaan Menghafal Al-Qur’an.44
Berdasarkan penelitian di atas, penulis ingin memaparkan bahwa
penelitian yang dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya,
yang membedakannya adalah pada judul dan penelitian yang dilakukan. Peneliti
42
Isna Amalia, Hana Lestari, dan Zulfikar Ismail, “Metode Efektif Menghafal Al-Qur’an Bagi Siswa
Madrasah Ibtidaiyah (Sebuah Kajian Pustaka)” Jurnal El-Mujtama’ : Jurnal Pengabdian Masyarakat
IAI Sahid Bogor Vol.1 No.1 2021, Bogor: IAI Sahid. h.2
43
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), h.45
44
Yusuf Qardhawi, Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: MDTA Sabilul Jama’ah,2014), h. 8
juga belum menemukan penelitan ini sebelumnya, sehingga menurut penulis
penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Menggunakan metode deskriptif. Metode Deskriptif adalah metode yang
menjelaskan karakter, sebab, hasil dari sesuatu secara tepat dengan memahami dan
menyatakan detail-detailnya yang relevan dengan jelas sesuai dengan data dan
informasi yang tersedia.46
B. Jenis Penelitian
Adapun penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data kualitatif (data
yang berbentuk data, kalimat, skema, dan gambar). Proses penelitian dimulai
dengan menyusun asumsi dasar yang akan digunakan oleh peneliti. Asusmsi dan
aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam
pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi.
Informasi yang dikumpulkan dan diolah harus obyektif dan tidak dipengaruhi oleh
pendapat peneliti sendiri.47
Penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (Field Reseach) yaitu
penelitian yang mengangkat data dan permasalahan yang ada di dalam masyarakat.
Data yang ada di masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah santri
Pondok Pesantren Daarun Nahdhah Thawalib dan Pondok Pesantren Muallimin
Bangkinang.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan kepada dua kategori, yaitu:
45
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi) Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA RIAU,
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Makalah, Proposal, Sinopsis, Skripsi), (Pekanbaru : CV. ASA
RIAU,2015) h. 45
46
Ibid, h. 46
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 7
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data (sumber data pokok atau sumber utama yang dijadikan
rujukan).48
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara
dengan guru tahfidz dan Santri di Pondok Pesantren Daarun Nahdhah
Thawalib dan Pondok Pesantren Muallimin Bangkinang untuk mengetahui
metode menghafal Al-Qur’an.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari penelitian atau
dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada. Data Sekunder merupakan
data yang dapat mendukung dan memperkuat data primer.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah hasil observasi
peneliti di lapangan berupa data sekolah, dan dokumentasi di Pondok
Pesantren Daarun Nahdhah Thawalib dan Pondok Pesantren Muallimin
Bangkinang.
49
Suharsimi Arikunto, Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), h. 188
50
Ibid, h. 226
memperhatikan kegiatan yang akan diteliti tanpa ikut serta dalam kegiatan
tersebut.51
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data
dengan observasi partisipatif yaitu pengamatan secara terlibat langsung dengan
mengikuti rangkaian proses menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Daarun
Nahdhah Thawalib dan Pondok Pesantren Muallimin Bangkinang.
Adapun cara peneliti mengobservasi anak-anak cerebral palsy adalah
sebagai berikut :
a. Berkomunikasi secara langsung dengan para santri di Pondok Pesantren
Daarun Nahdhah Thawalib dan Pondok Pesantren Muallimin Bangkinang
b. Mengamati bagaimana cara siswa menghafal Al-Qur’an dengan metode
mereka.
c. Mendengarkan langsung setoran hafalan siswa secara langsung.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah penelitian dengan maksud tertentu, percakapan yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai ( interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu.52
Menurut Esterberg, wawancara merupakan pertemuan dua orang atau
lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.53
Dalam penelitian ini, data yang ingin diperoleh melalui teknik
wawancara ini adalah :
51
Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif, (Jakarta: Erlanggga,
2009), h. 101.
52
Lexy Moleong, Edisi Revisi Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), h. 135
53
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), h. 231
a. Metode yang digunakan para santri dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Daarun Nahdhah Thawalib dan Pondok Pesantren Muallimin
Bangkinang.
b. Persamaan dan perbedaan dalam metode menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Daarun Nahdhah Thawalib dan Pondok Pesantren Muallimin
Bangkinang.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dimaksudkan sebagai teknik pengumpulan data dengan
melihat dan mencatat dokumen-dokumen baik yang tertulis maupun tidak,
serta sumber data arsip lainya. Penulis mengumpulkan foto-foto sebagai
sumber yang relevan.54
Hasil penelitian dari observasi dan wawancara, akan lebih kredibel/dapat
dipercaya jika didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang
telah ada.55
54
M. Farid Nasution, Penelitian Praktis, (Medan: IAIN Press,1993), h. 5-6.
55
Oh.cit. h. 240
56
Ade Ismayani, Metodologi Penelitian, (Aceh:Syiah Kuala University Press, 2019), h.76.
57
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,2011), h.
277
Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu dari observasi atau pengamatan secara langsung,
wawancara yang dilakukan secara terbuka dengan informan-informan yang telah
penulis tentukan, dokumen-dokumen dan sebagainya, setelah itu penulis
menjelaskan secara rinci dan sistematis dengan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami sehingga dapat tergambar secara utuh dan dapat dipahami
secara jelas.
DAFTAR PUSTAKA