Dibuat dalam rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah Metode Penelitian Kuantitatif
Disusun oleh:
2023
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan saat ini adalah banyak lembaga tahfidz atau pendidikan tahfidz yang
hanya fokus pada banyaknya jumlah hafalan yang menjadi targetnya, bahkan ada suatu
lembaga tahfidz yang memberikan jaminan dalam waktu 6 bulan bisa hafal Al-Qur‟an
sebanyak 30 juz tapi justru hafalan yang didapatkan tidak berkualitas bahkan bacaannya tidak
sesuai dengan ilmu tajdwid, ini yang harus dijelaskan bahwa dalam menghafal Al-Qur‟an
butuh proses dan waktu yg tidak sebentar serta perjuangan yang tidak ringan.
Jangan sekali-kali menghafal hafalan baru tanpa mengulangi atau muraja‟ah hafalan
yang telah lama karena jika terus menghafal tanpa mengulang yang lama maka tanpa disadari
akan kehilangan banyak sekali hafalan dan jika ingin mengulang kembali dari awal maka
akan terasa berat sekali maka dari itu cara yang paling tepat jika ingin menguatkan hafalan
adalah setiap hafalan yang dihafal sekarang maka ulangi lagi hafalannya keesokan hari 4-5
kali sebelum memulai hafalan baru, inilah masalah utama yang bisa membuat penghafal Al-
Qur‟an merasa berat menghafalkan Al-Qur‟an karena setiap kita menghafal AlQur‟an maka
akan semakin banyak hafalan yang harus diulang, namun semua ini tidak akan memberatkan
jika santri pandai dalam mengatur waktu antara muraja‟ah dan menghafal hafalan baru, maka
dari lakukan meraja‟ah dan menghafal hafalan baru pada waktu yang berbeda.
Permasalahan yang juga sering merepotkan bagi penghafal adalah waktu yang tepat
dalam menghafalkan Al-Qur‟an seperti yang telah dijelaskan di atas jangan menyamakan
antara waktu menghafal hafalan baru dan muraja‟ah hafalan lama karena itu akan sangat
memberatkan, waktu yang paling tepat dalam menambah hafalan baru adalah antara shalat
magrib dan shalat isya‟ namun jika mempunyai jadwal yang padat maka bisa menghafal
sebelum dan sesudah shalat subuh karena pada waktu-waktu itu otak kita masih segar-
segarnya dalam menerima hafalan dan selain itu adalah adalah memanfaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya untuk selalu tadarus Al-Qur‟an dalam waktu-waktu luang, serta hal yang
perlu diperhatikan agar tidak terasa berat adalah selalu konsisten dalam menghafalkannya.
Al-Qur‟an adalah cahaya Allah dan cahaya Allah tidak akan mau masuk ke dalam
jiwa-jiwa yang kotor maka dari untuk para penghafal Al-Qur‟an hendaknya menjauhi seluruh
perbuatan maksiat yang dapat merusak hati dan pikiraa, dan juga jangan sekali-kali memakan
barang haram bahkan kita dianjurkan untuk menjauhi barang-barang yang tidak jelas
hukumnya (subhat) ada sebuah kisah dari santri penulis yang waktu itu saya mendengarkan
ceritanya dia sudah mempunyai 20 juz hafalan namun hilang seketika ketika memakan
sepotong cabai merah yang ia temukan di asrama, akhirnya keesokan harinya ia
mengumpulkan seluruh penghuni asrama untuk meminta maaf dan mengumumkan cabai
siapakah yang telah ia makan dan dia bermaksud membayarnya berapapun harganya karena
tidak ada yang mengaku, seluruh santri satu asrama sepakat untuk mengikhlaskan cabai itu,
malam harinya dia meminta ampun kepada Allah swt dan melakukan shalat tahajjud
kemudian dengan luar biasanya hafalannya kembali lagi. Inilah hal yang harus kita jauhi
betul dalam menghafalkan Al-Qur‟an sesuatu yang subhat saja bisa menghilangkan 20 juz
hafalan apa lagi barang haram dan selanjutnya yang perlu kita jauhi adalah terburu-buru
dalam muraja‟ah karna itu tidak akan melancarkan justru hafalan kita akan semakin mudah
hilang jadi kita perlu menghafal Al-Qur‟an dengan cara tartil dan tidak terburu-buru dengan
membaca secara tartil kita tidak akan salah dalam mengingat ayat-ayat yang rumit.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan penulisan pembahasan yang akan saya bahas dalam proposal ini
adalah :
1. Apa pengaruh metode quantum tahfidz al-qur‟an (QTA) terhadap kegiatan tahfidz al-
Qur‟an di pondok pesantren tahfidz Al-Qur‟an Al-Asy‟ariyah?
2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam proses kegiatan tahfidz al-
Qur‟an di pondok pesantren tahfidz Al-Qur‟an Al-Asy‟ariyah?
C. Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini berharap dapat membantu menambah wawasan dan referensi mengenai
metode Quantum Tahfidz Al-Qur‟an (QTA) terhadap pondok pesantren tahfidz.
A. Tinjauan Pustaka
Buku yang ditulis oleh Kyai Ahsin w. Al-hafidz dalam bukunya yang berjudul
bimbingan praktis menghafal al-qur'an, di dalamnya menjelaskan mengenai
kedudukan al-qur'an sebagai kalamullah, keutamaan menghafal al-Qur'an, syarat-
syarat menghafal al-Qur'an, metode menghafal al-Qur'an, dan segala sesuatu yang
harus dipersiapkan dalam menghafal al-Qur'an.
B. Kerangka Teori
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun
hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho: Metode QTA tidak
berpengaruh terhadap proses kegiatan tahfidz al-Qur‟an H : Metode QTA
berpengaruh terhadap proses kegiatan tahfidz al-Qur‟an
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif itu
berkenaan dengan angka atau numerical. Penelitian kuantitatif pada umunya
mendasarkan kerjanya pada keyakinan bahwa fakta dan perasaan dapat dipisahkan,
dan bidang kajiannya adalah suatu realitas tunggal yang terbentuk dari fakta yang
dapat ditemukan.
B. Lokasi dan objek penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur‟an Al-Asy‟ariyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo dan yang menjadi objek
dalam penelitian ini adalah seluruh santri tahfidz SMA yang menggunakan metode
QTA.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul Korelasi Hasil Program Quantum Tahfidz Al-
Qur‟an (QTA) Dengan Tingkat Kemampuan Hapalan Al-Qur‟an Santri Di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur‟an Al-Asy‟ariyah, Wonosobo, yang menjadi variabel dalam penelitian ini
adalah :
1) Metode QTA adalah Variabel Indenpenden atau simbol (X) yang mempengaruhi.
2) Proses tahfidz al-Qur‟an adalah Variabel Denpenden atau simbol (Y) yang
dipengaruhi
.
D. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang menjadi fokus
penelitian dengan memerhatikan beberapa karektreristik yang sesuai dengan
penelitian yang sedang dilakukan. Populasi dalam penelitiam ini adalah seluruh santri
SMA yang menerapkan metode QTA.
E. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 santri putra dan 30 santri
putri dari total 120 santri SMA yang tinggal di pondok pesantren tahfidzul Qur‟an Al-
Asy‟ariyah.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data yang harus betul-betul
direncanakan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris
sebagaimana adanya sebab penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan
instrumen agar data tersebut dapat menjawab pertanyaan, penelitian dan menguji
hipotesis, maka penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian berupa pedoman
observasi, pedoman angket, pedoman wawancara, dan catatan dokumen.
1. Pedoman Observasi
Observasi merupakan teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
2. Pedoman Angket
Metode Angket, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab secara
objektif.
3. Catatan dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam bab ini disampaikan mengenai profil pondok, letak geografis, tenaga pengajar,
data santri, dan sarana prasana pondok pesantren, serta hasil dari penelitian ini.
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran