Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an merupakan salah satu pondok
pesantren yang fokus pada kepada pendalaman Ilmu Al-Qur’an (Binnadzri
dan Bilhifdzi) dan ilmu agama yang lainnya yang dibutuhkan para
santriwati. Pondok Pesantren Roudltul Qur’an merupakan cabang dari
pondok pesantren Assa’adah tepatnya di Jl. KH. Mukhtar RT/RW 01/05
Desa Babakan Kec. Ciwaringin Kab. Cirebon. Pondok pesantren Roudltul
Qur’an berkerabat dengan pondok pesantren Assanusi dan yang lainnya
karena masih dari garis keturunan dari K. Ma’mun Sanusi. Saat ini berada
dalam asyhan KH. Abdurrohman dan Nyai Hj. Sa’adah dan dalam
pimpinan Ustadz Muhib ‘Arifin dan Ustadzah Siti Fathimah.
2. Moto Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
Adapun motto daripada Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an yaitu:
“Wekel Ngaji Supaya Dadi Wong Pinter,
Wekel Jama’ah Supaya Dadi Wong Bener”
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
Visi Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an:
• Menjadikan santri yang berkualitas dan taat aturan
• Mengembangkan jiwa sosialisasi dan peka terhadap lingkungan untuk
menciptakan kenyamanan bersama
Misi Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an:
• Berpegang teguh pada agama dan memperkuat iman dan taqwa
• Meningkatkan rasa solidaritas tanggungjawab dan kerja sama antar
santri
4. Kegiatan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
Santri di pondok pesantren Roudlotul Qur’an terbagi menjadi
beberapa ketegori santri yaitu pertama santri bilhifdzi yaitu santri yang

53
mengikuti program hafalan Al-Qur’an dan kedua santri binnadzri yaitu
santri yang belum mengikuti program hafalan Al-Qur’an atau masih dalam
tahap mempelajari ilmu Al-Qur’an dasar sampai benar-benar mahir serta
memperlancar bacaan Al-Qur’an santri, jadi dalam proses pembagian kelas
ini ditentukan saat awal masuk pondok pesantren dengan adanya tes
pembacaan Al-Qur’an, adapun jadwal kegiatan santri terbagi kedalam tiga
kategori yaitu 1) Program Harian 2) Program Mingguan dan Bulanan 3)
Program Tahunan dengan penjelasan sebagai berikut:

Tabel 5 Program Pondok Pesantren Roudltul Qur'an

A. PROGRAM HARIAN
Santri Bilhifdzi Santri Binnadzri
Sholat Berjama’ah Sholat Berjama’ah
Madrasah Madrasah
Pengajian Al-Qur’an Binnadzri Pengajian Al-Qur’an Binnadzri
Setoran dan Muroja’ah Hafalan Lalaran Kitab
B. PROGRAM MINGGUAN DAN BULANAN
Ziaroh Maqbaroh Masyayikh
Ro’an Pondok
Tahlil
Pembacaan Maulid Al Barzanji
Pembacaan Ratibul Hadad
Pembacaan Yasin Fadhilah
Halaqoh
C. PROGRAM TAHUNAN
Musabaqoh
Haflah Akhirussanah Khotmil Qur’an
Sima’an Akbar
Ujian Akhir Madrasah
Peringatan Hari Besar Islam
Ngaji Pasaran

5. Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren


Roudlotul Qur’an
Dalam suatu lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal
metode pembelajaran merupakan hal yang terpenting yang harus
dimiliki setiap lembaga agar dapat mengukur capaian belajar dari
setiap santri/siswa. Setiap pondok pesantren juga pasti memiliki proses
54
pembelajaran yang menjadi rutinitasnya, adapun beberapa metode
pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
Babakan Ciwaringin Cirebon ini yaitu sebagai berikut:
a. Program Ta’limul Qur’an binnazhri
Dalam program Ta’limul Qur’an ini, peserta didik diajarkan
membaca Al Qur’an dengan baik dan tartil sesuai dengan kaidah-
kaidah pembacaan yang benar (ilmu tajwid). Program ini sebagai
landasan bagi para santri untuk mengikuti program selanjutnya,
yaitu program Ta’limul Qur’an bil Ghoib dan program Qira’ah
Sab’ah.
Metode belajar mengajar dalam program ini adalah dengan
musyafahah, sema’an bergantian dan deresan
1) Musyafahah/Talaqqi, yaitu tatap muka langsung antara murid
dan guru dengan berhadap-hadapan (face to face), kemudian sang
guru membetulkan bacaan-bacaan yang keliru dari sang murid.
2) Sema’an bergantian, yaitu salah seorang santri membaca surat-
surat pendek dari Al Qur’an (juz amma) secara hafalan atau bil
ghoib, kemudian santri yang lain menyimak untuk membetulkan
bacaan apabila terjadi kekeliruan.
3) Deresan, yaitu santri membaca Al Qur’an sendiri-sendiri dan
berkumpul pada waktu dan tempat tertentu guna mempersiapkan
pelajaran berikutnya.
b. Progam Tahfizhul Qur’an (bil ghoib/bilhifdzi)
Kelanjutan dari program Ta’limul Qur’an bin Nazhor,
adalah Ta’limul Qur’an bil Ghoib. Dalam program ini, para santri
dididik menghafalkan Al Qur’an sebagai langkah untuk menjaga
kemurnian kandungan Al Qur;an dari perubahan. Hal itu karena Al
Qur’an merupakan sumber dari segala dasar kehidupan manusia
muslim di muka bumi ini yang harus dijaga kemurniannya.
Metode belajar-mengajar pada program ini adalah musyafahah,
deresan, dan sema’an
55
1) Musyafahah/Talaqqi, yaitu tatap muka langsung antara murid
dan guru dengan berhadap-hadapan (face to face).
sang murid secara langsung melihat mushaf (bin nazhor),
kemudian sang guru membetulkan bacaan-bacaan yang keliru
dari sang murid. Metode ini dilaksanakan terhadap santri yang
menyetor hafalannya kepada guru/kyai. Kemudian, kegiatan
ini dilakukan setiap hari dua kali, yaitu pada ba’da shubuh dan
ba’da ashar.
2) Sema’an
a) Sema’an bergantian dua orang, yaitu salah seorang santri
membaca Al Qur’an secara hafalan atau bil ghoib, kemudian
santri lain yang menyimak untuk membetulkan bacaan apabila
terjadi kekeliruan. Sema’an ini dilakukan minimal satu juz
setiap kali pertemuan. Kegiatan ini dilakukan dua kali sehari,
yaitu pada jam 09.30 WIB dan ba’da Isya’ sampai jam 21.00
WIB.
b) Sema’an Halaqoh Sema’an ini dilakukan oleh kelompok, yang
rata-rata terdiri dari empat orang. Setiap kelompok terdiri dari
santri-santri yang rata-rata telah memperoleh hafalan
berimbang. Kegiatan ini dilakukan setiap Selasa dan Jum’at
mulai ba’da shubuh sampai jam 07.00 WIB. Setiap pertemuan,
Al Qur’an yang dibaca sebanyak dua setengah juz dari dari
hafalan-hafalan yang terdahulu. Setiap santri membaca satu
halaman secara bergantian.
c) Sema’an dalam rangka “ujian” tingkat ke jenjang hafalan
berikutnya. Sema’an ini wajib dilakukan ketika santri telah
menyelesaikan hafalannya sebanyak 5 juz dan kelipatannya,
misalnya 5 juz, 10 juz, 15 juz, dan seterusnya. Apabila santri
belum mampu melaksanakan sema’an tersebut, maka tidak
diperbolehkan menambah hafalan berikutnya. Sema’an harus
disaksikan oleh minimal dua orang penyimak.
56
Hasil dari sema’an tersebut dicatat dalam sebuah formulir yang
diperiksa oleh pengurus huffazh dan kyai, kemudian dikirimkan
ke orang tua/wali santri masing-masing. Dalam setiap juz,
minimal terdapat dua kesalahan. Apabila jumlah kesalahan lebih
dari dua, maka santri harus mengulang sema’an tersebut, dan
belum diperbolehkan ikut musyafahah dengan kyai untuk
menambah materi hafalan berikutnya.
c. Program Madrasah Diniyah
Islam adalah satu ajaran agama samawi yang telah
memberikan aturan-aturan bagi pemeluknya untuk diamalkan
Aturan-aturan tersebut meliputi amalan-amalan yang bersifat
horisontal (mu’amalah) dan yang bersifat vertical (ubudiyyah).
Untuk dapat melaksanakan ajaran-ajaran tersebut, perlu adanya
satu sarana dan prasarana untuk memperdalam pengetahuan
agama, baik dalam bentuk klasikal (madrasah) maupun yang non
klasikal (bandongan, sorogan). Pondok Pesantren Roudlotul
Qur’an pun memberikan program Madrasah Diniyyah untuk
memberikan bekal kepada santri pengetahuan keagamaan.
Program ini ditekankan kepada santri yang hanya mengikuti
program Ta’limul Qur’an bin nazhor.
Madrasah Diniyyah ini terbagi menjadi beberapa kelas,
yaitu kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas Istimewa (untuk santri
yang masih dalam persiapan untuk mengikuti program tahfizh atau
sedang menjalaninya). Adapun kitab yang dipelajari pada program
madrasah ini yaitu kitab kuning, pengajian ini dilakukan seminggu
dua kali ba’da Maghrib dan disampaikan secara bandongan. Kitab
yang dibaca bervariasi, seperti kitab-kitab tentang masalah tafsir,
fiqih, tajwid, ulumul qur’an, akhlaq, hadis dan lain-lain.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
stres kerja terhadap kualitas hafalan santri tahfidzul qur’an pada pondok
57
pesantren Roudlotul Qur’an. Yang menjadi responden dalam penelitian ini
yaitu secara keseluruhan adalah 50 santri. Kemudian cara pengambilan
sampel yang dilakukakn adalah sampel jenuh. Sampel jenuh merupakan
teknik penentuan sampel dengan semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel penelitian.
Berikut merupakan deskripsi responden penelitian dengan tujuan
agar dapat menggambarkan profil atau identitas responden yang di
kategorikan menurut jenis kelamin, usia dan pendidikan responden:
1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Karakteristik responden dalam penelitian ini jika dikategorikan
menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis
Frekuensi Persentase
Kelamin
Perempuan 50 100%
Total 50 100%

Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa responden


dalam penelitian ini yaitu 100% perempuan dengan jumlah sebanyak 50
santri, hal ini dikarenakan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an merupakan
pondok pesantren yang khusus membimbing dan membina santri putri.
2. Karakteristik Responden Menurut Usia
Karakteristik responden jika dikategorikan menurut usia dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7 Karakteristik Responden Menurut Usia

Usia Frekuensi Persentase


12 5 10%
13 4 8%
14 7 14%
15 10 20%
16 2 4%
17 10 20%
58
18 5 10%
19 2 4%
20 4 8%
22 1 2%
Total 50 100%

Berdasarkan tabel diatas yakni memuatdata tentang kriteria


responden berdasarkan usia, dimana kelompok usia responden
yangterbesar dalam penelitian ini yaitu santri yang berusia 15 th (20%) dan
17 th (20%) selanjutnya kedua terbanyak yaitu pada santri yang berusia 14
th (14%) adapun yang terkecil dari jumlah responden pada penelitian ini
yaitu santri dengan usia 22 th yaitu hanya 1 orang santri (2%).
Dapat digambarkan pula seperti pada gambar diagram dibawah ini:

Gambar 1 Diagram Karakteristik Responden Menurut Usia

59
3. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Karakteristik responden jika dikategorikan menurut usia dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase


SLTP
13 26%
(SMP/MTS)
SLTA
24 48 %
(MA/SMK)
TAKHASUS 13 26%
TOTAL 50 100%

Berdasarkan persentase tabel diatas bahwa terdapat 48% responden


yang berada pada tingkat pendidikan SLTA atau sekolah yang tersedia
yaitu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK).
C. Hasil Analisis Deskripsi Variabel
1. Deskripsi Variabel X (Stres)
a. Xmin (skor minimal subjek)
Xmin = jumlah item x skor minimal
Xmin = 35 x 1
Xmin = 35
b. Xmaks (skor maksimal subjek)
Xmaks = jumlah item x skor maksimal
Xmaks = 35 x 4
Xmaks = 140
c. Range (kelas)
Range = Xmaks – Xmin
Range = 140 – 35
Range = 105
d. Mean (rata-rata)
1
𝜇= (𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠 + 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑖𝑛) ∑ 𝑘
2
60
1
𝜇 = 2 (4 + 1)35 = 87,5

Jadi skor rata-rata pada variabel stres adalah 87,5


e. SD (standar deviasi)
1 1
𝜎= (𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑋𝑚𝑖𝑛) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜎 = (105) = 17,5
6 6
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bawah skor standar
deviasi dari variabel stres adalah 17,5.
Dapat disimpulkan dari hasil perhitungan skor minimum,
skor maksimum, minimum, mean, range dan standar deviasi variabel
stres:

Tabel 9 Skor Hipotetik Variabel X

Skor Hipotetik
Maksimal Minimal Mean SD
140 35 87,5 17,5

Setelah diketahui skor hipotetik selanjutnya melakukan


kategorisasi data dari stiap subjek penelitian dengan rumus yang sudah
ditentukan dengan bantuan Microsoft Excel dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 10 Kategorisasi Kriteria variabel X (Stres)

Kategorisasi Rumus Kriteria


Rendah X<M-1SD X < 89,22
Sedang M-1SD < X < M+1SD 89,22 <X < 121,42
Tinggi X > M+1SD X > 121,42

Setelah diketahui rumus dan kriteria dari setiap kategori skor stres
maka dapat disimpulkan pada kategorisasi data subjek dengan
menggunakan bantuan Microsoft Excel , berikut hasil perhitungannya:

Tabel 11 Frekuensi dan Persentase Variabel X (Stres)

Kategorisasi Frekuensi Persentase


Rendah 9 18%
Sedang 35 70%
Tinggi 6 12%
Total 50 100%
61
Dapat dilihat juga pada Gambar di bawah ini:

Gambar 2 Diagram Kategorisasi Persentase Variabel X ( Stres)

KATEGORI PERSENTASE VARIABEL X (STRES)


rendah sedang tinggi

12% 18%

70%

2. Deskripsi Variabel Y (Kualitas Hafalan Santri Tahfidzul Qur’an)


a. Xmin (skor minimal subjek)
Xmin = jumlah item x skor minimal
Xmin = 24 x 1
Xmin = 24
b. Xmaks (skor maksimal subjek)
Xmaks = jumlah item x skor maksimal
Xmaks = 24 x 4
Xmaks = 96
c. Range (kelas)
Range = Xmaks – Xmin
Range = 96 – 24
Range = 72
d. Mean (rata-rata)
1
𝜇 = (𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠 + 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑖𝑛) ∑ 𝑘
2
1
𝜇 = (4 + 1)24 = 60
2

62
Jadi skor rata-rata pada variabel stres adalah 60
e. SD (standar deviasi)
1 1
𝜎= (𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑋𝑚𝑖𝑛) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜎 = (72) = 12
6 6

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bawah skor standar deviasi


dari variabel stres adalah 12.
Dapat disimpulkan dari hasil perhitungan skor minimum, skor
maksimum, minimum, mean, range dan standar deviasi variabel stres:

Tabel 12 Skor Hipotetik Variabel X (Stres)

Skor Hipotetik
Maksimal Minimal Mean SD
96 24 60 12

Setelah diketahui skor hipotetik selanjutnya melakukan


kategorisasi data dari stiap subjek penelitian dengan rumus yang sudah
ditentukan dengan bantuan Microsoft Excel dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 13 Kriteria Kategorisasi Variabel X (Stres)

Kategorisasi Rumus Kriteria


Rendah X<M-1SD X < 60,22
Sedang M-1SD < X < M+1SD 60,22 <X < 80,70
Tinggi X > M+1SD X > 80,70

Setelah diketahui rumus dan kriteria dari setiap kategori skor stres
maka dapat disimpulkan pada kategorisasi data subjek dengan
menggunakan bantuan Microsoft Excel , berikut hasil perhitungannya:

Tabel 14 Frekuensi Kategorisasi Variabel X (Stres)

Kategorisasi Frekuensi Persentase


Rendah 9 18%
Sedang 34 68%
Tinggi 7 14%
Total 50 100%

63
Dapat digambarkan juga oleh diagram dibawah ini:

KATEGORISASI PERSENTASE VARIABEL Y


(KUALITAS HAFALAN SANTRI TAHFIDZUL QUR'AN)
rendah sedang tinggi

14% 18%

68%

D. Hasil Analisis Data


1. Hasil Uji Instrumen Penelitian
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu alat ukur yang digunakan agar dapat
melihat kevalidan dari suatu item pernyataan dalam keusioner.
Kuesioner dapat dikatan valid apabila r hitung > r tabel atau sesuai
dengan uji koefisien korelasi yang dilakukan apabila korelasi faktor
tersebut positif dan besarnya lebih daro 0,3 maka instrument tersebut
dapat dikatakan valid (Sugiyono, 2014:126). Dalam pengujian validitas
ini dengan menggunakan bantuan aplikasi IBM SPSS versi 23.
Berdasarkan tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa keseluruhan item
pernyataan variabel X (Stres) dinyatakan Valid, dengan hasil uji yang
di lakukan yaitu dengan cara membandingkan nilai r-hitung dan r-tabel
yang didapatkan dari hasil korelasi pearson dan di bandingkan dengaan
r-tabel. Adapun menentukan nilai r-tabel dapat dilihat pada tabel r
dengan taraf signifikansi uji dua arah 0,05 yang disesuaikan dengan
jumlah responden (N-2) adalah 0,2787 atau 0,279. Artinya sebuah item
dinyatakan valid apabila nilai r-hitung>0,279, dan terlihat pada tabel
bahwa keseluruhan nilai r-hitung pada setiap item lebih besar dari

64
0,279 maka keseluruhan item pernyataan Variabel X (Stres) dinyatakan
valid.
Adapun item pernyataan Variabel Y terdapat dua item yang
dinyatakan tidak valid, suatu item dinyatakan tidak valid apabila nilai
r-hitung<r-tabel, dapat dibuktikan bahwa pada item nomor 12 yaitu
menghasilkan nilai r-hitung sebesar 0,111 artinya nilai r-hitung tersebut
kurang dari r-tabel atau 0,279. Selanjutnya terdapat pada item nomor
24 yang memiliki nilai r-hitung sebesar 0,126 yang kurang dari nilai r-
tabel atau 0,279 maka kedua item tersebut dinyatakan tidak valid
artinya kedua item tersebut tidak dapat masuk pada tahap pengujian
selanjutnya.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Suatu alat ukur dapat dibuktikan konsistensinya dengan uji
reliabilitas, suatu alat ukur yang dapat digunakan secara berulang yang
dapat diandalkan dan teruji keakuratanya. Pengujian reliabilitas pada
penelitian ini yaitu diukur dengan cronbach’s alpha. Menurut Ghozali
(2009) instrumen penelitian dikatakan reliabel jika cronbach’s alpha
>0,60 atau suatu variabel dinyatakan reliabel jika memiliki niai o,60
atau lebih.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas kolmogorov smirnov merupakan bagian dari uji
asumsi klasik yang bertujuan untuk mengetahui apakah nilai residual
berdistribusi normal atau tidak. Model regeresi yang baik adalah
memiliki nilai residual yang berdistribusi normal dengan daar
pengembilan keuputsannya yaitu jika nilai signifikansi > 0,05 maka
nilai residual berdistribusi normal dan jika nilai signifikansi < 0,05,
maka nilai residual tidak berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui 0,200>0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal. Seperti pada
tabel dibawah ini:
65
Tabel 15 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize
d Residual
N 50
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 1.80240338
Most Extreme Absolute .096
Differences Positive .072
Negative -.096
Test Statistic .096
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

b. Hasil Uji Linearitas


Uji linearitas merupakan uji asumsi klasik yang dilakukan sebelum
melakukan analisis regresi linear dengan tujuan untuk mengetahui
apakah kedua variabel mempunyai hubungan yang liniear secara
signifikan atau tidak. Adapun hasil dari uji linearitas yang sudah
dilakukan dengan bantuan aplikasi IBM SPSS versi 23 sebagai berikut:

Tabel 16 Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Kualitas Between (Combined)
5148,937 33 156,028 37,214 ,000
Hafalan Groups
Santri * Linearity
5056,836 1 5056,836 1206,102 ,000
STRES
Deviation
from 92,101 32 2,878 ,686 ,822
Linearity
Within Groups
67,083 16 4,193
Total
5216,020 49

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan hasil dari pengujian


linearitas yang telah dilakukan dengan mengacu pada dasar

66
pengambilan keputusan dalam uji linearitas yaitu terdapat dua cara
yaitu sebagai berikut:
1) Membandingan antara nilai signifikansi (Sig.) dengan 0,05 yaitu:
- Jika nilai Deviation from Linearity Sig. > 0,05 maka terdapat
hubungan yang linear secara signifikan antara variabel
independent (X) dengan variabel dependent (Y).
- Jika nilai Deviation from Linearity Sig. < 0,05 maka tidak
terdapat hubungan yang linear secara signifikan antara variabel
independent (X) dengan variabel dependent (Y).
2) Membandingkan Nilai F hitung dengan F tabel yaitu:
- Jika nilai F hitung < F tabel maka terdapat hubungan yang
linear secara signifikan antara variabel independent (X) dengan
variabel dependent (Y).
- Jika nilai F hitung > F tabel maka tidak terdapat hubungan yang
linear secara signifikan antara variabel independent (X) dengan
variabel dependent (Y).
Berdasarkan dasar pengambilan keputusan dalam uji linearitas
diatas dalam penelitian ini menghasilkan bahwa nilai deviation from
linearity Sig. yaitu 0,822 yang lebih besar dari 0,05 maka dapat
dikatakan yaitu terdapat hubungan yang linear antara variabel X (Stres)
dengan variabel Y (Kualitas Hafalan Santri Tahfidzul Qur’an).
c. Hasil Uji Korelasi
Uji korelasi digunakan bertujuan untuk mengetahui tingkat
keeratan hubungan antara Variabel X dan Variabel Y. Dalam penelitian
ini penulis ingin mengetahui korelasi antara stres sebagai variabel X
dan kualitas hafalan santri tahfidzul Qur’an sebagai variabel Y, sesuai
dengan perhitungan yang peneliti sudah lakukan dibawah ini:

Tabel 17 Hasil Uji korelasi

Correlations
Kualitas Hafalan
STRES Santri
STRES Pearson Correlation 1 .985**
Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
Kualitas Hafalan Santri Pearson Correlation .985** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

67
Bedasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan pada uji korelasi yaitu jika nilai Sig. (2-tailed) <
0,05 maka terdapat hubungan antar variabel secara signifikan sebaliknya
jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang tidak
signifikan antara kedua variabel. Menurut hasil perhitungan uji korelasi
dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang erat antara variabel X
(Stres) dengan variabel Y (Kualitas Hafalan Santri Tahfidzul Qur’an)
dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat
hubungan antara kedua variabel tersebut.
3. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
Hasil analisis regresi linear sederhana guna menjawab
permasalahan yang menjadi kajian peneiti yaitu untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh stres terhadap kualitas hafalan santri tahfidzul
qur’an. Analisis yang dipakai menggunakan regresi linier sederhana
dengan rumus:
Y = a + bX
Dimana:
Y = Kualitas Hafalan Santri Tahfidzul Qur’an
X = Stres

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi Variabel

Tabel 18 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients T Sig.
Std.
Model B Error Beta
1 (Constant) 4,689 1,721 2,725 ,009
STRES ,631 ,016 ,985 39,049 ,000
a. Dependent Variable: Kualitas Hafalan Santri

Untuk menetapkan rumusan persamaan regresi sederhana pengaruh


Stres terhadap Kualitas Hafalan Santri Tahfidzul Qur’an pada Pondok

68
Pesantren Roudlotul Qur’an Babakan Ciwaringin Cirebon dilakukan
analisis koefisien regresi hasilnya yaitu sebagai berikut:

Konstanta regresi : 4,689

Konstanta variabel stres (X): 0,631

Berdasarkan hasil analisis koefisien regresi diatas, maka rumus persamaan


regresi linier sederhana adalah:

Y = 4,689 + 0,631X

Persamaan regresi linier sederhana ini dapat diartikan sebagai berikut:

Jika nilai konstanta 4,689 artinya kualitas hafalan santri tahfidzul


qur’an di pondok pesantren Roudlotul Qur’an Babakan Ciwaringin
Cirebon yaitu 4,689 satuan, dengan ini dalam keadaan konstan/tetap. Nilai
koefisien regresi variabel X (Stres) yaitu 0,631 yang artinya yaitu stres
meningkat maka terdapat pengaruh terhadap kualitas hafalan santri
tahfidzul qur’an meningkat juga sebesar 0,631 atau 63,1%.

Koefisien Korelasi (r)

Koefisien korelasi adalah nilai yang menunjukkan kuat atau


tidaknya hubungan linier antar dua variabel. Korelasi ini biasa
dilambangkan dengan huruf r, yang nilainya berada di rentang -1 sampai
+1. Nilai r yang mendekati -1 atau +1 menunjukkan hubungan yang kuat
di antara dua variabel tersebut, sementara nilai r yang mendekati 0
mengindikasikan hubungan yang lemah. Jika koefisien korelasi
menunjukkan hasil positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan
searah. Artinya, ketika variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi
pula. Sementara, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel
memiliki hubungan yang berlawanan. Dimana jika nilai variabel X tinggi,
maka nilai variabel Y justru rendah atau menurun. Secara lebih detail,

69
untuk melihat interpretasi korelasi antar dua variabel, berikut ini kriteria
hasil perhitungan mengutip dari (Sarwono:2006).
Adapun dasar pengambilan keputusan koefisien korelasi dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 19 Dasar Pengambilan Keputusan Koefisien Korelasi

Jika Nilai r Maka


0 Tidak ada korelasi
>0 – 0,25 Korelasi sangat lemah
>0,25 – 0,5 Korelasi cukup
>0,5 – 0,75 Korelasi kuat
>0,75 – 0,99 Korelasi sangat kuat
1 Korelasi hubungan sempurna positif
-1 Korelasi hubungan sempurna negatif

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan


menggunakan aplikasi IBM SPSS versi 23 yaitu sebagai berikut:

Tabel 20 Hasil Koefisien Korelasi

Correlations
Kualitas
Hafalan
STRES Santri
STRES Pearson
1 .985**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
Kualitas Hafalan Santri Pearson
.985** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Terlihat pada tabel diatas bahwa nilai Pearson Correlation atau


koefisien korelasi antara variabel X (Stres) dan Variabel Y (Kualitas
Hafalan Santri Tahfidzul Qur’an) yaitu 1 artinya dapat dikatakan bahwa
korelasi hubungan antara kedua variabel tersebut yaitu sempurna positif.

70
Koefisien Determinasi (r2)
Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar kemampuan
variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Dengan kata lain, koefisien determinasi ini digunakan untuk mengukur
seberapa jauh variabel-variabel independen dalam menerangkan variabel
terikatnya. Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan nilai adjusted
Rsquare sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 21 Hasil Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Std.
Adjusted Error of
R R the Durbin-
Model R Square Square Estimate Watson
1 .985a ,969 ,969 1,82108 2,266
a. Predictors: (Constant), STRES
b. Dependent Variable: Kualitas Hafalan Santri

Berdasarkan pada tabel diatas diketahui nilai R Square nya yaitu


0,969, hal ini mempunyai arti bahwa variabel X dapat menerangkan secara
simultan terhadap variabel Y sebesar 96,9%.
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji t (Uji Parsial)
Hasil pengujian hipotesis secara parsial membuktikan terdapat
pengaruh antara stress terhadap kualitas hafalan santri tahfidzul qur’an.
Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan yaitu pada tabel dibawah
ini:

Tabel 22 Hasil Uji t (Parsial)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Std.
Model B Error Beta
1 (Constant) 4,689 1,721 2,725 ,009
STRES ,631 ,016 ,985 39,049 ,000
a. Dependent Variable: Kualitas Hafalan Santri

71
Berdasarkan tabel diatas nilai t hitung sebesar 39,049 dengan taraf
signifikan hasil sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian
berdasarkan pada dasar pengambilan keputusan jika nilai signifikansi<0,05
atau nilai t-hitung > t-tabel maka variabel X (Stres) berpengaruh signifikan
terhadap variabel Y (Kualitas Hafalan Santri Tahfidzul Qur’an) atau
berdasarkan pada nila t-hitung sebesar 39,049 lebih besar dari t-tabel
0,279.
Dengan demikian pengujian ini secara statistik membuktikan
bahwa stress berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Artinya bahwa
ada pengaruh antara variabel stress terhadap kualitas hafalan santri
tahfidzul qur’an pada pondok pesantren Roudlotul Qur’an.
b. Uji F (Uji Simultan)
Hasil pengujian hipotesis secara simultan dibuktikan pada tabel
dibawah ini:

Tabel 23 Hasil Uji F

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regressi 5056,8 1524,8
5056,836 1 .000b
on 36 25
Residual 159,184 48 3,316
Total 5216,020 49
a. Dependent Variable: Kualitas Hafalan Santri
b. Predictors: (Constant), STRES

Berdasarkan pada tabel diatas melalui perhitungan yang telah


dilakukan maka diperoleh nilai F-hitung sebesar 1524,825 dengan taraf
signifin 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian pengujian ini secara
statistik membuktikan bahwa stres berpengaruh secara positif dan simultan
(bersama-sama) terhadap kualitas hafalan santri tahfidzul qur’an. Artinya
bahwa terdapat pengaruh antara variabel stres terhadap kualitas hafalan

72
santri tahfidzul qur’an pada Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Babakan
Ciwaringin Cirebon.
E. Pembahasan
1. Gambaran Stres yang dialami Santri Tahfidzul Qur’an Pondok
Pesantren Roudlotul Qur’an
Stres merupakan kondisi yang dapat terjadi kepada siapapun yang
mengalami kondisi yang tidak mampu untuk menerima keadaan
terutamanya tuntutan yang diterima oleh seseorang. Seperti yang
didefinisikan oleh Hans Salye (1976) stres yaitu suatu respon tubuh yang
terjadi ketika seorang individu mengalami tekanan atau beban yang
berlebihan. Kondisi tersebut tentu membuat seseorang tidak nyaman
sehingga muncul gangguan emosi atau ketidakseimbangan emosi yang
dialaminya sampai seseorang tersebut mengalammi kondisi stres. Seorang
santri yang jika dilihat dari proses perpindahan lingkungannya sangat
mengalami perubahan yang drastis dengan kondisi lingkungan rumah yang
membuat seseorang dibuat nyaman semua yang diinginkan akan
dimungkinkan bisa terjadi atau tercapai sedangkan kondisi lingkungan
pondok pesantren yang tempat yang terbatas serta lebih banyak orang akan
menjadi sulit seseorang dalam mewujudkan keinginannya seperti makan
yang enak, barang yang dibutuhkan dan lain sebaginya. Selain lingkungan
yang menjadi seorang santri mengalami stres yaitu tuntutan yang diterima,
tuntutan dapat diperoleh dari orang tua, program pondok pesantren
ataupun kegiatan yang terlalu padat. Tuntutan dari orang tua yang santri
tahfidz peroleh yaitu target waktu untuk menghafalkan Al-Qur’an yang
tidak sesuai dengan kondisi santri, tuntutan menghafal Al-Qur’an juga bisa
diperoleh dari program yang dicanangkan oleh pondok pesantren dengan
kurun waktu tertentu santri diharuskan dapat menghafal beberapa ayat Al-
Qur’an, padatnya suatau kegiatan yang diadakan oleh podok pesantren
juga dapat menjadi faktor timbulnya stres pada seorang santri dengan
waktu perpindahan dari setiap kegiatan ke kegiatan yang lain yang sedikit

73
menjadikan seorang santri tidak dapat menyeimbangkan dengan kondisi
fisik amupun psikologisnya.
Sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu oleh Khasna Fauziyah
Nur (2020) pada skripsinya yang berjudul “Tingkat Stres Dalam Proses
Menghafal Al-Qur’an Pada Mustawa Awwal Pondok Pesanten Modern
Darul Qur’an Al-Karim Desa Karangtengan Kecamatan Baturaden
Kabupaten Banyumas” yang mendapatkan hasil bahwa tingkat sters yang
dialami santri pengahafal Al-Qur’an yaitu sebesar 52,8% mengalami stres
normal dengan berbagai faktor yang dialaminya. Penelitian lain yang
mendukung penelitian ini yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh
Uswatun Hasanah dan Naeli Sa’adah (2021) dengan judul jurnal yaitu
“Gambaran Stres dan Strategi Coping pada Santri Tahfidz di Pondok
Pesantren Al-Mahsuriyah Asrama Al-asyiqiyah” yaitu mendapatkan hasil
bahwa gejala stres yang dialami oleh seorang santri tahfidz disebabkan
oleh beberapa faktor yang disebut dengan stresor yang dapat berasal dari
dalam diri sendiri seperti banyak pikiran ataupun dari luar seperti keadaan
lingkungan dan kegiatan yang padat sehingga sulit untuk membagi
waktunya.
Adapun hasil dari penelitian ini mengenai gambaran stres yang
dialami oleh seorang santri tahfidzul qur’an pada Pondok Pesantren
Roudltul Qur’an yaitu sebesar 18% atau sebanyak 9 santri yang berada
pada kategori rendah, 70% atau sebanyak 35 santri yang berada pada
ketegori sedang dan 12% atau sebanyak 6 santri yang berada pada kategori
tinggi. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa terdapat banyak santri
yang mengalami stres pada kategori sedang dengan faktor yaitu
lingkungan yang tidak dapat menjadi pendukung pada santri serta
banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh santri sehingga membuat santri
sulit dalam penyesuaian waktu, dengan kondisi santri pada pondok
pesantren Roudlotul Qur’an yang terbagi menjadi dua kategori yaitu santri
takhosus (tidak mengikuti sekolah formal) dan non takhosus (mengikuti
sekolah formal) dimana sesuai dengan hasil penelitian bahwa santri non
74
takhosus lebih banyak masuk pada kategori sedang yang artinya kegiatan
yang dilakukan oleh santri non takhosus lebih banyak sehingga mengalami
tekanan yang lebih besar pula dengan rentang perpindahan waktu kegiatan
yang satu dengan yang lainnya hanya sedikit membuat santri kesulitan
dalam menyesuaikannya.
2. Gambaran Kualitas Hafalan Santri Tahfidzul Qur’an Pondok
Pesantren Roudltul Qur’an

Kualitas hafalan Al-Qur’an dapat diartikan sebagai mutu dan


kemapanan baik atau buruknya ingatan dalam menghafal Al-Qur’an
pada setiap individu atau santri yang menghafalkan Al-Qur’an dengan
dapat melafalkan ulang ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dihafalnya
dengan kaidah-kaidah huruf, ayat, tajwid bahka makna dari ayat Al-
Qur’an tersebut dan tetap membiasakan nya untuk menjaga hafalan AL-
Qur’annya. Kualitas Hafalan menurut Dr. Mahmud Khalil Al-Husari
mengatakan bahwa kualitas hafalan Al-Qur’an bergantung pada tingkat
kefasihan, kejelasan, keindahan bacaan serta penggunaan tajwid yang
benar dalam (Tahqiq Al-Qira’at Al-ashr oleh dr. Mahmud Khalil Al-
Husari). Kualitas hafalan yang didapatkan pada santri tahfidzul Qur’an
akan berbeda satu sama lainnya yang disesuaikan dengan kondisi fisik
maupun psikologis seorang santri. Terdapat santri yang dapat
mempertahankan kualitas hafalannya dalam keadaan apapun, adapula
yang kondisi santri yang tidak dapat mempertahankan kualitas
hafalannya.

Dalam penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Izzatul


Umniyah (2018) dengan judul skripsi “Strategi Peningkatan Kualitas
Hafalan Al-qur’an Bagi Mahasiswa” Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang. Mendapatkan hasil bahwa strategi yang
dilakukan dalam peningakatan kualitas hafalan dipondok tersebut yaitu
dengan mengatur jadwal keseharian yang diseuaikan dengan keadaan
santri sebagai mahasiswa serta membuat target capaian yang diatur oleh
75
masing-masing santri dengan diberi batasan atau target minimal dari
pondok pesantren, sehingga santri lebih mudah dalam menyesuaikan
waktu serta penggunaan strategi yang mudah untuk diterapkan.

Adapun hasil dalam penelitian ini terdapat 18% atau sebanyak 9


santri yang berada pada kategori rendah dalam kualitas hafalan Al-
Qur’annya ketika dalam kondisi stres, 68% atau sebanyak 34 santri yang
berada pada kategori sedang dalam kualitas hafalan Al-Qur’annya ketika
dalam kondisi stres. serta 14% atau sebanyak 7 santri yang berada pada
kategori tinggi dalam kualitas hafalan Al-Qur’annya ketika dalam
kondisi stres. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
kualitas hafalan santri dapat bertahan sebesar 68% dari 70% pada santri
yang mengalami stres pada kategori sedang. Adapun hasil yang terlihat
yaitu dengan kondisi stres yang cukup tinggi tidak menurunkan kualitas
hafalan Al-Qur’an santri.

3. Pengaruh Stres Terhadap Kualitas Hafalan Santri Tahfidzul Qur’an


Pondok Pesantren Roudltul Qur’an
Mengetahui adanya pengaruh stres terhadap kualitas hafaln santri
tahfidzul qur’an merupakan tujuan akhir pada penelitian ini. Setelah
dilakukannya rangkaian penelitian yang dilakukan dengan observasi serta
penyebaran angket yang telah diolah dengan bantuan aplikasi IBM SPSS
veri 23 maka dapat diperoleh bahwa stres berpengaruh terhadap kualitas
hafalan santri tahfidzul qur’an pada pondok pesantren Roudltul Qur’an.
Berdasarkan beberapa uji yang telah dilakukan pada tabulasi data
kuesioner maka diperoleh uji korelasi antara dua variabel tersebut dapat
disimpulkan bahwa sesuai dengan dasar pengambilan keputusan pada uji
korelasi yaitu jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat hubungan
antar variabel secara signifikan sebaliknya jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05
maka tidak terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kedua
variabel. Menurut hasil perhitungan uji korelasi dalam penelitian ini yaitu
terdapat hubungan yang erat antara variabel X (Stres) dengan variabel Y
76
(Kualitas Hafalan Santri Tahfidzul Qur’an) dengan nilai Sig. (2-tailed)
sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut.
Hasil dalam penelitian ini juga menunjukan korelasi yang positif,
dengan ditandai dari hasil perhitungan pearson correlation atau
dilambangkan dengan r2 yaitu 1 yang mempunyai hubungan korelasi
yang sempurna positif sesuai dengan dikatakan Sarwono (2006) bahwa
Nilai r yang mendekati -1 atau +1 menunjukkan hubungan yang kuat di
antara dua variabel tersebut, sementara nilai r yang mendekati 0
mengindikasikan hubungan yang lemah. Jika koefisien korelasi
menunjukkan hasil positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan
searah. Artinya, ketika variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan
tinggi pula. Sementara, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua
variabel memiliki hubungan yang berlawanan. Dimana jika nilai variabel
X tinggi, maka nilai variabel Y justru rendah atau menurun. Artinya
dalam penelitian ini menyatakan bahwa variabel X (stres) berpengaruh
positif terhadap variabel Y (kualitas hafalan santri tahfidzul qur’an)
dengan penjelasan bahwa semakin tinggi tingkat stres seorang santri
maka semakin tinggi pula kualitas hafalan santri yang dihasilkan.
Kondisi ini dapat berubah sesuai dengan kondisi santri, ada beberapa
kondisi santri yang dapat memotivasi santri untuk terus meningkatkan
kualitas hafalannya.
Pada pembagian stres terdapat dikategorikan sebagai stres negatif
(distres) dan stres positif (eustres). Dalam hal ini dapat diartikan bahwa
tidak semua konotasi stres itu berdampak negatif atau buruk terhadap
hasil dalam pencapaian seseorang, stres juga dapat menjadi pengaruh
yang positif atau baik terhadap pencapaian seseorang. Sebagai
pendukung dalam penelitian ini terdapat penelitian yang dilakukan oleh
Herdianti Husain (2019) dengan judul skripsi “Pengaruh Stres Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Pengadilan Tata Usaha Negara
Makassar” setelah dilakukan uji F atau uji simultan dihasilkan bahwa
77
seluruh variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Pengaruh
yang diberikan oleh variabel bebas yaitu positif artinya semakin tinggi
stres kerja makan mengakibatkan semakin tinggi pula kinerja pegawai
yang dihasilkan. Penelitian ini relevan dengan penelitian tersebut yaitu
adanya pengaruh yang positif dari stres terhadap kualitas hafalan santri
tahfidzul qur’an.

78

Anda mungkin juga menyukai