Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI METODE WAHDAH DALAM TAHFIDZUL QUR’AN

(STUDI LIVING QUR’AN DIPONDOK PESANTREN MAHASISWA AN-NAJAH


PURWOKERTO)

PROPOSAL PENELITIAN

oleh :
Rahman Muzaki
NIM. 1917501085

PRODI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al Qur’an berperan sebagai kitab (kitab) sekaligus dalil, pedoman, syarat dan ajaran
agama. Dengan segala keistimewaan yang terkandung dalam Al Qur’an, ia dapat dianggap
sebagai 'makhluk'. Al-Quran memiliki dua fungsi yaitu gaya sentrifugal dan gaya
sentripetal. Fungsi pertama: gaya sentrifugal, Al Qur’an adalah penggerak bagi umat Islam
untuk menafsirkan dan mengembangkan lebih lanjut makna ayat-ayatnya. Fungsi kedua:
gaya sentripetal. Yaitu, untuk mendorong Al Qur’an sebagai referensi dalam memecahkan
masalah kehidupan yang dihadapi umat Islam.

Pergerakan di atas menunjukkan bahwa Al Qur’an mengandung banyak makna dan


interpretasi yang berbeda-beda, termasuk bagaimana ia diperlakukan dalam kehidupan
masyarakat. Reaksi umat Islam terhadap teks suci (Al-Quran) sudah terlihat sejak zaman
Nabi dan para sahabat. Tradisi yang ada dan berkembang adalah bahwa Al Qur’an
dipelajari dengan cara menghafal (tahfidz), mendengarkan (sima') dan interpretasi. Itu
adalah "Majlis Al-Qur`an" dan disimpan di "hati" (sudur) Al-Qur`an dan para sahabat.

Sejak Al Quran diturunkan hingga saat ini, banyak orang telah menghafal Al Quran,
begitu banyak lembaga pendidikan didirikan di berbagai belahan dunia untuk menyebarkan
minat para penghafal Al Quran kepada semua orang. Beberapa lembaga pendidikan bahkan
mensyaratkan hafalan Al-Quran sebagai syarat masuk ke lembaga tersebut.

Perkembangan metodologi menghafal Santri di pesantren telah menunjukkan


peningkatan yang luar biasa. Munculnya berbagai variasi metode menghafal menciptakan
persaingan untuk menggapai tujuan setiap yang diajarkan. Hal baru yang terjadi pada
media yang berbeda saat melakukan menghafal memberikan pilihan yang berbeda bagi
pendidik untuk mencapai tujuan akhir masing-masing menghafal.

Terobosan dan inovasi oleh pendidik diperlukan untuk mencapai tujuan akhir dari
proses menghafal. Dampak kebutuhan optimal terhadap pengembangan metode menghafal
dan hasil penelitian juga berpengaruh terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam di
pesantren.

Membaca atau menghafal al Qur’an bukanlah tugas yang mudah. Dengan jalur dan
metode yang tepat, suatu menghafal dapat berjalan untuk tujuan yang di tetapkan.
Pencapaian ditetapkan bergantung pada pemilihan metode yang tepat agar berjalan dengan
efektif serta efisien. AhsinW. AlHafidz membedakan hafalan alQuran menjadi lima
cara.yaitu metode wahdah, metode wahdah, metode sima’i, metode gabungan dan metode
jama’.1 Dari metode-metode diatas, Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto
menggunakan metode wahdah dalam belajar menghafal Al Qur’an karena dirasa lebih
efektif.2

Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto sebagai sebuah lembaga pendidikan


dibawah naungan Yayasan Mahasiswa An-Najah Purwokerto. Di pesantren tersebut
dikembangkan kurikulum yang sama dengan pesantren yang memilih metode wahdah
lainnya, diantaranya dengan dimulai dari Juz ‘Amma, lalu lanjut ke surat surat penting
yang terdapat dalam Al Qur’an lalu memulai hafalan dari Juz 1 sampai khatam.

Menurut penulis, bentuk kajian yang menarik untuk penelitian ini ialah metode wahdah
yang diterapkan di Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto, terbilang cukup efektif
dan efisien sehingga semua santri diharuskan menghafalkan Juz’Amma dan surat surat
penting dalam Al Qur’an terlebih dahulu, surat surat penting diantaranya seperti surat
Yasiin, surat Al-Waqiah, surat Al-Mulk, surat Ar-Rahman, dll. Hal ini supaya santri
mencapai hasil yang maksimal dalam menghafal sehingga santri mampu menghafal Al
Qur’an dengan mudah dan mendapat fadhilah-fadhilah dari surat penting dalam Al Qur’an
yang sudah dihafal.

Permasalahan yang muncul dari tuntutan terhadap santri Pondok Pesantren Mahasiswa
An-Najah Purwokerto yakni kemampuan santri yang berbeda-beda. Padahal tuntutan
tersebut ditujukan bagi santri yang berminat dengan tahfidzul Qur’an. Dikhawatirkan akan
berkembangnya keengganan terhadap proses menghafal Al Qur’an pada kelompok santri
yang masuk dalam kategori “kemampuan terbatas.” Mengantisipasi fenomena tersebut,
pihak Madrasah Diniyah membuat syarat khusus bagi ustadz/santri untuk menjadi murobbi
tahfidzul Qur’an ini supaya diterapkan metode ini kepada peserta didik dalam menghafal
Al Qur’an. Dengan demikian, diharapkan target yang ditentukan dapat tercapai secara
optimal.

Berdasarkan Wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2022, Pesantren


Mahasiswa An-Najah Purwokerto dalam menghafalkan Al Qur’an menggunakan metode
1
Ahsin Wijaya Al Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), hlm. 41.
2
Hasil wawancara dengan alumni santri Pp.Mahasiswa An-Najah pada tanggal 9 Desember 2022
wahdah. Untuk awalan proses menghafal ini ini yaitu santri membaca satu demi satu ayat
Al Qur’an yang hendak dihafal, kemudian setelah selesai membaca, satu persatu ayat
tersebut dihafalkan lalu disetorkan hafalannya yang sudah terkumpul minimal 1 lembar. 3
Dengan metode ini akan membantu menguatkan hafalan seorang, terutama dalam
membentuk cara baca yang baik dan benar. Metode ini dapat mengoptimalkan indra
penglihatan, pendengaran, dan suara, jika dilakukan dalam dengan cara membaca dan
muraja'ah.4

Beradasarkan pernyataan santri tahfidz pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto


yaitu Duea Amalia F. mengatakan bahwa dengan metode tersebut, santri berhasil mencapai
target hafalan Al Qur’an yang digunakan pesantren. Selain santri menghafal, dengan
metode tersebut juga santri rajin muroja’ah hafalan Al Qur’annya, tanpa melihat lagi
mushaf. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk meneliti penerapan, faktor yang
mempengaruhi dan hasil metode wahdah dalam menghafal Al Qur’an di pondok pesantren
Mahasiswa An-Najah Purwokerto.

B. Rumusan Masalah

Seteah latar belakang masalah yang di paparkan, penulis menemukan masalah yang
mungkin dapat didibahas lebih lanjut, yakni :

Bagaimana penerapan metode wahdah dalam menghafal alQur’an di Pondok Pesantren


Mahasiswa An-Najah Purwokerto ?

C. Manfaat dan Tujuan


1. Tujuan penelitian ini adalah :
a. Supaya bisa menjelaskan penggunaan metode wahdah dalam menghafal alQur’an di
Pondok Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto
b. Agar menganalisis penerapan metode wahdah dalam menghafal alQura’an di Pondok
Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto.
2. Manfaat
a. Teoritis
1) Untuk ustadz yang membimbing menghafal Al Qur’an supaya dapat menerapkan

3
Hasil wawancara dengan Alumni Santri Pp.Al-Mubarok pada tanggal 9 Desember 2022
4
Ablah Jawwad al-Harsyi, Kecil-kecil Hafal Al Qur’an, terjemah: M. Agus Saefuddin (Jakarta: Hikmah, 2006),
cet. ke-I, h. 180.
metode wahdah pada santri di Pondok Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto.
2) Untuk ustadz juga dapat meningkatkan suasana menghafal yang lebih menarik,
supaya santri semakin banyak yang berminat dengan hafalan Al Qur’an di Pondok
Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto.
b. Praktis
1) Untuk penulis menambah wawasan mengenai metode wahdah pada menghafal Al
Qur’an santri.
2) Untuk santri mempermudah belajar menghafal Al Qur’an serta meningkatkan
hafalan dari proses menghafal.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk tinjauan pustaka, peneliti membahas beberapa pokok bahasan. Yang pertama
mencari hasil penelitian terkait dengan penelitian dilakukan, dan selanjutnya ialah
landasan teori.

1. Beberapa hasil pustaka yang relevan


Penelitian yang dilakukan oleh Heri Saptadi Ismanto pada tahun 2011 dengan
judul “Faktor-Faktor Pendukung Hafalan Al Quran dan Kepentingannya Dalam
Bimbingan dan Konseling (Studi Kasus Beberapa Santri di Pondok Pesantren
Raudlotul Qur`an Semarang)” bertujuan untuk menjelaskan unsur-unsur
tersebut.
Mendukung kinerja santri penghafal Al Quran di Pondok Pesantren Raudlotul
Qur`an Kauman Kota Semarang.Usadz dan santrinya menjadi informan di
pondok pesantren Raudlotul Qur`an Kauman Semarang.
Hasil penelitian Skripsi Ahmad Rony Suryo Widagda, 2009 berjudul
“Metode Menghafal Tahfidzul Quran (Studi Metode Menghafal Tahfidzul
Quran Tingkat III di SDIT Salsabila Jetis Bantul Yogyakarta)”. menunjukkan
bahwa: Motivasi belajar santri untuk menghafal Al Quran berasal dari keluarga
terutama orang tua, teman sekelas atau ustadz dan ustadz di pondok pesantren;
pengetahuan dan pemahaman siswa tentang tafsir atau makna Al-Qur'an
seringkali dirasa kurang, karena sikap rendah hati sehingga tidak disebut
sombong dengan Cara Belajar; Pasang memori Al-Qur`an, yaitu membaca 3
kali sehari, tambahkan 1-2 halaman mnemonik harian, muroja`ah dan sema`an,
musabahah.
Hasil penelitian Jurnal Riset STAIN Kudus Volume 2, Edisi 2, 2014, karya
Addin berjudul “Potret Living Quranic Budaya Tahfidz Al-Quran di
Kepulauan” menunjukkan bahwa metode tahfidzul quran yang digunakan
efektif yaitu metode wahdah.
Jurnalnya Endi Saputro berjudul “Alternative Trends in Qur’an Studies in
Indonesia”, terbitan Jurnal Al Tahrir STAIN Ponorogo Volume 11, Edisi 1,
2011. penulis bertujuan mengungkap budaya hafalan di nusantara agar dapat
memberikan kontribusi akademis dari segi praktis sebagai referensi kajian al-
Qur'an yang seringkali bersifat verbatim.
Keempat kajian tersebut berkaitan dengan penelitian yang akan penulis
telaah, yaitu dalam kajian ini penulis juga akan menjelaskan metode wahdah
dalam menghafal Al-Qur'an, namun dalam kajian ini fokusnya adalah
menemukan aplikasinya dalam menghafal Al-Qur'an.
2. Kajian Teori
a. Living Qur’an

Living Qur’an merupakan adalah ungkapan yang akrab bagi komunitas


Muslim. Setidaknya ada beberapa pemahaman Al Qur’an yang hidup di
masyarakat, di antaranya:

• Ungkapan ini dapat dipahami sebagai "Nabi Muhammad" dalam arti yang
sebenarnya, mengacu pada kemunculan Nabi Muhammad, karena keyakinan
masyarakat Muslim terhadap akhlak Nabi Muhammad tercermin dalam Al Qur’an.

• Bisa merujuk pada masyarakat yang dalam kehidupan sehari-hari


menggunakan Alquran sebagai referensi. Mereka hidup dengan mengikuti apa yang
disyariatkan dalam Al Qur’an dan menghindari larangan-larangannya, sehingga
masyarakat seperti "Al Qur’an yang hidup", Al Qur’an yang diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari mereka.

• Ungkapan ini juga dapat diartikan bahwa Al Qur’an bukan sekedar kitab,
melainkan “kitab yang hidup”, yaitu perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari
dapat dirasakan dan nyata, dan bervariasi menurut bidang kehidupan.5
b. Metode Wahdah
Metode ini berasal dari kata method dari dalam bahasa Inggris berarti jalan.
5
Heddi Shri Ahimsa Putra, “The Living Qur‟an: beberapa Perspektif Antropologi”, dalam Jurnal
Walisongo, volume 20, Nomor 1, 2012, hal. 234-235.
Selain itu, ada yang mengungkapkan bahwa metode ini berasal dari bahasa Yunani
(Yunani) berasal dari kata "metha" dan "hodos". Metha berarti melalui atau lewat,
sedangkan hodos artinya jalan atau cara untuk melalui atau melalui untuk mencapai
tujuan tertentu.
Metode wahdah adalah salah satu metode menghafal Al Quran, metode
wahdah ini metode yang menghafal satu per satu ayat, membaca ayat yang ingin dihafal
sepuluh kali atau dua puluh kali, sehingga membentuk pola dalam ingatan santri, dengan
cara tersebut tentunya memudahkan para santri untuk menghafal Al Qur’an, maka dari
itu Pesantren Miftahul Huda menerapkan metode wahdah untuk menghafal menghafal
Al Qur’an.6
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah yang digunakan untuk mencari dan mempelajari
data dalam penelitian serta melakukan analisis agar hasil dan kesimpulan penelitian
dapat dibuktikan secara ilmiah, karena metode penelitian living Qur'an meliputi:
1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini, jenis metode yang digunakan adalah penelitian lapangan yaitu
penelitian yang didasarkan pada data lapangan terhadap subjek penelitian yang diteliti,
dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan etnik belajar. Yang
dimaksud dengan etnografi di sini adalah upaya peneliti untuk mengamati makna yang
tersirat dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh orang-orang yang hendak diamatinya.
Penulis menggunakan pendekatan etnografi dalam penelitian ini untuk mengungkap
interpretasi dan pendapat penulis penghafal Quran termasuk mahasiswa peminat Al
Quran tahfidzul.
2. Tempat dan waktu penelitian
Tempat penelitian ini adalah Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto, salah satu
lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Pesantren Mahasiswa An-
Najah Purwokerto di Jl. Moh. Besar, RT.6/RW.3,Dusun II Prompong, Kutasari,
Kec.Baturaden. Untuk kerja lapangan, penulis mulai pada Desember 2022.
3. Sumber Data
Subjek dari penelitian ini adalah keluarga ndalem yaitu Muhammad Bintang Prima
Zaky selaku keponakan pendiri Pondok Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto
sekaligus santri yang masih aktif, para pengurus, abdi ndalem, dan beberapa santri
Pondok Pesantren Mahasiswa An-Najah. Subjek penelitian disini sebagai sember data
sekaligus informan serta penulis juga mengumpulkan data dari para alumni sebagai data
pendukung bila diperlukan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk memperoleh data-data yang
sesuai dengan penelitian ini ialah sebagai berikut:
• Metode observasi Secara khusus kegiatan pemusatan atau pemusatan
perhatian pada suatu objek dengan menggunakan seluruh panca indera dengan
merekam, merekam, memotret fenomena yang terjadi pada fokus penelitian untuk
mencari data untuk dianalisis di daerah tersebut. Untuk memungkinkan terbentuknya
6
Arbi Dwi Nur Ahsan Abidin, dalam skripsi berjudul “PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS HAFALAN Al Qur’an SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL
DJAZULI DOLOPO MADIUN” 2022
suatu pengetahuan yang mengenal dirinya bersama, baik sisinya maupun subjeknya.
Dalam penelitian ini penulis lebih fokus untuk mencari informasi dan mengamati
proses kegiatan yaitu proses menghafal Al Quran dengan metode wahdah di Pondok
Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto
• Metode pemeliharaan Ini adalah cara komunikasi verbal, seperti percakapan
untuk mendapatkan informasi. Ini adalah upaya untuk menemukan dan
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian dengan mengajukan
pertanyaan untuk mendapatkan jawaban.
• Metode dokumentasi Metode ini melibatkan pencarian sumber data tertulis
di lapangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Studi sastra dapat
digunakan untuk menguji, menafsirkan, dan bahkan memprediksi.7

F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami skripsi ini, maka penulis akan
membagi skripsi ini dalam beberapa bagian, yaitu :
Bab I membahas konteks masalah, khususnya mengapa topik tersebut diangkat
sebagai masalah penelitian. Sedangkan untuk lebih fokus pada masalah, maka akan
disajikan rumusan masalah. Kemudian, tujuan masalah dan kegunaan penelitian, yang
menggambarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian dan kegunaannya untuk
memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk menunjukkan
bahwa penelitian ini bukan subjek diskusi sebelumnya, perlu untuk menyajikan tinjauan
literatur dalam bab ini. Metode penelitian juga diberikan untuk memberikan gambaran
yang jelas tentang proses penelitian dan metode yang akan digunakan untuk menyusun
tesis ini, dan bagian terakhir dari Bab I adalah sistem teks, sebagai gambaran awal
penelitian. .
Bab II menjelaskan tentang metode Wahdah, meliputi pengertian hafalan Alquran,
pengertian metode Wahdah, kelebihan dan kekurangan metode Kitabah, langkah-
langkah penggunaan metode Wahdah, pemahaman tahfidz mahasiswa, penelitian
terdahulu dan hasil studi pendahuluan.
Bab III Hasil Penelitian Menjelaskan Strategi dan Proses Penerapan Metode Buku
Tahfidz Santri di Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto
Bab IV merupakan bab terakhir yang membahas tugas akhir ini, secara khusus
kesimpulan meliputi; Kesimpulan membahas penerapan metode kitabah di pondok
pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto, dilanjutkan dengan rekomendasi.

7
Ibid.
Daftar Pustaka
Abidin, Arbi Dwi Nur Ahsan, Dalam Skripsi Berjudul “Penerapan Metode Wahdah Dalam
Meningkatkan Kualitas Hafalan Al Qur’an Santri Pondok Pesantren Nurul Djazuli Dolopo Madiun” 2022
Al Hafidz, Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
al-Harsyi, Ablah Jawwad, Kecil-kecil Hafal Al Qur’an, terjemah: M. Agus Saefuddin (Jakarta:
Hikmah, 2006), cet. ke-I, h. 180
Chirzin,Muhammad, Mengungkap pengalaman Muslim Berinteraksi dengan Al Qur’an dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007) hal 42-43
Iii, B. A. B. (2002). Jurnalmetode Penelitina Kualitatif. 50–61.
M. Mansyur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: TH. Press, 2007),
hal. 5.
Putra, Heddi Shri Ahimsa, “The Living Qur‟an: beberapa Perspektif Antropologi”, dalam Jurnal
Walisongo, volume 20, Nomor 1, 2012, hal. 234-235.
M
Sugiyono,Metode Penelitian...,hlm 72-73
Suryani, Hadits Tarbawi A nalisis Paedagogis Hadis-hadis Nabi, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 20
Syamsudin, S., “Ranah-ranah Penelitian dalam Studi al-Qur‟an dan Hadis” dalam M. Mansyur dkk.,
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: TH. Press, 2007), hal. Xiv

Iii, B A B, ‘Jurnalmetode Penelitina Kualitatif’, 2002, 50–61

Anda mungkin juga menyukai