Anda di halaman 1dari 17

Strategi Guru Al-Qur’an Hadits Dalam Memperbaiki Bacaan Al-Qur’an Siswa Di

Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Kota Jambi

Pajar Aswandi
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
pajaraswandi@gmail.com

Abstract. This thesis discusses about the strategy of the teacher al-Qur'an Hadits
in improving the reading of the Qur'anic students at the Madrasah Tsanawiyah Al-
Khairiyah Jambi City. This research is using a qualitative research (field
research) methods, while data collection is done by observation, interviews and
documentation. This study found that the teachers of the Hadith al-Qur'an used a
variety of strategies in improving the reading of the Qur'anic students at the
Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah in Jambi City. The results of this study
suggest that the teachers of the Hadith Qur'an continue to carry out a variety of
strategies that already exist optimally and further minimize all forms of obstacles
encountered.

Keywords : Teacher Strategy, Qur’an Hadits, Students.

Abstrak. Skripsi ini membahas tentang strategi guru al-Qur’an Hadits dalam
memperbaiki bacaan al-Qur’an siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Kota
Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode penelitian lapangan (field research), sedangkan pengumpulan data
dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini
menemukan bahwa guru al-Qur’an Hadits menggunakan berbagai macam strategi
dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-
Khairiyah Kota Jambi. Hasil penelitian ini menyarankan agar guru al-Qur’an
Hadits terus melanjutkan berbagai macam strategi yang sudah ada secara optimal
dan semakin meminimalisir segala bentuk hambatan yang ditemui.

Kata kunci : Strategi Guru, Al-Qur’an Hadits, Siswa.

1
PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah Kitabullah yang mengandung petunjuk kebenaran,
keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kalamullah ini sangat
sempurna, orisinal dan terjaga hingga hari kiamat. Al-Qur’an bukan sekedar
sesuatu yang tertulis dalam lembaran-lembaran atau terpampang pada mushaf-
mushaf, namun ia telah dipraktekkan secara nyata dan ideal di masa Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam dan dalam kehidupan salafuna sholeh (orang-orang
shalih terdahulu).
Untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di
dunia maupun di akhirat melalui al-Qur’an, maka setiap umat Islam harus
berusaha belajar, mengenal, membaca dan mempelajarinya. Membaca al-Qur’an
dengan hikmah serta meresapi isinya niscaya akan mendapat petunjuk dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala, serta dapat menenangkan hati. Itulah yang dinamakan
rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala,

ِِ ِ ِ ِ
َ ‫َونَُنِّز ُل م َن الْ ُق ْرءَان َما ُه َوش َفآءٌَو َرمْح َةٌ لِّْل ٌمْؤ مننْي‬
“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar (obat)
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-Isra’ : 82).
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

‫اب تِْبيَانًا لِّ ُك ِّل َش ْي ٍء َو ُه ًدى َو َرمْح َةً َوبُ ْشَرى‬ ِ َ ‫و َنَّزلْنَا علَي‬
َ َ‫ك الْكت‬ َْ َ
ِِ ِ
َ ‫ل ْل ُم ْسلمنْي‬
“Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri” (QS. An-Nahl : 89).
Setiap muslim yang beriman kepada Allah dan kitab-kitab-Nya, wajib
untuk mempelajari isi kandungan al-Qur’an dengan baik dan benar serta

2
mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk mengajarkan al-Qur’an kepada
orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah ShalaAllahu ‘alaihi wa sallam,

: ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ِ


َ ‫ قَ َال َر ُس ْو ُل اللَّه‬: ‫َع ْن عُثْ َما َن َرض َي اللَّهُ َعْنهُ قَ َال‬
)‫(ر َواهُ الْبُ َخا ِري‬
َ ُ‫َخْي ُر ُك ْم َم ْن َت َعلَّ َم الْ ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه‬
Dari Utsman Bin Affan RadhiyaAllahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah
ShalaAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda “sebaik-baik orang di antara kalian
adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya (kepada orang lain)”
(HR. Bukhari).
Ketidak pedulian manusia dalam belajar dan mengajarkan al-Qur’an akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan buta huruf al-Qur’an yang pada akhirnya
al-Qur’an yang merupakan Kalamullah tidak lagi dibaca ataupun dipahami apalagi
diamalkan. Sebagaimana yang diprihatinkan Rasulullah dahulu, sekarang menjadi
kenyataan dan hal tersebut pun dikisahkan di dalam al-Qur’an,

‫ب ِإ َّن َق ْوِم آخَّتَ ُذ ْو َاه َذا الْ ُق ْرءَا َن َم ْه ُج ْو ًرا‬


ِّ ‫الر ُس ْو ُل يَ َار‬
َّ ‫َوقَ َال‬
“Dan berkata Rasul, Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-
Qur’an ini sesuatu yang tidak dipedulikan” (QS. Al-Furqan : 30).
Umat Islam diperintahkan untuk membaca al-Qur’an dengan fasih sesuai
dengan kaidah ilmu tajwid, setelah itu memahami arti atau kandungan ayat agar
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa terlaksana jika umat
Islam mau membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan agama. Oleh karena itu
menuntut ilmu agama menjadi kewajiban bagi setiap muslim.
“Untuk membaca al-Qur’an dengan baik dan benar terlebih dahulu
diharuskan mengetahui dan mengenal ilmu tajwid. Tujuan mempelajari
ilmu tajwid adalah untuk menjaga lisan dari kesalahan dalam membaca
al-Qur’an. Oleh karena itu, mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardhu
‘ain bagi yang akan membaca al-Qur’an dan fardu kifayah bagi semua
umat Islam” (Sumitro, 2005, hal. 30).
Apalagi dalam menghadapi tantangan zaman di abad modern ini, dengan
perkembangan dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
seperti sekarang ini. Guru diharapkan memiliki perhatian terhadap peserta didik

3
sebagai generasi penerus terhadap maju pesatnya IPTEK yang berdampak pada
terjadinya pergeseran budaya hingga berpengaruh pada pelaksanaan kegiatan
pembelajaran al-Qur’an.
Kemampuan membaca al-Qur’an merupakan dasar bagi peserta didik
untuk memahami serta mengamalkan kandungan al-Qur’an, sehingga peningkatan
kemampuan membaca al-Qur’an sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan vital.
“Tujuannya agar tercipta tujuan pendidikan Islam yaitu manusia yang beriman,
bertaqwa, berakhlak yang mulia serta terbentuknya generasi Qur’ani. Jika
pendidikan al-Qur’an terus dikembangkan secara berkesinambungan maka nilai-
nilai al-Qur’an pun akan membumi di masyarakat” (Said Agil Husin al-
Munawwar, 2005, hal. 13).
Bacaan al-Qur’an merupakan bagian dari ilmu tajwid yang di dalamnya
berisi tentang materi kajian bagaimana membaca al-Qur’an dengan baik dan
benar, yang diberikan kepada peserta didik secara bertahap sesuai dengan tingkat
kemampuan dan perkembangan peserta didik, yang dimulai dari prinsip-prinsip
dasar mengenal huruf al-Qur’an, pengetahuan tentang tajwid sampai pada praktek
membaca al-Qur’an.
Dalam proses pembelajaran al-Qur’an Hadits sangat diharapkan terjadi
perubahan yang relatif permanen pada siswa dalam hal bacaan al-Qur’annya yang
didukung oleh berbagai macam strategi yang digunakan oleh guru al-Qur’an
Hadits ketika pembelajaran berlangsung. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini
bertujuan (1) untuk mengetahui strategi guru al-Qur’an Hadits dalam
memperbaiki bacaan al-Qur’an siswa (2) untuk mengetahui faktor pendukung dan
faktor penghambat yang dihadapi guru al-Qur’an Hadits dalam memperbaiki
bacaan al-Qur’an siswa (3) untuk mengetahui solusi guru al-Qur’an Hadits dalam
mengatasi hambatan-hambatan yang ada.

4
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research). Penelitian ini menggunakan metode dan pendekatan kualitatif.
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis dari orang-orang, fenomena, pristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi dan pemikiran orang secara individual atau pun kelompok”
(Margono, 2007, hal. 36).
Adapun lokasi penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Al-
Khairiyah Kota Jambi yang dilaksanakan dari tanggal 9 Januari 2019 sampai 9
Maret 2019. Subjek dalam penelitian ini adalah guru al-Qur’an Hadits, kepala
madrasah dan siswa. Maka ditetapkan informan kunci (key informan) yaitu guru
al-Qur’an Hadits, sedangkan kepala madrasah dan siswa dijadikan informan
tambahan (add informan). Subjek dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan cara purposive sampling yaitu “teknik pengambilan sampel sumber
data yang dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan dan
tujuan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling mengetahui
tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti”
(Sugiyono, 2011, hal. 219).
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua yakni data primer dan data
sekunder. Data primer adalah “sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data” (Sugiyono, 2011, hal. 225). Data primer yang peneliti
maksudkan dalam penelitian ini adalah data mengenai strategi guru al-Qur’an
Hadits dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an siswa kelas VIII di Madrasah
Tsanawiyah Al-Khairiyah Kota Jambi.
Sedangkan data sekunder adalah “sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen” (Sugiyono, 2011, hal. 225). Data sekunder yang peneliti
maksudkan dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari gambaran umum
lokasi penelitian.

5
“Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh”. (Suharsimi Arikunto, 2010, hal. 172). Sedangkan sumber data dalam
penelitian ini meliputi kepala sekolah, guru al-Qur’an Hadits, siswa dan
dokumentasi.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode observasi atau disebut juga
dengan pengamatan langsung merupakan “….kegiatan pemuatan perhatian
terhadap sesuatu dengan menggunakan seluruh alat indra”. (Suharsimi Arikunto,
2010, hal. 199). Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi
partisipan (participant observation) guna mengamati strategi guru al-Qur’an
Hadits dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an siswa.
Wawancara adalah “sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari terwawancara”. (Suharsimi Arikunto, 2010, hal.
198). Di dalam penelitian ini, metode wawancara yang peneliti gunakan adalah
metode wawancara mendalam (in depth interview) guna mengumpulkan data
mengenai strategi guru al-Qur’an Hadits dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an
siswa.
“Dokumentasi, dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Di dalam pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, makalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian dan sebagainya.” (Suharsimi Arikunto, 2010, hal. 201). Metode
dokumentasi peneliti gunakan untuk memperoleh data-data yang berhubungan
dengan gambaran umum lokasi penelitian, yang meliputi historis dan geografis,
struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, keadaan sarana dan prasarana dan
juga data-data yang berhubungan dengan strategi guru al-Qur’an Hadits dalam
memperbaiki bacaan al-Qur’an siswa.
Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. “Reduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya” (Sugiyono, 2011, hal. 247).

6
“Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
(mendisplaykan) data. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami” (Sugiyono, 2011, hal. 249). “Penarikan kesimpulan adalah kegiatan
penggambaran secara utuh dari objek yang diteliti yang terdiri dari gabungan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk penyajian data” (Sugiyono, 2011, hal.
252).
Untuk mendapatkan data yang absah yang sesuai dengan penelitian
kualitatif (data truthwirtyness) peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah “pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
(teknik) dan waktu” (Sugiyono, 2011, hal. 273).
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
“Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi dan dokumentasi dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Apabila menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sampai ditemukan kepastian datanya” (Sugiyono, 2011, hal. 274).

7
HASIL PENELITIAN
1. Strategi Guru Al-Qur’an Hadits Dalam Memperbaiki Bacaan Al-Qur’an Siswa
Di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Kota Jambi
a. Pengenalan Kemampuan Peserta Didik
Keberhasilan suatu pembelajaran diawali dengan kegiatan pengenalan
antara guru dan siswa. Kegiatan pengenalan tersebut dilakukan secara
terorganisir pada awal pertemuan pertama atau dengan istilah tatap muka
pertama, sehingga peserta didik mengetahui secara tepat kapabilitas apa
yang seharusnya dimiliki setelah mengikuti mata pelajaran al-Qur’an Hadits
dalam satu kurun waktu tertentu.
Dengan melakukan pengenalan, maka guru akan lebih mudah dalam
melakukan proses pembelajaran dan dapat menilai serta memperhatikan
perkembangan siswa tatkala pembelajaran berlangsung. Guru juga dapat
memberikan perhatian dan penjelasan yang lebih kepada siswa yang kurang
terhadap kemampuan bacaan al-Qur’annya.
b. Pemberian Motivasi Kepada Peserta Didik
Pemberian motivasi kepada peserta didik sangatlah penting. Bagi seorang
guru tujuan dari motivasi adalah menggerakkan atau memacu peserta didik
agar dapat timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan prestasi
belajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan.
Seorang guru harus memberikan dorongan kepada peserta didik di
antaranya dengan memberikan motivasi dan nasehat. Dengan adanya motivasi
dan nasehat yang disampaikan guru, diharapkan siswa dapat kembali semangat
dalam belajar al-Qur’an Hadits.
c. Penggunaan Metode Klasik
Dalam penggunaan metode klasik ini, semua peserta didik harus
memperhatikan ketika guru mencontohkan, setelah guru selesai mencontohkan
peserta didik langsung menirukan sampai benar. Ketika belum benar-benar
fasih membaca, guru terus menyuruh peserta didik untuk membaca ulang. Dari
pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran al-

8
Qur’an Hadits tidak serta merta peserta didik yang dididik bisa langsung
membaca al-Qur’an dengan baik dan benar akan tetapi butuh proses.
d. Pembelajaran Melalui Tutor Sebaya
Pembelajaran al-Qur’an melalui tutor sebaya berarti melibatkan teman
sebaya peserta didik untuk mengajar teman yang lainnya. Selain mereka
memiliki kemampuan dan keterampilan membaca al-Qur’an mereka juga
memiliki kepedulian dan kesadaran kepada peserta didik yang lainnya,
sehingga mereka merasa terpanggil untuk membantu temannya yang belum
bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
e. Melakukan Proses Pembelajaran Di Mushala
Pembelajaran al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah
Kota Jambi dilaksanakan di ruang kelas dan sewaktu-waktu juga dilaksanakan
di Mushala. Hal ini dilakukan agar siswa tidak jenuh dan bosan dalam proses
pembelajaran.

2. Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat Yang Dihadapi Guru Al-Qur’an


Hadits Dalam Memperbaiki Bacaan Al-Qur’an Siswa Di Madrasah
Tsanawiyah Al-Khairiyah Kota Jambi
a. Faktor Pendukung
1) Keterlibatan Kepala Madrasah Dalam Memonitoring Pembelajaran
Terlaksananya kegiatan pembelajaran al-Qur’an Hadits didukung
oleh berbagai faktor. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an Hadits
berjalan dengan baik karena adanya kerjasama yang baik antara guru al-
Qur’an Hadits dengan kepala madrasah.
Kerjasama itu ditandai dengan adanya komunikasi dan koordinasi
yang baik sehingga terbangun suatu mekanisme pengelolaan
pembelajaran yang sangat terpadu antara satu pembelajaran dengan
pembelajaran lainnya. Bahkan dengan adanya komunikasi dan koordinasi
yang baik tersebut memungkinkan penyusunan program pembelajaran
yang berjalan secara terintegrasi.

9
2) Keterlibatan Guru Bidang Studi Bahasa Arab Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an Hadits juga menunjukkan
adanya keterlibatan dan peran guru Bahasa Arab, baik dalam hal
perencanaan pembelajaran maupun dalam pelaksanaannya, mulai dari
mengorganisir kegiatan pembelajaran, memonitoring dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran.
Dengan adanya kerja sama tersebut diharapkan dapat merubah
keadaan siswa yang masih belum mampu membaca al-Qur’an dengan
baik dan benar. Apalagi guru al-Qur’an Hadits di madrasah tersebut
hanya satu, jikalau tidak ada bantuan dari guru yang lainnya, maka guru
yang bersangkutan akan kewalahan dan kerepotan.
3) Keterlibatan Peserta Didik Tutor Dalam Proses Pembelajaran
Keberadaan peserta didik yang memiliki kemampuan dan
penguasaan yang baik terhadap bacaan al-Qur’an merupakan faktor
pendukung yang tak kalah pentingnya.
Dari informasi di atas, peneliti dapat menggambarkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an Hadits dapat berjalan dengan baik
salah satu penyebabnya karena mendapat dukungan dari peserta didik
yang memiliki kemampuan bacaan al-Qur’an yang terlibat sebagai tutor.
Dukungan dan keterlibatan mereka ternyata tidak hanya bermanfaat bagi
teman-temannya tetapi juga bermanfaat bagi guru al-Qur’an Hadits.

b. Faktor Penghambat
1) Masih Adanya Peserta Didik Yang Iqra’
Dalam proses pembelajaran al-Qur'an Hadits, ternyata masih
ditemukan peserta didik yang masih iqra’ sebagaimana yang diungkapkan
guru al-Qur’an Hadits,
“Dalam proses pembelajaran al-Qur’an Hadits, masih
ditemukan siswa yang iqra´ yakni iqra’ 3 dan 4. Karena pada awal
pembelajaran, saya uji mereka untuk membaca al-Qur’an satu per

10
satu. Hal ini merupakan hambatan dan PR bagi saya” (Wawancara
oleh Peneliti di Kantor, 9 Februari 2019).
2) Kurangnya Kedisiplinan Peserta Didik
Salah satu hambatan yang dihadapi guru al-Qur’an Hadits adalah
masih adanya peserta didik yang tidak disiplin. Hal tersebut pun juga
didukung oleh hasil observasi peneliti ketika penelitian dan melakukan
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II di Madrasah Tsanawiyah Al-
Khairiyah Kota Jambi. Masih banyaknya siswa yang kurang disiplin
merupakan hambatan bagi setiap guru yang mengajar karena tanpa
disiplin di kalangan peserta didik maka tidak mungkin kegiatan proses
belajar dapat berjalan dengan baik dan pencapaian tujuan secara efektif
dan efisien.
Keterlambatan siswa dapat mempengaruhi proses pembelajaran
karena ketika pelajaran sudah dimulai bahkan di pertengahan proses
pembelajaran, seketika itu peserta didik yang terlambat masuk kelas dan
mengikuti pembelajaran, sehingga menyebabkan guru yang bersangkutan
harus menjelaskan kembali materi pelajaran kepada peserta didik yang
terlambat. Hal ini dapat memakan waktu yang cukup banyak bagi guru
untuk menjelaskan kembali materi pelajaran (Berdasarkan pengamatan
peneliti di lapangan pada tanggal 12 Februari 2019).
3) Kurangnya Jumlah Guru Bidang Studi Al-Qur’an Hadits
Jumlah siswa yang banyak, jika dibandingkan dengan guru bidang
studi al-Qur’an Hadits yang hanya 1 orang, tentunya hal ini jika dilihat
dari segi optimalisasi pelayanan ini belum sebanding, sehingga hal ini
merupakan salah satu hambatan yang dihadapi guru al-Qur’an Hadits.
4) Kurangnya Alokasi Waktu Pembelajaran
“Pembelajaran al-Qur’an Hadits dalam sepekannya hanya satu
kali pertemuan, yakni 2 jam (2 x 40 menit). Jika dibandingkan
dengan banyaknya siswa yang masih belum mampu membaca al-
Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid dan makharijul
hurufnya, ini merupakan hal yang tidak sebanding”. (Wawancara
oleh Peneliti di kelas VIII, 18 Februari 2019).

11
5) Kurangnya Perhatian Orang Tua Peserta Didik Terhadap Kemampuan
Bacaan Al-Qur’an Anaknya
Kurangnya kerja sama yang baik antara orang tua di rumah dengan
guru al-Qur’an Hadits. Sehingga pembelajaran al-Qur’an hanya
dilaksanakan di madrasah dan diserahkan kepada guru al-Qur’an Hadits
yang menyebabkan hal ini menjadi hambatan dalam proses pembelajaran.
6) Diperbolehkannya Peserta Didik Membawa Smartphone Ke Madrasah
Di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah kota Jambi peserta didik
diperbolehkan membawa smartphone atau alat komunikasi lainnya dan
hal tersebut pun tidak adanya larangan atau peraturan dari pihak
madrasah. Juga didukung berdasarkan pengamatan peneliti ketika
melakukan penelitian di lapangan dan Praktek Pengalaman Lapangan
(PPL) II yang mana hampir setiap peserta didik membawa smartphone ke
madrasah dalam setiap harinya.

3. Solusi Guru Al-Qur’an Hadits Dalam Mengatasi Hambatan Yang Dihadapi


Dalam Memperbaiki Bacaan Al-Qur’an Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Al-
Khairiyah Kota Jambi
a. Penyeleksian Pada Saat Penerimaan Peserta Didik Baru
Dengan adanya penyeleksian diharapkan dapat mengatasi hambatan yang
ada di antaranya masih adanya peserta didik yang iqra’.
b. Adanya Jadwal Piket Guru Setiap Hari
Adanya peserta didik yang kurang disiplin pada saat datang ke madrasah
setiap harinya, menyebabkan adanya jadwal piket guru setiap hari. Dengan
adanya jadwal piket guru setiap harinya diharapkan dapat mengontrol dan
mengatasi ketidak disiplinan peserta didik di madrasah ini.
c. Penambahan Guru Bidang Studi Al-Qur’an Hadits
Kurangnya guru merupakan suatu problema, adapun solusinya ialah
penambahan guru bidang studi al-Qur’an Hadits, adanya penambahan guru
bidang studi al-Qur’an Hadits diharapkan dapat mengatasi hambatan di atas.

12
d. Penambahan Alokasi Pembelajaran
Dengan adanya penambahan alokasi waktu pembelajaran diharapkan
dapat mengatasi hambatan di atas.
e. Memerintahkan Siswa Untuk Private Mengaji Di Luar Madrasah
Untuk memperbaiki kesulitan yang dialami oleh peserta didik dalam
membaca al-Qur’an, siswa diperintahkan untuk lebih banyak mempelajari dan
berlatih membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul
hurufnya di luar madrasah baik belajar dengan orang tua, guru private ataupun
ustadz. Tidak hanya di kelas, tetapi peserta didik harus mengembangkan
kemampuan belajarnya dengan orang lain, bisa juga dengan cara mengaji di
mushola maupun majlis lainnya seperti pengajian dan lain-lain.
f. Mengumpulkan Smartphone Peserta Didik Sebelum Pembelajaran Dimulai
Hal tersebut pun sesuai dengan pengamatan peneliti di lapangan dan
peneliti pun melakukan hal yang serupa ketika melakukan Praktek Pengalaman
Lapangan (PPL) II di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah kota Jambi. Dengan
demikian diharapkan dapat mengatasi hambatan di atas.

13
PEMBAHASAN
1. Strategi Pembelajaran
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, dalam bukunya Strategi
Belajar Mengajar mengemukakan bahwa, “strategi merupakan sebuah cara atau
sebuah metode, sedangkan secara umum strategi memiliki pengertian suatu garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan” (Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, 2010, hal. 5).
Dalam konteks pembelajaran, strategi dimaksudkan “sebagai daya upaya
guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya
proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat
tercapai dan berhasil guna” (Ahmad Sabri, 2010, hal. 1).
Dengan demikian maka makna dari strategi pembelajaran adalah langkah-
langkah yang terencana dan bermakna luas dan mendalam serta berdampak jauh
ke depan dalam menggerakkan seseorang agar dengan kemampuan dan
kemauannya sendiri dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan belajar.
2. Guru
Menurut Syaiful Bahri, “guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan
di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga formal, tetapi bisa juga di
rumah, masjid dan lain sebagainya” (Syaiful Bahri Djamarah, 2010, hal. 31).
N.A. Ametembun sebagaimana dikutip oleh Saiful Bahri mengemukakan
bahwa “guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di
sekolah maupun di luar sekolah” (Syaiful Bahri Djamarah, 2010, hal. 32).
Dengan demikian, guru adalah semua pendidik yang bertanggung jawab
untuk membimbing dan membina peserta didik, baik di sekolah maupun di luar
sekolah. Tetapi dalam pembahasan ini, guru hanya difokuskan pada sosok
pendidik yang mengajar, mendidik dan melaksanakan tanggung jawabnya dalam
ruang lingkup sekolah.

14
3. Al-Qur’an Hadits
“Secara bahasa al-Qur’an akar dari kata qara’a yang berarti membaca,
sesuatu yang dibaca. Membaca yang dimaksud adalah membaca huruf-huruf dan
kata-kata antara satu dengan yang lain. Menurut ahli fiqih, al-Qur’an adalah
kalam Allah yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad, yang ditulis dalam bentuk mushaf berdasarkan penukilan secara
mutawatir dan dianggap ibadah bagi orang yang membacanya” (Deden Makbuloh,
2012, hal. 155).
“Adapun secara terminologis, hadits dirumuskan dalam pengertian yang
berbeda-beda di antara para ulama. Ulama hadits mendefinisikan hadits adalah
segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi Muhammad baik berupa sabda,
perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi. Menurut istilah ahli Ushul
Fiqh, hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
selain al-Qur’an, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi yang
bersangkut paut dengan hukum syara” (Endang Soetari, 2005, hal. 2).
Di sini al-Qur’an Hadits merupakan unsur pelajaran agama Islam di
madrasah yang memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang al-Qur’an
dan Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam. Bidang studi al-Qur’an Hadits
yang dimaksud adalah suatu mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah
Tsanawiyah Al-Khairiyah kota Jambi menurut kurikulum yang sudah
ditentukan agar siswa dapat memperdalam ilmu pengetahuan tentang al-Qur’an
dan Hadits.
4. Memperbaiki Bacaan Al-Qur’an
Memperbaiki bacaan al-Qur’an atau tahsinul Qur’an adalah indikasi dari
keimanan seorang muslim. Seorang muslim yang tidak berusaha untuk
memperbaiki bacaan al-Qur’annya, maka keimanannya terhadap al-Qur’an
sebagai Kitabullah patut diragukan. Oleh karena itu wajib hukumnya bagi setiap
muslim dan muslimah untuk memperhatikan bacaan al-Qur’annya. Dalam
menunaikan kewajiban tersebut maka seseorang harus memiliki kemampuan
membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sehingga hikmah-hikmah yang

15
terkandung di dalam al-Qur’an dapat dipahami dan direalisasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Setiap huruf di al-Qur’an memiliki hak sesuai panjang dan pendeknya. Jadi
maka layaklah ada anjuran membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, jadi
bahasa al-Qur’an memiliki panjang dan pendek yang sudah ditetapkan. Hal ini
tentu berbeda dengan kita mengucapkan bahasa Indonesia, Inggris, bahkan bahasa
Arab dalam pembicaraan. Bahasa Arab dalam percakapan itu diucapkan seperti di
percakapan bahasa pada umumnya, yang mana hal ini berbeda dengan bacaan al-
Qur’an.
“Selanjutnya pembelajaran al-Qur’an yang harus dilakukan kepada peserta
didik adalah pembelajaran yang mengarah pada kemampuan membaca dengan
fasih sesuai kaidah-kaidah hukum tajwid yang benar, seperti halnya hukum
bacaan idgham, idzhar, iqlab, ikhfa, mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil,
makhraj al-huruf, sifat huruf dan banyak lagi istilah-istilah yang ada dalam ilmu
tajwid. Tanpa pemahaman dalam hal tersebut, peserta didik akan mengalami
kesulitan dalam mempelajari bacaaan al-Qur’an secara baik dan benar. Sehingga
proses penerapannya dituntut bagi setiap pendidik untuk lebih dahulu menguasai
hal tersebut. Bahkan diharapkan mampu mengantarkan peserta didik menuju
kompetensi yang lebih tinggi, yakni kemampuan membaca al-Qur’an dengan
tilawah disertai lagu-lagu yang merdu seperti lagu bayyati, nahawan, hijaz, sikka,
rash, jiharka dan lain-lain” (Komari, 2008, hal. 11).
5. Siswa
“Kata siswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kata
benda yang sinonim dengan kata murid, terutama pada tingkat sekolah dasar dan
menengah” (Hasan Alwi, 2007, hal. 1007).
Menurut St. Vembriarto dalam Kamus Pendidikan, “kata siswa diartikan
peserta didik yang belajar di Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Menengah” (St. Vembriarto, 2004, hal.
61).

16
Menurut Sardiman, A. M, “siswa atau anak didik dalam proses belajar
mengajar dikatakan sebagai kelompok manusia yang belum dewasa dalam artian
jasmani maupun rohani” (Sardiman, A. M, 2010, hal. 112).

KESIMPULAN
Strategi guru al-Qur’an Hadits dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an siswa
di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah kota Jambi meliputi, pengenalan
kemampuan peserta didik, pemberian motivasi kepada peserta didik, penggunaan
metode klasik, pembelajaran melalui tutor sebaya dan melakukan proses
pembelajaran di mushala
Faktor pendukung yang didapatkan guru al-Qur’an Hadits dalam
memperbaiki bacaan al-Qur’an siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah kota
Jambi meliputi, keikutsertaan kepala madrasah dalam memonitoring pembelajaran
dan keikutsertaan guru bidang studi Bahasa Arab dalam pelaksanaan
pembelajaran al-Qur’an Hadits. Adapun faktor penghambat yang dihadapi guru
al-Qur’an Hadits dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an siswa di Madrasah
Tsanawiyah Al-Khairiyah kota Jambi meliputi, masih adanya peserta didik yang
iqra’, kurangnya kedisplinan peserta didik, kurangnya jumlah guru bidang studi
al-Qur’an Hadits, kurangnya alokasi waktu pembelajaran, kurangnya perhatian
orang tua peserta didik terhadap kemampuan bacaan al-Qur’an anaknya dan
diperbolehkannya peserta didik membawa smartphone ke madrasah.
Solusi guru al-Qur’an Hadits dalam mengatasi hambatan yang dihadapi
dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-
Khairiyah kota Jambi meliputi, penyeleksian pada saat penerimaan peserta didik
baru, adanya jadwal piket guru setiap hari, penambahan guru bidang studi al-
Qur’an Hadits, penambahan alokasi waktu pembelajaran, memerintahkan siswa
untuk private mengaji di luar madrasah dan mengumpulkan smartphone peserta
didik sebelum pelajaran dimulai.

17

Anda mungkin juga menyukai