Anda di halaman 1dari 22

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MEMBACA AL QUR’AN

MENGGUNAKAN METODE IQRO’ DISDIT AL KAUTSAR KOTA


BOGOR
TP. 2022/2023

Di susun oleh:
SITI NURJANAH

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

STIT FATAHILLAH

BOGOR

2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya, pada kesempatan
ini penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini. Sholawat dan Salam tak
lupa semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW
yang telah menuntun umatnya dari jaman ketidaktahuan menuju jaman yang penuh
ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Adapun judul skripsi yang saya ajuka yaitu “Peningkatan pemahaman siswa
tentang perkalian bersusun dengan metode menghafal perkalian di kelas III SDIT Al
Kautsar kota Bogor” tahun pelajaran 2022/2023.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah skripsi di
STIT Fatahillah Cileungsi-Bogor.
. Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan mungkin
terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan nasehat dari banyak pihak selama
penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis menyampaikan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Ade Falah, M.Pd.I selaku dosen pembimbing 1 dari STIT Fatahillah
Bogor.
2. Ibu Rena Fadilah Malik, M.Pd. selaku dosen pembimbing 2 dari STIT Fatahillah
Bogor.
3. Kedua orang tua penulis Bapak Daman dan Ibu Halimah, yang selalu
memberikan do’a, semangat, kesabaran dan juga kasih saying yang sangat luar
biasa dalam setiap langkah penulis yang merupakan anugerah terbesar dalam
hidup. Penulis harap bisa menjadi anak yang dapat dibanggakan.
4. Suami tercinta yang selalu memberikan dukungan dan juga bimbingan.
Semoga kebaikan dari semua pihak Allah SWT balas dengan kebaikan yang
berlipat ganda. Saya sadar bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati saya mengharapka kritik dan

ii
saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi melakukan laporan
penelitian ini.

Harapan saya skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak terkait khususnya di
lingkungan STIT Fatahillah Bogor mau pun para pembaca pada umumnya.

Penulis,
Bogor, 7 Januari
2023

Siti Nurjanah

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Al Qur’an merupakan kitab suci umat Islam dan beriman kepadanya tergolong salah satu
rukun Iman. Al Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui perantara malaikat Jibril, terdapat 114 surah di dalamnya. Diawali surah Al Fatihah dan
diakhiri dengan surah An Nas. Al Qur’an adalah mu’jizat Nabi Muhammad SAW yang ditulis
dalam mushaf, yang dinukilkan secara mutawattir dan membacanya merupakan ibadah.
Al Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia tidak lain penuh dengan hikmah
dan juga berkah sehingga kita semua selaku umat muslim tidak perlu meragukan isi kandungan
Al Qur’an. Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah dan salah satu ibadah itu
diantaranya adalah membaca Al Qur’an. Allah SWT memerintahkan manusia agar senantiasa
menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup, tentu tidak hanya dengan membacanya saja
namun juga perlu memahami isinya dan mengamalkan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam wahyu pertama Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW
untuk membaca yang terdapat dalam surah Al ‘Alaq ayat 1-5:
ْ ِ‫ الَّ ِذيْ َعلَّ َم ب‬٣ ‫@رْأ َو َربُّكَ ااْل َ ْك@ َرۙ@ ُم‬
‫ َعلَّ َم‬٤ ‫@القَلَ ۙ ِم‬ َ @‫ اِ ْق‬٢ ‫ق‬
ٍ ۚ @َ‫ق ااْل ِ ْن َس@انَ ِم ْن َعل‬ َ ۚ @َ‫اِ ْق َرْأ بِاس ِْم َربِّكَ الَّ ِذيْ خَ ل‬
َ @َ‫ َخل‬١ ‫ق‬
٥ ‫ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!

2. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia,

4. yang mengajar (manusia) dengan pena.

5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.


(Al-'Alaq/96:1-5)

Kata Iqra’ artinya bacalah. Dari makna tersebut lahirlah beragam makna seperti
menyampaikan, menelaah, mendalami, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan
membaca baik teks tulis dan nontulis. Dari beberapa makna tersebut penulis mengambil makna
membaca karena Al Qur’an merupakan wahyu Allah SWT yang tidak dapat diterima sebelum
dibaca terlebih dahulu. Makna Iqra’ pada masa Nabi dan pada masa penulis sekarang ini tentu
berbeda. Ketika pada masa Nabi makna Iqra’ berarti mengenal yang berarti mengenal Tuhan
1
yang telah menciptakannya. Sedangkan pada masa kini penulis mengartikan kata Iqra’ dengan
membacayang berarti setiap umat Islam diperintahkan untuk selalu membaca apapun dengan
menyebut nama Tuhan yang telah menciptakan seluruh alam semesta dan juga isinya termasuk
manusia, yaitu Allah SWT.
Pendidikan agama Islam di Indonesia salah satunya yaitu pembelajaran Al Qur’an. Al
Qur’an merupakan pedoman hidup umat Islam. Maka dari itu seluruh umat Islam wajib untuk
senantia mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an kepada sesama. Sebagaiman pesan Rasulullah
SAW yang memotivasi kita agar senantiasa mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an:
ُ‫خَ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُرْ آنَ َو َعلَّ َمه‬
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.” (H.R
Bukhari).
Hal tersebut menunjukkan bahwa sejak awal, agama Islam sudah memerintahkan kepada
manusia untuk mempelajari Al Qur’an yaitu dengan cara membacanya, sebab wahyu Allah
SWT tidak dapat diterima tanpa dibaca terlebih dahulu. Supaya umat Islam mampu membaca Al
Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah, maka perlu diadakan pembelajaran Al Qur’an bagi
seluruh umat Islam.
Membaca Al Qur’an tidak sama dengan membaca bahan bacaan lain karena Al Qur’an
adalah kalam Allah SWT. Membacanya harus memakai etika zahir dan batin. Dimana etika
zahir ini adalah kita harus membacanya dengan tartil. Membaca dengan tartil adalah dengan
perlahan-lahan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid yang benar. Mempelajari ilmu tajwid
hukumnya Fardhu Kifayah, sedangkan membaca Al Qur’an yang baik dan benar sesuai ilmu
tajwid adalah Fardhu ‘Ain.
As Suyuthi mengatakan bahwa disunahkan membaca Al Qur’an dengan tartil.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an surah Al Muzammil ayat 4:
٤ ۗ ‫اَوْ ِز ْد َعلَ ْي ِه َو َرتِّ ِل ْالقُرْ ٰانَ تَرْ تِ ْياًل‬
Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.
Pembelajaran Al Qur’an di Indonesia memang sudah banyak berkembang, baik melalui
pendidikan formal yaitu sekolah maupun melalui pendidikan non formal seperti TPQ atau
lembaga-lembaga Quran. Pada pendidikan formal khususnya pada jalur sekolah pembelajaran
Al Qur’an penggunaan waktu yang diberikan relatif lebih sedikit sekitar antara 2 sampai 3 jam
saja dalam waktu satu minggu. Hal tersebut menjadikan materi yang disampaikan kurang sesuai
dengan standar kompetensi yang diharapkan akibatnya hasil yang dicapai kurang maksimal.
Oleh karena itu diperlukan adanya lembaga non formal untuk menambah pengetahuan,
memperluas wawasan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dalam pembelajaran
Al Qur’an. Dalam suatu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu dibutuhkan

2
strategi atau metode yang tepat. Dalam hubungannya dengan proses mengajar dan belajar maka
faktor metode mengajar (teaching method) merupakan suatu alat yang penerapannya diarahkan
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan dalam
program pengajaran.8 Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.9 Jadi metode memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar untuk mencapai keberhasilan dan
merupakan alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar, begitu juga dalam belajar
membaca Al Qur’an. Karena dengan menggunakan metode yang tepat akan mampu
mengembangkan kepribadian peserta didik dalam menerima pelajaran dengan mudah, efektif,
dan dapat dicerna dengan baik. Di Indonesia metode pembelajaran membaca Al Qur’an sudah
berkembang dan sangatlah beragam. Salah satu metode tersebut adalah Metode Iqro’. Metode
Iqro’ merupakan suatu metode membaca Al Qur’an yang menekankan langsung pada latihan
membaca. Adapun buku panduan Iqro’ terdiri dari 6 jilid mulai dari huruf hijaiyah yang
sederhana sampai tahap huruf hijaiyah yang bersambung. Tujuan metode Iqro’ sendiri adalah
untuk menyiapkan anak didik menjadi generasi Qur’ani.
SDIT Al Kautsar termasuk salah satu lembaga pembelajaran yang mengunggulkan
pembelajaran Al Qur’an. Lembaga tersebut mempunyai visi melahirkan generasi Qurani salah
satunya yaitu dengan cara menanamkan Al Qur’an pada peserta didik untuk dijadikan sebagai
pedoman dan pandangan hidup sehari-hari. Selain itu juga bertujuan untuk menciptakan peserta
didik yang mampu membaca dan mengamalkan Al Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah ilmu tajwid. Namun ternyata untuk mewujudkan visi tersebut bukanlah suatu hal mudah.
Perlu bertahun-tahun dalam mencapai peningkatan persentase siswa yang tartil dalam membaca
Al Qur’an. Berkali-kali sekolah ini mengganti metode belajar membaca Al Qur’an. Mulai dari
metode Tilawati, Qira’ati, Abatatsa, ummi bahkan sampai metode Al Muyassar masih belum
terlihat peningkatan yang signifikan. Setelah beberapa kali dievaluasi ternyata kendalanya ada di
terlalu fokusnya anak ke nada yang disuguhkan oleh beberapametode tersebut. Banyak orang
tua murid yang tidak menguasai metode tersebut sehingga muraja’ah di rumah menjadi tidak
maksimal. Tidak hanya itu, beberapa guru juga ada yang belum menguasai keilmuan cara
membaca Al Qur’an yang tartil, minimal untuk pengucapan huruf hijaiyah yang baik dan benar
apalagi dengan metode-metode yang tadi disebutkan. Mereka dipaksa untuk mengajar meski
kurang begitu mumpuni. Meski ada pembinaan setiap pekan namun kegiatan tersebut banyak
tidak terlaksanya dikarenakan beberapa factor diantaranya agenda sekolah yang sangat sibuk.
Akibatnya banyak siswa yang lulus itu belum mahir membaca Al Qur’an. Dampak tersebut
menjalar kepada para siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya sehingga
beberapa dari mereka tidak diterima di sekolah yang dituju karena tidak lulus tes membaca Al

3
Qur’an.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis di SDIT Al Kautsar dalam
pembelajaran Al Qur’an menggunakan metode Iqro’, dimana para siswa terlihat sangat
semangat dalam belajar membaca Al Qur’an. Mereka tidak harus terfokus dengan nada irama.
Di SDIT Al Kautsar terdapat terdapat 14 kelas dari kelas 1 hingga kelas 6. Waktu
pembelajarannya yaitu dari hari Senin sampai dengan hari Jum’at sesuai jadwal pembelajaran.
Selain itu dalam pengajarannya terdapat hafalan surat-surat yang dimulai dari juz 30, juz 29, juz
28, kemudian dilanjutkan ke juz 1 dan seterusnya yang telah ditentukan dan mengulang kembali
pelajaran yang lalu secara klasikal dan dilanjutkan setoran secara individual.
Sebetulnya banyak metode untuk pembelajaran membaca Al Qur’an, namun SDIT Al
Kautsar memilih metode Iqro’ yang sebelumnya menggunakan metode Al Muyassar. Menurut
Ibu Risna Nuryani metode Iqro’ memiliki kelebihan yaitu; 1) Tidak menggunakan nada lagu 2)
Penggunaan metode Iqro’ yang sudah terpercaya dan tersebar luas sampai negara-negara
ASEAN 3) Harga buku Iqro’ yang murah dan terjangkau serta mudah didapat dimana saja 4)
Penggunaan system CBSA (Cara BelajarSiswa Aktif) 4) Fleksibel 5) Praktis 6) Penyusunan
tahapan pembelajaran tiap jilid yang bersifat sistemtis berdasarkan perkembangan kognitif anak.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20 Agustus 2022 dan hasil wawancara peneliti
dengan Ibu Risna, S.Pd. Selain buku Iqro’ terdapat pelajaran yang bisa menunjang proses
pembelajaran yaitu materi tajwid, ghorib dan Al Qur’an. Dari hasil wawancara yang telah
dilakukan peneliti tertarik mengambil objek penelitian di SDIT Al Kautsar kota Bogor
dikarenakan banyak anak-anak yang belajar membaca Al Qur’an dengan menggunakan metode
Iqro’ yang terlihat semangat dan mudah dalam memahami yang telah disampaikan oleh ustadz
atau ustadzah serta terdapat kelas akselerasi di kelas Abu Bakar. Berdasarkan latar belakang
yang telah penulis paparkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah Quran
Al-Istiqomah Redjo Mulyo khususnya kelas Abu Bakar dengan judul “IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QURAN MENGGUNAKAN METODE UMMI DI
RUMAH QURAN AL-ISTIQOMAH REDJO MULYO PURBALINGGA KIDUL” B. Definisi
Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman, tidak

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah metode pembelajaran menghafal perkalian 1-10mdapat meningkatkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran Matematika materi Perkalian Bersusun?
2. Apakah metode pembelajaran menghafal perkalian 1-10 dapat meningkatkan
keterampilan guru dalam pembelajaran?

4
3. Apakah metode pembelajaran menghafal perkalian 1-10 dapat meningkatkan
keterampilan berhitung siswa di kelas III B SDIT Al Kautsar?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran materi
Perkalian Bersusun muatan pembelajaran Matematika pada siswa kelas III B SDIT Al
Kautsar kota Bogor.
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada mata pelajaran
Matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Menghafal di kelas III B SDIT
Al Kautsar kota Bogor.
2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran pada mata pelajaran
Matematika materi Perkalian Bersusun dengan menggunakan metode menghafal
perkalian 1-10 di kelas III B SDIT Al Kautsar kota Bogor.
3. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan berhitung siswa kelas kelas III B SDIT Al
Kautsar kota Bogor dalam pelajaran Matematika materi Perkalian Bersusun dengan
menggunakan metode pembelajaran menghafal perkalian 1-10.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis dan
praktis. Secara teoritis, metode menghafal perkalian 1-10 dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran sehingga dapat menjadi pendukung teori untuk kegiatan penelitian-penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran Matematika. Selebihnya menambah hasanah
bagi dunia pendidikan. Selain itu dapat memberikan manfaat bagi :
1. Siswa
Dengan penerapan metode menghafal perkalian 1 sampai 10, siswa dapat menjawab
soal pertanyaan dengan cepat dan tepat tanpa harus berpikir lama dan melakukan perkalian
bersusun yang memang pada dasarnya itu baik dan merupakan sebuah konsep dasar
perkalian.
2. Guru
Memberikan kemudahan dalam hal penyampaian materi yang berkaitan dengan
perkalian, tidak ada ketersendatan lagi ketika melakukan operasi bilangan perkalian
dikarenakan di tema-tema dan pada kelas-kelas berikutnya perkalian akan selalu dipakai
untuk memudahkan pembelajaran kedepannya

BAB II
5
KAJIAN TEORI

A. PEMAHAMAN
1. Peningkatan Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti dengan benar.
Sedangkan pemahaman merupakan proses cara memahami berkelanjutan (M. Zul, Fajri
dan Ratu Aprilia Senja, 2008 ; 607 – 608).
Menurut Benyamin S. Bloom pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang
peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan bahasa sendiri.
Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa pemahaman atau komprehensi adalah
tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep,
situasi, serta faktor yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya hafal cara
verbalistis,
tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.

2. Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Peserta Didik


a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan di capai
dalam kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan akan mempengaruhi juga
kepada kegiatan pengajaran yang di lakukan oleh guru sekaligus mempengaruhi
kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini tujuan yang dimaksud adalah pembuatan
tujuan intruksional khusus (TIK) oleh guru yang berpedoman pada tujuan
intruksional umum (TIU). Penulisan tujuan intruksional khusus (TIK) ini dinilai
sangat penting dalam proses belajar mengajar, dengan alasan ; 1. Membatasi tugas
dan menghilangkan segala kekaburan dan kesulitan di dalam pembelajaran. 2.
Menjamin dilaksanakanya proses pengukuran dan penilaian yang tepat dalam
menetapkan kualitas dan efektifitas pengalaman belajar siswa. 3. Dapat membantu
guru dalam menentukan strategi yang optimal untuk keberhasilan belajar. 4.
Berfungsi sebagai rangkuman pelajaran yang akan diberikan sekaligus pedoman
awal dalam belajar.

b. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu

6
pengetahuan pada anak didik disekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman
dalam bidang profesinya. Di dalam satu kelas anak didik satu berbeda dengan lainya
nantinya akan mempengaruhi pula dalam keberhasilan belajar. Dalam keadaan yang
demikian ini seorang guru di tuntut untuk memberikan suatu pendekatan atau
belajar yang sesuai dengan keadaan anak didik, sehingga akan tercapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
c. Anak didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah.
Maksudnya dalah anak didik disini tidak terbatas oleh usia, baik usia muda, usia tua
atau telah lanjut usia. Anak didik yang berkumpul disekolah, mempunyai
bermacam-macam karakteristik kepribadian, sehingga daya serap (pemahaman)
siswa yang dapat juga berbeda-beda dalam setiap bahan pelajran yang di berikan
oleh guru, dan oleh karena itu, di kenallah adanya tingkat keberhasilan yaitu tingkat
maximal, optimal, minimal dan kurang untuk setiap bahan yang di kuasai anak
didik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa anak didik adalah unsur manusiawi
yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar sekaligus hasil belajar yaitu
pemahaman siswa.
d. Kegiatan pengajaran
Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan
anak didik dalm kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajran ini, meliputi
bagaimana guru menciptakan metode dan media pembelajaran serta evaluasi
pengajaran. Dimana hal-hal tersebut jika di pilih dan digunakan secara tepat, maka
akan mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar.
e. Suasana evaluasi
Keadaan kelas yang tenang, aman disiplin adalah juga mempengaruhi
terhadap tingkat pemahaman siswa pada materi (soal) ujian berarti pula
mempengaruhi terhadap jawaban yang diberikan siswa jika tingkat pemahaman
siswa tinggi, maka tingkat keberhasilan proses belajar mengajar pun akan tercapai.
f. Bahan dan alat evaluasi
Bahan dan alat evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam
kurikulum yang sudah di pelajari siswa dalam rangka ulangan (evaluasi). Alat
evaluasi meliputi cara-cara dalam menyajikan bahan evaluasi di antaranya dalah:
benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple-choice), menjodohkan (matching),
melengkapi (completation), dan essay. Yang mana guru dalam menggunakanya,
tidak hanya satu alat evaluasi tetapi menggabungkan lebih dari satu alat evaluasi.

7
Hal ini untuk melengkapi kekurangan-kekurangan dari setiap alat evaluasi.
Penguasaan secara penuh (pemahaman) siswa tergantung pula pada bahan evaluasi
yang di berikan guru kepada siswa, hal ini berarti jika siswa telah mampu
mengerjakan atau menjawab bahan evaluasi dengan baik, maka siswa dapat di
katakana paham terhadap materi yang di berikan waktu lalu.
Ada juga faktor lain yang mempengaruhi diantaranya:
a. Faktor Internal Faktor jasmaniah (fisiologi) meliputi: keadaan panca indera yang
sehat tidak mengalami cacat (gangguan) tubuh, sakit atau perkembangan yang
tidak sempurna.
b. Faktor psikologis, meliputi: keintelektualan (kecerdasan) minat, bakat, dan
potensi prestasi yang di miliki.
c. Faktor pematangan fisik atau psikis.
d. Faktor eksternal (dari luar diri)
e. Faktor social meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
kelompok, dan lingkungan masyarakat.
f. Faktor budaya meliputi: adapt istiadat, ilmu pengetahuan teknologi, dan
kesenian.
g. Faktor lingkungan fisik meliputi: fasilitas rumah dan sekolah.
h. Faktor lingkungan spiritual (keagamaan).
3. Penciptaan Suasana Belajar yang Baik
Untuk membantu Anda menciptakan suasana belajar yang kondusif, perlu
diterapkan hal-hal ini:
1. Menyampaikan aturan dengan tegas namun penuh empati.
Saat suasana kelas sedang tidak kondusif, guru harus mampu meredam
suasana menjadi lebih tenang, namun tantangannya guru harus menghindari
bentakan atau meninggikan suara. Guru yang mampu berkomunikasi dengan
tenang dan emosi yang stabil di kelas, akan mempengaruhi cara siswa dalam
menerima pesan yang disampaikan. Namun perlu diingat untuk tetap bersikap
tegas, agar siswa mengerti batasan dan menghormati Anda sebagai guru. Siswa
cenderung memperlakukan guru berdasarkan perlakuan guru terhadapnya.
Perlakukan mereka dengan empati, dengan begitu siswa akan bersikap serupa.
2. Bangun komunikasi yang baik dengan siswa dan orangtua
Anak cenderung akan meniru perilaku orang yang lebih tua. Ketika di
sekolah, mereka akan mengamati orang yang lebih dewasa untuk diikuti. Buat
interaksi yang positif dan menyenangkan, bukan hanya dengan siswa tetapi juga

8
orangtua mereka. Dalam skema pembelajaran online saat ini, kerjasama antara
guru, murid dan orang tua dalam berkomunikasi sangat mempengaruhi proses
belajar mengajar. Misal saat kelas dimulai pukul 7 pagi, namun siswa belum
bersiap di room online, peran orangtua dibutuhkan untuk mengingatkan dan
mempersiapkan anak sarapan sebelum kelas dimulai agar energinya terpenuhi.
Hal ini bisa dikomunikasikan dengan orangtua agar mereka dapat mendukung
kegiatan anaknya selama pelajaran berlangsung.
3. Libatkan siswa dalam membuat aturan
Generasi muda saat ini sudah sangat kritis dengan hal-hal yang mereka
anggap tidak adil, termasuk tentang peraturan di kelas. Libatkan siswa dalam
diskusi untuk membahas dan menetapkan peraturan yang dibutuhkan di kelas.
Ketika anak-anak ikut dalam diskusi membuat peraturan, mereka akan merasa
terlibat dan menganggap peraturan itu harus dipatuhi karena dibuat atas
kesepakatan bersama.
4. Amati dan pahami perilaku setiap siswa
Setiap individu memiliki sifat yang berbeda beda. Seorang guru yang
ingin atau memperbaiki perilaku siswa, harus memahami lebih dahulu apa latar
belakang yang mempengaruhi siswa berperilaku dan menunjukkan sikap
demikian. Berikan pendekatan yang sesuai dengan kondisi siswa saat ini.
Misalnya, siswa yang setiap hari terlihat tidak bersemangat mengikuti kelas,
bisa Anda ajak berbincang untuk mencari tahu akar masalahnya. Rangkul dia
menemukan solusi dan menemukan motivasi untuk semangat mengikuti
pelajaran di hari berikutnya. Dengan memberikan pendekatan seperti itu, bukan
hanya bermanfaat untuk siswa tapi juga untuk diri Anda sendiri, agar lebih
mudah membangun suasana kelas yang kondusif.
5. Berikan dukungan siswa dalam belajar
Setiap siswa masing masing punya waktu berbeda untuk berkembang
dan menangkap pelajaran. Ada siswa yang cepat paham, namun tidak sedikit
juga yang sulit dan membutuhkan waktu lama untuk mempelajari sesuatu. Saat
siswa berhasil menguasai materi atau mendapat nilai memuaskan, berikan
apresiasi, bisa dalam bentuk pujian, hadiah juga pesan motivasi untuk
mempertahankan dan meningkatkan pencapaiannya. Untuk siswa yang belum
berhasil, jangan diperlakukan berbeda, beri mereka semangat untuk
memperbaiki nilai dan mencapai target yang dibutuhkan. Ajak siswa lain untuk
ikut membantu, karena sesama teman biasanya akan lebih mudah

9
berkomunikasi. Perhatian dan apresiasi yang Anda berikan menjadi salah satu
faktor untuk menciptakan suasana kelas yang tenang dan kondusif. Sebab siswa
merasa dihargai atas segala pencapaiannya baik besar maupun kecil. Supaya
perilaku Anda bisa menjadi teladan yang baik bagi mereka, bangunlah
hubungan yang hangat dengan para siswa.
B. PERKALIAN BERSUSUN
1. Pengertian Perkalian Bersusun
Perkalian bersusun adalah salah satu cara menghitung perkalian, dimana angka
disusun sesuai dengan nilai tempatnya dan dihitung secara satu persatu dimulai dari angka
yang paling belakang, yaitu angka satuan. (Aziz Abdurrahman, HAWTN EDUCARE).

2. Sifat-sifat dalam perkalian

Sama halnya dengan operasi hitung lainnya, perkalian juga memiliki sifat-sifat
yang perlu untuk dipahami. Sebelum belajar ke contoh soal, ada baiknya memahami
terlebih dahulu sifat-sifat perkalian berikut ini, yaitu:

1. Sifat Kumutatif (Pertukaran)

Sesuai dengan namanya, cara hitung perkalian yang satu ini dilakukan dengan
melakukan pertukaran. Meski letak bilangan ditukar tempatnya, hasil dari perkalian yang
dilakukan masih tetap sama. Berikut contoh perkalian dengan sifat kumutatif atau
pertukaran, yaitu :

4 x 5 = 20

5 x 4 = 20

2. Sifat Asosiatif (Pengelompokan)

Berdasarkan sifat pengelompokan pada perkalian menyatakan bahwa hasil


perkalian akan tetap sama jika dikerjakan dari mana saja.

Misalnya: (2 x 4) x 5 = 8 x 5

2 x (4 x 5) = 2 x 20

40 = 40

Namun di kelas yang saya jadikan objek penelitian (kelas III B) sifat ke-2 ini
belum diterapkan dikarenakan materi belum sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

3. Cara menyelesaikan perkalian bersusun

Hitunglah hasil perkalian berikut ini 572 x 2 ?

Penyelesaiannya : 572
10
2x

1.144

Langkah pengerjaannya:

 Hitung terlebih dulu angka 2 x 2 = 4

Selanjutnya tulis angka 4 simpan sejajar dengan nilai tempat satuan.

 Hitunglah 2 x 7 = 14, Empat belas terdiri dari dua nilai tempat. Yang pertama angka
4 mempunyai nilai tempat satuan dan angka 1 memiliki nilai tempat puluhan.
Tuliskan angka 4 sejajar dengan nilai tempat ratusan, simpan angka 1 dengan nilai
tempat puluhan dia atas angka 7.

 Selanjutnya hitung angka 2 x 5 = 10 (jangan lupa tambahkan dengan angka 1 hasil


dari perkalian 2 x 7 sehingga didapatkan hasil 2 x 5 = 10 + 1 = 11 )

 Perolehan angka 11 ini sudah menjadi langkah terakhir. Setelah itu teman-teman bisa
menuliskannya di depan angka 4. Maka hasilnya didapat yaitu 1.144.

11
C. METODE MENGHAFAL
Metode Menghafal merupakan suatu cara mengajar dengan tepat dan cepat dalam
melakukan kegiatan belajar pada bidang pelajaran. Dengan menerapkan metode
menghafal perkalian dari 1-10 berarti siswa dapat mengucapkan di luar kepala perkalian
tersebut tanpa melihat buku catatan. Dalam pembelajaran perkalian bersusun, siswa
diharapkan hafal perkalian 1 sampai perkalian 10 untuk memudahkan menyelesaikan
perkalian bersusun dengan cepat dan tepat.
Menurut KBBI menghafal artinya berusaha meresap ke dalam pikiran agar selalu
ingat. Menghafal perkalian 1-10 berarti siswa berusaha meresapkan ke dalam pikiran
perkalian 1-10 agar perkalian tersebut selalu diingat oleh siswa. Kegiatan ini bertujuan
untuk melihat sejauh mana siswa dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi
perkalian terutama perkalian bersusun.
Menghafal akan membangkitkan rasa kompetitif, konsentrasi dan
mengembangkan peran siswa selama proses pembelajaran. Saat menghafal fikiran
membutuhkan konsentrasi dan focus yang tinggi juga terhindar dari berbagai macam
gangguan terutama lingkungan sekitar, konsentrasi juga dapat meningkat sehingga dapat
lebih cepat mencerna dan memasukan banyak informasi baru ke dalam ingatan. Dengan
demikian, penerapan metode menghafal ini akan mampu mengembangkan ranah kognitif
siswa dalam proses pembelajaran Matematika, sehingga pada akhirnya hasil belajar bisa
maksimal. Peneliti ingin meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika materi
Perkalian Bersusun dan selanjutnya tetap mempertahankan kualitas pembelajaran secara
berkelanjutan.
a. Persiapan
a) Perkenalkan dengan cara yang mudah sebelumnya, perkenalkan angka terlebih
dahulu pada siswa. Gunakan cara yang mudah agar dapat dimengerti. Tidak
semua anak mampu mencerna hal-hal abstrak seperti angka.
b) Kuasai Konsep
Beritahukan kepada siswa konsep dasar perkalian. Dimana perkalian adalah
penjumlahan secara berulang.
2 x 5 = 10
Artinya: 2 + 2 +2 + 2 + 2 + 2 = 10
Beritahu juga kepada mereka konsep jika sutu bilangan dikalikan 0 (nol) maka
hasilnya 0 juga.
Misal:

12
1x0=0
1.00 x 0 = 0
0 x 10 = 0
c) Lakukan Secara Bertahap
Guru menulis media perkalian 1-10 di papn tulis, terdiri dari 10 kolom. Satu
kolom untuk perkalian 1, kolom lainnya perkalian 2, perkalian 3, dan seterusnya
sampai perkalian 10. Selanjutnya guru membantu siswa menghafal perkalian
secara bertahap dan perlahan. Mulailah dari perkalian 1 dan 2, tiidak langsung
harus terburu-buru menghafal dengan cepat tetapi hafalannya cepat lupa.
Berikan anak beberapa waktu untuk latihan, setelah itu guru bisa meningkatkan
level lainnya satu kali setiap kali secara bertahap. Misalnya, melanjutkan
perkalian 3–4 dan 5–9. Untuk perkalian 10 siswa hampir semua menguasainya.
Selanjutnya jangan lupa berikan mereka tes lisan mau pun tulisan.
d) Ulangi dahulu dan koreksi
Berikan beberapa ulasan untuk perkalian sebelumnya secara berurutan atau acak
sebelum memperkenalkan siswa pada perkalian baru. Misalnya, dengan
memberikan kesempatan untuk anak melafalkan perkalian 1–10 yang telah
dipelajari atau mengetes kemampuan menggunakan beberapa tes perkalian
tertulis. Koreksi sampai mana jawaban benar dan mana yang salah. Guru juga
bisa mengajukan pertanyaan perkalian secara lisan dan biarkan anak menjawab
dengan cepat. Dengan demikian guru bisa tahu perkembangan siswa dalam
belajar perkalian.
e) Tempel Poster Pekalian Dinding
Ada banyak macam poster angka pembelajaran matematika, seperti perkalian
sebagai alat bantu anak dalam belajar. Pilihlah dengan desain menarik sehingga
akan membuat tertarik dan nyaman saat belajar menghafal.

Poster perkalian ini akan membantu siswa dengan tipe pembelajar visual.
f) Sebelum menghabiskan energi dan waktu dengan kata-kata, biarkan alat peraga
dan alat praktis lainnya. Misalnya, dengan bantuan jari tangan atau gambar.
Setelah anak menguasai konsepnya, guru dapat mulai menggunakan angka-
angka.
g) Bantu Latihan Siswa Menggunakan Permainan
Siswa dapat belajar kapan pun, saat sedang belajar mau pun ketika istirahat dan

13
menunggu penjemputan sekolah. Dengan begitu guru bisa menyediakan
permainan untuk belajar perkalian. Misalnya, dengan permainan papan atau
kartu.
h) Terus asah kemampuan anak secara rutin
Janganlah lelah maupun lengah mendampingi anak belajar. Pertahankan
pembelajaran perkalian ini dengan terus mengasah secara rutin. Misalnya,
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak masalah praktis
menggunakan perkalian yang dapat digunakan untuk menunjukkan manfaat dari
pembelajaran perkalian.

b. Rencana Kegiatan
a) Setiap anak membaca perkalian minimal satu kolom (misalkan perkalian 2, 1 x 2
= 2, 2 x 2 = 4, dan seterusnya sampai 2 x 10 = 20) selama 10 menit secara fokus
b) Siswa diajak menjawab cepat pertanyaan perkalian yang diberikan oleh guru
c) Siswa mengerjakan tes individual berupa perkalian yang sudah dihafal
d) Siswa yang bisa mengerjakan soal dengn cepat diberi apresiasi berupa bintang
biru yang ditempel di karton bernamakan siswa. Setiap kelipatan sepuluh bintang
tersebut bisa dicairkan atau ditukarkan dengan reward.
e) Siswa bergantian mengerjakan soal kedua masih berupa perkalian namun kali ini
mengerjakannya di papan tulis. Siswa yag jawabannya benar langsung di
apresiasi dengan mendapatkan bintang biru dan snack dari guru.
f) Ulangi proses sampai siswa betul-betul mengingat perkalian yang sudah dihafal.
g) Implementasikan pada perkalian bersusun.
c. Sistem Evaluasi
Dalam hal ini sistem evaluasi yang digunakan yaitu:
a) Siswa bersamaan mengerjakan soal pengayaan yang masih berupa perkalian
namun kali ini mengerjakannya dalam bentuk kuis. Siswa yag jawabannya tepat
dan cepat langsung di apresiasi dengan mendapatkan bintang biru dan snack dari
guru. Guru memberikan apresiasi kepada para siswa yang sudah paham dan
mengingatkan kembali terkait hafalan perkalian karena rata-rata yng tidak bisa
mengerjakan itu adalah siswa-siwa yang belum hafal perkalian dan jarang
berlatih di rumah.
b) Repetisi

14
D. Kebaikan dan Kelemahan metode Menghafal
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran modern, metode
pembelajaran Menghafal memiliki beberapa kelebihan yaitu :
1. Menumbuhkan minat baca siswa dan lebih giat dalam belajar.
2. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak akan mudah hilang karena sudah
dihafalnya.
3. Siswa berkesempatan untuk memupuk perkembangan dan keberanian, bertanggung
jawab serta mandiri.
4. Membangkitkan rasa percaya diri.
5. Belajar dengan cara menghafal adalah sederhana dan mudah.
6. Sebagai solusi ketika terjadi kecemasan atau perasaan tidak mampu menguasai
dalam memahami materi pelajaran, dapat mencoba dikuasai dengan
menghafalkannya.
Selain kelebihan metode ini juga memiliki beberapa kelemahan seperti :
1. Pola pikir seseorang cenderung statis karena hanya mengetahui apa yang
dihafalnya saja.
2. Tidak dapat berargumen menurut pemahamannya sendiri. Karena argumen yang
ia sampaikan di sekolahnya hanya dari hasil menghafal materi pelajaran.
3. Kesulitan menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasannya. karena tidak terbiasa.
4. Terkadang menghafal hanya bersifat sementara di otak. Karena biasanya
ingatannya hanya digunakan dan diperlukan ketika akan menghadapi ulangan
saja. Setelah itu terabaikan.
5. Menghafal materi yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental.
6. Kurang tepat diberikan kepada siswa yang mempunyai latar belakang berbeda-
beda dan membutuhkan perhatian yang lebih.
Adapun beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan
atau kekurangan dalam menerapkan metode menghafal, yaitu:
1. Apa saja yang akan dihafalkan oleh siswa sebaiknya terlebih dahulu dijelaskan
dan diterangkan oleh guru sehingga siswa benar-benar memahami materi
pelajarannya. Jangan sampai siswa hanya menghafal sedangkan ia belum paham.
2. Menghafal harus diberi latar belakang dan penjelasan yang cukup. Dengan
demikian bahan tersebut akan lebih mudah dihafal dan mudah diingat.
3. Memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya menghafal, karena untuk
menghafal sesuatu dibutuhkan perhatian dan keinginan untuk mengingat sesuatu.

15
4. Menentukan teknik yang lebih efektif, menghafalkan keseluruhan atau bagian-
bagian yang penting saja.

E. Metode Menghafal Perkalian Dalam materi Perkalian bersusun


Rendahnya prestasi pembelajaran Matematika materi Perklian Bersusun
diakibatkan karena cara guru dalam mengajar atau menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik menjadi cepat bosan, oleh
karenanya peserta didik dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris ini kurang
semangat.
Salah satu metode pembelajaran yang menjadikan siswa menjadi aktif dalam
pembelajaran Matemstika adalah dengan menggunakan metode menghafal perkalian 1-
10. Metode menghafal adalah salah satu metode pembelajaran dalam …………….

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK),


yaitu kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh
kelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan pembelajaran, berdasarkan
refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Secara ringkasnya
penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat
mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan
dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
Pendapat lain adalah menurut Supardi mengemukakan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika
pembelajaran berlangsung. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan tujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu kualitas pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas, atau pada proses


pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah

16
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas ketika pembelajaran
berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
mutu kualitas pembelajaran agar pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat
berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
B. Setting Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tangggal 18
November 2021 hingga 31 Januari 2022. Adapun yang digunakan
sebagai tempat penelitian adalah SDIT Al Kautsar Bogor yang
beralamat Gang Cempaka RT 03/12, Bantarjati, Kecamatan Bogor
Utara, Kota Bogor, Jawa Barat 16153 . Adapun Jadwal pengambilan
data sebagai berikut:

Kegiatan Desember Januari


No
1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Desain
1
Penelitian
1. 2 Pra siklus (observasi) Subyek
Pelaksanaan siklus
3
I
4 Penyusunan laporan
Penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III B dengan
jumlah 32 siswa yang seluruhnya terdiri dari siswa perempuan. Begitu pula
dengan obyek uji soal.

2. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 118). Variabel dalam penelitian ini
ada dua variabel yaitu:
a. Variabel bebas
Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah
penggunaan model menghafal. pada mata pelajaranan Matematika materi
perkalian bersusun.
b. Variabel terikat
Dalam hal ini yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah

17
pemahaman siswa kelas III B.

3. Prosedur Siklus Penelitian

Prosedur penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas satu


siklus. terdiri dari empat kegiatan yaitu: perencanaan (planning), tindakan
(acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Setiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Supaya untuk
mengetahui permasalahan yang menyebabkan kurang optimalnya hasil
belajar materi perkalian bersusun mata pelajaran matematika siswa kelas III
B SDIT Al-Kautsar dengan melakukan observasi, tes lisan dan tes tertulis
terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

18

Anda mungkin juga menyukai