lingkungan masyarakat. Selain itu PTQ Barokalloh ini juga dekat dengan
Pada tahun 2014 ada salah satu lembaga disekitar PTQ Barokalloh yang
akan mengikuti lomba sambung ayat dan meminta tolong kepada Ustadzah Lia
untuk Membimnbing salah satu siswa tersebut karena di daerah Sukowilangun ini
yang hafal Al-qur’an hanya Ustadzah Lia karena dianggap mampu untuk
membimbing siswa tersebut maka orang tua dari siswa tersebut datang menemui
Ustadzah Lia untuk membimbing anaknya sampai hafal materi sambung ayat.
Al-Qur’an dan berkomitmen hafal sampai 30 juz. Kemudian dari mulut ke mulut
80
81
diarahkan oleh pusat ke kantor Daarul Qur’an yang di Malang. Kantor Daarul
Qur’an Malang menyebutkan 2 syarat untuk mendirikan tumah fahfidz, yaitu ada
Guru yang mumpuni dan Santri yang berkomitmen. Kemudian Daarul Qur’an
mengetahui keadaan yang sebenamya. Dan akhirnya rumah tahfidz ini diberi
nama Rumah Tahfidz Barokalloh yang resmi berdiri dan bergabung dengan
Daarul Qur’an pada tahun 2018 dengan 8 (delapan) santri yang berkomitmen
untuk hafalan Al-Qur’an. Hingga saat ini sudah terdapat 40 santri yang ikut
hafalan paling banyak yaitu 15 juz yang merupakan santri hafidz Al-Qur’an yang
pertama.
d. Visi
Al-Qur’an.
d. Misi
bi akhlaqil Karimah.
pesantren. Beliau mulai menghafal sejak usia 17 tahun dan selesai saat usia 19
83
tahun pada tahun 2009 di Pondok Pesantren Nurul Huda Bululawang. Sertifikat
Hafidzahnya didapat dari pondok pesantren PPAI Ar-Ridlo dengan syarat harus
setoran bil hifdzi (Hafalan 30 juz sebanyak 2 kali) pada tahun 2014. Beliau juga
mendalami Al-Qur’an dan membaca kitab kuning) dengan waktu yang singkat.
Yang biasanya ditempuh selama 4-5 tahun, beliau hanya menempuh selama 4-5
Berdasarkan data santri terdapat 40 santri yang terdiri dari 15 santri putra dan
- Ruang Aula Atas yang digunakan pada saat acara Mauludan, pengajian
- Ruang kelas
84
- Dapur
a. Setoran Hafalan
kelas)
b. Muraja’ah Hafalan
c. Muraja’ah Wajib
d. Tambahan Pelajaran
- Hadist
- Tauhid
- Fiqih
- Akhlaq
- Pego
sebanyak 1 (satu) juz. Dan yang dibaca hanya juz yang diujikan
85
i. Outbond
j. Studytour
k. Wisuda Tahfidz
Wisuda Tahfidz dilakukan ketika ada santri yang sudah memenuhi target
hafal 30 juz, dan kegiatan ini dilakukan serentak bersama seluruh PTQ
digunakan guru akan sangat berpengaruh, karena jika satu cara tidak berhasih
guru akan mencari dan menemukan ide-ide atau inovasi baru yang memiliki
49
Ustadzah Lia, Pengasuh PTQ Barokalloh, Wawancara, di Ndalem Pengasuh, 20 Maret
2023.
86
motivasi kepada para santri. Motivasi dalam diri siswa akan tumbuh
apabila siswa tahu dan menyadari bahwa apa yang dipelajari bermanfaat,
karena pada umumnya siswa memiliki rasa ingin tahu dan memiliki
biasanya dilakukan dengan obrolan yang santai dan baik agar motivasi
hafalan Al-Qur’an para santri, guru harus bisa memberikan motivasi agar
Sebagai guru yang sering berinteraksi dengan santri, maka guru harus bisa
bangkit. Hasil wawancara yang diungkapkan oleh Ustadzah Lia berikut ini:
50
Ustadzah Lia, Pengasuh PTQ Barokalloh, Wawancara, di Ndalem Pengasuh, 20 Maret
2023
87
Ustadzah Lia, hasil wawancara dengan salah satu santri yang menyatakan
bahwa:
Ustadzah sering kali memberikan pujian kepada saya ketika saya dapat
menyelesaikan target hafalan saya dengan baik. Biasanya Ustadzah
berkata pinter, bagus atau dengan mengucapkan sip dan mengangkat
jempol. Ustadzah juga sering ngobrol santai bersama saya dan teman-
teman lainnya tentang keutamaan menghafal Al-qur’an, pahala dan
nasehat-nasehat lainnya ketika ada waktu luang. Kadang beliau juga
menceritakan proses beliau menghafal dulu sehingga saya bersemangat
untuk menghafal 30 juz.
Pemberian motivasi menghafal juga dilakukan dengan kegiatan outbond,
tersebut berisi permainan yang tidak jauh dari hafalan alqur’an yang
pujian dan lain-lain. Bukan hanya itu, pemberian motivasi juga dilakukan
juga menjadi salah satu media yang meningkatkan semangat santri dalam
menghafal al-qur’an.
atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.51
Teknik latihan dapat menjadi salah satu cara mengajarkan menghafal al-
qur’an pada santri. Di PTQ Barokalloh teknik latihan digunakan oleh Guru
bahwa :
“Agar santri terlatih untuk menghafal al-Qur’an saya memberi tugas atau
target hafalan satu halaman setiap harinya. Selain itu setiap hari 10 menit
sebelum kegiatan mengahafal Al-Qur’an saya mengajak para santri untuk
muroja’ah hafalan secara bersama-sama agar santri selalu mengingat
hafalannya”.
Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa Guru Tahfidz memberikan tugas
atau target hafalan kepada santri untuk disetorkan ketika kelas tahfidz
dimulai setiap harinya, atau bisa disebut juga tugas hafalan yang harus
51
Roestiyah N. K, Strategi Belajar Mengajar: Salah Satu Pelaksanaan Strategi Belajar
Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), Cet 8, hal. 125
89
apabila santri tidak bisa menyelesaikan tugas sesuai dengan target yang
“Disini tidak ada hukuman bagi santri yang belum menyelesaikan tugas
hafalannya. Itu karena saya tidak berani membebani santri dengan paksaan,
sehingga akan mempengaruhi kualitas hafalannya nanti. Dan ditakutkan
santri semakin malas datang ke PTQ karena mereka takut dihukum. Jadi
lebih baik saya tidak menghukum mereka melainkan mengajak mereka
bersama-sama menghafal dan juga memotivasi mereka agar tidak lagi lalai
dengan kewajiban serta tanggung jawab menghafalnya karena pengasuh
menyadari kemampuan tiap santri berbeda-beda”.
Berikut ungkapan salah satu santri yang belum menyelesaikan hafalannya :
“Waktu itu saya pernah belum hafal, Ustadzah tidak menghukum saya,
melainkan membimbing saya agar cepat menghafal dan memberikan
nasehat agar saya tidak lalai dengan kewajiban menghafal saya”.
Berdasarkan pernyataan diatas, Guru Tahfidz tidak memberikan
agar cepat menyelesaikan tugas hafalannya sesuai target. Selain itu guru
menyelesaikan hafalan agar tidak lagi lalai akan kewajiban serta tanggung
Allah telah menjadikan sifat lupa sebagai tabiat dasar umat manusia. Di
Untuk menjaga hafalan dari sifat lupa yang di miliki santri, upaya yang
52
Yahya bin Abdurrazzaq al-Ghautsani, Cara Mudah dan Cepat Menghafal Al-Qur’an,
(Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2003), hal. 37
91
santri baru mencapai 15 juz. Seperti yang diungkapkan oleh Ustadzah Lia
berikut ini :
“Insyaalloh akan diadakan wisuda bagi santri yang sudah mencapai target
dalam menghafal al-qur’an yaitu 30 juz. Namun semenjak berdiri masih
belum pernah ada wisuda tahfidz dikarenakan masih belum ada santri yang
mencapai target hafalan 30 juz. Paling banyak ada satu santri yang sudah
hafal al-qur’an 15 juz.”
Berdasarkan pernyataan Guru Tahfidz diatas dapat dipahami bahwa
kegiatan wisuda tahfidz hanya akan dilakukan apabila sudah ada santri
yang mencapai target hafalan Al-Qur’an 30 juz. Hingga saat ini masih ada
juz.
bertugas untuk memberikan pelayanan kepada santri agar santri menjadi santri
kemampuan dan potensi santri dalam menghafal tidak akan berkembang secara
utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan
yaitu ustadzah Lia. Berikut peranan guru tahfidz dalam proses menghafal dan
a. Inisiator
Guru sebagai inisiator bagi para santrinya, seorang santri akan tergerak
untuk dapat menjadi lebih maju apabila ia melihat sosok yang dapat
ide untuk menemukan jalan keluar dari berbagai macam masalah yang
tentang materi yang tidak jauh berkaitan dengan masalah tahfidz, apabila
untuk lebih memperhatikan lagi materi yang telah disampaikan oleh guru
kadang ada beberapa santri yang tidak bersemangat menghafal, dari situ
saya mengajak bahwa nanti kita outbond ya, nanti juga main sambung ayat
pas outbond. Jadi semangat yuk hafalannya nanti biar bisa pas main
sambung ayat,”
b. Inspirator
Selama ini guru yang sudah mampu menjadi inspirator bagi para santrinya
sudah banyak kita temui. Akan tetapi peran itu menurutnya dianggap
yang baik bagi kemajuan santri. Guru harus memberikan petunjuk kepada
santri bagaimana cara belajar yang baik, media apa yang dapat digunakan
inspirasi dan dalam diri santri tersebut untuk terus belajar guna meraih
suatu prestasi. Seperti yang diungkapkan Ustadzah Lia berikut ini : “Untuk
beberapa kali saya bercerita tentang Hafidz Hafidzoh kepada para santri
para tokoh penghafal Al-qur’an, dengan harapan agar para santri bisa
c. Fasilitator
persoalan atau permasalahan, baik itu permasalahan yang berasal dari diri
menyebabkan kegagalan belajar oleh santri, maka dari itu di sinilah arti
d. Pembimbing
satunya berupa bimbingan kepada santrinya agar menjadi lebih baik lagi
dalam segala aspek dari sebelumnya, termasuk dalam hal ini guru tahfidz
yang optimal. Seperti yang pernah disinggung oleh Ustadzah Lia berikut :
kan ada yang Tuna Netra, nah sebisa saya ya membimbing dengan cara
halnya dengan santri yang belum terlalu lancar membacanya, saya juga
pendeketan kepada semua santri, setelah itu guru dapat menganalisa satu
per satu dari masing-masing santri serta dapat menentukan jenis pelayanan
atau bimbingan apa yang akan dilakukan oleh guru tahfidz terhadap para
kepada santri yang lambat dalam menghafal al-Qur’an ialah pada waktu
Motivator Peranan lain yang tak kalah penting yang dilakukan oleh guru
tahfidz ialah sebagai motivator, peranan ini sangat dibutuhkan oleh para
oleh para santri diatas tentu motivasi dari guru tahfidz sangat dibutuhkan
kepada para penghafal Al-Qur’an bahwa orang yang hafal Al-Qur’an nanti
di hari kiamat dapat memberikan mahkota dan dapat menarik kedua orang
tua mereka ke dalam surga serta dapat menjadi syafa‘at (penolong) bagi
orang-orang yang dia cintai. Ustadzah Lia pernah berkata bahwa : “untuk
dan menjaga hafalan Al-Qur’an. Selain itu saya juga bercerita bagaimana
saya dulu menghafal Al-Qur’an dengan maksud agar para santri termotivsi
dengan dengan rasa yakin tanpa merasa ragu dan mampu untuk
membuat kita rajin membaca Al-Qur’an, hafalan juga melatih otak kita
tidak langsung menjadikan motivasi bagi para santri agar semangat dan
di PTQ Barokalloh
98
agar hafalan cepat selesai sesuai target. Diawal pendaftaran sebagai santri
berkomitmen hafal 30 juz. Ketika santri itu sudah komitmen pasti mereka
akan menekuni hafalannya, tidak perlu hafal dengan cepat, perlahan saja
tapi tuntas.”
3) Adanya dorongan dan motivasi dari keluarga, orang tua dan kerabat
Selain motivasi yang diberikan oleh guru tahfidz, Motivasi juga datang
dari keluarga, orang tua dan kerabat Seperti yang diungkapkan oleh salah
satu santri berikut ini : “Saya mulai menghafal Al-Qur’an dari tahun 2014,
waktu itu saya belum lancar membaca Al-Qur’an. Saya menghafal dengan
dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an oleh ibu saya. Jadi dari situlah dukungan
ibu saya untuk menghafal Al-Qur’an. Selain itu seluruh keluarga dan
1) Adanya santri belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik atau fasih
3) Kurangnya kesadaran dan adanya rasa malas dari diri santri ketika
menghafal Al-Qur’an
setiap santri
C. Pembahasan
mengarahkan siswa untuk menghafal dan menjaga hafalan Al-Qur’an sesuai target
memiliki komitmen kuat untuk menghafal al-qur’an dengan target 30 juz. Santri
yang mengikuti program ini tidak diharuskan bisa membaca Al-Qur’an dengan
menghafal santri.
Berdasarkan teori yang Penulis sajikan dan fakta yang ada di lapangan
tentang strategi yang Guru Tahfidz lakukan dalam meningkatkan hafalan Al-
Qur’an santri dilakukan dengan berbagai cara, cara tersebut bervariasi disesuaikan
bimbingan kepada santri berupa nasehat, motivasi, dukungan, pujian kepada santri
yang baik secara prestasi menghafal atau kurang dalam menghafal. Namun
hukuman tidak dilakukan dikarenakan guru tidak ingin santri merasa terpaksa dan
terbebani. Teori muraja’ah yang diterapkan itu sangat efektif dalam meningkatkan
hafalan Al-Qur’an dan menjaga hafalan Al-Qur’an pada santri, sedangkan teori
pemberian hukuman pada santri itu tidak menjamin santri akan meningkatkan
harus dicapai santri yaitu menyetorkan hafalan Satu halaman al-qur’an setiap hari.
Apabila dalam satu hari itu hafalan belum lancar, maka pada hari berikutnya santri
kepada santri untuk tetap muraja’ah dan dengan menggunakan metode yang
Qur’an. Salah satu metode yang dipakai adalah dengan bermain sambil menghafal
Kemampuan santri yang dulunya hanya dalam standar rata-rata, dengan adanya
Pelaksanaan upaya yang dilakukan guru tidak lepas dari hambatan dan
problematika yang dihadapi. Selain masalah yang datang dari sarana prasarana
lembaga, hambatan yang dihadapi guru tidak lepas dari santri. Ada beberapa
santri yang masih kesusahan dalam mengahafal karena belum mampu membaca
Al-Qur’an dengan baik, maka seorang guru harus dapat memberikan bimbingan
dan latihan kepada santri untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’annya. Adapun satu
Selain dengan adanya beberapa santri yang belum mampu membaca Al-
Qur’an dengan baik, ada juga santri yang malas untuk menghafal. Keadaan ini
tidak terjadi setiap hari namun ketika rasa malas ada dalam diri santri maka akan
sulit bagi santri untuk menghafal bahkan bagi guru untuk membimbing hafalan
102
santri. Solusi yang dapat dilakukan guru untuk mencegah rasa malas santri adalah
dengan selalu memberikan motivasi berupa nasehat dan target hafalan yang