Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH METODE ABAHATA ALJABARI TERHADAP KEMAMPUAN

BACA TULIS AL-QUR’AN REMAJA (10-19 TAHUN) DI YAYASAN RUMAH


PENYULUHAN KREATIF PONDOK LABU

Proposal Skripsi Ini Disusun Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Sosial (S.Sos)

Dosen Pembimbing Akademik: Artiarini Puspita Arwan, M.Psi.

Oleh:

Puja Sagita (11190520000036)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada Allah SWT


atas berkat dan rahmat-Nya serta tak lupa sholawat dan salam penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
hingga terang benderang, Syukur beribu nikmat penulis haturkan kepada Allah
SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
“Pengaruh Metode Abahata Aljabari Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an
Remaja (10-19 Tahun) Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu”
sebagai memenuhi syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos).

Terimakasih kepada Ibu Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. selaku Dosen


Pembimbing Akademik sekaligus Sekretaris Program Studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, Terimakasih juga kepada Bapak Ir. Noor Bekti Negoro, S.E,
M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terimakasih kepada para penulis dari sumber literatur yang telah peneliti
muat dalam penelitian ini, sehingga proposal skripsi ini dapat tersusun dengan baik
dan sesuai dengan kaidahnya, Namun penulis juga menyadari masih banyak
kekurangan didalam penelitian ini, apabila proposal skripsi ini dapat memberikan
manfaat maka penulis ucapkan terimakasih.

Jakarta, 06 November 2022

Puja Sagita

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, dimana
umat Islam percaya bahwa kitab ini diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai pedoman umat Islam harus dipelajari dan diamalkan
dalam segala aspek kehidupan. Upaya meningkatkan kualitas umat Islam, perlu
diadakan kegiatan yang intensif untuk pembelajaran Al-Qur’an sebagai
pedoman hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an sebagai
sendi keimanan bagi kaum muslimin yang pada dasarnya membacanya adalah
merupakan bagian dari ibadah. Al-Qur’an sebagai kalam Allah dan mukjizat
yang besar pada diri Nabi Muhammad SAW merupakan sumber pokok ajaran
Islam. Ia selamanya terpelihara, baik dari segi eksistensinya, maupun dari segi
orisinalitasnya. Allah berfirman dalam Q.S Al-Hijr/15:9.1

ِ ‫اِنَّا نَحْ ُن ن ََّز ْلنَا‬


ُ ‫الذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَحٰ ِف‬
َ‫ظ ْون‬
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami
(pula) yang memeliharanya.”2
Berdasarkan penjelasan ayat di atas bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril yang sampai
hari ini masih terpelihara hingga akhir zaman, maka tugas bagi seluruh umat
manusia adalah memeliharanya yaitu dengan cara belajar membaca, memahami
Al-Qur’an dan mengajarkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena Al-
Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman bagi setiap muslim. Al-
Qur’an bukan sekedar membuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan
Tuhan (hablun minallah), tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya (hablun minannas), serta manusia dengan alam sekitarnya.
Di Era Globalisasi saat ini atau lebih marak dikenal sebagai Era
Millennial, perkembangan baca tulis Al-Qur’an sangat luas dan variative,

1
Said Agil Husin Al Munawar, Dimensi Kehidupan dalam Perspektif Islam, (Bogor:
Puskata Litera Antarnusa, 2002), h. 100.
2
Terjemahan KEMENAG 2019, Q.S. Al-Hijr ayat 9.

1
namun generasi muda jaman sekarang memiliki keterbatasan ilmu pengetahuan
terutama ilmu agama khususnya Baca Tulis Al-Qur’an. Melihat fenomena
tersebut, kaitannya dengan ilmu agama sebagai sumber hukum agama yang
paling dominan adalah Al-Qur’an. Peserta didik harus tau membaca dan
menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar, karena sebaik-baiknya manusia
adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.
Adapun langkah awal agar memahami segala pesan yang tercantum di
dalamnya yaitu dengan cara membacanya sesuai dengan kaidah ilmu tajwid,
diperlukan pengajaran, latihan dan pembiasaan. Hal ini sangat penting karena
membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca kitab suci dan buku yang
sering kita baca setiap saat.
Salah satu aspek dalam Pendidikan agama Islam yang perlu
mendapatkan perhatian lebih adalah materi tentang membaca dan menulis Al-
Qur’an dengan baik dan benar. Namun pada umumnya, para orangtua lebih
menitikberatkan pada pendidikan umum sehingga banyak anak muslimin yang
belum bisa membaca dan menulis huruf Al-Qur’an dengan benar. Ia diturunkan
untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita, menuju cahaya yang terang
benderang, serta membimbing mereka menuju jalan yang lurus, dan
menjadikannya sebagai pedoman hidup bagi setiap manusia, yang mana setiap
manusia berkewajiban untuk belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.
Sebagaimana hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:

ُ‫علَّ َمه‬
َ ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَلَّ َم اْلقُ ْرآنَ َو‬
Artinya:

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan


mengajarkannya.” (H.R Bukhori)3

Mempelajari Al-Qur’an minimal belajar membaca Al-Qur’an secara


tartil dengan disertai hukum tajwidnya dan menuliskan huruf-hurufnya dengan
benar. Al-Qur’an merupakan hak dan kewajiban utama anak yang harus
ditunaikan oleh orangtuanya. Selain menyeru mendidik anak membaca Al-
Qur’an, Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya mendidik anak menulis

3
Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mugirah al-Bukhari, Al-Jami’ al-Sahih,
1987, Juz 6, No Hadits 5027, T, Tp: Dar al-Syu’b.

2
huruf-huruf Al-Qur’an. Anak diharapkan memiliki kemampuan menulis
(kitabah) aksara Al-Qur’an dengan baik dan benar dengan cara imla’ dikte’ atau
setidak-tidaknya dengan cara menyalin (naskh) dari mushaf.4

Pembelajaran baca Al-Qur’an adalah pembelajaran yang sangat penting


bagi seluruh umat Islam, karena membaca Al-Qur’an adalah gerbang menuju
pengetahuan Islamiah seperti akidah, ibadah, akhlak dan sebagainya. Proses
baca ini adalah proses pertama dan utama dalam membuka kunci petunjuk umat
Islam tersebut.5 Al-Qur’an merupakan kitab suci yang terakhir diturunkan Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril yaitu Q.S Al-
‘Alaq/96:1-5.

)۳ ( ‫) ۡٱق َر ۡأ َو َربُّكَ ۡٱۡل َ ۡك َر ُم‬۲( ‫علَق‬


َ ‫سنَ ِم ۡن‬ ِ ۡ َ‫) َخلَق‬۱( َ‫ٱس ِم َربِكَ ٱلَّذِي َخلَق‬
َ ٰ ‫ٱۡلن‬ ۡ ِ‫ۡٱق َر ۡأ ب‬
َ ٰ ‫ٱۡلن‬
)۵( ‫سنَ َما َل ۡم َيعۡ َل ۡم‬ َ )۶( ‫علَّ َم ِب ۡٱلقَلَ ِم‬
ِ ۡ ‫علَّ َم‬ َ ‫ٱلَّ ِذي‬
Terjemahnya:

“(1) Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (2) Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah (3) Bacalah dan Tuhanmulah yang
maha mulia (4) Yang mengajar (manusia) dengan pena (5) Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.”6

Dari ayat Al-Qur’an tersebut di atas menjelaskan bahwa Allah SWT


memerintahkan kepada seluruh hambanya untuk belajar membaca Al-Qur’an
karena Al-Qur’an merupakan bukti kerasulan Nabi Muhammad SAW dan
menjadi kitab suci bagi ummat Islam sebagai pedoman hidup ummat Islam pada
khususnya serta ummat manusia pada umumnya hingga akhir zaman.

Metode merupakan salah satu komponen penting dalam Pendidikan, di


samping komponen lainnya seperti pendidik, anak didik, materi, dan tujuan,
karena metode menjadi sebuah sarana tersampainya materi dari guru kepada
peserta didik. Salah satu metode pembelajaran yang digunakan adalah metode
Abahata Aljabari, dalam metode Abahata Aljabari guru harus menguasai

4
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2004), h. 67-68.
5
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, (Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah Al-Urwatul Wutsqo, 2018), h. 02.
6
Terjemahan KEMENAG 2019, Q.S. Al-‘Alaq ayat 1-5.

3
metode ‘Titian Ingatan’ dalam metode Abahata Aljabari. Penggunaan metode
Abahata Aljabari ini bertujuan untuk mempermudah belajar anak didik dalam
hal membaca dan menulis Al-Qur’an. Metode Abahata AlJabari menggunakan
LACIP skills:

- Listening : Mendengarkan,
- Arranging : Mengatur
- Constructing : Mengkonstruksi
- Imitation : Meniru
- Pronunciation : Pengucapan
Dengan menggunakan metode tersebut mampu menarik perhatian anak didik,
yang mampu mencapai hasil perkembangan belajar yang maksimal.7
Pada penelitian ini, penulis mengangkat satu metode yang berkembang
pada abad ini, yaitu metode Abahata Aljabari, yang merupakan metode belajar
membaca dan menulis Al-Qur’an yang menggunakan titian ingatan yang terdiri
dari Solawat Badar, Kitab Qur’an, dann Solmisasi ( Do Re Mi). Sehingga dalam
pembelajaran peserta didik dapat tuntas dan khatam dalam membaca dan
menulis Al-Qur’an. Dengan penerapan titian ingatan dalam bacaan Al-Qur’an
sehingga berdampak pada hasil belajar anak didik.
Berkenaan dengan Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif merupakan
suatu wadah sosial yang melayani masyarakat marjinal melalui kegiatan
penyuluhan. Penyuluhan yang diberikan pendidikan, agama Islam, dan
kewirausahaan. Melihat betapa pentingnya membaca Al-Qur’an dengan baik
dan benar, maka Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif berupaya untuk ikut
berperan dan senantiasa berupaya untuk mengajarkan peserta didik agar mampu
membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-
kaidah ilmu tajwid. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menerapkan
metode Abahata Aljabari yang pertama kali dilaksanakan di Yayasan pada
tahun ajaran 2017/2018, dan hanya berlangsung selama setahun karena
kurangnya tenaga pengajar. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan
Minggu. Kegiatan dilaksanakan sebagai bentuk antusias pengelola Yayasan
dalam membina anak didiknya untuk mencetak generasi yang peduli terhadap

7
Yusuf Sodik, Bimbingan Praktis Baca Tulis Al-Qur’an Metode Aljabari, (Jakarta:
Yudhistira, 2012), h. 09.

4
kalam Illahi, sehingga menghasilkan generasi yang memiliki kualitas baca Al-
Qur’an yang tinggi.
Namun yang menjadi permasalahan yang penting untuk dipertanyakan
adalah seberapa jauh pemahaman terkait metode Abahata Aljabari terhadap
kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an bagi peserta didik terkhusus
pada anak binaan Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif. Peneliti menemukan
masalah yaitu banyaknya anak binaan yang belum mampu membaca Al-Qur’an
sesuai dengan Makharij al Huruf dan tajwid yang benar. Kurangnya perhatian
pengajar mengenai kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an anak binaan,
dan tidak adanya pendekatan khusus yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an.
Berangkat dari hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang penggunaan metode Abahata Aljabari terhadap kemampuan membaca
dan menulis Al-Qur’an anak binaan Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif.
Sehingga penulis menuangkan ide penelitian yang berjudul “Pengaruh
Metode Abahata Aljabari Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an
Remaja (10-19 Tahun) Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok
Labu”.

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah


Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu meluas dan lebih terarah, maka peneliti
memfokuskan batasan masalah pada Pengaruh Metode Abahata Aljabari
Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) Di
Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu. Pembatasannya sebagai
berikut :

1. Metode Abahata Aljabari merupakan metode belajar membaca dan


menulis Al-Qur’an yang menggunakan titian ingatan yang terdiri dari
Solawat Badar, Kitab Qur’an, dan Solmisasi ( Do Re Mi). Metode
Abahata AlJabari menggunakan LACIP skills:

- Listening : Mendengarkan,
- Arranging : Mengatur
- Constructing : Mengkonstruksi

5
- Imitation : Meniru
- Pronunciation : Pengucapan
Dengan menggunakan metode tersebut mampu menarik
perhatian peserta didik dan mampu mencapai hasil perkembangan
belajar yang maksimal.
2. Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an.
3. Subjek pada penelitian ini adalah Remaja (10-19 Tahun) yang berada
Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.

Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat Pengaruh penggunaan Metode Abahata Aljabari


Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun)
Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu ?
2. Seberapa Besar terdapat Pengaruh Metode Abahata Aljabari
Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (1-19 Tahun)
Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Metode Abahata Aljabari
Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun)
Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
2. Untuk Mengetahui Seberapa Besar Pengaruh Metode Abahata
Aljabari Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-
19 Tahun) Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.

Manfaat Penelitian

1. Teoritis
a. Dapat diketahui gambaran tentang konsep Pengaruh Metode
Abahata Aljabari Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an
Remaja (10-19 Tahun) Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif
Pondok Labu.

6
b. Dapat diketahui Pengaruh Metode Abahata Aljabari Terhadap
Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) Di
Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
2. Praktis
a. Untuk memahami dan lebih mendalami ilmu pengetahuan
peneliti pada bidang ilmu dakwah dan ilmu komunikasi
terkhusus dalam hal bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai
penerapan metode Abahata Aljabari terhadap kemampuan baca
tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) di Yayasan Rumah
Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan mendasar
khususnya bagi Remaja (10-19 Tahun) di Yayasan Rumah
Penyuluhan Kreatif Pondok Labu atau elemen lainnya terutama
dalam usaha meningkatkan pengaruh metode Abahata Aljabari
terhadap kemampuan baca tulis Al-Qur’an Remaja (10-19
Tahun) di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu


Dalam penulisan proposal penelitian ini, penulis melakukan pencarian
informasi serta mengumpulkan data objek penelitian yang kemudian penulis
adopsi untuk dijadikan sebuah karya ilmiah. Tujuan pencarian dan
pengumpulan informasi ini adalah untuk mengetahui apakah objek yang akan
diteliti penulis sebelumnya sudah pernah diteliti atau belum. Berikut adalah
tinjauan kajian terdahulu :
1. Pengaruh Penerapan Metode Tartil Dan Lingkungan Keluarga
Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur'an Remaja Masjid Al-
Karim Mojoreto Ponorogo
Disusun oleh Shofiah Jauharoh Fuadah, NIM 210317067
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo.
Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi, didapatkan penerapan
metode tartil berpengaruh sebesar 20.8% terhadap kemampuan membaca
al-Qur'an remaja masjid Al-Karim dan 79.2% sisanya dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak masuk dalam model atau yang tidak sedang diteliti.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
7
penelitian ini mempunyai 2 variabel Independen yaitu penerapan metode
tartil dan lingkungan keluarga sedangkan penelitian yang akan dilakukan
hanya menggunakan satu variabel Independen yaitu penerapan metode
tartil.8
2. Pengaruh Penerapan Metode Iqra’ Terhadap Peningkatan
Kemampuan Membaca Al-Qur'an Pada Peserta Didik SMP Negeri 7
Anggeraja Kabupaten Enrekang
Disusun oleh Ira, NIM 20100113030 Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar. Berdasarkan penelitian
tersebut metode iqra' berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan
membaca al-Qur'an meskipun tidak mengalami peningkatan yang tinggi,
tetapi ada sedikit perubahan yang ditandai dengan presentase hasil pretest.
Persamaan penelitian ini yaitu meningkatkan kemampuan membaca Al-
Qur’an pada peserta didik. Tetapi perbedaannya yaitu terletak pada metode
yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode Iqra’ sedangkan
penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan menggunakan metode
Abahata Aljabari.9
3. Pengaruh Penerapan Metode Yanbu’a Terhadap Kemampuan Baca
Tulis Al-Qur’an Di Kelas II MI Sunan Panandaran Ngaglik Sleman
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016
Disusun oleh Latifah, NIM 12480066 Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Berdasarkan penelitian tersebut ada pengaruh yang signifikan antara
penerapan metode Yanbu’a terhadap kemampuan baca tulis Al-Qur’an
siswa kelas II MI Sunan Panandaran Ngaglik Sleman Yogyakarta. Besarnya
sumbangan pengaruh yang diberikan oleh penerapan metode Yanbu’a
terhadap kemampuan baca tulis Al-Qur’an adalah 26% yang mempunyai
arti bahwa prediktor penerapan metode Yanbu’a memiliki daya pengaruh
terhadap kemampuan baca tulis Al-Qur’an siswa sebesar 26% dan sisanya

8
Shofiah Jauharoh Fuadah, Pengaruh Penerapan Metode Tartil Dan Lingkungan Keluarga
Terhadap Kemampuan Membaca al-Qur'an Remaja Masjid Al-Karim Mojoreto Ponorogo, Skripsi,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. IAIN Ponorogo, 30 Mei 2021.
9
Ira, Pengaruh penerapan metode iqra’ terhadap peningkatan kemampuan membaca Al-
Qur'an pada Peserta didik SMP Negeri 7 Anggeraja Kabupaten Enrekang, Skripsi, Fakultas Ilmu
tarbiyah dan Keguruan. UIN Alauddin Makssar, 16 Agustus 2017.

8
74% dipengaruhi oleh variabel yang lain yang tidak diungkapkan dalam
penelitiannya.10
4. Pengaruh Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Terdahap
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Peserta Didik Di MA DDI
Kaballangang Kabupaten Pinrang
Disusun oleh Adi Irwandi, NIM 151100098 Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Parepare. Berdasarkan penelitian
tersebut terdapat pengaruh positif dan signifikan antara metode
pembelajaran baca tulis Al-Qur’an dan kemampuan membaca Al-Qur’an
peserta didik di MA DDI Kaballangang Kabupaten Pinrang. Besarnya
pengaruh antara metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik adalah 9,9% sedangkan
sisanya 90,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.11
5. Pengaruh Penerapan Metode Tartil Terhadap Kemampuan Membaca
Al-Qur’an Di SDN Bedikulon Bungkal Ponorogo
Disusun oleh Sartika Diana Pratiwi, NIM 210615116 Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Ponorogo. Data
dianalisis menggunakan Uji N-Gain dengan skor kelas kontrol sebesar
21,2% termasuk kategori tidak efektif dan 63,4 % untuk kelas eksperimen.
Hasil menunjukkan bahwa penerapan metode tartil cukup efektif untuk
meningkatkan kemampuan membaca al-Qur'an siswa di SDN 2 Bedikulon.
Persamaan penelitian yang akan peniliti lakukan adalah sama-sama
membahas tentang pengaruh metode baca tulis Al-Qur’an terhadap
peningkatan kemampuan membaca Al-Qur'an siswa, perbedaannya yaitu
mengenai lokasi penelitian berbeda.12

10
Latifah, Pengaruh Penerapan Metode Yanbu’a Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an
Di Kelas II MI Sunan Panandaran Ngaglik Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016, Skripsi,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 10 Juni 2016.
11
Adi Irwandi, Pengaruh Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Terdahap Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Peserta Didik Di MA DDI Kaballangang Kabupaten Pinrang, Skripsi, Fakultas
Tarbiyah. IAIN Parepare, 23 Januari 2022.
12
Sartika Diana Pratiwi, Pengaruh Penerapan Metode Tartil Terhadap Kemampuan Membaca
Al-Qur’an Di SDN Bedikulon Bungkal Ponorogo, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. IAIN
Ponorogo, 19 Juli 2019

9
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian
dengan perincian sebagai berikut:
PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, kajian terdahulu, dan sistematika penulisan.
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas teori Metode Abahata Aljabari, Kemampuan Baca
Tulis Al-Qur’an, Remaja (10-19 Tahun), Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis.
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan pendekatan dan metode penelitian, populasi dan
sampel, tempat dan waktu penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
uji instrumen data, dan teknik pengelolahan data.
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Metode Membaca Al-Qur’an
1. Metode
Metode adalah suatu proses atau cara sistematis yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu dengan efisiensi, biasanya dalam urutan langkah-
langkah tetap yang teratur.13 Secara etimologis istilah metode berasal dari
bahasa Yunani yaitu metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha”
yang berarti melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.14 Metode berarti
jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.15 Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk
mencapai maksud.16
Metode dan sistem membentuk hakikat ilmu. Sistem bersangkutan
dengan isi ilmu, sementara metode berkaitan dengan aspek formal. Lebih tepat,
sistem berarti keseluruhan pengetahuan yang teratur atau totalitas isi dari ilmu.
Dalam upayanya mencapai tujuan, pendidikan memerlukan proses, maka salah
satu prosesnya adalah pengajaran atau pembelajaran. Dengan kata lain,
pembelajaran merupakan metode dalam pendidikan secara umum. Sementara
itu pembelajaran itu sendiri memiliki tujuan khusus.17 Jadi dari pemahaman di
atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara, proses atau jalan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Metode Membaca Al-Qur’an

Metode membaca Al-Qur’an yaitu :18

1) At-Tahqiq, yaitu memperlakukan setiap huruf sesuai dengan haknya,


yakni menyempurnakan panjangnya, mempertegas hamzahnya,
menyempurnakan harakatnya, idzhar dan tasydid nya, membunyikan sesuai

13
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, Annaba: Jurnal
Pendidikan Islam Volume 4 No. 1 Maret 2018, h.57.
14
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 61.
15
Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Yogyakarta: TERAS, 2009), h. 56.
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. II, Cet. IV,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal. 652.
17
Muhammad Ali Bakri, Metode Langsung (Direct Method) Dalam Pengajaran Bahasa Arab,
Al-Marji. Jurnal Pendidikan Bahasa Arab. Volume 1. Nomor 1. Juni 2017, h. 02
18
Muhammad Bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 1999), h. 53.

11
dengan makhraj-nya, memperhatikan tempat berhentinya, membacanya dengan
hati-hati tanpa membuat kesalahan, tidak men-sukun-kan huruf yang berharakat
dan juga tidak mendengungkannya.

2) Al-Hadr, yakni mempercapat dan meringankan bacaan dengan cara


qashr, pemberian harakat sukun, dengung (idzgham) yang berlebihan dan
hamzah, serta hal-hal lain yang didukung oleh riwayat qira’ah yang shahih
dengan tetap menjaga berlakunya i’rab, dan ketegasan lafazh serta tanpa
menukar-nukar huruf dan berlebihan dalam pemberian harakat, menghilangkan
suara dengung (ghunnah), serta hal-hal melampui batas lainnya yang tidak
pantas muncul dari qira’ah.

3) At-Tadwir, yakni pertengahan antara kedua diatas, yakni cara yang di


pakai oleh kebanyakan imam-imam qira’ah yang memanjangkan mad
munfasil, tetapi tidak sampai isbya. Itulah mazhab pada qurra’. Dan cara itulah
yang dipakai oleh kebanyakan orang-orang yang mengajrkan qira’ah.

B. Metode Abahata Aljabari


Metode Abahata Aljabari adalah metode yang membantu buta huruf Al-
Qur’an dapat membaca Al-Qur;an dengan asas tajwid dan menulis rasm
(menggambar atau melukis) huruf Al-Qur’an dalam kurun waktu 20-30 jam
pembelajaran, karena metode Abahata Aljabari mudah, menarik, cepat dan
tepat di tangkap oleh khalayak umum. Metode Abahata Aljabari menggunakan
metode lagu ‘Titian Ingatan’ huruf A-BA-HA-TA yang diolah secara sistematis
dan diurai mengikuti pecahan minimal suku kata. Pecahan huru-huruf yang
simple dan minimal ini memudahkan bagi siapapun yang ingin
mempelajarinya.
Metode Abahata Aljabari diasaskan oleh Bapak Drs. H. Yusuf Sodik,
MM. beliau adalah seorang pendidik dan pembangun kaidah pengajian agama
Indonesia. Berasalkan dari kesadaran beliau ketika mempelajari Al-Qur’an
pada masa sekolah beliau mulai menciptakan kaidah mempelajari Al-Qur’an
dengan mudah dan cepat, penyempurnaan kaidah Aljabari diilhamkan ketika
beliau di Masjidil Haram. Sejak 2008 kaidah ini dikembangan di Indonesia
melalui beberapa ujian yang telah dilaksanakan diberbagai daerah-daerah di

12
Indonesia. Metode Abahata Aljabari diterima oleh Departemen Keagamaan
Indonesia dan digunakan di dalam kurikulum pendidikan agama Indonesia.
Metode Abahata Aljabari dinilai dan diuji oleh Prof. Dato’ Dr. Zulkifli Mohd
Yusoff, beliau adalah seorang pakar pengajian Al-Qur’an. Metode Abahata
Aljabari sudah sampai ke negara Malaysia yang mana mendapatkan kerjasama
dengan Centre Of Quranic Research (CQR) University Of Malaysia.19
Metode lagu ‘Titian Ingatan’ menjadi acuan utama untuk mempelajari
Al-Qur’an dengan metode Abahata Aljabari yang membuat pembelajaran Al-
Qur’an ini menjadi Fun and Active Learning. Di dalam lagu ‘Titian Ingatan’
Abahata Aljabari terdapat gerakan khusus setiap harakatnya agar memudahkan
para pelajar dalam mengenal huruf-huruf berbaris dan pergerakan ini
menghubungkan kepada muscle memory (kemampuan untuk mereproduksi
gerakan tertentu tanpa pikiran sadar, yang diperoleh sebagai hasil dari
pengulangan gerakan tersebut. Singkatnya, muscle memory adalah ingatan dari
otot tubuh terhadap aktivitas yang pernah mereka lakukan). Berikut lirik lagu
‘Titian Ingatan’ dalam mempelajari metode Abahata Aljabari:
“Sholatullah salamullah ‘ala thoha rasulillah, sholatullah salamullah
‘ala yasin habibillah. Kitab qur’an firman Allah diwahyukan pada Nabi
pedoman semua insan menuju kesalamatan. Mari membaca Al-Qur’an
beribadah kepada Allah meningkatkan ketaqwaan mendatangkan ketentraman.
A-BA-HA-TA JA-DA-SA-KHO TSA-DZA-SHO-ZA ‘A-SYA-RO-DHO THO-
FA-GHO-ZHO KA-MA-QO-LA HA’-YA-NA-WA2x…”
Di dalam metode Abahata Aljabari terdapat penulisan rasm
(menggambar atau melukis) agar membantu daya ingatan pelajar, metode
Abahata Aljabari dapat cepat ditangkap dikarenakan metode ini dilakukan
secara berkelompok bukan perseorangan ditambah dengan silabus yang teratur
dan rapih,20

19
Abahata Aljabari. 2014, 12 Desember. Sejarah Aljabari [Video]. YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=lilpQkySDxE
20
IPAQ Institut Pengajian Al-Quran. 2021, 4 Mei. Pengenalan Kaidah ABAHATA IPAQ
[Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=nVEuTnRHfHs

13
C. Kemampuan Membaca dan Menulis Al-Qur’an
1. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti bisa atau sanggup,21
kemudian mendapat awalan ke- dan akhiran -an, yang selanjutnya menjadikan
kemampuan mempunyai arti kecakapan dalam suatu hal. Kemampuan yang
dimaksudkan di sini ialah penguasaan remaja (10-19 tahun) Yayasan Rumah
Penyuluhan Kreatif Pondok Labu dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an.
Sebelum menjelaskan pengertian membaca Al-Qur’an terlebih dahulu
peneliti menguraikan arti setiap katanya. Membaca adalah proses untuk
mengenal kata dan memahami arti kata dalam kalimat yang terstruktur sehingga
hasil akhir dari proses membaca seseorang adalah mampu membuat intisari
bacaan.22
Kemampuan dalam membaca adalah kemampuan seseorang
menganalisa, meresapi dan mendapatkan informasi atau pesan sebagai bentuk
komunikasi penting bagi setiap individu karena kemampuan membaca adalah
hal utama dalam memahami suatu bacaan. Membaca adalah sesuatu yang
berharga karena dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berawal
dari satu kitab atau bacaan.
Al-Qur'an merupakan bentuk masdar dari kata qara'a yang bermakna
mengumpulkan. Masdar dari kata qara'a yakni al-qira'ah bermakna
mengumpulkan huruf-huruf dan kalimat-kalimat antara satu dengan yang lain
secara urut. Jadi mampu membaca Al-Qur'an merupakan kewajiban yang harus
dimiliki seorang muslim, karena dengan membaca Al-Qur'an seseorang dapat
mengetahui dan memahami ajaran-Nya.
2. Pengertian Kemampuan Menulis Al-Qur’an
Menulis menjadi hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Mampu dan
terampil menulis dengan baik dan benar menjadi salah satu tujuan pembelajaran
di sekolah-sekolah baik yang formal maupun informal. Dengan menulis anak

21
Rumainur, Efektivitas Metode At-Tartil dalam Pembelajaran Tahsin Al-Quran Mahasiswa
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Di Kalimantan Timur, Jurnal Penelitian Fenomena, Vol. 11, No.
1, (2018), h. 03.
22
Muhsyanur,Pengembangan Keterampilan Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa
Reseptif, (Yogyakarta: CV Bugenese, 2019) h. 11.

14
dapat membaca kembali huruf-huruf yang di tulisnya. Selain itu, anak akan
lebih cepat dan tahan lama untuk mengingatnya.23
Sebagaimana yang diungkapkan Kusnawan dalam bukunya
“Berdakwah Lewat Tulisan” pada dasarnya setiap orang memiliki keterampilan
dan potensi dalam menulis, hanya saja keterampilan dan potensi yang dimiliki
harus dikembangkan.24 Kata huruf berasal dari bahasa arab : Harfun, Al-Harfu.
Huruf arab yang terdapat dalam Al-Qur’an terdiri dari 28 huruf atau 30
(termasuk lam – Alif dan Hamzah) yang sering disebut dengan huruf
hijaiyyah.25 Dalam menulis huruf hijaiyyah, diperlukan suatu keterampilan dan
potensi yang harus dikembangkan. Jika potensi yang dimiliki seseorang tidak
dilatih secara continue dan konsisten, maka potensi tersebut menjadi hilang
perlahan-lahan. Jadi, kemampuan menulis Al-Qur’an adalah keterampilan
menuliskan huruf-huruf hijaiyah dalam Al-Qur’an sesuai dengan kaidah
penulisan yang benar.
3. Indikator Kemampuan Membaca dan Menulis Al-Qur’an
Kemampuan membaca dan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar
memerlukan tahapan-tahapan tertentu, hal ini sesuai dengan teori yang
mengungkapkan bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an dapat dimiliki
melalui beberapa tahapan, yaitu tahap kemampuan melafalkan huruf-huruf
dengan baik dan benar, sesuai dengan makhroj dan sifatnya. Adapun indikator-
indikator kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an dapat dicapai pada
beberapa poin di bawah ini:
a. Ketepatan Membaca dengan Kaidah Tajwid
Tahap kemampuan membaca ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan
hukum-hukum tajwid dan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan lancar dan
tetap memperhatikan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Ilmu tajwid adalah
pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca dengan sebaik-baiknya.
Tujuan dari mempelajari tajwid yaitu untuk menghindari kesalahan saat
membaca Al-Qur’an. Hukum dari mempelajari tajwid yakni fardhu kifayah
tetapi membaca dengan menggunakan kaidah tajwid hukumnya fardhu ‘ain.

23
Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 134.
24
Aep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung: Mujahid Press, 2004), h. 05.
25
Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2005), h.
05.

15
b. Kesesuaian Membaca dengan Makharij al-Huruf
Makharij al-Huruf adalah membaca huruf-huruf sesuai dengan tempat
keluarnya huruf seperti tenggorokan, di tengah lidah, antara dua bibir dan lain-
lain. Dalam membaca Al-Qur'an sebaiknya seseorang harus mampu
membedakan bunyi huruf hijaiyah yang hampir sama, yaitu tempat-tempat
keluar huruf ketika membunyikannya. Makharij al-Huruf semuanya berjumlah
17 buah yang terbagi dalam 5 tempat. Tempat letaknya makhraj-makhraj
diantaranya adalah jauf (di rongga mulut), halq (di rekungan), lisan (terletak di
lidah), syafatain (di dua bibir), khaisyum (di pangkal hidung).26
c. Kelancaran Membaca Al-Qur’an dengan Tartil
Kelancaran berasal dari kata dasar lancar. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti tidak tersangkut, tidak terputus, tidak tersendat, fasih, tidak
tertunda-tunda. Kelancaran yang dimaksud disini yaitu kelancaran dalam
membaca al-Qur’an dengan tartil secara pelan dan jelas.
4. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca dan Menulis Al-
Qur’an
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan baca tulis Al-Qur’an
dapat digolongkan menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor ekternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal ini meliputi dua faktor, yaitu: faktor fisiologis dan faktor
psikologis. Faktor Fisiologis. Kondisi fisiologis pada umumnya sangat
berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Begitu juga dengan
belajar baca tulis Al-Qur’an. Seseorang yang yang dalam keadaan segar
jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan
kelelahan. Selain itu hal yang tidak kalah penting nya adalah kondisi panca
indra (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai
melihat, dan telinga sebagai pendengar.27 Sedangkan faktor Psikologis, diantara
faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan baca tulis Al-Qur’an adalah
sebagai berikut:

26
Samsul Amin, Ilmu Tajwid Lengkap, (Yogyakarta: El-ameen Publisher, 2020), h. 18.
27
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 189.

16
a. Intelegensi. Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir,
yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Selain itu
William Stern mengemukakan batasan sebagai istilah, intelegensi ialah
“Kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan
menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya”.28 Sedangkan
menurut J.P. Chaplin, intelegensi yaitu “Kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat”.29
Kemampuan/intelegensi seseorang ini dapat terlihat adanya beberapa hal, yaitu:
(a) Cepat menangkap isi pelajaran. (b) Tahan lama memusatkan perhatian pada
pelajaran dan kegiatan. (c) Dorongan ingin tahu kuat, banyak inisiatif. (d) Cepat
memahami prinsip dan pengertian. (e) Sanggup bekerja dengan pengertian
abstrak. (f) Memiliki minat yang luas.30
b. Bakat. Di samping Intelegensi (kecerdasan), bakat merupakan faktor
yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang, khususnya
dalam baca tulis Al-Qur’an. Bakat atau attitude menurut Hilgard: “The capacity
to learn”. Dengan kata lain bakat adalah “Kemampuan untuk belajar,
kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah
belajar atau berlatih”.
c. Minat. Minat adalah “Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan itu diperhatikan terus menerus
disertai dengan rasa senang”.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri anak didik.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca dan
menulis Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Pertama, faktor Instrumental. Faktor ini terdiri dari: (1) Guru, adalah
“Seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan siswanya mampu

28
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.
52.
29
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 56.
30
Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
h. 119.

17
merencanakan, menganalisa dan mengumpulkan masalah yang dihadapi”. (2)
Kurikulum, merupakan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran. (3) Sarana dan
Fasilitas, sarana mempunyai arti penting dalam suatu pendidikan, khususnya
baca tulis Al-Qur’an. Tersedianya gedung sekolah misalnya sebagai tempat
yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. (4)
Lingkungan Masyarakat, yang dimaksud disini adalah lingkungan di luar
sekolah, lingkungan masyarakat dapat berarti lingkungan keluarga dan
lingkungan sekelilingnya.31
Kedua, faktor keluarga. Pengaruh dari keluarga dapat berupa: cara
orang tua mendidik, pengertian orang tua, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
Ketiga, faktor masyarakat sekitar. Masyarakat merupakan salah satu
faktorn ekstern yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi
karena keberadaan siswa dalam suatu lingkungan masyarakat. Dalam hal ini
bias berupa: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk
kehidupan masyarakat, dan lingkungan sosial budaya.

D. Remaja
1. Pengertian Remaja
Menurut WHO (Who Health Organization) bahwa definisi remaja
dikemukakan melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial-
ekonomi. Sehingga dapat dijabarkan bahwa remaja adalah suatu masa dimana
individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan sosial. Individu yang
mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak
menjadi dewasa. Serta individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan
menjadi keadaan yang relatif lebih mandiri.32
Pendapat tentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli, organisasi,
maupun lembaga kesehatan. Menurut WHO (Who Health Organization) remaja

31
M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), h. 08.
32
Sarwono, Psikologi Remaja, Edisi Revisi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010), h.13.

18
merupakan periode usia 10 sampai 19 tahun. Menurut PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) usia remaja berada dikisaran usia 15 sampai 24 tahun.
Sedangkan, menurut The Health Resources Services Administrations
Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja terbagi menjadi tiga tahap,
yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun), remaja akhir
(18-21 tahun).33
Remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
kemasa dewasa, dengan ditandainya individu telah mengalami perkembangan-
perkembangan atau pertumbuhan-pertumbuhan yang sangat pesat disegala
bidang, yang meliputi dari perubahan fisik yang menunjukkan kematangan
organ reproduksi serta optimalnya fungsi-fungsional organ-organ lainnya.
Selanjutnya perkembangan kognitif yang menujukkan bagaimana cara gaya
berfikir masa remaja, serta pertumbuhan sosial emosional remaja, dan seluruh
perkembangan-perkembangan lainnya yang dialami sebagai masa persiapan
untuk memasuki masa dewasa ini. Untuk memasuki tahap dewasa,
perkembangan remaja banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan selama
pertumbuhannya diantaranya: hubungan dengan teman sebayanya, orang
tuanya, hubungan dengan kondisi lingkungannya, serta pengetahuan
kognitifnya.
2. Aspek-aspek Perkembangan Pada Remaja
1) Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai
dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih
dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah
kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk
meningkatkan kemampuan kognitif.34

33
Kusmiran, E, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, (Jakarta : Salemba Medika, 2011),
h. 12.
34
Yusuf Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 13.

19
2) Perkembangan Kognitif
Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana
informasi yang didapatkan tidak langsung diterima. Perkembangan Kognitif
adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar,
berpikir, dan bahasa. Masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin
luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.
Tahap perkembangan kogitif ini sebagai tahap operasi formal. Tahap
operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang telah mampu berpikir
secara abstrak. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau
penjelasan tentang sesuatu. Remaja mampu memikirkan suatu situasi yang
masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja telah mulai mempunyai
pola berpikir sebagai peneliti, di mana mereka mampu membuat suatu
perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum
sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja ialah kecenderungan cara berpikir
egosentrisme. Egosentirsme adalah ketidakmampuan melihat suatu hal dari
sudut pandang orang lain. Cara berpikir egosentrisme dikenal dengan istilah
personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak
terpengaruh oleh hukum alam. Egosentrik ini akan mendorong perilaku
merusak diri atau self-destructive oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka
terlindung dari bahaya. Remaja memiliki semacam perasaan invulnerability
yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang
membahayakan diri, merupakan kutipan yang popular dalam penjelasan
berkaitan perilaku beresiko yang dilakukan remaja.35
3) Perkembangan Kepribadian dan Sosial
Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan
dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan perkembangan
sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan
kepribadian yang penting pada masa remaja ialah pencarian identitas diri.
Pencarian identitas diri adalah proses menjadi seseorang yang unik dengan

35
Sarwono Sarlito, Psikologi Remaja Edisi Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.
14.

20
peran yang penting dalam hidup. Perkembangan sosial pada remaja lebih
melibatkan kelompok teman sebaya dibandingkan orangtua.

E. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan observasi di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu
bahwa kemampuan anak binaan Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu
dalam membaca dan menulis Al-Qur’an masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari cara
membaca dan menulis Al-Qur’an anak binaan yang masih belum sesuai dengan
kaidah tajwid dan makharij al-Huruf yang benar, adanya metode khusus yakni
Abahata Aljabari untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-
Qur'an sehingga peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan metode Abahata
Aljabari apakah mendapatkan pengaruh yang baik dalam membaca dan menulis Al-
Qur’an di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
Metode Abahata Aljabari adalah metode pembelajaran membaca dan
menulis Al-Qur’an dengan metode lagu ‘Titian Ingatan’ sehingga dapat
memperhatikan tajwid dan makharij al-hurufnya agar anak binaan Yayasan Rumah
Penyuluhan Kreatif Pondok Labu dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
sehingga makna yang terkandung tidak berubah dan salah. Metode Abahata Aljabari
diterapkan di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu untuk
meningkatkan kemampuan anak binaan dalam membaca Al-Qur’an. Dengan
demikian akan terlihat apakah dapat berpengaruh hasil dari penggunaan metode
Abahata Aljabari tersebut. Hasil akhir dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah penggunaan metode Abahata Aljabari berpengaruh terhadap kemampuan
membaca dan menulis Al-Qur’an anak binaan Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif
Pondok Labu. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan melalui bagan berikut
mengenai Pengaruh Metode Abahata Aljabari Terhadap Kemampuan Baca Tulis
Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) Di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok
Labu:

Metode Abahata Kemampuan Baca


Tulis Al-Qur’an
Aljabari (X) (Y)

21
F. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah
penelitian yang dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Jawaban yang
diberikan masih bersifat sementara karena hanya didasarkan pada teori yang
relevan dan belum didasari pada fakta empiris yang didapatkan melalui
pengumpulan data.36 Maka hipotesis dapat pula dinyatakan sebagai jawaban
teoritis atas sebuah rumusan masalah, namun belum jawaban empirik. Maka
Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini sebagai berikut:
H0 : Tidak Dapat Pengaruh Yang Positif Antara Metode Abahata
Aljabari Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun)
di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.
Ha : Terdapat Pengaruh Yang Positif Antara Metode Abahata Aljabari
Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) di
Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.

36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014),
h. 63.

22
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif


merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value free). Dengan kata
lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas.
Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telah
diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif
mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat
masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya
bias itu maka penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah
yang sesungguhnya.37
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Metode Eksperimen adalah metode untuk menguji efektivitas dan
efisiensi dari suatu pendekatan, metode, teknik, atau media pengajaran dan
pembelajaran, sehingga hasilnya bisa diterapkan jika memang baik, atau tidak
digunakan jika memang tidak baik dalam pengajaran yang sebenarnya, dan disebut
dengan before-after design.38
Pada penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen yaitu, penelitian yang
mendekati percobaan sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau
manipulasi semua variabel yang relevan. Harus ada kompromi dalam menentukan
validitas internal dan eksternal sesuai dengan batasan-batasan yang ada.39
Alasan menggunakan metode Quasi Eksperimen ini karena pada
kenyataannya keadaan atau situasi yang tidak memungkinkan digunakannya kelas
kontrol dalam penelitian ini. Karena situasi seperti itulah penulis memilih Quasi
Eksperimen yaitu hanya menggunakan satu kelas.
Desain eksperimen yang digunakan adalah One-Group-Pretest-Posttest.
Dalam kegiatan ujicoba tidak menggunakan kelompok kontrol. Desain ini
dilakukan dengan membandingkan hasil pretest dan posttest pada kelompok yang

37
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), h. 18.
38
Sutedi Andrian, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 54.
39
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h. 73.

23
diujicobakan.
Model yang digunakan dapat dilihat dari tabel berikut.40

O1 X O2

Keterangan:
O1 : Pretest
X: Treatment atau Perlakuan
O2 : Posttest
Metode eksperimen pada penelitian ini berkaitan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh sebelum dan sudah diberikan Metode Abahata Aljabari
Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) Di Yayasan
Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.

B. Populasi dan Sampel


a. Populasi
Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas & karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.41
Adapun populasi didalam penelitian ini adalah seluruh Remaja (10-19 tahun) yang
belajar membaca dan menulis Al-Qur’an dengan metode Abahata Aljabari di
Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif yang berjumlah 41 orang dan bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini.

b. Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari
populasi tersebut harus betul-betul representative (mewakili). Ukuran sampel
merupakan banyaknya sampel yang akan diambil dari suatu populasi, jika jumlah
populasinya kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil secara

40
Arikunto. S, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002), h. 78.
41
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Ibid, h. 64.

24
keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil
10-15% atau 20-25% dari jumlah populasinya.42
Berdasarkan penelitian ini karena jumlah populasinya tidak lebih besar
dari 100 orang responden, maka penulis mengambil 100% jumlah populasi yang
ada pada Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif yaitu sebanyak 41 orang responden.
Dengan demikian penggunaan seluruh populasi tanpa harus menarik sampel
penelitian sebagai unit observasi disebut sebagai Teknik jenuh (sensus).
Dalam pengumpulan data penelitian penulis menggunakan beberapa
kriteria yang digunakan sebagai data dalam pemenuhan karakteristik sampel
penelitian, kriterianya sebagai berikut, 1) Merupakan Remaja (10-19 Tahun) Di
Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu, 2) Mengikuti Kegiatan belajar
mengaji metode Abahata Aljabari.

C. Tempat dan Waktu


Tempat dilaksanakannya penelitian ini yaitu penulis melakukan
pengamatan di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif, Pondok Labu, Kecamatan
Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12450. Alasan
penulis memilih tempat penelitian tersebut dikarenakan sesuai dengan karakteristik
permasalahan yang ada, adapun penelitian ini akan dilakukan dibulan Desember
2022.

D. Sumber Data

1. Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.43 Adapun data primer dalam
penelitian ini adalah angket atau kuesioner yang dibagikan kepada para responden
secara langsung yaitu Remaja (10-19 tahun) dengan kriteria telah mengikuti
kegiatan belajar mengaji dengan metode Abahata Aljabari.
2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan sebagai data yang diperoleh secara tidak

42
Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, (Bandung: ALFABETA, 2012), h.73.
43
Burhan Bungin, Metode Penelitain Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan
PublikSera Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada, Media Group, 2010), h. 122.

25
langsung atau melalui sumber kedua.44 Adapun data sekunder yang terdapat dalam
penelitian ini berasal dari berbagai sumber literatur dan internet yang berkaitan
dengan penelitian ini guna sebagai penguat data penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dalam memecahkan masalah penelitian, maka
dalam penelitian ini untuk mencari dan mengumpulkan data. Penulis
menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, test dan angket atau
kuesioner, serta dokumentasi dalam melihat Pengaruh Metode Abahata Aljabari
Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) Di Yayasan
Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.

1) Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang tersusun atas berbagai proses


biologis dan psikologis. Di antaranya yang paling penting adalah proses
pengamatan dan ingatan.45 S. Margono mengatakan bahwa observasi diartikan
sebagai pengamatan danpencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di
tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.46 Observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengamati kegiatan belajar mengaji dengan
metode Abahata Aljabari di Yayasan Rumah Penyuluhan Kreatif Pondok Labu.

2) Tes dan Kuesioner


Dalam penelitian ini, tes diberikan pada saat pretest dan posttest pada kelas
eksperimen. Tes awal (pretest) yang diambil adalah untuk mengetahui kemampuan
dasar remaja dalam kemampuan membaca dan menulis huruf Al-Qur’an tidak
menggunakan metode Abahata Aljabari, sedangkan tes akhir (posttest) untuk
mengetahui kemampuan remaja dalam membaca dan menulis huruf Al-Qur’an
dengan menggunakan metode Abahata Aljabari setelah mereka diberi perlakuan

44
Burhan Bungin, Ibid, h. 60.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014),
h. 145.
46
Ismail Nurdin dan Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Media Sahabat
Cendekia, 2019), h. 174.

26
(treatment).
Kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Alat pengumpul data yang diberikan untuk dijawab responden adalah
dengan memberikan Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah diukur
melalui skala likert. Pernyataan yang ada pada kuesioner akan diukur dengan
menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi mengenai metode yang digunakan.47

3) Dokumentasi

Pengumpulan data dalam penelitian mencari informasi berdasarkan


dokumen yang terkait agar dapat diperoleh informasi yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian.

F. Uji Instrumen Penelitian

Uji instrumen adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh,
mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden
yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama.48 Adapun uji
instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1) Uji Validitas
Azwar menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur
(test) dalam melakukan fungsi ukurnya. Sedangkan menurut Sudjana menyatakan
bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang
dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.49

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengertian dari reliability

47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 193.
48
Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Berbandingan
Perhitungan Manual dan SPSS, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 75.
49
Zulkifli Matondang, Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian, Jurnal
Tabularasa SPSS Unimed, Vol.6 No.1, Juni 2009, h. 89.

27
(reliabilitas) adalah keajegan pengukuran.50 Sugiharto dan Situnjak menyatakan
bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen yang
digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang digunakan dapat
dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang
sebenarnya dilapangan.

Menurut Ghozali, reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner


yang merupakan indikator dari perubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat
stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki
reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang
reliabel.51

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik cronbach’s alpha.


Teknik ini digunakan untuk apakah suatu istrumen penelitian reliable atau tidak.
Menurut teknik cronbach’s alpha, instrumen dikatakan reliable apabila koefisien
realibilitas (r11)> 0.60.52

G. Teknik Pengolahan/Analisis Data


Menurut Kerlinger, kegunaan analisis adalah mereduksi data menjadi
perwujudan yang dapat dipahami dan ditafsirkan dengan cara tertentu sehingga
masalah yang diteliti dapat diuji. Berdasarkan rancangan penelitian desain
eksperimen one group pretest posttest design, data yang dianalisis yaitu data yang
dikumpulkan menggunakan instrumen yang telah disiapkan peneliti (angket
kemampuan baca tulis Al-Qur’an).53 Model penelitian One-Group pretest –
posttest design yaitu melakukan pengukuran sebanyak dua kali yakni sebelum

50
Walizer, Metoda dan Analisa Penelitian Mencari Hubungan Jilid 2, (Jakarta: Erlangga,
1987)
51
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang, 2009.
52
Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Berbandingan
PerhitunganManual dan SPSS, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 57.
53
Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Refika Aditama, 2010), h. 332.

28
treatment dan sesudah treatment. Langkah awal yaitu uji normalitas.
1. Uji normalitas
Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara
spesifik. Penggunaan statistik deskriptif mensyaratkan bahwa data variabel yang
akan dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu sebelum pengujian
hipotesis dilakukan, maka terlebih dahulu akan dilakukan pengujian normalitas
data. Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah suatu variabel normal atau
tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Untuk
menguji normalitas data dapat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
ketentuan jika Asymp. Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal. Dalam pengujian
normalitas data yang digunakan adalah seluruh data pretest dan data posttest.
Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan
program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16.0 for
Windows. Adapun kriteria pengujian uji normalitas adalah:

1) Nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal

2) Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka distribusi data adalah normal

Data hasil Pretest dan postest digunakan peneliti untuk membandingkan


data awal (pretest) sebelum diberikan treatment dan data akhir (posttest) seteleh
diberikan treatment. Analisis pretest dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kuantitatif. Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh metode Abahata Aljabari terhadap kemampuan baca tulis
Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) di Yayasan Rumah penyuluhan Kreatif Pondok
Labu, maka peneliti menggunakan angket atau kuesioner pada pretest dan posttest
dalam pengumpulan data yang kemudian akan diolah dengan pengolahan data
sebagai berikut.

a) Analisis pretest

Analisis prestest dilakukan sebelum penerapan metode Abahata Aljabari


melalui bimbingan agama. Data yang dianalisis yaitu data angket kemampuan baca
tulis Al-Qur’an yang telah dibagikan dan dijawab oleh anak binaan sebelum

diterapkan metode Abahata Aljabari melalui bimbingan agama. Rumus yang

29
digunakan dalam analisis pretest adalah Mean ( rata-rata ) :54

∑ 𝐗𝟏
̅𝟏 =
𝐗
𝐍𝟏

Keterangan :

∑ 𝐗 𝟏 : Jumlah Keseluruhan Skor (Pretest)

𝐍𝟏 : Jumlah Responden

b) Analisis posttest

Analisis posttest dilakukan setelah kegiatan bimbingan agama metode


Abahata Aljabari dilaksanakan. Data yang dianalisis yaitu data angket kemampuan
baca tulis Al-Qur’an yang telah dibagikan, diberikan dan dijawab oleh anak binaan
setelah kegiatan bimbingan agama dengan metode Abahata Aljabari. Analisis
posttest yang digunakan adalah rumus Mean (rata-rata):

∑ 𝐗𝟐
̅𝟐 =
𝐗
𝐍𝟐

Keterangan :

∑ 𝐗 𝟐 : Jumlah Keseluruhan Skor (Posttest)

𝐍𝟐 : Jumlah Responden

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat dua sampel yang digunakan
(pretest dan posttest) apakah memiliki tingkat kemampuan yang sama dengan
menguji apakah kedua data tersebut homogen yaitu dengan membandingkan kedua
variansinya. Sehingga kita akan berhadapan dengan kelompok yang dari awalnya
dalam kondisi yang sama.55 Kriteria pengujian adalah membandingkan hasil hitung
rumus dengan tabel nilai–nilai f pada signifikansi 5% sebagai berikut:
Terima Ho jika f hitung ≤ f tabel

54
Silalahi, Ibid, h. 33.
55
Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007), h. 272.

30
Tolak Ho jika f hitung > f tabel
Uji homogenitas yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0. Adapun
kriteria pengujian uji homogenitas adalah sebagai berikut:
1) Nilai signifikan < 0.05 maka data dari populasi yang mempunyai varians
tidak sama/ tidak homogen.
2) Nilai signifikan > 0.05 maka data dari populasi yang mempunyai varians
sama/ homogen.

3. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui efektivitas penerapan metode Abahata Aljabari maka,


hasil prestest dan posttest selanjutnya diuji dengan metode uji t (paired sampel)
dengan teknik analisis dependen t-test. Metode uji t digunakan untuk mengukur
Pretest (O1) dan Posttest (O2) dari variabel terikat atau dependent variabel ( Y ).
Formula yang digunakan untuk uji t sampel berpasangan (paired sampel) sebagai
berikut :
̅̅̅
X1 − ̅̅̅
X2
t =
∑ b2

N (N − 1)

Keterangan :

t : Nilai t yang dihitung

X1 dan X2 : Nilai rata-rata pretest dan posttest

∑ b2 : Jumlah deviasi dari perbedaan mean

N : Jumlah subyek

Teknik paired sample t-test adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk
membandingkan rata-rata dua variabel dalam suatu group sampel tunggal.56 Data
yang akan dianalisis diperoleh dari nilai anak didik pada saat pretest dan post-test.
Uji paired sample t-test dilakukan untuk melihat adakah pengaruh metode Abahata

56
Abdul Muhid, Analisis Statistik, (Surabaya: Zifatama, 2012), h. 37.

31
Aljabari terhadap kemampuan baca tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun) dengan
menggunakan nilai dari pretest dan post-test. Perhitungan menggunakan rumus
sebagai berikut:

𝑋1 − 𝑋2
t hitung =
𝑠12 𝑠22 𝑠1 𝑠2

𝑛1 + 𝑛2 − 2𝑟 (√𝑛1 ) + (√𝑛2 )

Keterangan :

r : Nilai korelasi X1 dengan X2

n1 dan n2 : Jumlah sampel

X1 : Rata-rata sampel ke-1

X2 : Rata-rata sampel ke-2

S1 : Standar Deviasi sampel ke-1

S2 : Standar Deviasi sampel ke-2

𝑠12 : Varians sampel ke-1

𝑠22 : Varians sampel ke-2

Untuk mempermudah peneliti dalam penghitungan, maka peneliti melakukan


uji t menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows.

1) Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima

2) Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak

Kriteria pengujian hipotesisnya adalah:

1) Ho diterima dan Ha ditolak jika t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

2) Ho ditolak dan Ha diterima t hitung > t tabel

32
Dari rumus penelitian tersebut dapat ditentukan indikator keberhasilan
secara individu yaitu kriteria indikator keberhasilan setiap anak didik. Serta
mengetahui adanya pengaruh metode Abahata Aljabari terhadap kemampuan baca
tulis Al-Qur’an Remaja (10-19 Tahun).

Untuk mengetahui besar pengaruh metode Abahata Aljabari terhadap


kemampuan baca tulis Al-Qur’an remaja (10-19 Tahun) dapat diketahui dengan
menggunakan perhitungan effect size, untuk mengetahui effect size digunakan
rumus Cohen’s sebagai berikut :57

̅̅̅
X1 − ̅̅̅
X2
𝑑=
Spooled

Keterangan:

d = Cohen’s effect size

X1 = rata-rata nilai posttest

X2 = rata-rata nilai pretest

S pooled = standart deviasi

Untuk menghitung S pooled digunakan rumus sebagai berikut:

(𝑛1 − 1) 𝑆𝑑12 + (𝑛1 − 1) 𝑆𝑑22


𝑆𝑝𝑜𝑜𝑙𝑒𝑑 = √
𝑛1 + 𝑛2

Interpretasi Nilai Cohen’s d58, sebagai berikut :

Cohen’s Standart Effect Size Persentase (%)

Tinggi 2,0 97,8

1,9 97,1

1,8 96,4

1,7 95,5

1,6 94,5

57
Agus Santoso, Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma, (Yogyakarta: Jurnal Penelitian, 2010), h. 03.
58
LeeA.Becker, “Effect Size (ES)”, Dalam
http://bwgriffin.com/gsu/courses/edur0131/content/EffectZiseBecker.pdf, diakses 20 Maret 2018.

33
1,5 93,3

1,4 91,9

1,3 90

1,2 88

1,1 86

1,0 84

0,9 82

0,8 79

Sedang 0,7 76

0,6 73

0,5 69

Rendah 0,4 66

0,3 62

0,2 58

0,1 54

0,0 50

34
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Buku:
Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mugirah al-Bukhari. 1987. Al-
Jami’ al-Sahih. Juz 6. No Hadits 5027. T. Tp: Dar al-Syu’b.
Agil, Said Husin Al Munawar. 2022. Dimensi Kehidupan dalam Perspektif Islam.
Bogor: Puskata Litera Antarnusa.
Aman Ma’mun, Muhammad. 2018. Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an.
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Urwatul Wutsqo.
Amin, Samsul. 2020. Ilmu Tajwid Lengkap. Yogyakarta: El-ameen Publisher.
Andrian, Sutedi. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Arifin, M. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Bahri Djamarah, Saiful. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Basyiruddin Usman, Muhammad. 2002. Guru Profesional Dan Implementasi
Kurikulum. Jakarta: Ciputat Press.

Bungin, Burhan. 2010. Metode Penelitain Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik Sera Ilmu-Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada,

Media Group.

Darajat, Zakiyah. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.
II, Cet. IV. Jakarta: Balai Pustaka.
Diana Pratiwi, Sartika. 2019. Pengaruh Penerapan Metode Tartil Terhadap

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Di SDN Bedikulon Bungkal Ponorogo,

Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. IAIN Ponorogo.

Ira. 2017. Pengaruh penerapan metode iqra’ terhadap peningkatan kemampuan


membaca Al-Qur'an pada Peserta didik SMP Negeri 7 Anggeraja Kabupaten
Enrekang, Skripsi, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan. UIN Alauddin
Makassar.
Irianto, Agus. 2007. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana

35
Prenada Media Group.
Irwandi, Adi. 2022. Pengaruh Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Terdahap

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Peserta Didik Di MA DDI Kaballangang

Kabupaten Pinrang, Skripsi, Fakultas Tarbiyah. IAIN Parepare.

Ismail Nurdin dan Sri Hartati. 2019. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media

Sahabat Cendekia.

Jauharoh Fuadah, Shofiah. 2021. Pengaruh Penerapan Metode Tartil Dan

Lingkungan Keluarga Terhadap Kemampuan Membaca al-Qur'an Remaja


Masjid Al-Karim Mojoreto Ponorogo, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan. IAIN Ponorogo.

Karim Husain, Abdul. 2005. Seni Kaligrafi Khat Naskhi. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba
Medika.
Kusnawan, Aep. 2004. Berdakwah Lewat Tulisan. Bandung: Mujahid Press.
Latifah. 2016. Pengaruh Penerapan Metode Yanbu’a Terhadap Kemampuan Baca

Tulis Al-Qur’an Di Kelas II MI Sunan Panandaran Ngaglik Sleman Yogyakarta


Tahun Ajaran 2015/2016, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Lutfi, Ahmad. 2009. Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI.
Matondang, Zulkifli. 2009. Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian.

Jurnal Tabularasa SPSS Unimed, Vol.6 No.1.

Maunah, Binti. 2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Yogyakarta: TERAS.

Muhammad Bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni. 1999. Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an.


Bandung: CV Pustaka Setia.
Muhid, Abdul. 2012. Analisis Statistik. Surabaya: Zifatama.

Muhsyanur. 2019. Pengembangan Keterampilan Membaca Suatu Keterampilan


Berbahasa Reseptif. Yogyakarta: CV Bugenese.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
36
Ngalim Purwanto, Muhammad. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.
Santoso, Agus, 2010. Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: Jurnal Penelitian.
Sarlito, Sarwono. 2011. Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Sarwono. 2010. Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Silalahi. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Refika Aditama.

Siregar, Sofyan. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan

Berbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana.

Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.
Sodik, Yusuf. 2012. Bimbingan Praktis Baca Tulis Al-Qur’an Metode
Aljabari. Jakarta: Yudhistira.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung: ALFABETA.
Sugiyono. 2012. Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta.

Syamsu, Yusuf. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Syarifuddin, Ahmad. 2004. Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-
Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.
Terjemahan KEMENAG 2019, Q.S. Al-Hijr ayat 9.
Terjemahan KEMENAG 2019, Q.S. Al-‘Alaq ayat 1-5.
Walizer. 1987. Metoda dan Analisa Penelitian Mencari Hubungan Jilid 2. Jakarta:

37
Erlangga.

Jurnal:
Ali Bakri, Muhammad. 2017. Metode Langsung (Direct Method) Dalam Pengajaran
Bahasa Arab, Al-Marji. Jurnal Pendidikan Bahasa Arab. Volume 1. Nomor 1.
Aman Ma’mun, Muhammad. 2018. Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an.
Annaba: Jurnal Pendidikan Islam Volume 4 No. 1.
Rumainur. 2018. Efektivitas Metode At-Tartil dalam Pembelajaran Tahsin Al-Quran
Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Di Kalimantan Timur. Jurnal
Penelitian Fenomena, Vol. 11, No. 1.

Internet:
Aljabari, Abahata. 2014. Sejarah Aljabari [Video]. YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=lilpQkySDxE
Institut Pengajian Al-Quran, IPAQ. 2021. Pengenalan Kaidah ABAHATA IPAQ
[Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=nVEuTnRHfHs
LeeA.Becker. 2018. “Effect Size (ES)”, Dalam
http://bwgriffin.com/gsu/courses/edur0131/content/EffectZiseBecker.pdf, diakses 20 Maret.

38

Anda mungkin juga menyukai