Oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Terimakasih kepada para penulis dari sumber literatur yang telah peneliti
muat dalam penelitian ini, sehingga proposal skripsi ini dapat tersusun dengan baik
dan sesuai dengan kaidahnya, Namun penulis juga menyadari masih banyak
kekurangan didalam penelitian ini, apabila proposal skripsi ini dapat memberikan
manfaat maka penulis ucapkan terimakasih.
Puja Sagita
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, dimana
umat Islam percaya bahwa kitab ini diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai pedoman umat Islam harus dipelajari dan diamalkan
dalam segala aspek kehidupan. Upaya meningkatkan kualitas umat Islam, perlu
diadakan kegiatan yang intensif untuk pembelajaran Al-Qur’an sebagai
pedoman hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an sebagai
sendi keimanan bagi kaum muslimin yang pada dasarnya membacanya adalah
merupakan bagian dari ibadah. Al-Qur’an sebagai kalam Allah dan mukjizat
yang besar pada diri Nabi Muhammad SAW merupakan sumber pokok ajaran
Islam. Ia selamanya terpelihara, baik dari segi eksistensinya, maupun dari segi
orisinalitasnya. Allah berfirman dalam Q.S Al-Hijr/15:9.1
1
Said Agil Husin Al Munawar, Dimensi Kehidupan dalam Perspektif Islam, (Bogor:
Puskata Litera Antarnusa, 2002), h. 100.
2
Terjemahan KEMENAG 2019, Q.S. Al-Hijr ayat 9.
1
namun generasi muda jaman sekarang memiliki keterbatasan ilmu pengetahuan
terutama ilmu agama khususnya Baca Tulis Al-Qur’an. Melihat fenomena
tersebut, kaitannya dengan ilmu agama sebagai sumber hukum agama yang
paling dominan adalah Al-Qur’an. Peserta didik harus tau membaca dan
menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar, karena sebaik-baiknya manusia
adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.
Adapun langkah awal agar memahami segala pesan yang tercantum di
dalamnya yaitu dengan cara membacanya sesuai dengan kaidah ilmu tajwid,
diperlukan pengajaran, latihan dan pembiasaan. Hal ini sangat penting karena
membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca kitab suci dan buku yang
sering kita baca setiap saat.
Salah satu aspek dalam Pendidikan agama Islam yang perlu
mendapatkan perhatian lebih adalah materi tentang membaca dan menulis Al-
Qur’an dengan baik dan benar. Namun pada umumnya, para orangtua lebih
menitikberatkan pada pendidikan umum sehingga banyak anak muslimin yang
belum bisa membaca dan menulis huruf Al-Qur’an dengan benar. Ia diturunkan
untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita, menuju cahaya yang terang
benderang, serta membimbing mereka menuju jalan yang lurus, dan
menjadikannya sebagai pedoman hidup bagi setiap manusia, yang mana setiap
manusia berkewajiban untuk belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.
Sebagaimana hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:
ُعلَّ َمه
َ َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَلَّ َم اْلقُ ْرآنَ َو
Artinya:
3
Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mugirah al-Bukhari, Al-Jami’ al-Sahih,
1987, Juz 6, No Hadits 5027, T, Tp: Dar al-Syu’b.
2
huruf-huruf Al-Qur’an. Anak diharapkan memiliki kemampuan menulis
(kitabah) aksara Al-Qur’an dengan baik dan benar dengan cara imla’ dikte’ atau
setidak-tidaknya dengan cara menyalin (naskh) dari mushaf.4
“(1) Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (2) Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah (3) Bacalah dan Tuhanmulah yang
maha mulia (4) Yang mengajar (manusia) dengan pena (5) Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.”6
4
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2004), h. 67-68.
5
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, (Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah Al-Urwatul Wutsqo, 2018), h. 02.
6
Terjemahan KEMENAG 2019, Q.S. Al-‘Alaq ayat 1-5.
3
metode ‘Titian Ingatan’ dalam metode Abahata Aljabari. Penggunaan metode
Abahata Aljabari ini bertujuan untuk mempermudah belajar anak didik dalam
hal membaca dan menulis Al-Qur’an. Metode Abahata AlJabari menggunakan
LACIP skills:
- Listening : Mendengarkan,
- Arranging : Mengatur
- Constructing : Mengkonstruksi
- Imitation : Meniru
- Pronunciation : Pengucapan
Dengan menggunakan metode tersebut mampu menarik perhatian anak didik,
yang mampu mencapai hasil perkembangan belajar yang maksimal.7
Pada penelitian ini, penulis mengangkat satu metode yang berkembang
pada abad ini, yaitu metode Abahata Aljabari, yang merupakan metode belajar
membaca dan menulis Al-Qur’an yang menggunakan titian ingatan yang terdiri
dari Solawat Badar, Kitab Qur’an, dann Solmisasi ( Do Re Mi). Sehingga dalam
pembelajaran peserta didik dapat tuntas dan khatam dalam membaca dan
menulis Al-Qur’an. Dengan penerapan titian ingatan dalam bacaan Al-Qur’an
sehingga berdampak pada hasil belajar anak didik.
Berkenaan dengan Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif merupakan
suatu wadah sosial yang melayani masyarakat marjinal melalui kegiatan
penyuluhan. Penyuluhan yang diberikan pendidikan, agama Islam, dan
kewirausahaan. Melihat betapa pentingnya membaca Al-Qur’an dengan baik
dan benar, maka Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif berupaya untuk ikut
berperan dan senantiasa berupaya untuk mengajarkan peserta didik agar mampu
membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-
kaidah ilmu tajwid. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menerapkan
metode Abahata Aljabari yang pertama kali dilaksanakan di Yayasan pada
tahun ajaran 2017/2018, dan hanya berlangsung selama setahun karena
kurangnya tenaga pengajar. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan
Minggu. Kegiatan dilaksanakan sebagai bentuk antusias pengelola Yayasan
dalam membina anak didiknya untuk mencetak generasi yang peduli terhadap
7
Yusuf Sodik, Bimbingan Praktis Baca Tulis Al-Qur’an Metode Aljabari, (Jakarta:
Yudhistira, 2012), h. 09.
4
kalam Illahi, sehingga menghasilkan generasi yang memiliki kualitas baca Al-
Qur’an yang tinggi.
Namun yang menjadi permasalahan yang penting untuk dipertanyakan
adalah seberapa jauh pemahaman terkait metode Abahata Aljabari terhadap
kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an bagi peserta didik terkhusus
pada anak binaan Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif. Peneliti menemukan
masalah yaitu banyaknya anak binaan yang belum mampu membaca Al-Qur’an
sesuai dengan Makharij al Huruf dan tajwid yang benar. Kurangnya perhatian
pengajar mengenai kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an anak binaan,
dan tidak adanya pendekatan khusus yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an.
Berangkat dari hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang penggunaan metode Abahata Aljabari terhadap kemampuan membaca
dan menulis Al-Qur’an anak binaan Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif.
Sehingga penulis menuangkan ide penelitian yang berjudul “Pengaruh
Metode Abahata Aljabari Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an
Remaja (10-19 Tahun) Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok
Labu”.
- Listening : Mendengarkan,
- Arranging : Mengatur
- Constructing : Mengkonstruksi
5
- Imitation : Meniru
- Pronunciation : Pengucapan
Dengan menggunakan metode tersebut mampu menarik
perhatian peserta didik dan mampu mencapai hasil perkembangan
belajar yang maksimal.
2. Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an.
3. Subjek pada penelitian ini adalah Remaja (10-19 Tahun) yang berada
Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
Rumusan Masalah
Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a. Dapat diketahui gambaran tentang konsep Pengaruh Metode
Abahata Aljabari Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an
Remaja (10-19 Tahun) Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif
Pondok Labu.
6
b. Dapat diketahui Pengaruh Metode Abahata Aljabari Terhadap
Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) Di
Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
2. Praktis
a. Untuk memahami dan lebih mendalami ilmu pengetahuan
peneliti pada bidang ilmu dakwah dan ilmu komunikasi
terkhusus dalam hal bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai
penerapan metode Abahata Aljabari terhadap kemampuan baca
tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) di Yayasan Rumah
Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan mendasar
khususnya bagi Remaja (10-19 Tahun) di Yayasan Rumah
Penyuluhan Kreatif Pondok Labu atau elemen lainnya terutama
dalam usaha meningkatkan pengaruh metode Abahata Aljabari
terhadap kemampuan baca tulis Al-Qur’an Remaja (10-19
Tahun) di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
8
Shofiah Jauharoh Fuadah, Pengaruh Penerapan Metode Tartil Dan Lingkungan Keluarga
Terhadap Kemampuan Membaca al-Qur'an Remaja Masjid Al-Karim Mojoreto Ponorogo, Skripsi,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. IAIN Ponorogo, 30 Mei 2021.
9
Ira, Pengaruh penerapan metode iqra’ terhadap peningkatan kemampuan membaca Al-
Qur'an pada Peserta didik SMP Negeri 7 Anggeraja Kabupaten Enrekang, Skripsi, Fakultas Ilmu
tarbiyah dan Keguruan. UIN Alauddin Makssar, 16 Agustus 2017.
8
74% dipengaruhi oleh variabel yang lain yang tidak diungkapkan dalam
penelitiannya.10
4. Pengaruh Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Terdahap
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Peserta Didik Di MA DDI
Kaballangang Kabupaten Pinrang
Disusun oleh Adi Irwandi, NIM 151100098 Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Parepare. Berdasarkan penelitian
tersebut terdapat pengaruh positif dan signifikan antara metode
pembelajaran baca tulis Al-Qur’an dan kemampuan membaca Al-Qur’an
peserta didik di MA DDI Kaballangang Kabupaten Pinrang. Besarnya
pengaruh antara metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik adalah 9,9% sedangkan
sisanya 90,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.11
5. Pengaruh Penerapan Metode Tartil Terhadap Kemampuan Membaca
Al-Qur’an Di SDN Bedikulon Bungkal Ponorogo
Disusun oleh Sartika Diana Pratiwi, NIM 210615116 Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Ponorogo. Data
dianalisis menggunakan Uji N-Gain dengan skor kelas kontrol sebesar
21,2% termasuk kategori tidak efektif dan 63,4 % untuk kelas eksperimen.
Hasil menunjukkan bahwa penerapan metode tartil cukup efektif untuk
meningkatkan kemampuan membaca al-Qur'an siswa di SDN 2 Bedikulon.
Persamaan penelitian yang akan peniliti lakukan adalah sama-sama
membahas tentang pengaruh metode baca tulis Al-Qur’an terhadap
peningkatan kemampuan membaca Al-Qur'an siswa, perbedaannya yaitu
mengenai lokasi penelitian berbeda.12
10
Latifah, Pengaruh Penerapan Metode Yanbu’a Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an
Di Kelas II MI Sunan Panandaran Ngaglik Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016, Skripsi,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 10 Juni 2016.
11
Adi Irwandi, Pengaruh Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Terdahap Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Peserta Didik Di MA DDI Kaballangang Kabupaten Pinrang, Skripsi, Fakultas
Tarbiyah. IAIN Parepare, 23 Januari 2022.
12
Sartika Diana Pratiwi, Pengaruh Penerapan Metode Tartil Terhadap Kemampuan Membaca
Al-Qur’an Di SDN Bedikulon Bungkal Ponorogo, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. IAIN
Ponorogo, 19 Juli 2019
9
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian
dengan perincian sebagai berikut:
PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, kajian terdahulu, dan sistematika penulisan.
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas teori Metode Abahata Aljabari, Kemampuan Baca
Tulis Al-Qur’an, Remaja (10-19 Tahun), Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis.
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan pendekatan dan metode penelitian, populasi dan
sampel, tempat dan waktu penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
uji instrumen data, dan teknik pengelolahan data.
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Metode Membaca Al-Qur’an
1. Metode
Metode adalah suatu proses atau cara sistematis yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu dengan efisiensi, biasanya dalam urutan langkah-
langkah tetap yang teratur.13 Secara etimologis istilah metode berasal dari
bahasa Yunani yaitu metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha”
yang berarti melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.14 Metode berarti
jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.15 Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk
mencapai maksud.16
Metode dan sistem membentuk hakikat ilmu. Sistem bersangkutan
dengan isi ilmu, sementara metode berkaitan dengan aspek formal. Lebih tepat,
sistem berarti keseluruhan pengetahuan yang teratur atau totalitas isi dari ilmu.
Dalam upayanya mencapai tujuan, pendidikan memerlukan proses, maka salah
satu prosesnya adalah pengajaran atau pembelajaran. Dengan kata lain,
pembelajaran merupakan metode dalam pendidikan secara umum. Sementara
itu pembelajaran itu sendiri memiliki tujuan khusus.17 Jadi dari pemahaman di
atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara, proses atau jalan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
13
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, Annaba: Jurnal
Pendidikan Islam Volume 4 No. 1 Maret 2018, h.57.
14
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 61.
15
Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Yogyakarta: TERAS, 2009), h. 56.
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. II, Cet. IV,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal. 652.
17
Muhammad Ali Bakri, Metode Langsung (Direct Method) Dalam Pengajaran Bahasa Arab,
Al-Marji. Jurnal Pendidikan Bahasa Arab. Volume 1. Nomor 1. Juni 2017, h. 02
18
Muhammad Bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 1999), h. 53.
11
dengan makhraj-nya, memperhatikan tempat berhentinya, membacanya dengan
hati-hati tanpa membuat kesalahan, tidak men-sukun-kan huruf yang berharakat
dan juga tidak mendengungkannya.
12
Indonesia. Metode Abahata Aljabari diterima oleh Departemen Keagamaan
Indonesia dan digunakan di dalam kurikulum pendidikan agama Indonesia.
Metode Abahata Aljabari dinilai dan diuji oleh Prof. Dato’ Dr. Zulkifli Mohd
Yusoff, beliau adalah seorang pakar pengajian Al-Qur’an. Metode Abahata
Aljabari sudah sampai ke negara Malaysia yang mana mendapatkan kerjasama
dengan Centre Of Quranic Research (CQR) University Of Malaysia.19
Metode lagu ‘Titian Ingatan’ menjadi acuan utama untuk mempelajari
Al-Qur’an dengan metode Abahata Aljabari yang membuat pembelajaran Al-
Qur’an ini menjadi Fun and Active Learning. Di dalam lagu ‘Titian Ingatan’
Abahata Aljabari terdapat gerakan khusus setiap harakatnya agar memudahkan
para pelajar dalam mengenal huruf-huruf berbaris dan pergerakan ini
menghubungkan kepada muscle memory (kemampuan untuk mereproduksi
gerakan tertentu tanpa pikiran sadar, yang diperoleh sebagai hasil dari
pengulangan gerakan tersebut. Singkatnya, muscle memory adalah ingatan dari
otot tubuh terhadap aktivitas yang pernah mereka lakukan). Berikut lirik lagu
‘Titian Ingatan’ dalam mempelajari metode Abahata Aljabari:
“Sholatullah salamullah ‘ala thoha rasulillah, sholatullah salamullah
‘ala yasin habibillah. Kitab qur’an firman Allah diwahyukan pada Nabi
pedoman semua insan menuju kesalamatan. Mari membaca Al-Qur’an
beribadah kepada Allah meningkatkan ketaqwaan mendatangkan ketentraman.
A-BA-HA-TA JA-DA-SA-KHO TSA-DZA-SHO-ZA ‘A-SYA-RO-DHO THO-
FA-GHO-ZHO KA-MA-QO-LA HA’-YA-NA-WA2x…”
Di dalam metode Abahata Aljabari terdapat penulisan rasm
(menggambar atau melukis) agar membantu daya ingatan pelajar, metode
Abahata Aljabari dapat cepat ditangkap dikarenakan metode ini dilakukan
secara berkelompok bukan perseorangan ditambah dengan silabus yang teratur
dan rapih,20
19
Abahata Aljabari. 2014, 12 Desember. Sejarah Aljabari [Video]. YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=lilpQkySDxE
20
IPAQ Institut Pengajian Al-Quran. 2021, 4 Mei. Pengenalan Kaidah ABAHATA IPAQ
[Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=nVEuTnRHfHs
13
C. Kemampuan Membaca dan Menulis Al-Qur’an
1. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti bisa atau sanggup,21
kemudian mendapat awalan ke- dan akhiran -an, yang selanjutnya menjadikan
kemampuan mempunyai arti kecakapan dalam suatu hal. Kemampuan yang
dimaksudkan di sini ialah penguasaan remaja (10-19 tahun) Yayasan Rumah
Penyuluhan Kreatif Pondok Labu dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an.
Sebelum menjelaskan pengertian membaca Al-Qur’an terlebih dahulu
peneliti menguraikan arti setiap katanya. Membaca adalah proses untuk
mengenal kata dan memahami arti kata dalam kalimat yang terstruktur sehingga
hasil akhir dari proses membaca seseorang adalah mampu membuat intisari
bacaan.22
Kemampuan dalam membaca adalah kemampuan seseorang
menganalisa, meresapi dan mendapatkan informasi atau pesan sebagai bentuk
komunikasi penting bagi setiap individu karena kemampuan membaca adalah
hal utama dalam memahami suatu bacaan. Membaca adalah sesuatu yang
berharga karena dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berawal
dari satu kitab atau bacaan.
Al-Qur'an merupakan bentuk masdar dari kata qara'a yang bermakna
mengumpulkan. Masdar dari kata qara'a yakni al-qira'ah bermakna
mengumpulkan huruf-huruf dan kalimat-kalimat antara satu dengan yang lain
secara urut. Jadi mampu membaca Al-Qur'an merupakan kewajiban yang harus
dimiliki seorang muslim, karena dengan membaca Al-Qur'an seseorang dapat
mengetahui dan memahami ajaran-Nya.
2. Pengertian Kemampuan Menulis Al-Qur’an
Menulis menjadi hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Mampu dan
terampil menulis dengan baik dan benar menjadi salah satu tujuan pembelajaran
di sekolah-sekolah baik yang formal maupun informal. Dengan menulis anak
21
Rumainur, Efektivitas Metode At-Tartil dalam Pembelajaran Tahsin Al-Quran Mahasiswa
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Di Kalimantan Timur, Jurnal Penelitian Fenomena, Vol. 11, No.
1, (2018), h. 03.
22
Muhsyanur,Pengembangan Keterampilan Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa
Reseptif, (Yogyakarta: CV Bugenese, 2019) h. 11.
14
dapat membaca kembali huruf-huruf yang di tulisnya. Selain itu, anak akan
lebih cepat dan tahan lama untuk mengingatnya.23
Sebagaimana yang diungkapkan Kusnawan dalam bukunya
“Berdakwah Lewat Tulisan” pada dasarnya setiap orang memiliki keterampilan
dan potensi dalam menulis, hanya saja keterampilan dan potensi yang dimiliki
harus dikembangkan.24 Kata huruf berasal dari bahasa arab : Harfun, Al-Harfu.
Huruf arab yang terdapat dalam Al-Qur’an terdiri dari 28 huruf atau 30
(termasuk lam – Alif dan Hamzah) yang sering disebut dengan huruf
hijaiyyah.25 Dalam menulis huruf hijaiyyah, diperlukan suatu keterampilan dan
potensi yang harus dikembangkan. Jika potensi yang dimiliki seseorang tidak
dilatih secara continue dan konsisten, maka potensi tersebut menjadi hilang
perlahan-lahan. Jadi, kemampuan menulis Al-Qur’an adalah keterampilan
menuliskan huruf-huruf hijaiyah dalam Al-Qur’an sesuai dengan kaidah
penulisan yang benar.
3. Indikator Kemampuan Membaca dan Menulis Al-Qur’an
Kemampuan membaca dan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar
memerlukan tahapan-tahapan tertentu, hal ini sesuai dengan teori yang
mengungkapkan bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an dapat dimiliki
melalui beberapa tahapan, yaitu tahap kemampuan melafalkan huruf-huruf
dengan baik dan benar, sesuai dengan makhroj dan sifatnya. Adapun indikator-
indikator kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an dapat dicapai pada
beberapa poin di bawah ini:
a. Ketepatan Membaca dengan Kaidah Tajwid
Tahap kemampuan membaca ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan
hukum-hukum tajwid dan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan lancar dan
tetap memperhatikan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Ilmu tajwid adalah
pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca dengan sebaik-baiknya.
Tujuan dari mempelajari tajwid yaitu untuk menghindari kesalahan saat
membaca Al-Qur’an. Hukum dari mempelajari tajwid yakni fardhu kifayah
tetapi membaca dengan menggunakan kaidah tajwid hukumnya fardhu ‘ain.
23
Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 134.
24
Aep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung: Mujahid Press, 2004), h. 05.
25
Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2005), h.
05.
15
b. Kesesuaian Membaca dengan Makharij al-Huruf
Makharij al-Huruf adalah membaca huruf-huruf sesuai dengan tempat
keluarnya huruf seperti tenggorokan, di tengah lidah, antara dua bibir dan lain-
lain. Dalam membaca Al-Qur'an sebaiknya seseorang harus mampu
membedakan bunyi huruf hijaiyah yang hampir sama, yaitu tempat-tempat
keluar huruf ketika membunyikannya. Makharij al-Huruf semuanya berjumlah
17 buah yang terbagi dalam 5 tempat. Tempat letaknya makhraj-makhraj
diantaranya adalah jauf (di rongga mulut), halq (di rekungan), lisan (terletak di
lidah), syafatain (di dua bibir), khaisyum (di pangkal hidung).26
c. Kelancaran Membaca Al-Qur’an dengan Tartil
Kelancaran berasal dari kata dasar lancar. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti tidak tersangkut, tidak terputus, tidak tersendat, fasih, tidak
tertunda-tunda. Kelancaran yang dimaksud disini yaitu kelancaran dalam
membaca al-Qur’an dengan tartil secara pelan dan jelas.
4. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca dan Menulis Al-
Qur’an
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan baca tulis Al-Qur’an
dapat digolongkan menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor ekternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal ini meliputi dua faktor, yaitu: faktor fisiologis dan faktor
psikologis. Faktor Fisiologis. Kondisi fisiologis pada umumnya sangat
berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Begitu juga dengan
belajar baca tulis Al-Qur’an. Seseorang yang yang dalam keadaan segar
jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan
kelelahan. Selain itu hal yang tidak kalah penting nya adalah kondisi panca
indra (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai
melihat, dan telinga sebagai pendengar.27 Sedangkan faktor Psikologis, diantara
faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan baca tulis Al-Qur’an adalah
sebagai berikut:
26
Samsul Amin, Ilmu Tajwid Lengkap, (Yogyakarta: El-ameen Publisher, 2020), h. 18.
27
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 189.
16
a. Intelegensi. Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir,
yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Selain itu
William Stern mengemukakan batasan sebagai istilah, intelegensi ialah
“Kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan
menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya”.28 Sedangkan
menurut J.P. Chaplin, intelegensi yaitu “Kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat”.29
Kemampuan/intelegensi seseorang ini dapat terlihat adanya beberapa hal, yaitu:
(a) Cepat menangkap isi pelajaran. (b) Tahan lama memusatkan perhatian pada
pelajaran dan kegiatan. (c) Dorongan ingin tahu kuat, banyak inisiatif. (d) Cepat
memahami prinsip dan pengertian. (e) Sanggup bekerja dengan pengertian
abstrak. (f) Memiliki minat yang luas.30
b. Bakat. Di samping Intelegensi (kecerdasan), bakat merupakan faktor
yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang, khususnya
dalam baca tulis Al-Qur’an. Bakat atau attitude menurut Hilgard: “The capacity
to learn”. Dengan kata lain bakat adalah “Kemampuan untuk belajar,
kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah
belajar atau berlatih”.
c. Minat. Minat adalah “Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan itu diperhatikan terus menerus
disertai dengan rasa senang”.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri anak didik.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca dan
menulis Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Pertama, faktor Instrumental. Faktor ini terdiri dari: (1) Guru, adalah
“Seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan siswanya mampu
28
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.
52.
29
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 56.
30
Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
h. 119.
17
merencanakan, menganalisa dan mengumpulkan masalah yang dihadapi”. (2)
Kurikulum, merupakan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran. (3) Sarana dan
Fasilitas, sarana mempunyai arti penting dalam suatu pendidikan, khususnya
baca tulis Al-Qur’an. Tersedianya gedung sekolah misalnya sebagai tempat
yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. (4)
Lingkungan Masyarakat, yang dimaksud disini adalah lingkungan di luar
sekolah, lingkungan masyarakat dapat berarti lingkungan keluarga dan
lingkungan sekelilingnya.31
Kedua, faktor keluarga. Pengaruh dari keluarga dapat berupa: cara
orang tua mendidik, pengertian orang tua, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
Ketiga, faktor masyarakat sekitar. Masyarakat merupakan salah satu
faktorn ekstern yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi
karena keberadaan siswa dalam suatu lingkungan masyarakat. Dalam hal ini
bias berupa: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk
kehidupan masyarakat, dan lingkungan sosial budaya.
D. Remaja
1. Pengertian Remaja
Menurut WHO (Who Health Organization) bahwa definisi remaja
dikemukakan melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial-
ekonomi. Sehingga dapat dijabarkan bahwa remaja adalah suatu masa dimana
individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan sosial. Individu yang
mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak
menjadi dewasa. Serta individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan
menjadi keadaan yang relatif lebih mandiri.32
Pendapat tentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli, organisasi,
maupun lembaga kesehatan. Menurut WHO (Who Health Organization) remaja
31
M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), h. 08.
32
Sarwono, Psikologi Remaja, Edisi Revisi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010), h.13.
18
merupakan periode usia 10 sampai 19 tahun. Menurut PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) usia remaja berada dikisaran usia 15 sampai 24 tahun.
Sedangkan, menurut The Health Resources Services Administrations
Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja terbagi menjadi tiga tahap,
yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun), remaja akhir
(18-21 tahun).33
Remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
kemasa dewasa, dengan ditandainya individu telah mengalami perkembangan-
perkembangan atau pertumbuhan-pertumbuhan yang sangat pesat disegala
bidang, yang meliputi dari perubahan fisik yang menunjukkan kematangan
organ reproduksi serta optimalnya fungsi-fungsional organ-organ lainnya.
Selanjutnya perkembangan kognitif yang menujukkan bagaimana cara gaya
berfikir masa remaja, serta pertumbuhan sosial emosional remaja, dan seluruh
perkembangan-perkembangan lainnya yang dialami sebagai masa persiapan
untuk memasuki masa dewasa ini. Untuk memasuki tahap dewasa,
perkembangan remaja banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan selama
pertumbuhannya diantaranya: hubungan dengan teman sebayanya, orang
tuanya, hubungan dengan kondisi lingkungannya, serta pengetahuan
kognitifnya.
2. Aspek-aspek Perkembangan Pada Remaja
1) Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai
dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih
dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah
kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk
meningkatkan kemampuan kognitif.34
33
Kusmiran, E, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, (Jakarta : Salemba Medika, 2011),
h. 12.
34
Yusuf Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 13.
19
2) Perkembangan Kognitif
Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana
informasi yang didapatkan tidak langsung diterima. Perkembangan Kognitif
adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar,
berpikir, dan bahasa. Masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin
luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.
Tahap perkembangan kogitif ini sebagai tahap operasi formal. Tahap
operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang telah mampu berpikir
secara abstrak. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau
penjelasan tentang sesuatu. Remaja mampu memikirkan suatu situasi yang
masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja telah mulai mempunyai
pola berpikir sebagai peneliti, di mana mereka mampu membuat suatu
perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum
sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja ialah kecenderungan cara berpikir
egosentrisme. Egosentirsme adalah ketidakmampuan melihat suatu hal dari
sudut pandang orang lain. Cara berpikir egosentrisme dikenal dengan istilah
personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak
terpengaruh oleh hukum alam. Egosentrik ini akan mendorong perilaku
merusak diri atau self-destructive oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka
terlindung dari bahaya. Remaja memiliki semacam perasaan invulnerability
yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang
membahayakan diri, merupakan kutipan yang popular dalam penjelasan
berkaitan perilaku beresiko yang dilakukan remaja.35
3) Perkembangan Kepribadian dan Sosial
Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan
dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan perkembangan
sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan
kepribadian yang penting pada masa remaja ialah pencarian identitas diri.
Pencarian identitas diri adalah proses menjadi seseorang yang unik dengan
35
Sarwono Sarlito, Psikologi Remaja Edisi Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.
14.
20
peran yang penting dalam hidup. Perkembangan sosial pada remaja lebih
melibatkan kelompok teman sebaya dibandingkan orangtua.
E. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan observasi di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu
bahwa kemampuan anak binaan Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu
dalam membaca dan menulis Al-Qur’an masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari cara
membaca dan menulis Al-Qur’an anak binaan yang masih belum sesuai dengan
kaidah tajwid dan makharij al-Huruf yang benar, adanya metode khusus yakni
Abahata Aljabari untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-
Qur'an sehingga peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan metode Abahata
Aljabari apakah mendapatkan pengaruh yang baik dalam membaca dan menulis Al-
Qur’an di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
Metode Abahata Aljabari adalah metode pembelajaran membaca dan
menulis Al-Qur’an dengan metode lagu ‘Titian Ingatan’ sehingga dapat
memperhatikan tajwid dan makharij al-hurufnya agar anak binaan Yayasan Rumah
Penyuluhan Kreatif Pondok Labu dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
sehingga makna yang terkandung tidak berubah dan salah. Metode Abahata Aljabari
diterapkan di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu untuk
meningkatkan kemampuan anak binaan dalam membaca Al-Qur’an. Dengan
demikian akan terlihat apakah dapat berpengaruh hasil dari penggunaan metode
Abahata Aljabari tersebut. Hasil akhir dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah penggunaan metode Abahata Aljabari berpengaruh terhadap kemampuan
membaca dan menulis Al-Qur’an anak binaan Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif
Pondok Labu. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan melalui bagan berikut
mengenai Pengaruh Metode Abahata Aljabari Terhadap Kemampuan Baca Tulis
Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok
Labu:
21
F. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah
penelitian yang dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Jawaban yang
diberikan masih bersifat sementara karena hanya didasarkan pada teori yang
relevan dan belum didasari pada fakta empiris yang didapatkan melalui
pengumpulan data.36 Maka hipotesis dapat pula dinyatakan sebagai jawaban
teoritis atas sebuah rumusan masalah, namun belum jawaban empirik. Maka
Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini sebagai berikut:
H0 : Tidak Dapat Pengaruh Yang Positif Antara Metode Abahata
Aljabari Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun)
di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
Ha : Terdapat Pengaruh Yang Positif Antara Metode Abahata Aljabari
Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) di
Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014),
h. 63.
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
37
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), h. 18.
38
Sutedi Andrian, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 54.
39
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h. 73.
23
diujicobakan.
Model yang digunakan dapat dilihat dari tabel berikut.40
O1 X O2
Keterangan:
O1 : Pretest
X: Treatment atau Perlakuan
O2 : Posttest
Metode eksperimen pada penelitian ini berkaitan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh sebelum dan sudah diberikan Metode Abahata Aljabari
Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) Di Yayasan
Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
b. Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari
populasi tersebut harus betul-betul representative (mewakili). Ukuran sampel
merupakan banyaknya sampel yang akan diambil dari suatu populasi, jika jumlah
populasinya kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil secara
40
Arikunto. S, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002), h. 78.
41
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Ibid, h. 64.
24
keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil
10-15% atau 20-25% dari jumlah populasinya.42
Berdasarkan penelitian ini karena jumlah populasinya tidak lebih besar
dari 100 orang responden, maka penulis mengambil 100% jumlah populasi yang
ada pada Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif yaitu sebanyak 41 orang responden.
Dengan demikian penggunaan seluruh populasi tanpa harus menarik sampel
penelitian sebagai unit observasi disebut sebagai Teknik jenuh (sensus).
Dalam pengumpulan data penelitian penulis menggunakan beberapa
kriteria yang digunakan sebagai data dalam pemenuhan karakteristik sampel
penelitian, kriterianya sebagai berikut, 1) Merupakan Remaja (10-19 Tahun) Di
Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu, 2) Mengikuti Kegiatan belajar
mengaji metode Abahata Aljabari.
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.43 Adapun data primer dalam
penelitian ini adalah angket atau kuesioner yang dibagikan kepada para responden
secara langsung yaitu Remaja (10-19 tahun) dengan kriteria telah mengikuti
kegiatan belajar mengaji dengan metode Abahata Aljabari.
2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan sebagai data yang diperoleh secara tidak
42
Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, (Bandung: ALFABETA, 2012), h.73.
43
Burhan Bungin, Metode Penelitain Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan
PublikSera Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada, Media Group, 2010), h. 122.
25
langsung atau melalui sumber kedua.44 Adapun data sekunder yang terdapat dalam
penelitian ini berasal dari berbagai sumber literatur dan internet yang berkaitan
dengan penelitian ini guna sebagai penguat data penelitian.
1) Observasi
44
Burhan Bungin, Ibid, h. 60.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014),
h. 145.
46
Ismail Nurdin dan Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Media Sahabat
Cendekia, 2019), h. 174.
26
(treatment).
Kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Alat pengumpul data yang diberikan untuk dijawab responden adalah
dengan memberikan Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah diukur
melalui skala likert. Pernyataan yang ada pada kuesioner akan diukur dengan
menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi mengenai metode yang digunakan.47
3) Dokumentasi
Uji instrumen adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh,
mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden
yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama.48 Adapun uji
instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1) Uji Validitas
Azwar menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur
(test) dalam melakukan fungsi ukurnya. Sedangkan menurut Sudjana menyatakan
bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang
dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.49
2) Uji Reliabilitas
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 193.
48
Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Berbandingan
Perhitungan Manual dan SPSS, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 75.
49
Zulkifli Matondang, Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian, Jurnal
Tabularasa SPSS Unimed, Vol.6 No.1, Juni 2009, h. 89.
27
(reliabilitas) adalah keajegan pengukuran.50 Sugiharto dan Situnjak menyatakan
bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen yang
digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang digunakan dapat
dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang
sebenarnya dilapangan.
50
Walizer, Metoda dan Analisa Penelitian Mencari Hubungan Jilid 2, (Jakarta: Erlangga,
1987)
51
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang, 2009.
52
Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Berbandingan
PerhitunganManual dan SPSS, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 57.
53
Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Refika Aditama, 2010), h. 332.
28
treatment dan sesudah treatment. Langkah awal yaitu uji normalitas.
1. Uji normalitas
Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara
spesifik. Penggunaan statistik deskriptif mensyaratkan bahwa data variabel yang
akan dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu sebelum pengujian
hipotesis dilakukan, maka terlebih dahulu akan dilakukan pengujian normalitas
data. Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah suatu variabel normal atau
tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Untuk
menguji normalitas data dapat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
ketentuan jika Asymp. Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal. Dalam pengujian
normalitas data yang digunakan adalah seluruh data pretest dan data posttest.
Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan
program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16.0 for
Windows. Adapun kriteria pengujian uji normalitas adalah:
1) Nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal
a) Analisis pretest
29
digunakan dalam analisis pretest adalah Mean ( rata-rata ) :54
∑ 𝐗𝟏
̅𝟏 =
𝐗
𝐍𝟏
Keterangan :
𝐍𝟏 : Jumlah Responden
b) Analisis posttest
∑ 𝐗𝟐
̅𝟐 =
𝐗
𝐍𝟐
Keterangan :
𝐍𝟐 : Jumlah Responden
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat dua sampel yang digunakan
(pretest dan posttest) apakah memiliki tingkat kemampuan yang sama dengan
menguji apakah kedua data tersebut homogen yaitu dengan membandingkan kedua
variansinya. Sehingga kita akan berhadapan dengan kelompok yang dari awalnya
dalam kondisi yang sama.55 Kriteria pengujian adalah membandingkan hasil hitung
rumus dengan tabel nilai–nilai f pada signifikansi 5% sebagai berikut:
Terima Ho jika f hitung ≤ f tabel
54
Silalahi, Ibid, h. 33.
55
Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007), h. 272.
30
Tolak Ho jika f hitung > f tabel
Uji homogenitas yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0. Adapun
kriteria pengujian uji homogenitas adalah sebagai berikut:
1) Nilai signifikan < 0.05 maka data dari populasi yang mempunyai varians
tidak sama/ tidak homogen.
2) Nilai signifikan > 0.05 maka data dari populasi yang mempunyai varians
sama/ homogen.
3. Uji Hipotesis
Keterangan :
N : Jumlah subyek
Teknik paired sample t-test adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk
membandingkan rata-rata dua variabel dalam suatu group sampel tunggal.56 Data
yang akan dianalisis diperoleh dari nilai anak didik pada saat pretest dan post-test.
Uji paired sample t-test dilakukan untuk melihat adakah pengaruh metode Abahata
56
Abdul Muhid, Analisis Statistik, (Surabaya: Zifatama, 2012), h. 37.
31
Aljabari terhadap kemampuan baca tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) dengan
menggunakan nilai dari pretest dan post-test. Perhitungan menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝑋1 − 𝑋2
t hitung =
𝑠12 𝑠22 𝑠1 𝑠2
√
𝑛1 + 𝑛2 − 2𝑟 (√𝑛1 ) + (√𝑛2 )
Keterangan :
32
Dari rumus penelitian tersebut dapat ditentukan indikator keberhasilan
secara individu yaitu kriteria indikator keberhasilan setiap anak didik. Serta
mengetahui adanya pengaruh metode Abahata Aljabari terhadap kemampuan baca
tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun).
̅̅̅
X1 − ̅̅̅
X2
𝑑=
Spooled
Keterangan:
1,9 97,1
1,8 96,4
1,7 95,5
1,6 94,5
57
Agus Santoso, Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma, (Yogyakarta: Jurnal Penelitian, 2010), h. 03.
58
LeeA.Becker, “Effect Size (ES)”, Dalam
http://bwgriffin.com/gsu/courses/edur0131/content/EffectZiseBecker.pdf, diakses 20 Maret 2018.
33
1,5 93,3
1,4 91,9
1,3 90
1,2 88
1,1 86
1,0 84
0,9 82
0,8 79
Sedang 0,7 76
0,6 73
0,5 69
Rendah 0,4 66
0,3 62
0,2 58
0,1 54
0,0 50
34
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Buku:
Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mugirah al-Bukhari. 1987. Al-
Jami’ al-Sahih. Juz 6. No Hadits 5027. T. Tp: Dar al-Syu’b.
Agil, Said Husin Al Munawar. 2022. Dimensi Kehidupan dalam Perspektif Islam.
Bogor: Puskata Litera Antarnusa.
Aman Ma’mun, Muhammad. 2018. Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an.
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Urwatul Wutsqo.
Amin, Samsul. 2020. Ilmu Tajwid Lengkap. Yogyakarta: El-ameen Publisher.
Andrian, Sutedi. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Arifin, M. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Bahri Djamarah, Saiful. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Basyiruddin Usman, Muhammad. 2002. Guru Profesional Dan Implementasi
Kurikulum. Jakarta: Ciputat Press.
Media Group.
Darajat, Zakiyah. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.
II, Cet. IV. Jakarta: Balai Pustaka.
Diana Pratiwi, Sartika. 2019. Pengaruh Penerapan Metode Tartil Terhadap
35
Prenada Media Group.
Irwandi, Adi. 2022. Pengaruh Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Terdahap
Ismail Nurdin dan Sri Hartati. 2019. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media
Sahabat Cendekia.
Karim Husain, Abdul. 2005. Seni Kaligrafi Khat Naskhi. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba
Medika.
Kusnawan, Aep. 2004. Berdakwah Lewat Tulisan. Bandung: Mujahid Press.
Latifah. 2016. Pengaruh Penerapan Metode Yanbu’a Terhadap Kemampuan Baca
Alfabeta.
Syamsu, Yusuf. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Syarifuddin, Ahmad. 2004. Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-
Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.
Terjemahan KEMENAG 2019, Q.S. Al-Hijr ayat 9.
Terjemahan KEMENAG 2019, Q.S. Al-‘Alaq ayat 1-5.
Walizer. 1987. Metoda dan Analisa Penelitian Mencari Hubungan Jilid 2. Jakarta:
37
Erlangga.
Jurnal:
Ali Bakri, Muhammad. 2017. Metode Langsung (Direct Method) Dalam Pengajaran
Bahasa Arab, Al-Marji. Jurnal Pendidikan Bahasa Arab. Volume 1. Nomor 1.
Aman Ma’mun, Muhammad. 2018. Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an.
Annaba: Jurnal Pendidikan Islam Volume 4 No. 1.
Rumainur. 2018. Efektivitas Metode At-Tartil dalam Pembelajaran Tahsin Al-Quran
Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Di Kalimantan Timur. Jurnal
Penelitian Fenomena, Vol. 11, No. 1.
Internet:
Aljabari, Abahata. 2014. Sejarah Aljabari [Video]. YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=lilpQkySDxE
Institut Pengajian Al-Quran, IPAQ. 2021. Pengenalan Kaidah ABAHATA IPAQ
[Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=nVEuTnRHfHs
LeeA.Becker. 2018. “Effect Size (ES)”, Dalam
http://bwgriffin.com/gsu/courses/edur0131/content/EffectZiseBecker.pdf, diakses 20 Maret.
38