Anda di halaman 1dari 27

Penerapan Metode Iqro dalam Meningkatkan Pemahaman baca Al Qur’an

santri Banun dan Banat (Usia SD) di Ponpes Al Hikamussalafiyah Cipulus

Purwakarta

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Strata Satu dalam Bidang Pendidikan Agama Islam (S.Pd.)

Oleh:

ENI NURAENI

NIM:16130127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an dilihat secara etimologi berasal dari Bahasa arab, yaitu bentuk jamak

dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara’a - yaqra’u - qur’anan yang berarti

bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Sedangkan menurut para ulama

menyebut definisi al-Qur’an yang mendekati maknanya dan membedakannya dari

yang lain dengan menyebutkan bahwa “al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah

swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang membacanya suatu

ibadah.” (Manna’ Khalil, 2010:17)

Al-Qur’an itu sendiri diturunkan dalam Bahasa Arab, oleh sebab itu untuk

memahami al-Qur’an secara benar maka diupayakan mampu membacanya dalam

Bahasa Arab dengan baik dan benar agar dapat mengamalkannya dengan sempurna.

Firman Allah swt dalam Q. S al-Muzammil/73:4

‫علَيْه ت َْرت ْيلا‬


َ …….

Terjemahnya:

Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.

(Kementrian Agama R.I, 2012:575)

Karena itu setiap mukmin dituntut untuk mampu membaca dan menulis kitab

suci al-Qur’an, bagi orang mukmin mempunyai kewajiban dan tanggung jawab

mempelajari dan mengajarkannya. Belajar membaca al-Qur’an adalah kewajiban

yang suci dan mulia, sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi saw di bawah ini:
)‫علَّ َمهُ (رواه البخارى‬
َ ‫َخي ُْر كُ ْم َم ْن تَعَلَّ َم ا ْلقُ ْرآنَ َو‬

Artinya : Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan

mengajarkannya. (HR. Bukhori). (Zaenuddin Ahmad Azzubaidi, 1986:550)

Dari hadist diatas dapat dipahami bahwa mempelajari dan mengajarkan al-

Qur’an pada setiap umat Islam adalah kewajiban utama dalam kehidupan orang

mukmin. Belajar al-Qur’an bagi setiap mukmin sudah dianjurkan semenjak anak

umur tiga tahun dengan cara mengenalkan huruf-huruf hijaiyah yang menjadi ayat

didalam al-Qur’an. (Ahmad Sunarto, 1993:619)

Mempelajari al-Qur’an membutuhkan metode agar santri lebih cepat

memahami tata cara membaca al-Qur’an,namun demikian metode yang dimaksud

di sini adalah cara atau jalan yang ditempuh sebagai penyajian bahan-bahan

pelajaran agar mudah diterima,diserap dan dikuasai oleh santri dengan baik dan

menyenangkan. (Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, 1995:2)

Disamping itu penting pula memperhatikan keadaan santri yang hendak

dididik,dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan. Dengan demikian

ustadz/ustadzah harus mengetahui kondisi santri agar penyampaian materi melalui

metode yang diterapkan dapat dengan mudah dipahami dan dicerna oleh santri.

Belajar membaca al-Qur’an dengan baik dan benar bukanlah hal yang mudah,

oleh karen itu dalam membaca al-Qur’an diperlukan metode yang tepat dan dapat

memudahkan proses pembelajaran tersebut. Penerapan metode yang tepat dan baik

digunakan terutama bagi santri-santri yang masih berusia muda sehingga mudah

untuk dikendalikan. Menurut Ali Hasan Asyafi’I ia menyatakan bahwa jika ditinjau

dari usia anak, Pendidikan al-Qur’an lazimnya dimulai sejak usia enam tahun
sampai usia dua belas tahun, sementara pada umur tujuh tahun anak sudah disuruh

untuk mengerjakan sholat. (M. Ali Hasan Asyafi’I,1994:56)

Karena pada masa inilah perlu ditanamkan Pendidikan agama islam khususnya

belajar membaca al-Qur’an. Namun dengan berkembangnya sistem Pendidikan

dizaman sekarang, Pendidikan al-Qur’an juga berkembang dengan pembelajaran

al-Qur’an yang dimulai dari umur yang masih belia, bahkan sudah diajarkan pada

umur empat sampai lima tahun. Pada usia ini anak-anak telah dilatih membaca al-

Qur’an bahkan menghafal surat-surat pendek yang terdapat dalam Juz’amma. Hal

itu dibuktikan dengan banyak Lembaga-lembaga Pendidikan agama yang

mewajibkan calon murid dapat menghafal surat-surat pendek dan sedikit

pengetahuan membaca al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid.

Salah satu metode dan sistem pembelajara al-Qur’an yang berkembang

sekarang adalah metode iqro’. Sistem pengajaran al-Qur’an melalui metode iqro’

adalah suatu sistem pengajaran yang langsung pada latihan membaca, dimulai pada

tingkatan yang paling sederhana,yaitu mengenalkan bunyi huruf, seperti:‫ا ب ت ث‬

dan seterusnya. Kemudian tahap demi tahap yaitu menyambung huruf hijaiyah

sampai pada tingkat yang paling sempurna yaitu memperkenalkan huruf tajwid

serta membacanya. Metode iqro’ mempunyai ciri-ciri yang khas berupa sistem

pengajaran baru yang sudah dimodifikasi dan lebih praktis. Dengan demikian,

penggunaan metode iqro’ adalah suatu cara yang mudah untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an khususnya dikalangan anak

melalui metode iqro’ sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan generasi

muda Islam mempelajari al-Qur’an. (As’ad Humam,1991:5)


Metode iqro’ merupakan pengembangan dari metode pembelajaran klasikal

seperti pembelajaran al-Qur’an dengan metode Baghdadiyah. Metode iqro’

dikembangkan oleh KH.As'ad Humam untuk menyanggupi kebutuhan

pembelajaran al-Qur’an yang lebih praktis dan mudah. Adapun panduan buku iqro’

terdiri dari enam jilid dimulai dari tingkatan yang sederhana,tahap demi tahap

sampai pada tingkat sempurna. Dalam buku iqro’ tersebut dibagi sesuai dengan

tingkat pemahaman anak-anak dalam memahami huruf hijaiyah.

Berdasarkan observasi awal, realitas yang terlihat santri Banun Banat (usia SD)

Alhikamussalafiyah cipulus pada tingkat pengajiannya masih kurang dan belum

mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid

meskipun para ustadz/ustadzah menggunakan metode iqro’ dalam mengajarkan al-

Qur’an. Kesalahan yang banyak dalam bacaan adalah seputar bacaan Panjang dan

pendek,hukum nun mati dan idghom. Disamping itu ustadz/ustadzah belum bisa

menerapkan sepenuhnya metode baca al-Qur’an untuk para santri tersebut.

Sehingga ketika ada huruf sama namun berbeda bentuknya mereka sulit memahami

dan membacanya,belum lagi penguasaan ilmu tajwid yang diajarkan tidak

sepenuhnya mereka kuasai. Disamping itu,motivasi santri untuk belajar al-Qur’an

masih kurang,Karena ada beberapa santri yang telah berumur lebih dari usia SD

masih belum bisa baca al-Qur’an.

Berdasarkan permasalahan yang penulis kemukakan pada latar belakang ini,

Penulis tertarik untuk melihat lebih mendetail dalam penerapan metode

pembelajaran baca al-Qur’an santri-santri tersebut sehingga penulis mengangkat

judul Penerapan Metode Iqro dalam Meningkatkan Pemahaman baca Al


Qur’an santri Banun dan Banat (Usia SD) di Ponpes Al Hikamussalafiyah

Cipulus Purwakarta

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah di uraikan di atas maka dikemukakan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode iqro’ dalam pembelajaran al-Qur’an

santri Banun dan Banat (usia SD) ponpes Alhikamusssalafiyah Cipulus

Purwakarta?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode iqro’

dalam pembelajaran al-Qur’an santri Banun dan Banat (usia SD)

ponpes Alhikamusssalafiyah Cipulus Purwakarta?

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana Penerapan Metode Iqro dalam Meningkatkan Pemahaman

baca Al Qur’an dengan benar sesuai makhroj dan tajwid pada santri

Banun dan Banat (Usia SD) di Ponpes Al Hikamussalafiyah Cipulus

Purwakarta?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca al-Qur’an setelah


menggunakan metode iqro’ pada santri Banun dan Banat (Usia SD)
di Ponpes Al Hikamussalafiyah Cipulus Purwakarta?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan
1. Penerapan Metode Iqro dalam Meningkatkan Pemahaman baca Al

Qur’an santri Banun dan Banat (Usia SD) di Ponpes Al

Hikamussalafiyah Cipulus Purwakarta

2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi

Penerapan Metode Iqro dalam Meningkatkan Pemahaman baca Al

Qur’an santri Banun dan Banat (Usia SD) di Ponpes Al

Hikamussalafiyah Cipulus Purwakarta

E. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat menambah pustaka keilmuan, wawasan dan

diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan

santri dalam meningkatkan pemahaman membaca al-Qur'an

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan

mengembangkan pengetahuan kesadaran beragama.

b. Bagi Guru, dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru dalam

penggunaan metode yang tepat untuk mencapai keberhasilan

pembelajaran.

c. Bagi Santri, diharapkan bisa menjadi pemicu semangat santri untuk

selalu belajar membaca al-Qur’an dan memahami isi kandungan al-

Qur’an.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya, sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya

tentang hal yang sama dan lebih luas lagi.

F. Sistematika penulisan

Untuk mempermudah dalam penelitian disusun dalam beberapa BAB.

Sistematika penulisan tersebut terdiri dari lima bab yaitu:BAB I, BAB II, BAB III,

BAB IV dan BAB V. Brikut penjelasan tiap bab nya:

BAB I yang merupakan pendahuluan meliputi: Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah Penelitian, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II yang berisi tentang Kajian Teori terdiri dari: Kajian Teori, Kerangka

Berfikir, Tinjauan Peneliti Terdahulu.

BAB III berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari: Metode

Penelitian, Waktu dan Lokasi Penelitian, Deskripsi Posisi Peneliti, Informan

Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Kisi-kisi Instrumen Penelitian, Teknik

Analisis Data dan Validasi Data.

BAB V Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Metode Iqro’

1. Pengertian Metode iqro’

Salah satu tugas penting yang memerlukan usaha yang keras dan menuntut
perhatian maksimal dari setiap pendidik adalah mencari metode terbaik dalam
mengajarkan Al-Qur’an kepada anak. Sebab, mengajarkan Al-Qur’an
merupakan salah satu fondasi islam. Dengannya, anak-anak akan tumbuh
berdasarkan fitrah dan cahaya-cahaya hikmah kan masuk kedalam hati mereka.
(Yudhi Haryono, 2002:16)

Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya banyak mengenal istilah


untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini
begitu banyak strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah model
pendekatan, strategi, metode, model, dan Teknik yang sangan familier dalam
dunia pembelajaran kita, namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat
bingung para pendidik. Begitu juga dengan para ahli, mereka memiliki
penjelasan tersendiri tentang istila-istilah tersebut. (Moeslihatun, 2013:7)

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian metode adalah cara yang
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai yang dikehendaki. Pengertian lainnya adalah, metode merupakan cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan. (Jati Kusuma, 2007:1:12)

Secara Bahasa metode berasal dari kata metode itu sendiri, namun terdapat
beberapa penambahan kata seperti “logos” yang berarti perbedaan yang
signifikan dalam etimologi metodologi. “logos” memiliki pengertian ilmu atau
bersifat ilmiah. Maka, Ketika bersanding dengan kata “methodos” pengertian
metodologi mengarah pada sebuah spesifikasi cara ilmiah yang menuntun pada
penelitian dan kajian dalam bidang tertentu menjadi tersistem sesuai dengan
bidang-bidang tersebut. Maka, setiap bidang ilmu memiliki cara yang berbeda
dalam mengkaji suatu objek tertentu. (Nyoman Kuta Ratna, 2016:3:5)

Metode pembelajaran adalah cara teratur yang digunakan untuk


melaksanakan suatu proses pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara
kerja yang bersistem untuk mempermudah terjadinya proses pembelajaran,
sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara semestinya.
Dan metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh seorang pendidik
untuk mengimplementasikan rencana yang telah tersusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai oleh peserta didik. (Andi Prasetyo, 2015:1:240)

Departemen sosial Republik Indonesia menjelaskan bahwa metode itu


sendiri adalah cara yang teratur yang digunakan dalam menjalankan suatu
pekerjaan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Sedangkan menurut
Rusdy Ruslan metode adalah kegiatan ilmiah yang berhubungan dengan cara
kerja dalam memahami suatu objek maupun objek suatu penelitian dalam
upaya menemukan suatu jawaban secara ilmiah dan keabsahan dari suatu yang
diteliti.

Menurut para ahli Pendidikan, misalnya Winkle, menyebutkan bahwa


metode dengan istilah prosedur deduktif, Abdul Ghofur dengan istilah strategi
intruksional, James L Phopan istilah dari transaksi., sedangkan Mudhofur
menggunakan dengan istilah pendekatan. Metode pembelajaran juga dapat
didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan
fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih bersifat
procedural, yaitu berisi suatu tahapan tertentu. (Hamzah B.Uno, 2018:13:2)

Pengertian metode yang umum itu dapat digunakan pada berbagai objek
baik berhubungan dengan pemikiran atau penalaran akal, atau menyangkut
pekerjaan fisik. Jadi dapat dikatakan metode adalah salah satu sarana yang
sangat penting untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini
suatu pembelajaran tidak akan terjadi tanpa adanya metode “suatu cara yang
teratur dan terpikir secara baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar
tentang apa yang telah dimaksud. (Nashrudin Baidan, 2002:1:55)

Suatu metode pembelajaran haruslah interaktif bagi peserta didiknya


maksudnya disini adalah metode pembelajaran yang menunjukkan adanya
interaksi antara peserta didik dan pendidik yang sangat menyenangkan dan
memberdayakan. Dalam hal ini, agar dapat terwujudnya menyenangkan dan
memberdayakan apabila adanya interaksi. Interaksi tersebut dapat berjalan
dengan memadukan prinsip Pendidikan dan hiburan (education), sehingga
peserta didik merasa terhibur dan bisa melangsungkan proses pembelajaran
tanpa disadari. Sebab pada dasarnya manusia itu akan fokus dan menerima
dengan lebih cepat jika diberikan metode yang tepat dan sesuai dengan dirinya
serta metode yang menyenangkan, menghibur, serta menggugah minat peserta
didik untuk belajar dan Hasrat peserta didik untuk mengikuti proses belajar
mengajar dengan baik. (Sholeh Hamid, 2013:4:209).

Kata Iqro’ berasal dari kata qara’a dalam kamus-kamus, kata ini memiliki
arti yang macam-macam. Diantaranya adalah membaca, menganalisis,
mendalami, menyampaikan dan menelitinya dan masih banyak lagi. Dengan
demikian, perintah iqra’ atau “bacalah” ini tidak mengharuskan adanya suatu
tulisan yang bisa dibaca, juga tidak mengharuskan adanya suatu ucapan yang
bisa diperdengarkan. Pengertian ini sesuai dengan arti kata qara’a itu sendiri
yang pada awalnya memiliki arti menghimpun.

Metode iqro’ adalah sebuah metode pengajaran al-Qur’an dengan


menggunakan buku iqro’ yang terdiri dari 6 jilid dan dapat dipergunakan untuk
balita sampai manula. (Ahmad Darka, 2009:13).

Didalamnya santri bisa belajar tentang baca tulis huruf hijaiyah, huruf
hijaiyah bersambung, mengenal harakat tanda baca dan ilmu Tajwid. Ada 10
sifat buku iqro’ diantaranya menggunakan sistem Bacaan Langsung, CBSA
(Cara Belajar Santri Aktif), privat, Modul, Asistensi, Praktis, Sistematis,
Variatif, Komunikatif, dan Fleksibel. (Ardika Riski Rahmawan, 2015:225).

Metode Iqro’ adalah metode membaca al-Qur’an yang menekankan


langsung pada membaca. Metode iqro’ disusun oleh Utadz As’ad Humam yang
berdomisili di Yogyakarta. Adapun buku panduan Iqro’ terdiri dari 6 jilid
dimulai dari tingkat sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang
sempurna. Ditambah satu jilid lagi yang berisi doa-doa. Dalam setiap jilid
terdapat petunjuk pembelajaran dengan maksud untuk memudahkan setiap
orang yang belajar maupun yang mengajar Al-Qur’an. Metode iqro’ ini dalam
prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena
ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur’an dengan fasih). Bacaan
langusng tanpa dieja bersifat individual.

Metode ini dapat dilakukan dalam kelompok atau individu, mengingat nama
dan arti metode ini dapat kita hubungkan dengan wahyu Allah SWT yang
pertama, surat al-‘Alaq ayat satu yang berbunyi:

َ‫ اِ ْق َرأْ بِاس ِْم َربِكَ الَّ ِذى َخلَق‬Isi kandungan ayat tersebut adalah perintah membaca.

Metode iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang


bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-
Qur’an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Metode ini di dalamnya
mengandung metode campuran dengan mengedepankan prinsip pembelajaran
yang lebih efektif dan efisien. Pembelajaran Al-Qur’an dengan metode ini
dimulai dari mengenalkan huruf, tanda baca, pengenalan bunyi serta susunan
kata dan kalimat yang harus dipahami dan dibaca serta dikembangkan lebih
jauh kepada kita, kalimat dan bacaan yang lebih rumit disertai pemahaman
prinsip-prinsip tajwid yang harus diperhatikan. (Ramayulis, Syamsul Nizar,
2010:123).

Jadi dari pengertian metode dan iqro’ tersebut dapat didefinisikan bahwa
metode iqro’ adalah salah satu metode membaca Al-Qur’an yang telah
terstruktur secara teratur di dalam buku iqro’ yang terdiri dari 6 jilid
menekankan langsung pada latihan membaca tanpa harus dieja guna
tercapainya suatu yang dikehendaki. Dengan adanya buku iqro’ beserta
petunjuk didalamnya bisa mempermudah peserta didik dan pendidik.

2. Penerapan
Penerapan adalah merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu atau kelompok-kelompok yang diarahkan pada tercapainya
tujuan yang telah digariskan dalam keputusan. Dalam hal ini, penerapan adalah
pelaksanaan sebuah hasil kerja yang diperoleh melalui sebuah cara agar dapat
dipraktekkan. Jadi, penerapan suatu tindakan dengan cara menerapkan suatu
metode, teori, dan hal lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Wahab,
2008:63)
3. Peningkatan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia peningkatan adalah selalu
meningkat (naik, bertambah, dan sebagainya). (Poerwadahminta, 2010:1281)
Jadi peningkatan adalah suatu peerbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau
lebih dalam meningkatkan martabat, kedudukan, jabatan, dan peradaban.
Adapun peningkatan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah perbuatan yang
dilakukan oleh para ustadz/ustadzah terhadap santri dalam meningkatkan
kemampuan baca al-Qur’an melalui Metode Iqro’ di Ponpes
Alhikamussalafiyah Cipulus Purwakarta.
4. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian kemampuan
Kemampuan adalah hal yang telah ada didalam diri kita sendiri sejak lahir.
Kemampuan ini juga bisa disebut dengan potensi. Potensi akan mendapatkan
hasil yang baik perlu kita asah sejak dini hingga dewasa maupun tua nanti.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata mampu yang
berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan
berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan.
Dalam Kamus Bahasa Inggris bahwa kemampuan berarti Ability yang
memiliki arti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas
dalam suatu pekerjaan. Adapun secara umum kemampuan dianggap sebagai
kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam menyelesaikan atau
menyanggupi suatu pekerjaan. (Indra Sakti, 2011:67)
b. Membaca
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang
berupaya untuk menentukan berbagai informasi yang terdapat dalam
tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berfikir untuk
memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu membaca bukan hanya
sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kalimat
paragraph, dan wacana saja. Tetapi lebih dari itu bahwa membaca yaitu
memahami lambang tanda tulisan yang memiliki makna sehingga pesan
yang disampaikan dalam tulisan itu dapat dipahami oleh pembaca.
(Dalman, 2014:5)
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata/Bahasa tulis. Dalam hal ini, membaca
adalah suatu usaha menelusuri makna yang ada didalam tulisan. Sejalan
dengan berbagai macam pendapat bahwa membaca mencakup:
✓ Membaca merupakan suatu proses. Maksudnya yaitu informasi
yang kita dapat dalam bacaan tersebut memiliki peranan dan
makna yang utama.
✓ Membaca adalah strategi pembaca yang efektif menggunakan
berbagai strategi pembaca yang sesuai denga nisi teks dan
konteks dalam rangka membangun makna Ketika kita membaca.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
membaca adalah suatu proses perubahan menyatukan tanda baca, lambang,
maupun tulisan menjadi suatu kata atau kalimat yang memiliki arti atau
makna. Oleh karena itu, membaca sangat ditentukan oleh kegiatan fisik dan
mental yang menuntut seseorang untuk berperan aktif dan kritis sebagai
pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat menemukan
makna tulisan dan memperoleh informasi yang di butuhkan. ( Dalman,
2014:7)
Pada dasarnya tujuan membaca ini mencari dan memperoleh pesan
atau memahami makna melalui bacaan. Tujuan membaca akan
mempengaruhi kepada jenis bacaan yang dipilih, misalnya fiksi atau
nonfiksi.

✓ Reading for details or fact (membaca untuk memperoleh fakta


dan perincian).

✓ Reading for main ideas (membaca untuk memperoleh ide-ide


utama).

✓ Reading for sequence or organization (membaca untuk


mengetahui urutan)

✓ Reading for inference (membaca untuk menyimpulkan)

Setelah dilihat pada tujuan membaca dapat disimpulkan bahwa


sangat pentingnya bagi kita untuk melakukan suatu proses
membaca. Pada dasarnya tujuan dari membaca ini untuk
mendapatkan informasi yang belum kita ketahui hingga akhirnya
kita paham apa yang dimaksud dalam bacaan tersebut.

c. Pengertian Al-Qur’an

Kata al-Qur’an menurut Bahasa mempunyai arti yang bermacam-


macam, salah satunya adalah Bacaan atau sesuatu yang harus di baca,
dipelajari. (Aminudin, 2005:45)

Adapun menurut istilah para ulama berbeda pendapat dalam


memberikan definisi terhadap Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bersifat
mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantara malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah SWT, yang
dinukilkan secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, dimulai
dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas. (M.Quraish
Shihab, 2008:13).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis ,menggunakan pendekatan kualitatif. Karena

peneliti akan meneliti suatu aktifitas, perilaku atau kejadian yang bersifat alamiah.

Peneliti langsung terjun kelapangan untuk mengamati keadaan atau kejadian yang

sedang berlangsung. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang digunakan

dalam dalam sebuah penelitian yang akan mengarahkan peneliti pada hasil data

yang bersifat deskriptif atau kata-kata. Jika dilihat dari objek kajian yang ingin

diteliti maka penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan peneliti yang mengungkapkan

situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibnetuk

oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang

diperoleh dari situasi yang alamiah. (Djam’am, 2006:25).

Penelitian ini pada umumnya bertujuan untuk menggambarkan secara

sistematis fakta dan karakteristik subjek yang diteliti secara tepat. Penelitian

menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dan tidak berupa angka-

angka. Peneliti melakukan pemeriksaan secara teliti dan mendalam untuk

memperoleh gambaran mengenai urgensi evaluasi pembelajaran dalam proses

belajar mengajar santri Banun dan Banat (Usia SD) Di Ponpes Alhikamussalafiyah

Cipulus Purwakarta.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ponpes Al-Hikamussalafiyah Asrama

Madrasah Banun Banaat yang terletak di Desa Cipulus kecamatan Wanayasa

kabupaten Purwakarta. Penelitian ini berlangsung sekitar kurang lebih 4 (empat)

bulan, yakni sekitar bulan mei-agustus 2022.

C. Deskripsi Posisi Penelitian

Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah penelitian yang

ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,

aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual

maupun kelompok. (Syaodih, 2007:60).

Penelitian kualitatif ini sebagai penelitian yang bersifat etnografi yaitu suatu

deskripsi mengenai kebudayaan suatu bangsa dengan pendekatan antropologi.

(Koentjaraningrat, 2002:329).

Lebih lanjut Denzin dan Lincoln penelitian kualitatif juga sering dikenal

sebagai etnometodologi atau penelitian lapangan. Ditegaskan Kembali bahwa

penelitian kualitatif ditujukan untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang

mendasar melalui sebuah pengalaman dari peneliti yang langsung berproses dan

melebur menjadi satu denga cara berbaur dan menjadi satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dengan subjek dan latar yang akan diteliti berupa laporan yang sebenar-

benarnya, apa adanya, dan catatan-catatan lapangan yang aktual. (Herdiansyah,

2010:7).
Karena sifatnya yang merupakan first-hand, maka dalam penelitian

kualitatif harus terjun langsung dan harus mengenal secara langsung subjek yang

menjadi sumber data penelitian secara langsung (personal) dan tanpa perantara.

Pembatas antara peneliti dengan subjek yang menjadi objek penelitian sedapat

mungkin dihilangkan atau dilakukan sebuah minimalisasi sebagai sebuah upaya

agar peneliti memahami sudut pandang dan perasaan subjek penelitian dengan

optimal. Dalam penelitian ini penulis langsung menuju pusat atau pelaku generasi

pertama.

Penelitian kualitatif kemudian mempunyai ciri-ciri seperti dikemukakan

Denzin&Lincoln (dalam Herdiansyah, 2010:75), yaitu:

1. Lebih menekankan kepada upaya eksplorasi terhadap hakikat/sifat dasar

fenomena sosial tertentu, bukan melakukan pengujian hipotesis atas

fenomana tersebut.

2. Lebih menekankan bekerja dengan data tak terstruktur atau dengan kata

lain data yang belum dirumuskan dalam bentuk kode sebagai seperangkat

kategori yang masih menerima peluang bagi analisis tertentu.

3. Penelitian terhadap sejumlah kecil kasus, mungkin hanya satu kasus

secara detail.

4. Menganalisis data yang meliputi interprestasi makna dan fungsi berbagai

tindakan manusia secara eksplisit sebagai sebuah produk yang secara

umum mengambil bentuk-bentuk deskripsi dan penjelasan verbal tanpa

harus terlalu banyak memanfaatkan analisis kuantifikasi dan statistik.


Dengan demikian, fokus lebih kepada ucapan dan tindakan subjek

penelitian serta situasi yang dialami dan dihayati dengan berpegang pada

kekuatan data hasil wawancara.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa karakteristik yang

ditonjolkan; pertama, peneliti bertindak sebagai alat peneliti utama (key

instrument) dengan melakukan wawancara sendiri para informan dan

pengumpulan bahan yang berkaitan dengan objek penelitian dan peneliti

terlibat aktif dalam proses penelitian. Kedua, peneliti mengumpulkan dan

mencatat data-data dengan rinci yang berkaitan dengan masalah yang

sedang diteliti. Ketiga , melakukan triangulasi atau konfirmasi data.

D. Informan penelitian

Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data yang berupa

manusia (narasumber) sangat penting peranannya sebagai individu yang

memiliki informasinya. Peneliti dan narasumber disini memiliki posisi

yang sama, oleh karena itu narasumber bukan sekedar memberikan

tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia dapat lebih memilih arah

dan selera dalam menyajikan informasi yang ia milik. Karena posisi inilah

sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian kualitatif disebut

sebagai informan. (H. B Sutopo, 2006:57-58).

Informan dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-

benar tahu dan menguasai masalah, serta terlibat langsung dengan masalah

penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah:


a. Kh. Hasbilah Hadami sebagai pimpinan sekaligus pengasuh Ponpes Al-

Hikamussalafiyah asrama Banun Banaat Cipulus Purwakarta

b. Ust Nurul fajri, sebagai pembimbing santri-santri Ponpes Al-

Hikamussalafiyah asrama Banun Banaat Cipulus Purwakarta

c. Arif Gunawan dan Hilma Marjan Janani sebagai Pengurus santri putra dan

putri Ponpes Al-Hikamussalafiyah asrama Banun-Banaat Cipulus

Purwakarta

d. Muhammad Fahmi Assidiqi, Siti Maesaroh sebagai Santri putra dan Putri

Ponpes Al-Hikamussalafiyyah asrama Banun Banaat Cipulus Purwakarta

E. Teknik Pengumpulan Data

Setelah diketahui bahwasannya penelitian ini merupakan penelitian

lapangan, maka digunakan Teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara

sistematis, logis, dan rasional mengenai berbagai fenomena baik dalam

situasi yang sebenarnya maupun maupun dalam situasi buatan untuk

mencapai tujuan tertentu. (Zainal Arifin, 2013:53).

Pengumpulan data secara observasi dilakukan langsung dengan

mengamati proses pembelajaran santri Banun dan Banat (Usia SD) ponpes

Al-Hikamussalafiyah Cipulus Purwakarta.

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang atau lebih untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat


dikonstruksikan makna dalam suatu topik tersebut. Dengan wawancara,

maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang

informan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi,

dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, leger, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2002:158)

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan seperti catatan harian, sejarah

kehidupan, cerita-cerita, biografi, peraturan, kebijakan.

Dari ketiga teknik pengumpulan data diatas, penulis gunakan

seluruhnya untuk menggali informasi baik dari pimpinan pondok, pengurus

asrama serta santri Banun dan Banat Ponpes Alhikamussalafiyah Cipulus

Purwakarta.

Selanjutnya dari berbagai informasi yang didapatkan tersebut,

penulis gunakan sebagai data pendukung guna memaparkan tentang

Penerapan Metode Iqro dalam Meningkatkan Pemahaman baca Al Qur’an

santri Banun dan Banat (Usia SD) di Ponpes Al Hikamussalafiyah Cipulus

Purwakarta

F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas:


1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah salah satu jenis instrumen yang sering dipakai

dalam penelitian. Sebelum peneliti turun kelapangan untuk wawancara

peneliti harus mempersiapkan apa saja hal yang akan dipertanyakan.

Dengan adanya pedoman wawancara akan lebih mudah bagi peneliti untuk

mewawancara subjek peneliti.

2. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur yaitu wawancara dimana peneliti ketika

melaksanakan tatap muka dengan informan menggunakan pedoman

wawancara yang telah disiapkan lebih dahulu. Penggunaan pedoman secara

terstruktur ini penting bagi peneliti agar mereka dapat menekankan pada

hasil informasi yang telah direncanakan dalam wawancara.

3. Wawancara Bebas

Wawancara bebas atau sering pula di sebut tak terstruktur, yaitu wawancara

dimana peneliti dalam menyampaikan pertanyaan pada informan tidak

menggunakan pedoman. Dengan wawancara bebas ini, peneliti dapat

memodifikasi jalannya wawancara menjadi lebih baik, santai, dan

membuat informan ramah dalam memberikan informasi.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara lain yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan

data. Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari

bermacam-macam sumber tertulis maupun dokumen yang ada pada

informan.
G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain. (Lexi J Moeleong, 2016:248).

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode terentu.

Ketika peneliti mulai mengumpulkan data, analisis dilakukan terhadap yang

diajukan berdasarkan respon subjek. Misalkan jika respon subjek terhadap

pertanyaan yang diajukan tidak sesuai dengan tujuan penelitian dan menurut

analisis peneliti, respon yang diberikan tidak menarik untuk diungkapkan , maka

diajukan pertanyaan dengan kalimat berbeda. Tetapi jika respon subjek menarik

untuk diungkap, meskipun tidak sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti

mengajukan pertanyaan menggali. Data yang telah terkumpul dan masih dalam

bentuk rekaman, selanjutnya ditranformasi ke dalam bentuk transkip wawancara.

Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun Langkah-langkah aktifitas dalam

analisis data sebagai berikut:

a. Data Reduction (reduksi data)

Reduksi data yaitu kegiatan yang mengacu pada proses pemilihan dan

pengindentifikasi data yang memiliki makna jika dikaitkan dengan masalah


penelitian dan selanjutnya membentuk kode pada setiap satuan sehingga

diketahui berasal dari sumber mana.

b. Data Display (penyajian data)

Penyajian data yang meliputi pengklasifikasi data, yaitu menuliskan

kumpulan data yang terorganisir dan terkategori sehingga memungkinkan untuk

menarik kesimpulan dari data tersebut. Dengan penyajian data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Conclusion Drawing/verification

Langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpula dan

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang valid dan

konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel. (Sugiyono, 2014:337-245).

Analisis data merupakan hal yang sangat penting, karena data yang salah

akan mengakibatkan hasil analisa yang salah. Analisa yang salah akan

memberikan interprestasi yang salah. Iterprestasi yang salah akan menghasilkan

rekomendasi yang salah. Rekomendasi yang salah akan mengakibatkan

perencanaan program yang salah akan memecahkan masalah bahkan bisa

menimbulkan masalah baru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa analisis

data merupakan hal yang penting.

Anda mungkin juga menyukai